341 1667 3 PB
341 1667 3 PB
341 1667 3 PB
E-ISSN 2721-0642
Abstract
This study aims to analyze the salt import policy strategy in protecting national salt
production. The method used in this research is research synthesis, in the form of a literature
review of previous research results from 2011 to 2020 with the same topic. The study results
are contradictory to the impact of the salt import policy on national salt production. Negative
impact: decreasing farmers' welfare and the price of people's salt, causing salt farmers to have
difficulty producing capital for national salt. Positive implications: becoming a price control
for domestic prices, encouraging the quality of the people's salt to compete with imported salt.
The salt import policy strategy to protect national salt production is as follows: (1) There must
be improvements to the Regulation of the Minister of Trade of the Republic of Indonesia
Number 63 of 2019 concerning Salt Imports' Provisions. For example, setting HPP for
people's salt as outlined in a ministerial regulation. (2) To accommodate the Indonesian
People's Salt Farmers Association's aspirations in policymaking, (3) Support from the
government for technology in producing people's salt, (4) The government can set price control
during the salt harvest season.
Keywords: Strategy, Salt Import Policy, National Salt Production.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi kebijakan impor garam dalam
melindungi produksi garam nasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sintesis riset, berupa literature review terhadap hasil-hasil penelitian
terdahulu dari tahun 2011 hingga 2020 dengan topik yang sama. Hasil penelitian
terdapat kontradiksi dari dampak kebijakan impor garam terhadap produksi garam
nasional. Dampak negatif: menurunnya kesejahteraan petani dan harga garam
rakyat, sehingga menyebabkan petani garam kesulitan modal untuk memproduksi
garam nasional. Dampak positif: menjadi price control terhadap harga dalam negeri,
mendorong kualitas garam rakyat sehingga dapat bersaing dengan garam impor.
Strategi kebijakan impor garam untuk melindungi produksi garam nasional sebagai
berikut: (1) Harus adanya penyempurnaan peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Impor Garam. Seperti,
menetapkan HPP garam rakyat yang dituangkan dalam peraturan menteri. (2)
Menampung aspirasi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia dalam pembuatan
kebijakan, (3) Dukungan dari pemerintah terhadap teknologi dalam memproduksi
garam rakyat, (4) Pemerintah bisa menetapkan price control pada masa panen raya
garam.
Kata Kunci: Strategi, Kebijakan Impor Garam, Produksi Garam Nasional.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua
dunia, dengan total panjang 99.093 kilometer (KKP.go.id). Dalam Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2017 luas lahan garam mencapai 43.052,10
1236
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
ha dan baru sekitar 26,000 ha yang memproduksi garam. Adapun lahan garam
tersebut tersebar dibeberapa propinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darusalam mencapai
124 ha, Jawa Barat mencapai 6.733 ha, Jawa Tengah mencapai 6.609 ha Jawa Timur
mencapai 8.476 ha, Nusa Tenggara 2.626 ha, dan wilayah lainnya mencapai 975 ha.
Dengan demikian Indonesia mempunyai potensi alam sebagai penghasil garam.
Dalam Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian (2019) pada tahun 2015
produksi garam sebesar 2.5 juta ton. Namun, pada tahun 2016 terjadi penurunan
produksi garam mencapai 93,32% dari 2.5 juta ton menjadi 168 ribu ton. Produksi
garam rakyat pada 2016 anjlok 96 persen dari tahun sebelumnya karena tingginya
curah hujan (katadata.co.id, 2016).Dalam Samiroh Laily Moqoddas (2020) Program
swasembada garam tahun 2016 yang di rencanakan akhirnya tidak tercapai. 2017-2018
produksi garam meningkat sebesar 561,3% dan 144,7% menjadi 1,1 juta dan 2,7 juta
ton. Dikutip dalam (https://tabloidsinartani.com, 2018) hal ini dikarenakan adanya
program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) yang dikembangkan oleh
Kementerian Kelautan Perikanan (KKP). Kementerian Kelautan dan Perikanan
berharap melalui rencana Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) yang
dilaksanakan pada tahun 2016, KKP mendukung petambak garam baik dalam
kompetensi SDM, pembangunan insfrastruktur, produksi garam, dan upaya
stabilisasi harga garam rakyat. Namun dalam peneltian (Nandang A. Deliarnoor,
2018) program PUGAR dinilai belum berhasil karena belum memenuhi kriteria
efektivitas, efisiensi, responsivitas dan aspek ketepatan dari regulasi dalam memberi
perlindungan bagi petambak rakyat dari gagalnya produksi bila terjadi bencana, alih
fungsi lahan, dan impor garam.
