Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat
2 2019
July 28, 2019
ABSTRACT
This article aims to describe two things, namely knowing the role of the Tikipepa NGO in
empowering indigenous Papuans (OAP), and the Tikipeada NGO strategy in carrying out the
community empowerment process. This research uses qualitative research methods with
descriptive research types, in this study data collection was carried out by means of interviews,
observations and document studies. In addition, the authors determine that the informants in the
research are really people who understand performance and are directly involved in the
empowerment program carried out by the Tikipepa NGO. The findings of this study indicate that
the Tikipepa NGO has a strategic role in encouraging the creativity of the Papuan Ali (OAP)
with three priority activities, namely the creative economy movement, education & training and
creativity. In addition, the strategic movement that was taken with an awareness-based approach
and assistance in the form of capital, such an empowerment model was indeed not completely
successful in total, but this movement gave a motive effect on a handful of indigenous Papuans. If
we look at the evaluation document of the empowerment movement, it still covers 35.2% of the
presentation of all the activities that have been carried out, the biggest obstacle also faced is the
participation and sustainability of the implementation of the empowerment activities that have
been carried out.
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan dua hal yaitu mengetahui peranan LSM Tikipepa
dalam pemberdayaan masyarakat asli Papua (OAP), dan Strategi LSM Tikipeada dalam
melakukan proses pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan
dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumen. Selain itu juga penulis menentukan
informan dalam penelitian benar-benar orang-orang yang paham dengan kinerja dan terlibat
secara langsung dalam program pemberdayaan yang dilakukan oleh LSM Tikipepa. Temuan
penelitian ini menunjukan bahwa LSM Tikipepa miliki peran yang strategis dalam mendorong
kreatifitas Orang Ali Papua (OAP) dengan tiga kegiatan yang menjadi skala prioritas yakni
gerakan ekonomi kreatif, pendidikan & pelatihan dan kreatifitas. Selain itu juga gerakan strategi
yang diambil dengan pendekatan berbasis kesadaran dan bantuan berupa modal, model
pemberdayaan demikian memang tak sepenuh berhasil secara total, tapi gerakan ini memberikan
motif efek terhadap segelintir masyarakat asli Papua. Jika kita cermati dari dokumen evaluasi
gerakan pemberdayaan ini masih mencakup 35.2% dari presentasi seluruh kegiatan yang telah di
lakukan, kendala terbesar juga yang dihadapi adalah partisipasi dan keberlanjutan dari
implementasi kegitan pemberdayaan yang telah dijalankan.
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 1
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
Kata kunci: Gerakan Pemberdayaan, Orang Asli Papua dan LSM Tikipepa
PENDAHULUAN
Perubahan-perubahan besar harus dilangsungkan, oleh karena itu setiap pihak harus hadir
memberikan partisipasi yang serius dalam mendorong gerakan perubahan itu sehingga sesuai
sasaran dan tepat pada kepentingan masyarakat di Papua. Jika dikutip dari hasil temuan dari LIPI
yang merilis dari hasil temuannya bahwa masyarakat Papua umumnya memiliki beberapa
masalah kompleks antara lain: sedangkan kita merujuk pada problem pembangunan
infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sedangkan merujuk pada policy Brief jaringan
damai Papua (JDP) Tahun 2015 secara jelas dituliskan ada tiga masalah utama di papua yaitu i)
masalah politik, hukum dan keamanan, ii) masalah sosial ekonomi, dan iii) masalah sosial
budaya. Lalu, apa yang akan terjadi ketika Otonomi khusus papua selesai dengan melihat fakta
sosial perkembangan orang Papua sekarang, Kita semua sudah mengetahui bahwa ruang dan
waktu berlakunya Otonomi Khusus (Otsus) di tanah Papua hanya 25 Tahun setelah itu akan
berakhir. Dari problem ini semua upaya baik itu pemerintah dan lembaga non pemerintah
berusaha keras untuk menuntaskan sedikit demi sedikit untuk perubahan.
