Sampe Analisis
Sampe Analisis
Sampe Analisis
Data Pengamatan
NST Mikrometer Sekrup = 0,01 mm
NST Frinji (N) = 1
d (mm) ∆ d (mm) N ∆N
0-2 2 15 0
2-4 2 35 20
4-6 2 39 4
6-8 2 48 9
8-10 2 55 7
● d = 6 mm = 6 ×10−3 m
1 1 −6
∆ d= × NST = × 0,01=0,005 mm=5 ×10 m
2 2
∆d 0,005
KSR= × 100 %= ×100 %=0,08 % ( 4 AP )
d 6
( d ± ∆ d )=( 6,000 ± 0,005 ) mm
● d = 8 mm = 8 ×10−3 m
1 1
∆ d= × NST = × 0,01=0,005 mm=5 ×10−6 m
2 2
∆d 0,005
KSR= × 100 %= ×100 %=0,06 % ( 4 AP )
d 8
( d ± ∆ d )=( 8,000 ± 0,005 ) mm
● d = 10 mm = 1 ×10−2 m
1 1
∆ d= × NST = × 0,01=0,005 mm=5 ×10−6 m
2 2
∆d 0,005
KSR= × 100 %= ×100 %=0,05 % ( 4 AP )
d 10
( d ± ∆ d )=( 10,00 ± 0,01 ) mm
3) Frinji (N)
● N = 15
1 1
∆ N = x NST = x 1=0,5
2 2
∆N 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=3,33 % ( 2 AP )
N 15
( N ± ∆ N )=( 15 ± 0,5 )
● N = 35
1 1
∆ N = x NST = x 1=0,5
2 2
∆N 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=1,42 % ( 2 AP )
N 35
( N ± ∆ N )=( 35 ± 0,5 )
● N = 39
1 1
∆ N = x NST = x 1=0,5
2 2
∆N 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=1,28 % ( 2 AP )
N 39
( N ± ∆ N )=( 39 ± 0,5 )
● N = 48
1 1
∆ N = x NST = x 1=0,5
2 2
∆N 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=1,04 % ( 2 AP )
N 48
( N ± ∆ N )=( 48± 0,5 )
● N = 55
1 1
∆ N = x NST = x 1=0,5
2 2
∆N 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=0,909 % (3 AP )
N 55
( N ± ∆ N )=( 55,0 ± 0.05 )
4) Perubahan Frinji ( ∆ N )
● ∆ N =0
1 1
∆ ( ∆ N )= ×nst = × 1=0,5
2 2
∆(∆N ) 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=Tidak terdefinisi
∆N 0
( ∆ N ± ∆( ∆ N ) )=Tidak terdefinisi
● ∆ N =20
1 1
∆ ( ∆ N )= ×nst = × 1=0,5
2 2
∆(∆N ) 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=2,5 % (2 AP)
∆N 20
( ∆ N ± ∆( ∆ N ) )=( 20± 0,5)
● ∆ N =4
1 1
∆ ( ∆ N )= ×nst = × 1=0,5
2 2
∆(∆N ) 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=12,5 % (2 AP)
∆N 4
( ∆ N ± ∆(∆ N ) )=(4 ± 0,5)
● ∆ N =9
1 1
∆ ( ∆ N )= ×nst = × 1=0,5
2 2
∆(∆N ) 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=5,56 % (2 AP)
∆N 9
( ∆ N ± ∆(∆ N ) )=(9 ±0,5)
● ∆ N =7
1 1
∆ ( ∆ N )= ×nst = × 1=0,5
2 2
∆(∆N ) 0,5
KSR= x 100 %= x 100 %=7,14 %(2 AP)
∆N 7
( ∆ N ± ∆(∆ N ) )=(7 ±0,5)
- Data Majemuk
Tidak ada data majemuk.
PERHITUNGAN
2 Δd 2 ( 2 ×10 )
−3
λ= = =0,0002m
ΔN 20
3) N = 39
2 Δd 2 ( 2 ×10 )
−3
λ= = =0,001m
ΔN 4
4) N = 48
2 Δd 2 ( 2 ×10 )
−3
λ= = =0,0004 m
ΔN 9
5) N = 55
2 Δd 2 ( 2 ×10 )
−3
λ= = =0,000571428 m
ΔN 7
H. ANALISIS
ANALISIS DATA DAN GRAFIK
Grafik hubungan N terhadap d
x = d dan y = N
2
ΣyΣ x −ΣxΣxy
a= 2 2
nΣ x − ( Σx )
n ∑ xy −∑ x ∑ y
b= 2
n ∑ x −(∑ x ) ²
y=a+bx
No. x y x2 y2 xy
−0,00924 2,82
a= b=
0,0002 0,0002
Setelah itu memasukkan nilai a dan b diketahui, maka dihitung nilai x dan y.
Untuk x = 0.002
y=a+bx
y=−0,00462+ ( 14100 )( 0,002 )
y=28,19
Untuk x = 0.004
y=a+bx
y=−0,00462+ ( 1 4100 )( 0,004 )
y=56,39
Untuk x = 0.006
y=a+bx
y=−0,00462+ ( 14100 )( 0,006 )
y=84,59
Untuk x = 0.008
y=a+bx
y=−0,00462+ ( 14100 )( 0,008 )
y=1 12,79
Untuk X = 0.01
y=a+bx
y=−0,00462+ ( 14100 )( 0,01 )
y=141
x y = a+bx
0,002 28,19
0,004 56,39
0,006 84,59
0,008 112,79
0,01 141
140
120
100
80
60
40
20
0
0.002 0.004 0.006 0.008 0.01
No x y x2 y2 xy
1 0,002 0 0,000004 0 0
0 0
a= b=
0 0
Karena nilai a dan b tidak terdefinisi, maka nilai x dan y tidak dapat ditentukan, akibatnya
grafik tidak dapat ditentukan.