4500000
4000000
3500000
3000000
2500000 Impor
2000000 Produksi
1500000 Kebutuhan
1000000
500000
0
2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 1. Kebutuhan konsumsi & industri, Impor dan Produksi Garam Nasional
Sumber : Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, 2019
1237
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
meja) untuk berbagai pangan (minimal NaCl 94,7%). Dan ikan asin; (2) Garam
industri digunakan sebagai bahan baku industri, dan kadar NaCl minimal 97%.
Dalam hal ini untuk memenuhi kebtuhuhan garam nasional pemerintah melakukan
kebijakan impor garam yang di tuangkan pada Peraturan Menteri Perdaganagan
Republik Indonesia Tentang Peraturan Impor Nomor 63 Tahun 2019 Pasal 2 (2).
Garam yang bisa diimpor digunakan untuk bahan baku dan bahan penolong.
Penelitian terkait impor garam ini sudah beberapa kali dilakukan baik dengan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian (Andi Kurniawati,
2020), (Baihaki, 2013), (Fakhrul Razi, 2016), (Tikkyrino Kurniawan, 2013), (Bram,
2016), (Izzaty, 2011), (Jamil, 2017), dalam data penelitian-penelitian tersebut
menunjukan dampak negatif terkait impor garam terhadap produksi garam nasional.
Sementara dalam (Rochwulaningsih, 2013), (Putu Sri Diana, 2020), (Afriani, 2019),
menunjukan dampak positif terkait impor garam terhadap produksi garam nasional
yang dimana produksi garam nasional dapat bersaing dengan garam impor. Dari
penelitian-penelitian terdahulu terdapat kontradiksi dalam melindungi produksi
garam nasional. Sehingga, diperlukan strategi kebijakan untuk melindungi produksi
garam nasional. Dalam studi tersebut (Wirjodirdjo, 2004), strategi yang bisa dilakukan
untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada garam impor adalah intensifikasi
lahan dan peningkatan kualitas garam rakyat.
Selama ini produksi garam nasional hanya mampu memenuhi kebutuhan
konsumsi. Produksi garam nasional masih belum memenuhi kebutuhannya,
sehingga dalam memenuhi kebutuhan pokok garam masih bergantung pada garam
impor. Untuk memenuhi kebutuhan garam dalam negeri dilakukan melalui
produksi sendiri dan impor. Dalam era globalisasi ini setiap negara di haruskan
mengikuti aturan global terkait makin hilangnya hambatan perdagangan antar
negara. hal ini membawa dampak positif bagi industri domestik dalam meningkat
kan skill dan produktifitasnya, namun disisi lain berdampak pada persaingan harga
yang kurang menguntungkan industri baru dengan adanya free trade. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan impor garam
terhadap produksi garam nasional, serta menganalisis strategi kebijakan impor
garam sekaligus melindungi industri dalam negeri.
Metode
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan sintesis riset yang
berupa literature review hasil-hasil penelitian terdahulu. Bodgan dan Taylor
mengemukakan dalam (Moleong, 2010) bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa ekspresi tertulis atau lisan
masayarakat dan perilaku yang bisa diamati. Hasil studi 2011-2020 mencakup kasus-
kasus di daerah maupun nasional.
Dalam (William N, 2003) percaya bahwa analisis kebijakan publik adalah
disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan. Analisis kebijakan publik tidak hanya mengamati kebijakan dengan
mempelajari komponen-komponennya, tetapi juga merancang dan mensintesiskan
alternatif baru. Kegiatan tersebut antara lain penelitian untuk menjelaskan atau
memberikan perspektif tentang isu-isu yang diantisipasi untuk mengevaluasi
keseluruhan program penelitian.
1238
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
1239
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
sedangkan variabel
lain berkorelasi
positif. Temuan
lainnya, pada saat
kajian ini
dilakukan,
kebijakamn impor
yang dilakukan
pemerintah belum
sepenuhnya
dilaksanakan.
Putu Sri Diana, Menganalisis hubungan Kuantitatif Terdapat hubungan
2020 kointegrasi antara impor dengan teknik kointegrasi antara
garam sebagai input utama analisis uji impor garam
dan output industri kointegrasi sebagai input utama
pengguna garam. dan output industri
pengguna garam.
