Artikel Ki

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

COVID-19 DI KOTA BOGOR

Reynanda Nadhira Rinaldi

Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat


Universitas Pembanguanan Nasional Veteran Jakarta
Kampus 1 Jl. RS Fatmawati Pondok Labu Jakarta Selatan, Kampus II Jl. Raya Limo Depok
Indonesia. Telp: (021) 765-6971, Ext. 164-207, Fax 7656904. Ps. 230,
Email : [email protected]

Abstract

Bogor City is an area that has a high risk of transmission of the COVID-19 virus. According to
the Health Protocol Compliance Monitoring Survey, Bogor residents only have a protocol against
the health protocol in the range of 61-75%. The purpose of this study was to determine the risk
factors associated with the incidence of COVID-19 in Bogor City in 2020. This study used a
cross-sectional quantitative analytical design. The sample of 110 people consisted of Bogor
residents who had conducted a PCR Swab Test based on surveillance data at the Bogor City
Health Office and Bogor Puskesmas with a purposive sampling technique. Bivariate data analysis
using Chi-Square and multivariate data analysis using multiple logistic regression (α = 0.05).
Bivariate research shows that risk factors associated with the incidence of COVID-19 include
gender, comorbidities, frequency of visits to public places, duration of being outside the home,
use of public transportation, safe distance surveillance, habits, smoking habits, and alcohol
habits. Based on the results of the multivariate analysis, male respondents have a risk of being
infected with COVID-19, according to the assessment of female respondents with a POR of
4,916 (95% CI: 2,162-11,180) and the frequency of respondents visiting public places more than
3 times a week at risk for COVID-19 infection of respondents who have never visited a public
place in a week with POR 11,797 (95% CI: 4,343-32,042). Respondents who are male and
respondents who visit places more than 3 times are at general risk of being infected with COVID-
19 in Bogor City

Keywords : Health Protocol Behavior, COVID-19 in Bogor City

sebagai SARS-CoV-2 (severe acute


PENDAHULUAN
respiratory syndrome coronavirus 2) oleh
Pada Januari 2020, muncul sebuah
World Health Organization (WHO). WHO
penyakit menular yang berasal dari Cina
mengatakan bahwa SARS-CoV-2 jauh lebih
yang merupakan penyakit pneumonia (D.
berbahaya daripada kejadian SARS pada
Wang et al., 2020). Penyebab wabah ini
tahun 2003, sehingga SARS-CoV-2
adalah virus yang kemudian diberi nama

1
dikatakan sebagai masalah darurat kesehatan Jakarta. Sama halnya seperti kasus COVID-
masyarakat (Han and Yang, 2020). 19 di provinsi DKI Jakarta, kelompok usia
Pada tahun 2020, Indonesia 31-45 tahun dan jenis kelamin laki-laki yang
menduduki urutan kedua untuk kasus menjadi kelompok yang paling banyak
COVID-19 pada penambahan jumlah kasus menderita COVID-19 di Kota Bogor (Satgas
setiap harinya se-Asia Tenggara. Pada Penanganan COVID-19,2020)
urutan pertama dengan penambahan jumlah Di Provinsi Jawa Barat, Kota Bogor
kasus tertinggi di Asia Tenggara yaitu menduduki kasus tertinggi pada penderita
Filipina. Namun, sejak bulan Februari tahun dan kematian akibat COVID-19 (Pusat
2021 Indonesia mulai menduduki urutan Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa
pertama kasus COVID-19 pada penambahan Barat,2020). Kasus positif COVID-19 di
jumlah kasus tertinggi setiap harinya. wilayah Kota Bogor yang diambil pada 6
Indonesia juga menduduki kasus COVID-19 September 2020, terdapat 734 kasus positif
dengan jumlah kasus kematian tertinggi dengan kasus tertinggi pada usia lansia (>45
setiap harinya sejak bulan Februari (Center tahun) sebanyak 284 kasus dan pada urutan
for Strategic and International Studies, kedua kasus COVID-19 tertinggi yaitu pada
2020). orang usia dewasa ( 26-45 tahun) sebanyak
Sejak masuknya COVID-19 di 282 kasus dengan kasus tertinggi pada orang
Indonesia pada bulan maret 2020, kasus dengan berjenis kelamin laki-laki sebesar
COVID-19 sebanyak 1528 dengan CFR 52% (Pusat Informasi & Koordinasi
(Case Fatality Rate) sebesar 8,9% dimana COVID-19, 2020). Kejadian COVID-19 di
CFR tersebut lebih tinggi daripada CFR kota Bogor bersifat fluktuatif namun
(Case Fatality Rate) di Cina yaitu sebesar cenderung terjadi peningkatan (Imam Teguh,
4% (Kemkes.go.id, 2020). DKI Jakarta 2020). Kota Bogor menjadi wilayah zona
merupakan provinsi yang menduduki kasus merah atau wilayah dengan risiko tinggi
COVID-19 tertinggi dengan kelompok usia untuk terjadi penularan COVID-19 yang
31-45 tahun dan jenis kelamin laki-laki yang artinya transmisi lokal sudah terjadi dengan
menjadi kelompok paling banyak menderita cepat dan wabah banyak membentu kluster-
COVID-19. Provinsi Jawa Barat merupakan kluster baru. Menurut Survei Monitoring
provinsi yang menduduki urutan kedua Kepatuhan Protokol Kesehatan, Warga
kasus COVID-19 tertinggi setelah DKI Bogor memiliki kepatuhan terhadap protokol