Penulis kutip dari dokumen dan poin pikiran kebijakan publik yang menjadi public paper
di LSM Tikipepa, menujukan satu masalah yang serius tentang tidak berdayanya masyarakat di
kampung. Sedangkan banyak sekali akses dan akomodasi Dana yang besar untuk peningkatan
kreatifitas dan inovasi orang-orang di kampung. Beberapa tahukan terakhir ini LSM Tikipepa
memang kosentrasi dalam pemberdayaan perempuan, tapi tidak sebelumnya kami mencoba
untuk memfasilitasi untuk pelatihan tentang pengembangan kapasitas aparat desa. Dalam
keterangan Iriato M. Ali selaku direktur, di saat penulis melakukan studi awal, menemukan satu
kesimpulan bahwa peranan dan pemberdayaan dari masyarakat terjadi karena ada permintaan
dan inisiatif dari lembaga. Selain itu lembaga melakukan riset dan penjaringan aspirasi di setiap
kampung, dari data yang kami temukan kemudian ditindak lanjuti dengan program
pemberdayaan yang sistematis dan terprogram.
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 2
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
fungsi dari LSM yakni dalam hal ini pemberdayaan dalam masyarakat Akan memberikan
pengaruh terhadap pencapaian tujuan kesejahteraan masyarakat.
Lembaga Swadaya Masyarakat atau sering juga di sebut organisasi non pemerintahan
merupakan terjemahan dari asal kata non-government organization. Di lihat dari ciri-cirinya
LSM umumnya kecil, tidak birokratis, independent dan bersifat nirlaba. Dari ciri-ciri tersebut
lembaga swadaya masyarakat secara sederhana didefinisikan sebagai gerakan yang tumbuh
berdasarkan nilai-nilai kerakyatan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada
dasarnya kemunculan LSM adalah dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat sendiri.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah sebuah lembaga non pemerintah yang mempunyai
peranan sebagai jembatan dari masyarakat terhadap pemerintah. Sehingga dari hal tersebut
lembaga ini mempunyai peranan yang sangat kuat sebagai kekuatan politik di Indonesia yang
dapat melakukan pengawasan sehingga menciptakan check and balances, dan juga memiliki
peranan untuk memonitoring segala kegiatan Pemerintah dan berhak melakukan protes bila hal
tersebut dinilai tidak baik dan tidak sejalan dengan tujuan masyarakat. Pemberdayaan adalah
suatu yang muncul dalam pendekatan pembangunan ketika masyarakat marginal memerlukan
bantuan proses kegiatan ekonomi dan sosial dalam konteks kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Istilah pemberdayaan saat ini sudah sangat popular sebagai suatu pendekatan yang dilakukan
pemerintah maupun LSM. Di Indonesia istilah pemberdayaan atau empowerment pada mulanya
dilakukan LSM untuk memperkuat masyarakat baik secara sosial, ekonomi dan politik agar
dapat merubah dan memperbaiki posisi mereka sehingga bisa berdaya saing.
Untuk membangun Papua di segala bidang demi kemakmuran dan kesejahteraan Orang
Asli Papua (OAP). Di dalam Undang-Undang Otsus tersebut sudah tercantum dengan jelas
organisasi atau lembaga yang mempresentasikan OAP seperti Pemerintah Daerah, majelis rakyat
Papua dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (pengangkatan melalui jalur otsus) yang bekerja
untuk keberpihakan hak-hak dasar OAP. Banyak program yang sudah dilaksanakan selama enam
belas tahun lebih otsus berjalan tetapi belum sepenuhnya mencapai tujuan dan harapan dari otsus
tersebut. Berbagai persoalan muncul ketika adanya otsus baik dalam bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Seiring berjalannya waktu, kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan dari
pusat juga mempunyai adil dalam mempengaruhi implementasi otnomi khusus Papua. Tumpang
tindih aturan yang menyebabkan berbagai persoalan telah terjadi di tanah Papua, salah satunya
adalah perebutan kekuasaan di daerah pemekaran baru sehingga OAP sendiri hidup saling
bersaing suku demi memperoleh jabatan dan kekuasaan yang berakibat timbulnya
primordialisme-primordialisme kesukuan.