Sehingga
pemerintah bisa
mempertimbangkan
untuk membukanya
keran tersebut,
yaitu mengimpor
garam setiap tahun
untuk mendukung
proses produksi
industri.
Fakhrul Razi, 2016 Menganalisis Kuantitatif Perkembangan
perkembangan impor menggunakan impor garam di
garam di Aceh dan faktor- data sekunder, Aceh tumbuh
faktor yang data yang positif sebesar
mempengaruhinya. digunakan 6.581.232 kg
adalah data time pertahun, dan pada
series 11 tahun. saat yang sama
impor garam di
Aceh dipengaruhi
oleh faktor-faktor
yang terkait dengan
jumlah penduduk,
kebutuhan garam,
produksi garam,
biaya impor garam,
dan harga garam
impor.
Bram, 2016 Menganalisis isu yang saat Deskriptif Produk hukum dari
ini sedang dibahas terkait kualitatif kebijakan ini tidak
banjir garam impor dari dengan data menjangkau
Asutralia, India, China dan studi kepentingan peserta
Malaysia. kepustakaan ekonomi garam
nasional.
Tikkyrino Menganalisis kinerja Analisis Perbedaan
Kurniawan, 2013 impor garam lembaga deskriptif penghitungan data
industri garam terkait kuantitatif produksi garam
dengan stabilitas harga dengan antara KKP dan
industri garam dan menggabungkan data nasional akan
mempengaruhi
1240
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
1241
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
1242
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
karena kualitas garam produksi masyarakat rata-rata tidak sesuai untuk garam
konsumsi dan atau garam industri karena kandungan NaCl yang kurang tinggi,
sehingga perlu dimurnikan untuk meningkatkan NaCl (Ridwan, 2010).
Jika diakumulasikan secara nasional tabel 2 menunjukan bahwa produksi
garam nasional fluktuatif dengan produksi rata-rata 1.5 juta ton pertahun. Pada tahun
2010 terjadi penurunan produksi tertinggi dengan produksi garam nasional hanya
30.600 ton. Disamping itu, kebutuhan garam setiap tahunnya semakin meningkat
dengan kebutuhan rata-rata 3.5 juta ton pertahun. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, pemerintah telah menerapkan kebijakan impor garam.
Tabel 3. Produksi, Kebutuhan, Impor, Tahun 2004-2009
Tahun Produksi Kebutuhan Impor
2004 1.382.980 2.485.434 2.181.247
2005 1.150.000 2.760.246 1.404.375
2006 1.288.000 2.836.990 1.552.750
2007 1.352.400 3.056.130 1.661.488
2008 997.000 3.079.700 1.657.548
2009 1.371.000 2.960.250 1.701.418
2010 30.600 3.003.550 2.083.343
2011 1.575.663 3.251.691 2.835.871
2012 2.473.716 3.251.691 2.314.844
2013 1.163.607 3.573.954 2.020.933
2014 2.501.891 3.611.990 2.251.577
2015 2.485.111 3.227.279 1.864.049
2016 168.054 3.532.887 2.143.743
2017 1.111.395 3.862.925 2.552.283
2018 2.719.256 3.960.945 2.718.659
2019 2.327.078 4.197.622 2.724.772
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai macam sumber seperti: Kementerian Kelautan dan Perikanan
(2015), Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian ( 2019)
Disamping itu juga kebijakan impor garam memberikan dampak positif bagi
produksi garam nasional. Jika dilihat dari sisi kepentingan konsumen, keberadaan
garam impor berfungsi sebagai price control terhadap harga dalam negeri
(Rochwulaningsih, 2013). Afriani (2019) dampak impor garam berpengaruh positif
terhadap produksi garam dalam negeri dan signifikan. kondisi ini terjadi
dikarenakan peningkatan impor disebabkan oleh mengingkatnya permintaan, oleh
sebab itu untuk memenuhi permintaan dalam negeri dilakukan peningkatan
produksi.