2
kesehatan hanya berkisar 61-75% (Satgas CDC mengungkapkan bahwa lansia rentan
Penanganan COVID-19,2020). untuk mengalami kejadian COVID-19.
Menurut penelitian Morawska (2020) Selain itu, pada penelitian An Pan (2020)
virus COVID-19 dapat menyebar dengan didapatkan bahwa lansia memiliki risiko
sangat cepat sehingga diperlukan penerapan 3,61 kali untuk terinfeksi COVID-19
physical distancing (Morawska and Cao, daripada orang dengan kelompok usia
2020). Penerapan Physical distancing dapat kurang dari 20 tahun (Pan, 2020). Lansia
dilakukan dengan mengurangi aktivitas merupakan kelompok usia yang rentan untuk
diluar rumah dan berkunjung ke tempat terinfeksi COVID-19 terutama apabila lansia
keramaian serta menjaga jarak aman sejauh tersebut memiliki komorbiditas (Johns
2 meter (Kemenkes,2020). Hopkins Coronavirus Resource
Penelitian Xie (2020) mengenai Center,2020). Berdasarkan data dari CDC
perilaku protokol kesehatan diantaranya (Centre of Disease Control ) terkait dengan
frekuensi berkunjung ke tempat umum, populasi dunia yang berisiko untuk
menjaga jarak aman, dan menghindari mengidap COVID-19 adalah orang dengan
penggunaan transportasi publik didapatkan usia 50 tahun ke atas. Orang dengan usia 50
bahwa terdapat pengaruh antara kepatuhan tahun ke atas 4 kali lebih bersiko untuk
protokol kesehatan dengan kejadian mengidap COVID-19 dibanding orang
COVID-19 (p=0,001). Selain itu, data dari dengan usia 18-29 tahun(Centers for Disease
CDC mengungkapkan bahwa faktor yang Control and Prevention, 2020).
paling berisiko untuk meningkatkan Komorbiditas merupakan penyakit
penularan COVID-19 adalah situasi atau kondisi seseorang memiliki penyakit
keramaian dan kontak fisik (Centers for lain selain penyakit utama. Menurut Wang
Disease Control and Prevention, 2020) (2020) komorbiditas yang paling berisiko
Selain perilaku protokol kesehatan ada untuk memperparah penderita COVID-19
beberapa faktor risiko COVID-19 yang tidak diantaranya hipertensi, diabetes mellitus,
dapat dimodifikasi dan merupakan penyakit paru obstruktif kronik, dan
karakteristik individu. Usia lanjut penyakit kardivaskuler. Seseorang yang
menyebabkan daya tahan tubuh seseorang memiliki komorbid hipertensi dapat
menurun sehingga mudah untuk terserang memperparah penyakit COVID-19 sebesar
virus. Pada kejadian COVID-19, data dari 2,29 kali daripada orang yang tidak memiliki

3
komorbid hipertensi (p=0,001;OR=2,29). merokok. Perokok berisiko 1,9 kali
Selain itu, seseorang yang memiliki terinfeksi COVID-19 dibanding non perokok
komorbid diabetes mellitus dapat (Patanavanich and Glantz, 2020). Selain itu
memperparah penyakit COVID-19 sebesar pada penelitian Zhao et,al tahun 2020,
2,47 kali daripada orang yang tidak memiliki perokok berisiko 1,98 kali lebih rentan
komorbid diabetes mellitus terinfeksi COVID-19 dibanding non
(p=0,001;OR=2,47). Orang yang memiliki perokok.
komorbid PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Konsumsi alkohol menyebabkan
Kronik) dapat memperparah penyakit kerusakan sel usus sehingga menghasilkan
COVID-19 sebesar 5,97 kali daripada orang translokasi lipopolisakarida yang dapat
yang tidak memiliki komorbid PPOK menyebabkan proinflamasi sitokin (Sarin,
(p=0,001;OR=5,79).Penyakit kardiovaskuler Pande and Schnabl, 2019). Konsumsi
juga bisa memperparah keadaan seseorang alkohol dapat menyebabkan peningkatan
yang menderita COVID-19 sebesar 2,93 kali infeksi virus pada seseorang (Simou, Britton
daripada orang yang tidak memiliki and Leonardi-Bee, 2018)
komorbid kardiovaskuler Menurut penelitian Xie (2020) Faktor
(p=0,001;OR=2,93) (B. Wang et al., 2020). perilaku sangat berpengaruh dalam kejadian
Pada kasus COVID-19 di DKI COVID-19 dan menurut Survei Monitoring
Jakarta dan di Kota Bogor, kejadian Kepatuhan Protokol Kesehatan, Warga
COVID-19 lebih banyak terjadi pada laki- Bogor memiliki kepatuhan terhadap protokol
laki daripada perempuan (Satgas kesehatan hanya berkisar 61-75%. Kota
Penanganan COVID-19,2020). Menurut Bogor merupakan wilayah dengan risiko
penelitian Yang J Tahun 2020 mengenai tinggi untuk terjadi penularan COVID-19
prevalensi komorbid dan efeknya pada (Satgas Penanganan COVID-19,2020).
COVID-19 didapatkan bahwa Case Fatality Selain itu karakteristik individu yaitu usia
Rate 2,8% lebih banyak terjadi pada laki-laki seseorang yang berpengaruh dengan
daripada perempuan (Yang, Zheng, Gou, Pu, kejadian COVID-19 (Pan, 2020), komorbid
Chen, et al., 2020). Menurut penelitian seseorang yang berpengaruh dengan
Patanavich R (2020) Laki-laki cenderung kejadian COVID-19 (Apicella et al., 2020)
lebih mudah terserang COVID-19 dan jenis kelamin yang berhubungan
dikarenakan gaya hidupnya diantaranya dengan kejadian COVID-19 (Yang, Zheng,