Dari informasi yang penulis himpun dari media, menunjukan bahwa peranan strategis yang
dibangun oleh LSM Tikipepa di Kabupaten Sorong mengambil peran dengan mendorong
gerakan pemberdayaan yang menitik beratkan pada kreatifitas dan daya inovasi Orang Asli
Papua (OAP). Mengutip pendapat dari direktur LSM Tikipepa bahwa kehadiran LSM ini semata-
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 3
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
mata membantu dan mendorong akselerasi pembangunan Orang Asli Papua (OAP), kami ber
mitra dengan lemaba-lemaba pemerintah melakukan pelatihan pembuatan kue, latihan menjahit,
khusus untuk perempuan asli Papua. Dengan harapan luaran dan hasil dari pelatihan ini bisa
meningkatkan produktifitas perempuan Papua.
Nah hal selanjutnya yang harus kita pikirkan adalah menyiapkan akses pasar untuk hasil
karya dari perempuan Papua tersebut. Satu kendala bagi gerakan pemberdayaan adalah tidak
berkelanjutan dari hilir sampai hulu. Kami saat ini menyiapkan program dari hilir sampai hulu
ini diutamakan kepada perempuan yang berada di kampung-kampung, itu pun kami identifikasi
mana saja yang menjadi skala prioritas dan sesuai dengan potensi dasar yang mereka miliki.
Oleh karena itu penulis merasa penting untuk mengangkat satu tema penelitian tentang: Gerakan
Pemberdayaan Orang Asli Papua dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Tikipepa di Kabupaten Sorong.
METODE
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yakni suatu
metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah aktual yang ada pada masa sekarang.
Pemecahan masalah aktual tersebut dilakukan melalui tahapan kegiatan yang meliputi:
pengumpulan data, menyusun, menganalisis, interpretasi dan membuat kesimpulan. Penelitian
ini dilakukan di LSM Tikipepa Kabupaten Sorong.
Menurut Sugiyono (2006) sampel adalah orang-orang yang paham dan terlibat secara
langsung tentang kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh LSM Tikipepa. Teknik
pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi,
sedangkan analisis data yaitu usaha menyeleksi, menyusun dan menafsirkan data yang telah
masuk dengan tujuan agar data tersebut dapat dimengerti isi dan maksudnya, sebab data yang
telah terkumpul melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, belum bisa dibaca secara
optimal sebelum dianalisis.
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 4
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
Konteks LSM Tikipepa kurang lebih sama pada suatu filosofi gerakan dalam mendorong
pembangunan pemberdayaan. Menurut Ketua LSM Irianto M. Ali, saat di interview oleh penulis
menjelaskan bahwa LSM Tikipepa bekerja berdasarkan dari hasil kajian, tentu dengan proses
observasi yang mendalam untuk merumuskan satu konsep kebijakan. Seketika kami berkunjung
ke daerah-daerah yang ada di Kabupaten Sorong. Berangkat dari temuan-temuan kami soal
ketidak meratanya pembangunan, seperti pengrusakan fasilitas pendidikan dan problem
pendidikan lainnya. Maka LSM Tikipepa mengambil langka-langka penting dan strategis untuk
akselerasi pembangunan, lebih real dari kami misalnya menghubungkan atau memfasilitasi
bantuan dalam bentuk dari personal dan institusi untuk memenuhi kekurangan, seperti fasilitas
pendidikan. Dan bahkan kajian kami menjadi rekomendasi dalam pengambilan keputusan di
pemerintah daerah. Menurut Afan Gaffar (Stephanus Pelor, S. H. 2018) LSM mempunyai peran
yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat dan melihat LSM sebagai alternatif untuk
munculnya civil society. Muhammad AS. Hikam memandang bahwa LSM dapat memainkan
peran yang sangat penting dalam proses memperkuat gerakan demokrasi melalui perannya dalam
pemberdayaan civil society yang dilakukan melalui berbagai aktifitas pendampingan, pembelaan
dan penyadaran. Berbicara mengenai LSM sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dari civil society,
karena LSM merupakan tulang punggung dari civil society yang kuat dan mandiri. Sedangkan
pemberdayaan civil society merupakan sine qua non bagi proses demokratisasi di Indonesia.