Tabel 4. Dampak Positif Kebijakan Impor Garam
Penulis Dampak Positif Kebijakan Impor Garam
Rochwulaningsih Garam impor berfungsi sebagai price control
terhadap harga dakan negeri
Inda Afriani Impor garam berpengaruh positif terhadap
produksi dalam negeri dan signifikan
Putu Sri Diana Garam impor memberikan multiplier effect
pendapatan besar bagi perekonomian, dengan rata
>1
Kebijakan mengimpor garam industri yang berlaku merupakan langkah
pemerintah untuk menunjang aktivitas produksi sektor industri yang menggunakan
garam industri sebagai input kunci sehingga bisa menghasilkan multiplier effect
melalui kontribusi terhadap PDB, penyerapan tenaga kerja, dan perolehan devisa dari
1243
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
ekspor (Kemenperin, 2017). Hasil penelitian Putu Sri Diana (2020) Industri pengguna
garam merupakan sektor yang mempunya multiplier effect pendapatan yang besar
terhadap perekonomian, dengan rata-rata >1, Oleh karena itu, pemerintah
mempertimbangkan untuk membuka keran impor garam setiap tahun untuk
mendukung proses produksi sektor industri tersebut.
Bisnis garam rakyat sebenarnya menguntungkan dan bisa dikembankan.
Namun, secara teknis dan ekonomis penggunaan faktor produksi dalam usaha garam
kurang efektif. Variabel luas lahan, tenaga kerja dan modal memiliki nilai koefisien
yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap produksi garam rakyat (Dafid
Amami, 2016).Menurut Griffin (2014) Produksi semacam ini terjadi karena kerjasam
anatara berbagai faktor produksi.Faktor-faktor produksi adalah: (1) modal, (2) tenaga
kerja, dan (3) sumber daya material. Selain kebijakan impor garam, inilah semua
faktor yang menyebabkan produksi dalam negeri gagal memenuhi kebutuhan garam
nasional.
Berdasarkan hasil temuan penelitian diatas terdapat kontradiksi dalam
dampak kebijakan impor garam terhadap produksi garam nasional. Satu sisi
kebijakan tersebut telah memberikan dampak negatif, seperti menurunnya
kesejahteraan petani garam, menurunnya harga garam rakyat, sehingga
menyebabkan petani garam kesulitan modal untuk memproduksi garam dalam
memenuhi kebutuhan garam nasional yang setiap tahunnya meningkat . Namun
disisi lain kebijakan impor garam ini memberikan dampak positif. Seperti, sebagai
price control terhadap harga dalam negeri, mendorong kualitas garam rakyat,
sehingga dapat bersaing dengan garam impor.
Dalam hal implementassi kebijkan impor garam sudah diterapkan dan
diupayakan oleh pemerintah. Sejalan dengan Gerston (1992) mengemukakan bahwa
kebijakan publik adalah upaya yang dilakukan oleh pejabat pemerintah disemua
tingkatan untuk menyelesaikan masalah publik. Namun, dalam pelaksanaanya di
lapangan masih kebijakan impor garam ini masih belum efektif dan memberikan
dampak negatif dalam melindungi produksi garam nasional. Hal ini juga sejalan
dengan pandangan Islamy (2010) tentang keberhasilan kebijakan publik, Islamy
(2010) menunjukan bahwa kebijakan nasional yang diterapkan akan efektif apabila
memebrikan dampak positif bagi masyarakat.
1244
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
mendorong produksi garam nasional, produksi dan kualitas garam dalam negeri juga
dapat ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah penelitian garam, seperti yang
dilakukan India melalui pengembangan Central Salt and Marine Chemicals Research
Institute (Jamil, 2017). Memperluas areal tambak garam dapat meningkatkan produksi
garam rakyat (Dafid Amami, 2016). Dalam hal ini petani garam harus dapat
menghitung kebutuhan tenaga kerja sesuai luas lahan yang dimiliki secara
proporsional.
Selain itu juga dalam penelitian Putu Sri Diana (2020) bahwa untuk
mendortong produksi garam domestik dibutuhkan ketegasan dan konsistensi
pemerintah melalui pemanfaatan sumber daya alam yang potensial serta mampu
menghadirkan teknologi pengolahan modern dan berkualitas tingggi diharapkan bisa
diwujudkan oleh pemerintah. Indonesia harus melakukan reformasi komoditas
dengan terlebih dahulu mengidnetifikasi garam sebagai komoditas strategis
(Khairunnisa, 2015). Selain itu, mereka juga harus memeriksa ruang lingkup undang-
undang impor garam dan memperbaiki undang-undang tersebut, karena tidak ada
bagian sanksi terhadap perusahaan yang tidak dapat sepenuhnya menyerap produksi
garam rakyat. (Tikkyrino Kurniawan, 2013). Hal ini pun sejalan dalam hasil penelitian
Fauzin (2019) bahwa perlu dirumuskan kebijakan yang memungkinkan para
Petambak Garam untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia mereka, dan
merumuskan kebijakan untuk menetapkan standar mutu garam secara publik
sehingga Petambak Garam dapat dengan mudah menentukan mutu garam dari
produksinya.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas bahwa harus ada strategi
kebijakan dalam melindungi produksi garam nasional. Padahal, pemerintah telah
mengupayakan peningkatan produksi garam nasional melalui "Program
Pengembagan Usaha Garam Rakyat" (PUGAR).Namun dalam penelitian Nandang A.