4
Gou, Pu, Chen, et al., 2020).Oleh karena dalam peneltian ini adalah 2414 orang yang
itu,penelitian ini akan dilakukan untuk merupakan warga Kota Bogor dengan hasil
meneliti faktor risiko yang berhubungan pemeriksaan Swab Test PCR positif atau
dengan kejadian COVID-19. Faktor risiko negatif di bulan Agustus. Teknik
tersebut diantaranya usia, komorbid, jenis pengambilan sampel yang digunakan pada
kelamin, perilaku protokol kesehatan, penelitian ini dengan Purposive Sampling.
kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol Dalam menentukan jumlah sampel
yang berhubungan dengan kejadian COVID- penelitian berikut maka peneliti
19. menggunakan rumus slovin.
Setelah dilakukan perhitungan, maka
jumlah sampel minimal dalam penelitian ini
METODE
adalah 343 responden. Kriteria Inklusi
Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif
penelitian ini adalah semua warga Bogor
dengan desain studi cross sectional. Peneliti
yang berdomisili di Bogor dan warga Bogor
memilih desain cross-sectional dikarenakan
yang pernah melakukan pemeriksaan Swab
penelitian ini bersifat survey dan wawancara
Test PCR di Dinas Kesehatan Kota Bogor
untuk melihat faktor risiko yang
atau di 25 Puskesmas tingkat kecamatan
mempengaruhi kejadian COVID-19 di Kota
Kota Bogor pada bulan Agustus. Variabel
Bogor. Penelitian ini menggunakan analisis
independen dari penelitian ini diantaranya
univariat, analisis bivariat yaitu Chi-Square
karakteristik individu, perilaku protokol
dan analisis multivariat yaitu regresi logistik
kesehatan, serta kebiasaan merokok dan
ganda. Lokasi penelitian ini dilakukan di
mengonsumsi minuman beralkohol.
Dinas Kesehatan Kota Bogor yang beralamat
Karakteristik individu diantaranya usia,
di Jl.Kesehatan No.3 Kecamatan Tanah
komorbiditas, dan jenis kelamin. Perilaku
Sareal Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan
pencegahan COVID-19 diantaranya
pada bulan Januari dengan mengambil data
penggunaan masker, frekuensi berkunjung
primer dan sekunder. Populasi penelitian ini
ke tempat umum dan durasi saat berada di
adalah seluruh warga Kota Bogor yang
luar rumah, menjaga jarak aman dengan
pernah melakukan pemeriksaan Swab Test
orang lain penggunaan transportasi publik
PCR pada bulan Agustus di Dinas Kesehatan
dan kebiasaan mendisinfeksi tempat kerja.
Kota Bogor atau di 25 Puskesmas tingkat
Variabel dependen penelitian ini adalah
kecamatan Kota Bogor. Jumlah populasi

5
kejadian COVID-19 pada warga Bogor. Hasil distribusi frekuensi responden terdiri
Pengambilan data primer pada penelitian ini dari usia, jenis kelamin dan komorbid. Pada
menggunakan kuesioner Google Form yang tabel diatas dapat diketahui responden
digunakan untuk meneliti variabel dengan karakteristik usia terbanyak pada
independen diantaranya usia, jenis kelamin, rentang <32 tahun (53,6%). Pada
komorbid, penggunaan jenis makser, karakteristik jenis kelamin 53,6% adalah
frekuensi berkunjung ke tempat umum, perempuan dan pada karakteristik komorbid
durasi di luar rumah, penggunaan (hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit
transportasi publik, menjaga jarak aman, paru obstruktif kronik) 84,5% tidak memiliki
kebiasaan disinfeksi, kebiasaan merokok dan komorbid. Penelitian ini didominasi oleh
kebiasaan konsumsi alkohol. Teknik responden yang menggunakan jenis masker
pengumpulan data sekunder penelitian ini medis/kain sebesar 90,9%. Hasil penelitian
menggunakan data yang sudah tersedia di juga menunjukkan bahwa responden
Dinas Kesehatan Kota Bogor berdasarkan memiliki frekuensi berkunjung ke tempat
data surveilans. umum lebih dari 1 kali dalam seminggu
Data sekunder dalam penelitian ini sebesar 39,1%. Pada variabel durasi saat
digunakan untuk meneliti variabel dependen berada di luar rumah menunjukkan
yaitu kejadian COVID-19 pada responden mayoritas responden berada diluar rumah
atau riwayat keterpaparan COVID-19 pada kurang dari 6 jam sebesar
responden. 58,2%.Berdasarkan variabel penggunaan
transportasi publik, mayoritas responden
HASIL
menggunakan trasnportasi publik sebesar
1. Analisis Univariat 74,5%. Selain itu mayoritas responden
Hasil distribusi frekuensi variabel dependen memperhatikan jarak aman minimal 1 meter
yaitu kejadian COVID-19 sejumlah 110 dengan orang lain sebesar 63,6%.Pada
responden dimana mayoritas responden variabel kebiasaan mendisinfeksi rumah,
mendapatkan hasil negatif pada pemeriksaan tempat kerja dan tempat usaha, mayoritas
Swab Test PCR di Dinas Kesehatan Kota responden melakukannya 3 kali dalam sehari
Bogor maupun di Puskesmas Kota Bogor sebanyak 48,2%. Mayoritas responden
pada bulan agustus (54,5%). merupakan bukan perokok sebanyak 68,2%

6
dan mayoritas responden juga bukan
pengonsumsi alkohol sebanyak 88,2%.

2. Analisis Bivariat
Tabel 1 Analisis Bivariat antara Faktor Risiko Karakteristik Responden dengan
Kejadian COVID-19
Status COVID-19
Nilai POR
Karakteristik Positif Negatif Jumlah
P (95% CI)
N % N % N %
Usia
<32 Tahun 28 47,5 31 52,5 59 100,0 1
≥32 Tahun 32 62,7 19 37,3 51 100,0 0,157 1,86 (0,86-4,00)
Jenis Kelamin
Perempuan 22 37,3 37 62,7 59 100,0 1
Laki-laki 38 74,5 13 25,5 51 100,0 0,000 4,91 (2,16-11,18)
Komorbid
Tidak 46 49,5 47 50,5 93 100,0 1
Ada 14 82,4 3 17,6 17 100,0 0,025 4,76 (1,28-17,69)