I. Pertanyaan Akhir
1. Hitung panjang gelombang sinar. Bandingkan dengan literatur. Buat analisa dan jelaskan.
Jawab:
2∆d
λ=
∆N
No Δd (mm) ΔN 𝜆 (mm)
1 2 0 Tidak terdefinisi
2 2 2 2m
3 2 2 2m
4 2 3 1,33 m
5 2 4 1m
𝜆̅ Tidak terdefinisi
Panjang gelombang laser He-Ne yang paling mendekati referensi adalah sebesar
( 626 ± 6,79 ). Sedangkan hasil perhitungan yang didapat berbeda jauh dari nilai yang ada
pada literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidaktelitian paralak mata praktikan saat
melakukan praktikum sehingga terjadi kesalahan saat menghitung garis gelap terang.
2. Dengan menggunakan metode least square buat grafik hubungan ΔN vs Δd. Dari grafik
tentukan nilai λ dan bandingkan dengan literatur. Jelaskan!
0 0
a= b=
0 0
(tidak didapatkan grafik karena nilai a dan b tidak terdefinisi, maka nilai x dan y tidak
dapat ditentukan, akibatnya grafik tidak dapat ditentukan)
Sedangkan untuk mencari λ dapat ditentukan dengan hasil least square yang didapat
yaitu grafik hubungan N terhadap d yaitu sebagai berikut.
Hasil yang ada pada literatur adalah 𝜆 = 0,6328 x 10-6 m. Hal ini jauh berbeda jika
dibandingkan dengan hasi percobaan yang dilakukan 𝜆 = 2700 m. Hal ini dapat
disebabkan oleh ketidaktelitian paralak mata praktikan saat melakukan praktikum
sehingga terjadi kesalahan saat menghitung garis gelap terang, sehingga data yang didapat
kurang akurat dan berbeda dengan nilai yang ada pada literatur.
Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui pola-pola interferensi suatu
gelombang. Dimana perbedaan lintasan akan menyebabkan munculnya pola-pola frinji.
Berdasarkan pengamatan, didapatkan data sebagai berikut:
d (mm) ∆ d (mm) N ∆N
2 2 6 0
4 2 8 2
6 2 10 3
8 2 13 3
10 2 17 4
4. Beri kesimpulan.
✔ Interferometer merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengetahui pola-
pola interferensi pada suatu gelombang.
✔ Ketidaksesuaian hasil yang didapat dengan nilai yang ada pada literatur. Hal ini
disebabkan praktikan melakukan kesalahan saat menghitung garis gelap terang,
sehingga data yang didapat kurang akurat dan berbeda dengan nilai yang ada pada
literatur.
✔ Pola yang terbentuk akan mengalami pergeseran atau perubahan jika dilakukan
perputaran pada mikrometer sekrup.
J. Kesimpulan
1. Superposisi dua buah gelombang atau lebih yang bertemu pada satu titik ruang
(berupa pola cincin terang gelap) merupakan interferensi.
2. Interferensi cahaya dapat teramati jika terdapat sumber cahaya yang koheren
3. Panjang gelombang laser He-Ne yang paling mendekati referensi adalah sebesar
( 626 ± 6,79 ).
4. Interferometer Michelson berguna dalam pengukuran panjang, pengukuran getaran
(vibrasi) dan dapat juga digunakan untuk pengukuran permukaan.
5. Menghitung panjang gelombang adalah dengan menggunakan rumus :
2∆d
λ=
∆N
6. Diperlukan ketelitian yang tajam oleh para praktikan untuk menghindari nilai panjang
gelombang hasil praktikum yang terpaut jauh dari panjang gelombang yang ada pada
literasi.
K. Daftar Pustaka
Arthur, B., 2003, Concept of Modern Physics Sixth Edition, New York: McGraw-Hill
Companies, hal 4.
Fitriyana, dkk, 2018, “Pengaruh Suhu Terhadap Perubahan Pola Interferensi Pada Fiber
Optik”, Unnes Physics Journal, vol. 6, no. 1, hal. 46.
John, C. M., 2015. Modern Physics For Scientists and Engineers, Louisville : Physics
Department, University of Louisville, hal 251.
Setyahandana, B., Agusulistyo, R. D., & Utomo, A. B. S., 2013, “Sistem Interferometer
Michelson untuk Mengukur Regangan pada Mesin Uji Tarik”, Jurnal Teknik Mesin, vol.
14, no. 2, hal. 64-70.
Tim Dosen Fisika Modern, 2022, Praktikum Fisika Modern, Universitas Negeri Jakarta
Warsito, Sri W. S., & Aptridio S. Y., 2015, “Analisis Pola Interferensi Pada
Interferometer Michelson Sebagai Pendeteksi Ketebalan Bahan Transparan Dengan
Metode Image Processing Menggunakan Sensor Charge Couple Device (CCD)”, Jurnal
Teori dan Aplikasi Fisika, vol. 3, no. 2, hal. 222-225.