Deliarnoor (2018) program PUGAR dinilai belum berhasil karena belum memenuhi
kriteria efektivitas, efisiensi, responsivitas dan aspek ketepatan dari regulasi dalam
memberi perlindungan bagi petambak rakyat dari gagalnya produksi bila terjadi
bencana, alih fungsi lahan, dan impor garam. Ditambah dengan Harga Pokok
Pembelian (HPP) garam yang masih belum ditetapkan oleh pemerintah untuk
menolong harga garam petambak yang anjlok. Seperti harga garam di Sampang yang
menyentuh harga Rp.200-250/kg (Tikkyrino Kurniawan, 2013).
Harus ada formulasi dan bentuk kebijakan pemerintah yang melindungi dan
mendukung peningkatan produksi garam rakyat. Kebijakan yang sudah ada seperti
peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 Tentang
Ketentuan Impor Garam Pasal 2 ayat (2). Garam yang dapat diimpor merupakan
garam untuk pemenuhan bahan baku dan bahan penolong industri. Kebijakan
tersebut belum melindungi produksi garam nasional dan bertentangan dengan UU
No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya
Ikan, dan Petambak Garam.
Selama kualitas garam rakyat belum mampu memenuhi kriteria, maka tidak
akan dapat memenuhi kebutuhan garam nasional. Harus ada penggunaan teknologi
dan modal yang mendorong produksi garam rakyat. Agar ditahun yang akan datang
dan selanjutnya garam rakyat dapat bersaing dengan garam impor untuk memenuhi
kebutuhan garam nasional. Oleh sebab itu, dibutuhkan kebijakan impor garam dari
pemerintah yang melindungi dan mendukung peningkatan produksi garam rakyat.
1245
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
Kesimpulan
Kebijakan impor garam telah memberikan dampak negatif dan positif
terhadap produksi garam nasional. Dampak negatifnya seperti, menurunnya
kesejahteraan petani garam, menurunnya harga garam rakyat, sehingga
menyebabkan petani garam kesulitan modal untuk memproduksi garam dalam
memenuhi kebutuhan garam nasional yang setiap tahunnya meningkat. Namun,
disisi lain kebijakan impor garam ini memberikan dampak positif. Seperti, sebagai
price control terhadap harga dalam negeri, meningkatkan kualitas garam rakyat,
sehingga dapat bersaing dengan garam impor. Hal inipun menggambarkan
kontradiksi dalam pelaksaan kebijakan impor garam. Berdasarkan hasil temuan
dalam penelitian-peneliat terdahulu. Maka dapat direkomendasikan strategi
kebijakan impor garam dalam melindungi produksi garam nasional sebagai berikut:
(1) Harus adanya penyempurnaan peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 63 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Impor Garam. Seperti,
menetapkan HPP garam rakyat yang dituangkan dalam peraturan menteri. (2)
Menampung aspirasi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia dalam pembuatan
kebijakan, (3) Dukungan dari pemerintah terhadap teknologi dalam memproduksi
garam rakyat, (4) Pemerintah bisa menetapkan price control pada masa panen raya
garam.
Referensi
Afriani, I. (2019). Dampak Impor Garam Terhadap Produksi dan Harga Garam
Domestik di Indonesia. ETD UNSYIAH.
Andi Kurniawati, D. T. (2020). Kebijakan Pengendalian Impor Komoditas Pergaraman
Terhadap Kesejahteraan Petambak Garam di Kabupaten Jeneponto.
Jurispudentie.
Baihaki, L. (2013). Ekonomi-Politik Kebijakan Impor Garam Indonesia. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Bram, H. D. (2016). Implikasi Liberalisasi Perdagangan Terhadap Sekotor Garam
Nasional (Studi Kasus Kebijakan Impor Garam di Jawa Timur). LIGITASI.
Dafid, A. I. (2016). Efisiensi Faktor-faktor Produksi Garam Rakyat . Media Trend.
1246
Volume 4, Issue 4, December 2022
E-ISSN 2721-0642
1247