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa 51 (74,5%) dan 59 responden berjenis kelamin
responden yang berumur ≥32 tahun terdapat perempuan terdapat 22 responden berstatus
32 responden berstatus positif COVID-19 positif COVID-19 (37,3%). Hasil uji statistik
(62,7%) dan 59 responden yang berumur diperoleh p=0,000 maka dapat disimpulkan
<32 tahun terdapat 28 responden berstaus p<0,05 artinya terdapat hubungan antara
positif COVID-19. Hasil uji statistik jenis kelamin dengan kejadian COVID-19.
diperoleh p=0,157 maka dapat disimpulakan Responden laki-laki berisiko untuk terinfeksi
bahwa p>0,05 artinya tidak terdapat COVID-19 dibandingkan dengan responden
hubungan antara usia dengan kejadian perempuan dengan POR 4,916 (95%CI :
COVID-19. Responden dengan usia ≥32 2,162-11,180)
tahun berisiko untuk terinfeksi COVID-19 Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa 17
dibandingkan dengan responden dengan usia responden yang memiliki komorbid terdapat
<32 tahun dengan POR 1,865 (95% CI : 14 responden berstatus positif COVID-19
0,869-4,002) (82,4%) dan 93 responden yang tidak
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa 51 memiliki komorbid terdapat 46 responden
responden berjenis kelamin laki-laki terdapat yang berstatus positif COVID-19 (49,5%).
38 responden berstatus positif COVID-19 Hasil uji statistik diperoleh p=0,025 maka

7
dapat disimpulkan p<0,05 artinya terdapat COVID-19 dibandingkan responden yang
hubungan antara jenis kelamin dengan tidak memiliki komorbid dengan POR 4,768
kejadian COVID-19. Responden yang (95% CI : 1,285-17,699).
memiliki komorbid berisiko untuk menderita

Tabel 2 Analisis Bivariat antara Faktor Risiko Protokol Perilaku Kesehatan dengan Kejadian
COVID-19 di Kota Bogor

Status COVID-19
Karakteristik Positif Negatif Jumlah Nilai POR
P (95% CI)
N % N % N %
Jenis masker
Medis/Kain 51 51,0 49 49,0 100 100,0 1
Scuba 9 90,9 1 10,0 10 100,0 0,210 8,64 (1,05-70,81)
Frekuensi ke tempat umum
Tidak Pernah 23 34,3 44 65,7 67 100,0 1
Lebih ≥1 kali 37 86,0 6 14,0 43 100,0 0,000 11,79 (2,35-17,56)
Durasi di luar rumah
Kurang dari 6 jam 21 32,8 43 67,2 64 100,0 1
Lebih dari 6 jam 39 84,8 7 15,2 46 100,0 0,000 11,40 (4,34-32,04)
Penggunaan transportasi publik
Tidak 39 47,6 43 52,4 82 100,0 1
Ya 21 75,0 7 25,0 28 100,0 0,022 3,30 (1,26-8,62)
Menjaga jarak aman
Ya 28 40,0 42 60,0 70 100,0 1
Tidak 32 80,0 8 20,0 40 100,0 0,000 6,00 (2,41-14,91)
Kebiasaan disinfeksi
≥3 kali 27 42,2 37 57,8 64 100,0 1
< 3 kali 13 28,3 33 71,7 46 100,0 0,002 3,47 (1,54-7,82)
Kebiasaan merokok
Tidak 29 38,7 46 61,3 75 100,0 1
Ya 31 88,6 4 11,4 35 100,0 0,000 12,29 (3,93-38,44)
Kebiasaan konsumsi alkohol
Tidak 48 49,5 49 50,5 97 100,0 1
Ya 12 92,3 1 7,7 13 100,0 0,009 12,25 (1,52-97,90)

Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa 10 medis/kain terdapat 51 responden yang


responden yang menggunakan masker jenis berstatus positif COVID-19 (51,0%). Hasil
scuba terdapat 9 responden yang berstatus uji statistik diperoleh p=0,210 maka dapat
positif COVID-19 (90,9%) dan 100 disimpulkan p>0,05 artinya tidak terdapat
responden yang menggunakan masker jenis hubungan antara jenis masker yang
8
digunakan responden dengan kejadian di luar rumah kurang dari 6 jam terdapat 21
COVID-19. Responden yang menggunakan responden berstatus positif COVID-19
masker jenis scuba berisiko untuk terinfeksi (32,8%). Hasil uji statistik diperoleh
COVID-19 daripada responden yang p=0,000 maka dapat disimpulkan p<0,05
menggunakan masker jenis kain/media artinya tidak terdapat hubungan antara durasi
dengan POR 8,64 (95% CI : 1,05-70,81). responden berada diluar rumah dengan
Dapat diketahui bahwa 43 responden kejadian COVID-19. Responden dengan
yang memiliki frekuensi berkunjung ke durasi lebih dari 6 jam saat diluar rumah
tempat umum lebih dari 1 kali dalam berisko untuk terinfeksi COVID-19 daripada
seminggu terdapat 37 responden berstatus responden dengan durasi kurang dari 6 jam
positif COVID-19 (86,0%) dan 67 saat berada diluar rumah dengan POR 11,40
responden yang tidak pernah berkunjung ke (95% CI : 4,37-29,76).
tempat umum dalam seminggu terdapat 23 28 reponden yang menggunakan
responden berstatus positif COVID-19 trasnportasi publik terdapat 21 responden
(34,3%). Hasil uji statistik diperoleh berstatus positif COVID-19 (75,0%) dan 82
p=0,000 maka dapat disimpulkan p<0,05 responden yang tidak menggunakan
artinya tidak terdapat hubungan antara transportasi publik terdapat 39 responden
frekuensi berkunjung ke tempat umum yang berstatus positif COVID-19 (47,6%).
dengan kejadian COVID-19. Responden Hasil uji statistik diperoleh p=0,022 maka
yang berkunjung ke tempat umum lebih dari dapat disimpulkan p<0,05 artinya terdapat
sama dengan 1 kali dalam seminggu berisiko hubungan antara penggunaan transportasi
untuk terinfeksi COVID-19 daripada publik dengan kejadian COVID-19.
responden yang yang tidak pernah Responden yang menggunakan transportasi
berkunjung ke tempat umum dalam publik berisiko untuk terinfeksi COVID-19
seminggu dengan POR 11,79 (95% CI : dibandingkan responden yang tidak
(4,34-32,04) menggunakan trasnportasi publik dengan
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa 46 POR 3,30 (95% CI : 1,26-8,62).
responden yang beraktivitas di luar rumah Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa
dengan durasi lebih dari 6 jam terdapat 39 40 responden yang tidak menjaga jarak
responden yang berstatus positif COVID-19 aman terdapat 32 responden berstatus positif
(84,8%) dan 64 responden yang beraktivitas COVID-19 (80,0%) dan 70 responden yang