Tujuannya LSM Tikipepa jelas bahwa ketiga agenda-agenda ini kami jalankan itu memiliki
legalitas. Sehingga tidak di ragukan eksistensi dan keberadaan lembaga ini setelah itu kami coba
melakukan proses pendampingan pemberdayaan masakan papua khususnya lewat beberapa
agenda yang telah kami lakukan. Kami juga bekerja sama dengan kampung Klabot jadi ada 3
(tiga) agenda sekali gus, yang kemudian kami lakukan dan kerja sama dengan kampung Klabot,
distrik Klabot, lewat Dinas Pemberdayaan Masyarakat melalui kampung sekaligus bekerja sama
dengan kampung binaan kami kampung Klabot. Pemberdayaan yang kami lakukan adalah
seiring dengan visi kami menyangkut dengan pendampingan dan pemberdayaan yang kami
lakukan yaitu program jahit menjahit, berupa pelatihan secara langsung dengan tenaga
proporsional yang kami siapkan untuk mendampingi mereka selama dua bulan lamanya.
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 5
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
Peranan strategis dari LSM Tikipepa memang memiliki sasaran dari masyarakat yang tidak
berdaya, dikarenakan multi masalah yang mereka hadapi. Dari tahapan LSM sendiri senantiasa
melakukan proses identifikasi masyarakat baik itu masyarakat pendatang (Bukan OAP) dan
masyarakat Orang Asli Papua (OAP). Proses identifikasi menunjukan dan bisa mendeskripsikan
satu masalah tentang yang harus diselesaikan, salah satunya adalah mendorong peningkatan
kapasitas dari Mama Asli Papua, tentu dengan tujuan bahwa peningkatan kapasitas dan inovasi
mama Papua akan berefek langsung pada peningkatan produktifitas inovasi. Yang kami lakukan
adalah pelatihan menjahit dan inovasi tas noken dengan menggunakan benang sitetik. Yang
kedua ada pelatihan komputer yang melibatkan pemerintah kampung Klobot, ini bentuk
pemberdayaan untuk melatih mereka kami juga menyiapkan tenaga proporsional yang siap
melakukan pelatihan kepada mereka. Pelatihan manajemen pelaporan dana kampung menjadikan
sistem keuangan keuangan kampung transparan dan bisa dipertanggungjawabkan dengan proses
kontrol dari masyarakat. Kegiatan ini bagian dari kegiatan kolaboratif yang antara LSM,
Masyarakat dan Pemerintah setempat. Pahri, P. (2017) hasil penelitian ini menemukan bahwa
terdapat dua model pemberdayaan masyarakat perempuan asli Papua yaitu: 1) Pemberdayaan
melalui bantuan modal. 2) Pemberdayaan melalui pelatihan. Sedangkan dampak pemberdayaan
terhadap masyarakat perempuan asli Papua adalah: 1) Kebebasan Mobilitas. 2) Kemampuan
membeli komoditas kecil dan besar. 3) Terlibat dalam keputusan-keputusan rumah tangga. 4)
Kesadaran akan hukum dan politik. Jika dari penelitian menemukan model pemberdayaan untuk
mama Papua dengan strukturnya adalah mendorong perubahan dengan memberikan pemodal dan
konstruksi kapasitas, hal utama dalam pemberdayaan sesungguhnya adalah proses
kesadaran/mind set.
Lembaga Swadya Masyarakat (LSM) Teras Kitorang Peduli Papua (Tikipepa) hadir untuk
memberikan sesuatu yang baik kepada masyarakat sehingga pendampingan-pendampingan ini
akan terus kami lakukan. Kami punya program kolaborasi untuk peningkatan kapasitas
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 6
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
masyarakat distrik dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik itu distrik Sayosa,
distrik Klamono, Kami juga konsisten ke pendidikan dengan coba menghadirkan situasi yang
berbeda karna kondisi pendidikan kita hari ini fasilitas maupun sumberdaya manusia yang ada,
kalau tidak diperhatikan oleh pemerintah dengan baik, kami menyadari bahwa urusan ini
menjadi urusan kita bersama.