9
menjaga jarak aman terdapat 28 responden Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa
yang berstatus positif COVID-19 (40,0%). 35 responden yang memiliki kebiasaan
Hasil uji statistik diperoleh p=0,000 maka merokok terdapat 31 responden yang
dapat disimpulkan p<0,05 artinya terdapat berstatus positif COVID-19 (88,6%) dan 75
hubungan antara menjaga jarak aman dengan responden yang tidak memiliki kebiasaan
orang lain dengan kejadian COVID-19. merokok terdapat 29 responden yang
Responden yang tidak menjaga jarak aman berstatus positif COVID-19 (38,7%). Hasil
dengan orang lain berisiko untuk terinfeksi uji statistik diperoleh p=0,000 maka dapat
COVID-19 daripada responden yang disimpulkan p<0,05 artinya terdapat
menjaga jarak aman dengan orang lain hubungan antara kebiasaan merokok dengan
dengan POR 6,00 (95% CI : 2,41-14,91). kejadian COVID-19. Responden yang
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa memiliki kebiasaan merokok berisiko untuk
46 responden yang memiliki kebiasaan terinfeksi COVID-19 dibandingkan
disinfeksi kurang dari 3 kali dalam sehari responden yang tidak merokok dengan POR
terdapat 13 responden yang berstatus positif 12,29 (95% CI : 3,93-38,44).
COVID-19 (28,3%) dan 64 responden yang Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa 13
memiliki kebiasaan disinfeksi lebih dari responden yang memiliki kebiasaan
sama dengan 3 kali dalam sehari terdapat 27 konsumsi alkohol terdapat 12 responden
responden yang berstatus positif COVID-19 yang berstatus positif COVID-19 (92,3%)
(42,2%). Hasil uji statistik diperoleh dan 97 responden yang tidak memiliki
p=0,005 maka dapat disimpulkan p<0,05 kebiasaan konsumsi alkohol terdapat 48
artinya terdapat hubungan antara kebiasaan responden yang berstatus positif COVID-19
mendisinfeksi Rumah, Tempat Kerja dan (49,5%). Hasil uji statistik diperoleh
Tempat Usaha dalam sehari dengan kejadian p=0,009 maka dapat disimpulkan p<0,05
COVID-19. Responden yang melakukan artinya terdapat hubungan antara kebiasaan
disinfeksi kurang dari 3 kali dalam sehari konsumsi alkohol dengan kejadian COVID-
berisiko untuk terinfeksi COVID-19 19. Responden yang mengonsumsi alkohol
daripada responden yang melakukan berisiko untuk terinfeksi COVID-19
disinfeksi lebih dari sama dengan 3 kali daripada responden yang tidak mengonsumsi
dalam sehari dengan POR 3,47 (95% CI : alkohol dengan POR 12,25 (95% CI : 1,53-
1,54-7,82). 97,90).

10
3. Analisis Multivariat

Tabel 6 Model Akhir Tahap Analisis Multivariat


Variabel B SE Nilai P Exp (B) 95% CI
Lower Upper
Jenis kelamin 1,291 0,508 0,011 3,636 1,344 9,836
Frekuensi ke tempat umum 1,677 0,323 0,000 5,350 2,840 10,079
Constant -5,007 1,104 0,000 0,007

Pada tabel 3, diketahui sopir yang didapatkan bahwa Case Fatality Rate 2,8%
intensitas bekerjanya >19 tahun berisiko lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada
hipertensi 2,15 kali dibandingkan sopir yang perempuan. Kejadian Prevalensi pada laki-
intensitas bekerjanya ≤19 tahun (POR=2,15; laki lansia lebih rentan terkena COVID-19
p=0,405; 95% CI=0,58 – 8,00). Diketahui daripada laki-laki yang bukan lansia (HR
pada variabel intensitas mengemudi, 1,99, 95% CI 1,88-2,10)(Yang, Zheng, Gou,
didapatkan nilai p=0,726 (POR=0,70; 95% Pu, Chen, et al., 2020). Laki-laki cenderung
CI=0,18 – 2,77). Dan pada variabel stres lebih mudah terserang COVID-19
kerja didapatkan, sopir yang memiliki stres dikarenakan gaya hidupnya. Merokok dan
kerja berat berisiko hipertensi 1,88 kali konsumsi alkohol dapat mempengaruhi
dibandingkan sopir yang memiliki stres kerja kejadian COVID-19.Perokok lebih rentan
ringan (POR=1,88; p=0,520; 95% CI=0,52 – terserang COVID-19 dibanding non
6,76). Namun berdasarkan nilai p yang perokok, pada penelitian Patanavich R tahun
didapatkan, pada semua variabel sistem 2020 didapatkan hasil bahwa perokok
kerja tidak terdapat hubungan dengan berisiko 1,9 kali terinfeksi COVID-19
hipertensi. dibanding non perokok (Patanavanich and
Glantz, 2020). Mayoritas responden pada
PEMBAHASAN
penelitian ini adalah perempuan (53,6%).
Pada penelitian ini, terdapat hubungan antara
Namun, responden dengan jenis kelamin
jenis kelamin dengan kejadian COVID-19.
laki-laki berisiko sebesar 4,916 kali untuk
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
terinfeksi COVID-19 daripada responden
Yang J (2020) mengenai prevalensi
perempuan.
komorbid dan efeknya pada COVID-19

11
Pada penelitian ini, terdapat hubungan Sari (2020) mengenai jenis penggunaan
antara komorbid dengan kejadian COVID- masker sebagai upaya pencegahan penyakit
19. Hasil penelitian ini sejalan dengan COVID-19 di Ngronggah didapatkan adanya
penelitian Wang (2020), penderita COVID- hubungan antara jenis penggunaan masker
19 dengan komorbid dapat berisiko untuk dengan kejadian COVID-19 (p=0,004) (Devi
memperparah keadaan COVID-19 sebesar Pramita Sari and Nabila Sholihah ‘Atiqoh,
2,29 kali daripada seseorang yang tidak 2020).
memiliki komorbid (p=0,001;OR=2,29) (B. Penggunaan masker jenis scuba tidak
Wang et al., 2020).Komorbiditas merupakan dianjurkan oleh kementerian kesehatan
penyakit penyerta yang menggambarkan dikarenakan jenis masker tersebut tidak
kondisi terdapat penyakit lain yang dilami mampu memfiltrasi bakteri.Masyarakat
selain penyakit utama (D. Wang et al., umum dianjurkan untuk menggunakan
2020). Di Italia, 35% penderita COVID-19 masker kain dikarenakan serat kain pada
yang memiliki komorbid yang berkiatan makser dapat memfiltrasi bakteri.Selain itu,
dengan pembuluh darah seperti penyakit masyarakat umum juga diperbolehkan
jantung dan hipertensi serta penyakit asma menggunakan masker medis yang tersusun 3
dapat memperparah keadaan seseorang yang lapis guna memfiltrasi bakteri yang
terinfeksi COVID-19 (CDC,2020) Pada menyebar secara droplet (Menteri
penelitian ini, mayoritas responden tidak Kesehatan, 2020).
memiliki komorbid (93,0%). Namun, pada Pada penelitian ini terdapat hubungan antara
responden yang memiliki komorbid (15,5%) frekuensi berkunjung ke tempat umum
memiliki risiko 4,768 kali terinfeksi dengan kejadian COVID-19. Mayoritas
COVID-19 daripada responden yang tidak responden dalam penelitian ini melakukan
memiliki komorbid. Pada penelitian ini tidak kunjungan ke tempat umum seperti pasar,
terdapat hubungan antara penggunaan jenis terminal/pelabuhan/stasiun, tempat ibadah
masker pada responden dengan kejadian lebih dari 1 kali dalam seminggu (39,1%).
COVID-19. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Mayoritas responden pada penelitian Xie (2020) yaitu ada hubungan antara
ini menggunakan jenis masker medis/kain mengurangi frekuensi berkunjung ke tempat
(90,9%). Penelitian ini sejalan dengan umum dengan kejadian COVID-19
penelitian yang dilakukan oleh Devi Pramita (p=0,001) (Xie et al., 2020).Menurut

12
Kemenkes RI penerapan physical rumah dengan kejadian COVID-19
disatancing dapat dilakukan dengan (p=0,001) (Xie et al., 2020).Menurut CDC,
mengurangi aktivitas diluar dan berkunjung faktor yang paling berisiko untuk
ke tempat keramaian serta menjaga jarak meningkatkan penularan COVID-19 adalah
aman sejauh 2 meter (Kemenkes,2020). situasi keramaian, kontak fisik, dan durasi
Penerapan physical distancing dapat keterpajanan (Centers for Disease Control
diterapkan melalui program PSBB and Prevention, 2020).
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). Pada penelitian ini, terdapat hubungan antara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penggunaan transportasi publik dengan
Rahmadya Trias Handayanto mengenai kejadian COVID-19. Mayoritas responden
efektifitas pembatasan sosial berskala besar tidak mengunakan transportasi publik
(PSBB) di Kota Bekasi dalam mengatasi (74,5%). Pada penelitian ini, responden yang
COVID-19 dengan Model Susceptible- menggunakan trasnportasi publik berisiko
Infected Recovered (SIR) didapatkan 3,308 kali untuk terinfeksi COVID-19
adanya laju penurunan kasus terinfeksi daripada responden yang tidak
dengan beta dan gamma beruturut-turut menggunakan transportasi publik.Menurut
sebesar 0,071 dan 0,05 (Handayanto and penelitian Morawska dan Cao partikel kecil
Herlawati, 2020). dengan kandungan virus dapat melakukan
Pada penelitian ini terdapat hubungan perjalanan di lingkungan dalam ruangan,
antara durasi responden berada di luar rumah mencakup jarak hingga 10 meter mulai dari
dengan kejadian COVID-19. Mayoritas sumber emisi, sehingga mengaktifkan
responden melakukan aktivitas di luar rumah transmisi aerosol (Morawska and Cao,
kurang dari 6 jam dalam sehari (64%). Pada 2020). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian ini, responden yang melakukan hasil penelitian Nishiura (2020) bahwa
aktivitas di luar rumah lebih dari 6 jam Transmisi penularan Covi-19 18,7 kali
berisiko 11,408 kali untuk terinfeksi berisiko lebih tinggi di lingkungan tertutup
COVID-19 daripada responden yang seperti di dalam kendaraan daripada
beraktivitas kurang dari 6 jam. Hasil lingkungan terbuka (OR=18,7 CI 95%)
penelitian ini sesuai dengan penelitian Xie (Nishiura et al., 2020).Pada penelitian ini,
(2020) bahwa terdapat hubungan antara terdapat hubungan antara menjaga jarak
mengurangi durasi aktivitas saat di luar aman dengan kejadian COVID-19.