Dari uraian pendapat dan definisi konsep dari gerakan pemberdayaan tersebut di atas,
maka penulis mencoba untuk melihat beberapa hal yang menjadi perhatian. Dalam dokumen
kebijakan kinerja yang dilakukan oleh LSM Tikipepa, maka kemudian penulis mencoba untuk
mendalami apa yang telah menjadi dasar dalam kegiatan pemberdayaan dalam konteks Gerkan
Sosial. Kami juga berkunjung ke kampung-kampung untuk memastikan kondisi yang
sebenarnya disana muda-mudahan LSM ini menjadi corong penyambung lidahnya bapa ibu yang
ada di kampung-kampung dan pemerintah daerah. Beberapa kesempatan kami telah beraudiensi
dengan pemerintah daerah untuk menyampaikan informasi-informasi dan juga kami beraudiensi
dengan temen-temen yang ada di DPR untuk menyampaikan informasi secara riil yang terjadi di
lapangan, itu cara kami memperdayakan masyarakat asli Papua.
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 7
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
Strategi dalam mendorong peningkatan kapasitas masyarakat asli Papua (OAP) kami kenal
dengan urusan dari matahari terbit sampai matahari terbenam atau (proses hulu s/d hilir). Yang di
pahami sebagai urusan dari perubahan menset/pola pikir (kesadaran), pemberian fasilitas dan
penyediaan pasar. Nah tiga hal ini sering menjadi masalah yang dihadapi oleh orang asli Papua
(OAP). Ways (2015) NGO/ Ornop juga harus melakukan model strategi planning seperti
organisasi atau komunitas yang lain agar lembaga tersebut jelas kemana arahnya, apa cita-
citanya dan apa strategi planning, sehingga menjadi rujukan inti dari setiap aksi ornop/NGo
tersebut dalam mencapai cita-cita. Strategi Planning juga akan memperjelas tata kelola dan bisa
berkontribusi untuk peningkatan kapasitas organisasi bagi LSM/NGO atau Ornop, ada beberapa
hal yang harus dipahami sebelum, saat dan setelah melakukan Strategi Planning bagi sebuah
LSM/NGO/Ornop, yakni: 1) Memahami apa itu strategi planning (siapa kita, apa kapasitas yang
kita memiliki; Apa masalah, isu kritis, apa prioritas, apa yang kita hadapi); 2) Merencanakan
kegiatan sebagai planning (Penjadwalan (timing), siapa yang terlibat dan siapa yang
memfasilitasi; 3) Menentukan ruang lingkup Strategi Plaining; 4) Menentukan framework
strategis; san 5) Penyesuaian hasil strategi planning untuk internal lembaga.
Pihak LSM Tikipepa lakukan perubahan menset dengan memberikan pelatihan atau
pendidikan non-formal, upaya ini dengan cara pelatihan anyaman, menjahit dan pelatihan pintar
komputer (Pintar-KO). Kegiatan ini semata adalah bagian dari pada upaya untuk meningkatkan
kapasitas Orang Asli Papua (OAP) luar dari agenda pendidikan formal, bukan saja pelatihan
teknis tapi ada materi yang diberikan oleh fungsionaris dan instruktur profesional dari kalangan
akademis dan praktisi untuk memberikan pencerahan. Dengan harapan bahwa materi ini bisa
mengangkat mentalitas peserta yang mengikuti kegiatan tersebut. Soetomo (Mubarak, 2010)
pemberdayaan dalam pengembangan kapasitas menjadi tujuan utama yang hendak dicapai dari
pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup dan menciptakan masyarakat sejahtera secara
fisik, mental maupun sosial, namun pendekatan yang digunakan dalam pembangunan harus
senantiasa mengutamakan proses daripada hasil. Hal itu semata-mata kesadaran masyarakat
yang kemudian itu berefek kepada daya partisipasi masyarakat dalam peningkatan indeks
kesejahteraan hidup dan peningkatan planning hidup yang berefek pada perubahan di level yang
lebih produktif.