13
Mayoritas responden dalam penelitian ini Kesehatan, 2020). Pada penelitian ini,
menjaga jarak aman dengan orang lain terdapat hubungan antara kebiasaan
minimal 1 meter (63,6%). Pada penelitian merokok dengan kejadian COVID-19.
ini, responden yang tidak menjaga jarak Mayoritas responden dalam penelitian ini
aman dengan orang lain minimal 1 meter tidak merokok (68,5%) dikarenakan
berisiko 6,000 kali untuk terinfeksi COVID- mayoritas responden dalam penelitian ini
19 daripada responden yang menjaga jarak adalah perempuan.Pada penelitian ini,
aman dengan orang lain minimal 1 meter. responden yang memiliki kebiasaan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil merokok berisiko 12,293 kali untuk
penelitian Kefan Xie (2020) bahwa terinfeksi COVID-19. Merokok
menghindari penggunaan transportasi publik menyebabkan kerusakan pada saluran
dapat mempengaruhi pencegahan penularan pernapasan bagian atas dan fungsi kekebalan
COVID-19 (p=0,001) (Xie et al., 2020).Pada paru (Patanavanich and Glantz, 2020).
penelitian ini, terdapat hubungan antara Sehingga,hasil penelitian ini sejalan dengan
kebiasaan disinfeksi dengan kejadian hasil penelitian Patanavich (2020) bahwa
COVID-19. Mayoritas responden melakukan perokok berisiko 1,9 kali terinfeksi COVID-
disinfeksi 3 kali dalam sehari (48,2%). 19 dibanding non perokok (Patanavanich
Menurut Kamp F (2020) virus COVID-19 and Glantz, 2020). Selain itu pada penelitian
dapat bertahan di permukaan mulai dari 2 Zhao et,al tahun 2020, perokok berisiko 1,98
jam sampai 9 hari, namun kelangsungan kali lebih rentan terinfeksi COVID-19
hidup virus COVID-19 di permukaan dibandi non perokok (Zhao et al., 2020).
tergantung pada angka, jenis permukaan, Pada penelitian ini, mayoritas responden
suhu, kelembaban relatif dan regangan bukan pengonsumsi alkohol (88,2%).
spesifik virus (KampF,2020). Penggunaan Namun terdapat hubungan antara kebiasaan
etanol/alkohol dengan konsentrasi 70% konsumsi alkohol dengan kejadian COVID-
direkomendasikan oleh WHO untuk 19. Pada penelitian ini, responden yang
mendisinfeksi permukaan kecil (Kratzel et mengonsumsi alkohol berisiko 12,250 kali
al., 2020). Selain itu, Kementerian terinfeksi COVID-19 daripada responden
Kesehatan RI juga menyarankan untuk yang tidak mengonsumsi alkohol. Konsumsi
melakukan disinfeksi pada permukaan benda alkohol menyebabkan kerusakan sel usus
minimal 3 kali dalam sehari (Menteri sehingga menghasilkan translokasi

14
lipopolisakarida yang dapat menyebabkan laki-laki diupayakan untuk mengurangi
proinflamasi sitokin(Sarin, Pande and kebiasaan merokok dikarenakan merokok
Schnabl, 2019). Hasil penelitian ini sejalan dengan jenis rokok tembakau maupun rokok
dengan hasil penelitian Simou (2018) bahwa elektronik dapat menurunkan fungsi imun
konsumsi alkohol dapat menyebabkan pada paru-paru. Selain itu, bagi peneliti
peningkatan infeksi virus pada seseorang laindiharapkan peneliti selanjutnya
1,83 kali untuk menderita pneumonia melakukan penelitian dengan desain studi
(Simou, Britton and Leonardi-Bee, 2018) selain desain studi cross-sectional, karena
desain studi cross sectional tidak dapat
KESIMPULAN menjelaskan hubungan sebab akibat karena
Terdapat hubungan antara jenis kelamin tidak ketahui urutan waktu yang jelas antara
dengan kejadian COVID-19 pada warga paparan dengan outcome sehingga,
Bogor yang melakukan pemeriksaan Swab hubungan yang dihasilkan hanya hubungan
Test PCR pada bulan Agustus keterikatan saja
(p=0,000,p<0,05) dengan POR 4,91 (2,16- DAFTAR PUSTAKA
11,18) dan terdapat hubungan antara Apicella, M. et al. 2020. ‘Review COVID-
19 in people with diabetes :
frekuensi berkunjung ke tempat umum
understanding the reasons for worse
dengan kejadian COVID-19 19 pada warga outcomes’, THE LANCET Diabetes
& Endocrinology. Elsevier Ltd, 8(9),
Bogor yang melakukan pemeriksaan Swab
pp. 782–792. doi: 10.1016/S2213-
Test PCR pada bulan Agustus 8587(20)30238-2.
(p=0,000,p<0,05) dengan POR 11,79 (2,35-
Arisoy, M. .2020. ‘CHAPTER 28 THE
17,56) IMPORTANCE OF MICROBIOTA
AND RELATION OF GUT’,
SARAN (September).
Bagi warga Bogor selaku responden Budisetio, M. 2007. ‘Pencegahan dan
diupayakan untuk mengurangi frekuensi Pengobatan Hipertensi pada
Penderita Usia Dewasa’, Jurnal
berkunjung ke tempat umum apabila Fakultas Kedokteran Trisakti, 2(2),
kegiatan tersebut tidak terlalu pp. 101–107. Available at:
http://www.univmed.org/wp-
penting.Semakin sering responden content/uploads/2011/02/Vol.20_no.
melakukan kunjungan ke tempat umum 2_6.pdf.
Conditions contributing to deaths involving
maka peningkatan penularan COVID-19 coronavirus disease .2019. (COVID-
juga meningkat. Selain itu, bagi responden 19), by age group and state, United

15
States. | Data | Centers for Disease hosted on Elsevier Connect , the
Control and Prevention (no date). company ’ s public news and
Available at: information ’, (January).
https://data.cdc.gov/NCHS/Condition
s-contributing-to-deaths-involving- Nájera, O. et al. 2004. ‘Flow cytometry
corona/hk9y-quqm (Accessed: 25 study of lymphocyte subsets in
January 2021). malnourished and well-nourished
children with bacterial infections’,
COVID-19 Map - Johns Hopkins Clinical and Diagnostic Laboratory
Coronavirus Resource Center (no Immunology, 11(3), pp. 577–580.
date). Available at: doi: 10.1128/CDLI.11.3.577-
https://coronavirus.jhu.edu/map.html 580.2004.
(Accessed: 7 February 2021).
Nishiura, H. et al. 2020. ‘Closed
Devi Pramita Sari and Nabila Sholihah environments facilitate secondary
‘Atiqoh .2020. ‘Hubungan Antara transmission of coronavirus disease
Pengetahuan Masyarakat Dengan 2019 (COVID-19)’, medRxiv.
Kepatuhan Penggunaan Masker medRxiv, p. 2020.02.28.20029272.
Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit doi: 10.1101/2020.02.28.20029272.
Covid-19 Di Ngronggah’, Infokes:
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Otálora, M. M. C. 2020 ‘Yuliana’, Parque
Informatika Kesehatan, 10(1), pp. de los afectos. Jóvenes que cuentan,
52–55. doi: 2(February), pp. 124–137. doi:
10.47701/infokes.v10i1.850. 10.2307/j.ctvzxxb18.12.