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 8
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
Tahun 2018 69
Tahun 2017 56
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh LSM Tikipepa bagian dari pada upaya program
pendidikan non-formal sebagaimana tercantum dalam pasal 26 ayat 3 Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Skema mencerdaskan publik juga telah
dijelaskan secara regulasi. Soetomo (2011) rangka pengembangan kapasitas masyarakat, tidak
tabu bagi peranan pihak eksternal. Apabila pengembangan kapasitas tersebut ditujukan pada
masyarakat lokal, maka pihak eksternal adalah mereka yang berasal dari luar masyarakat lokal
yang mempunyai kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat. Pihak eksternal ini dapat
berasal dari lembaga pemerintah maupun nonpemerintah. Sudah tentu sesuai pendekatan
pemberdayaan, peranan mereka harus ditempatkan sebagai bagian dari enabling process. Oleh
sebab itu, yang dominan semestinya tetap masyarakat yang bersangkutan. Itulah sebabnya
berbagai upaya dari luar ini lebih tepat disebut sebagai stimuli eksternal, oleh karena lebih
bersifat mendorong dan merangsang tumbuh dan berkembangnya potensi serta energi internal.
Sebagai sebuah stimuli sudah tentu keberadaannya hanya sementara, karena setelah kapasitas
internal dapat ditumbuhkan maka stimuli dihentikan.
Ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi sebagai penyebabnya. Salah satunya dan
yang paling penting adalah tidak atau belum digunakannya pendekatan yang tepat dalam upaya
pengembangan kapasitas masyarakat melalui proses pemberdayaan tersebut. Tidak sedikit pihak-
pihak yang berpikir keliru tentang pendekatan dalam pengembangan kapasitas. Kebanyakan
orang melihatnya sebagai sekadar upaya membantu masyarakat, sehingga dianggap sebagai
pekerjaan yang tidak sulit asal tersedia dana dan perangkatnya, sehingga dapat dilakukan oleh
siapa saja tanpa memperhatikan proses dan pendekatannya.
Temuan lapangan menunjukan bahwa proses pengembangan kapasitas bukan hal muda,
peserta harus dikawal dan di dampingi hingga bisa memiliki perubahan. Oleh karena itu Ketua
Irianto M. Ali menegaskan bahwa kelemahan terbesar kami yang sulit dikerjakan adalah proses
pengawalan yang rutin, hal itu dikarenakan keterbatasan dana, oleh karena itu strategi kami
untuk kelangsungan itu terus berkesinambungan maka LSM Tikipepa menyerahkan hasil
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 9
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
kegiatan ini kepada pihak pemerintah untuk terus mengawasi dan melakukan pembinaan dengan
jalan Kolaborasi. Hal-hal penting dalam pengembangan kapasitas sehingga terbentuk pola pikir
yang baik, kepemimpinan dan mentalitas bertanggungjawab. Elemen-elemen dalam
pengembangan kapasitas merupakan hal-hal yang harus dilaksanakan dalam mencapai kondisi
kapasitas masyarakat yang berkembang. Garlick dalam Mc Ginty (Mubarak, Z. 2010)
menyebutkan lima elemen utama dalam pengembangan kapasitas sebagai berikut: 1)
Membangun pengetahuan, meliputi peningkatan keterampilan, mewadahi penelitian dan
pengembangan, dan bantuan belajar; 2) Kepemimpinan; 3) Membangun jaringan, meliputi usaha
untuk membentuk kerjasama dan aliansi; 4) Menghargai komunitas dan mengajak komunitas
untuk bersama-sama mencapai tujuan; 5) Dukungan informasi, meliputi kapasitas untuk
mengumpulkan, mengakses dan mengelola informasi yang bermanfaat.
Pemberian bantuan dilakukan secara kolektif dan terus dikawal hingga proses
implementasi bantuan itu terealisasi dan memberikan nilai manfaat untuk masyarakat. Walau
dipahami proses ini bukan hal muda dan berjalan dengan cepat, membutuhkan waktu dan
konsistensi yang tinggi untuk menuntaskan kegiatan-kegiatan pendampingan. Bantuan
tergantung kebutuhan kepentingan, misalnya setelah pelatihan menjahit maka bantuan sesuai
kompetensi yang telah terbentuk, bisanya mesin jahit, kain dan sedikit dana pembinaan untuk
operasional dari kegiatan menjahit tapi bersifat kolektif atau kelompok. Bantuan yang sama juga
untuk kelompok pelatihan pintar komputer (Pintar-KO) batuan fasilitas komputer, dengan
catatan pengembangan pengetahuan bisa terus ditularkan kepada generasi muda. Harapan-
harapan keberlanjutan itu menjadi harapan dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
LSM Tikipepa.
Strategi khusus yang dilakukan LSM Tikipepa yang dijelaskan oleh Irianto M. Ali,
menjelaskan dengan fungsionalisasi dari model strategi yang dilakukan:
Pertam, Strategi perdekatan persuasif kepada pemerintah kampung dengan harapan
bahwa pemerintah kampung bisa menggerakkan partisipasi dari masyarakat untuk
bisa mengikuti kegiatan yang sudah menjadi program lembaga. Kedua, strategi
kolaborasi dengan melibatkan semua stakeholder yang berkepentingan soal
bagaimana pengembangan kampung baik itu Dinas Pemberdayaan kampung mupun
stekholden-stekholden yang terkait. Jadi ini langkah strategi kami sehingga bisa
dekat langsung menyentuh langsung, dengan bapa ibu yang ada di kampung,
misalnya kerja Sama kami dengan pemerintah kabupaten dari pemerintah kabupaten
kami juga bekerja sama dengan Distrik-Distrik terkait. Ketiga adalah kami
melekukkan pendampingan secara langsung, pes to pes jadi ibu-ibu dan bapa-bapa
yang ingin terlibat dalam pelatihan, kami langsung datangkan ke sekretariat untuk
mengikuti pelatihan kami mengajari langsung sehingga ketiga bapa ibu yang ketidak
paham langsung bertanya ke narasumber kami pendampingan step by step secara
langsung sehingga sistematis, itu strategi kami setelah kami bina setelah kami
melakukan pendekatan-pendekatan kepada mereka. Luar biasa mereka sendiri jahit
menjahit batik sendiri, rok sendiri ini luar biasa makanya ini kita butuh
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 10
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
profesionalitas kita butuh kesadaran akan memiliki negri ini. Empat adalah kami
sering berdiskusi dengan Bapa/Ibu pemangku kepentingan untuk melakukan
pendampingan jika kendala yang dihadapi.
Fungsionalisme strategi adalah bagian dari pada cara LSM Tikipepa untuk
memaksimalkan kerja-kerja sehingga terukur dan tercapainya program-program strategis. Upaya
yang tetapkan bisa memberikan efek perubahan terhadap masyarakat asli Papua (OAP).
SIMPULAN
Berdasarkan temuan penelitian tersebut di atas, maka peranan LSM Tikipepa memberikan
perubahan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Papua (OAP), oleh karena itu LSM
Tikipepa memberikan motif efek di jalan perubahan. Peranannya mendorong masyarakat di
Kampung untuk hadir mengikuti pelatihan seperti menjahit dan pintar komputer (Pintar-KO),
target yang ditempuh adalah berharapan orang asli Papua (OAP) yang mendapat sentuhan dan
pembinaan dari LSM Tikipepa meningkatkan inovasi dan kesejahteraan hidup. Harapan besar
lainnya masyarakat dalam pelatihan itu bisa meningkatkan kapasitas (kesdaran), personal
leadership dan mentalitas bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Stephanus Pelor, S. H. (2018). Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Terhadap
Pembangunan Politik Dan Demokrasi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum DE'JURE:
Kajian Ilmiah Hukum, 3(1), 131-146.
Humaidi, Z. (2009). Peranan LSM Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Atas Perubahan
Paradigmatis Gerakan LSM di Indonesia). Sosio Informa, 14(3).
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 11
Gradual Volume 8 No. 2 2019
July 28, 2019
Pahri, P. (2017). Model pemberdayaan ekonomi perempuan Papua melalui majelis Rakyat
Papua: Studi Kasus Masyarakat Perempuan Asli Papua di Kota Jayapura (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/tujuan-prinsip-dan-tahapan-pemberdayaan-
masyarakat.html (diakses pada 7 Mei 2021).
Gerakan Pemberdayaan Orang Asli Papua Dalam Perspektif Lembaga Swadaya Masyarakat 12