Gwela, A. et al. 2019. ‘Undernutrition, Host Outcomes, M. 2020. ‘Association of Public


Immunity and Vulnerability to Health Interventions With the
Infection among Young Children’, Epidemiology of the COVID-19
Pediatric Infectious Disease Journal, Outbreak in Wuhan, China’,
38(8), pp. E175–E177. doi: 02115(19), pp. 1915–1923. doi:
10.1097/INF.0000000000002363. 10.1001/jama.2020.6130.

Han, Y. and Yang, H. 2020. ‘The Patanavanich, R. and Glantz, S. A. 2020.


transmission and diagnosis of 2019 ‘Smoking Is Associated With
novel coronavirus infection disease COVID-19 Progression: A Meta-
(COVID-19): A Chinese analysis’, Nicotine & tobacco
perspective’, Journal of Medical research : official journal of the
Virology Disease 2019 (COVID- Society for Research on Nicotine and
19)), pp. 2–66. Available at: Tobacco, 22(9), pp. 1653–1656. doi:
http://jurnalrespirologi.org/index.php 10.1093/ntr/ntaa082.
/jri/article/view/101
Morawska, L. and Cao, J. 2020. ‘Since Peta Risiko | Satgas Penanganan COVID-19
January 2020 Elsevier has created a (no date). Available at:
COVID-19 resource centre with free https://covid19.go.id/peta-risiko
information in English and Mandarin (Accessed: 7 February 2021).
on the novel coronavirus COVID- 19
. The COVID-19 resource centre is Peta Sebaran COVID-19 | Satgas
Penanganan COVID-19 (no date).
16
Available at: 1–10. doi: 10.1136/bmjopen-2018-
https://covid19.go.id/peta-sebaran- 022344.
covid19 (Accessed: 25 January
2021). Southeast Asia Covid-19 Tracker | Center
for Strategic and International
Pusat Data dan Informasi - Kementerian Studies 2020. Available at:
Kesehatan Republik Indonesia .2020. https://www.csis.org/programs/south
Available at: east-asia-program/southeast-asia-
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/ covid-19-tracker-0 (Accessed: 7
view/19010400002/situasi-demam- February 2021).
berdarah-dengue-di-indonesia.html
(Accessed: 21 September 2020). Tai, D. B. G. et al. 2020 ‘The
Disproportionate Impact of COVID-
Pusat Informasi & Koordinasi COVID-19 19 on Racial and Ethnic Minorities in
2020. Available at: the United States’, Clinical Infectious
http://www.covid19.kotabogor.go.id/ Diseases, (Xx Xxxx), pp. 1–4. doi:
(Accessed: 3 February 2021). 10.1093/cid/ciaa815.

Richardson, S. et al. 2020. ‘Presenting Turner, A. J., Hiscox, J. A. and Hooper, N.


Characteristics, Comorbidities, and M. 2004. ‘ACE2: From
Outcomes among 5700 Patients vasopeptidase to SARS virus
Hospitalized with COVID-19 in the receptor’, Trends in
New York City Area’, JAMA - Pharmacological Sciences, 25(6), pp.
Journal of the American Medical 291–294. doi:
Association, 323(20), pp. 2052–2059. 10.1016/j.tips.2004.04.001.
doi: 10.1001/jama.2020.6775.
Wang, B. et al. 2020. ‘Does comorbidity
Sarin, S. K., Pande, A. and Schnabl, B. increase the risk of patients with
2019. ‘Microbiome as a therapeutic covid-19: Evidence from meta-
target in alcohol-related liver analysis’, Aging. Impact Journals
disease’, Journal of Hepatology. LLC, 12(7), pp. 6049–6057. doi:
European 10.18632/AGING.103000.

Association for the Study of the Liver, 70(2), Wang, D. et al. 2020. ‘Clinical
pp. 260–272. doi: Characteristics of 138 Hospitalized
10.1016/j.jhep.2018.10.019. Patients with 2019 Novel
Coronavirus-Infected Pneumonia in
Sebaran Kasus - Pikobar [Pusat Informasi Wuhan, China’, JAMA - Journal of
dan Koordinasi COVID-19 Jawa the American Medical Association,
Barat] (no date). Available at: 323(11), pp. 1061–1069. doi:
https://pikobar.jabarprov.go.id/distrib 10.1001/jama.2020.1585.
ution-case (Accessed: 7 February
2021). Xie, K. et al. 2020. ‘The impact of risk
perception on social distancing
Simou, E., Britton, J. and Leonardi-Bee, J. during the COVID-19 pandemic in
2018 ‘Alcohol and the risk of China’, International Journal of
pneumonia: A systematic review and Environmental Research and Public
meta-analysis’, BMJ Open, 8(8), pp.
17
Health, 17(17), pp. 1–17. doi:
10.3390/ijerph17176256.

Yang, J., Zheng, Y., Gou, X., Pu, K., Chen,


Z., et al. 2020. ‘Prevalence of
comorbidities and its effects in
coronavirus disease 2019 patients: A
systematic review and meta-
analysis’, International Journal of
Infectious Diseases, 94, pp. 91–95.
doi: 10.1016/j.ijid.2020.03.017.

Yang, J., Zheng, Y., Gou, X., Pu, K. and


Chen, Z. 2020. ‘Prevalence of
comorbidities and its effects in
patients infected with SARS-CoV-2’,
International Journal of Infectious
Diseases, 94(April), pp. 91–95.

Zhao, Q. et al. 2020. ‘The impact of COPD


and smoking history on the severity
of COVID-19: A systemic review
and meta-analysis’, Journal of
Medical Virology, 92(10), pp. 1915–
1921. doi: 10.1002/jmv.25889

Zhou, Y. et al. 2020. ‘Obesity and diabetes


as high-risk factors for severe
coronavirus disease 2019 (Covid-
19)’, Diabetes/Metabolism Research
and Reviews, (April). doi:
10.1002/dmrr.3377

18

You might also like