Proposal Penelitian Jelawat Aulia Putri Example

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PROPOSAL PENELITIAN

KEPADATAN BENIH IKAN JELAWAT


( Leptobarbus hoeveni Blkr, 1968 )

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Oleh:
AULIA PUTRI FARADILA
1906016014

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan jelawat (Leptobarbus hoeven Blkr) adalah jenis ikan asli Indonesia yang
memiliki habitat hidup pada air tawar dan berpotensi untuk di kembangkan.
Menurut Prasetyo et al., (2016) habitat ikan jelawat mudah untuk ditemukan pada
beberapa wilayah Kalimantan dan Sumatera serta digemari oleh masyarakat yang
ada di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Barat. Selain di Indonesia, ikan ini juga banyak dikonsumsi oleh penduduk di
Negara lain, seperti Negara Malaysia dan Brunei.
Kegiatan pembudidayaan ikan Jelawat harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan pertumbuhan ikan Jelawat. Beberapa aspek yang berkaitan dengan
pertumbuhan ikan Jelawat adalah padat tebar, pakan dan lingkungan. Hal ini sesuai
pendapat Helper dan Priguinin (1981) dalam Prasetyo et al., (2016) yang
menyatakan bahwa padat tebar yang semakin meningkat menyebabkan jumlah
pakan yang diberikan juga akan bertambah, sehingga buangan metabolisme dari
ikan menjadi tinggi dan menyebabkan kualitas air menurun. Hal ini menunjukkan
bahwa derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan dipenagruhi oleh padat
tebar. Apabila padat tebar kurang baik, maka menyebabkan kegagalan dalam
produksi.
Hasil Penelitian Rusliadi et al., (2015) menunjukkan bahwa kepadatan 30 ekor/100
liter air menunjukkan hasil terbaik dalam pemeliharaan benih ikan jelawat pada
sistem resirkulasi dengan bobot mutlak sebesar 3,03 g, panjang mutlak 1,67 cm,
laju pertumbuhan harian 1,99% dan tingkat kelangsungan hidup
90%. Akan tetapi, hasil penelitian tersebut belum menunjukkan jika padat tebar
pada sistem resirkulasi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan jelawat.
Upaya untuk menciptakan keadaan lingkungan air yang baik pada akuakultur
adalah menggunakan sistem resirkulasi. Menurut Gunawan et al., (2020)
penggunaan sistem resirkulasi memberikan keuntungan berupa kondisi air dalam
akuarium dapat terkontrol dengan baik sehingga lebih efektif dalam pemanfaatan
air.
Berdasarkan hal tersebut, maka produksi budidaya ikan jelawat perlu ditingkatkan
dengan cara meningkatkan kepadatan pada masa pemeliharaan benih ikan jelawat
dengan lingkungan yang terkontrol, seperti sistem resirkulasi sehingga
kelangsungan hidup ikan jelawat dapat asalkan disertai dengan cara pengelolaan
yang tepat.pengelolaan yang tepat.
B. Rumusan Masalah .
Bagaimana menentukan kepadatan yang yang paling optimal benih ikan jelawat (L.
hoeveni Blkr) pada pemeliharaan dengan sistem resirkulasi?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kepadatan yang yang paling
optimal benih ikan jelawat (L. hoeveni Blkr) pada pemeliharaan dengan sistem
resirkulasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan pertumbuhan benih ikan jelawat
pada sistem resirkulasi, memberikan informasi tentang kepadatan paling tinggi
benih ikan Jelawat ( L. hoeveni Blkr), serta memberikan informasi mengenai
kondisi air yang cocok dalam pemeliharaan ikan jelawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Ikan Jelawat( Leptobarbus hoeveni Blkr )
Ikan jelawat adalah ikan perairan sungai dan danau yang asli berasal dari
Semenanjung Malaya dan Pulau Kalimantan. Menurut Saanin (1968) klasifikasi
ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr) adalah:
Kingdom : Animalia
Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae Sub Famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Spesies : Leptobarbus Hoeveni Blkr.
B. Morfologi dan Habitat Ikan Jelawat ( L. hoeveni Blkr )
Berdasarkan morfologinya, ikan Jelawat (L. hoeveni Blkr ) memiliki bentuk tubuh
yang bulat dan panjang dengan kepala bagian ats mendatar, mulut berukuran sedang
dan terdapat garis literal panjang dan tidak terputus. Selanjutnya sirip bagian dada
dan perut terdapat tanda warna merah dengan sisi melengkung ke bawah. Ikan ini
juga memiliki sepasang sungut dan sisik yang besar. Hal ini yang menjadikan ikan
Jelawat termasuk jenis ikan perenang cepat (Santosa, 2019).
Menurut Santosa (2019) ikan jelawat memiliki habitat hidup di sungai air tawar,
anak sungai yang berlubuk, bagian pinggir hutan bahkan sampai di muara sungai.
Menurut Hudaidah et al (2020) ikan Jelawat yang dibudidaya dengan menggunakan
perairan sistem resirkulasi memiliki kelangsungan hidup berkisar antara 80-
94,88%.
C. Makanan dan Pertumbuhan Ikan Jelawat ( L. hoevenii Blkr )
Ikan jelawat yang di pelihara dalam kolam dapat memakan daun singkong, usus
ayam dan pakan buatan berbentuk pelet. Berdasarkan bentuk mulutnya, ikan
jelawat lebih menyukai makanan yang melayang dengan cara menyambar
makanan. Oleh karena itu, ikan jelawat (L. hoevenii Blkr ) berukuran besar bersifat
omnivora yang cenderung herbivora (Sunarno, 1991 dalam Santosa, 2019).
Pemeliharaan ikan jelawat harus memperhatikan pertumbuhan ikan (berat dan
ukuran) yang harus berubah seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.
Pertumbuhan ikan jelawat dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari ikan itu sendiri, seperti umur dan
sifat genetiknya, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari
luar atau lingkungan, seperti pakan dan lingkungan perairan tempat ikan jelawat
dipelihara (Santosa, 2019).
D. Sistem Resirkulasi
Recirculation Aquaculture System (RAS) merupakan teknik budidaya yang dapat
digunakan pada pemeliharaan dengan padat tebar tinggi dan kondisi air yang
terbatas. Hal ini dikarenakan sistem RAS mampu menjaga kondisi perairan menjadi
terkontrol dan meningkatkan produksi. Sistem ini juga memudahkan dalam
pengawasan pemeliharaan ikan jelawat serta tidak membutthkan ruang atau tempat
yang luas dalam pemeliharaannya. Selain itu, melalui sistem RAS kondisi air
menjadi lebih terjaga sehingga dapat membantu dalam mengatasi permasalahan
dari padat tebar yang tinggi (Alem, 2018).
Menurut Pedersen et al., (2009) sistem resirkulasi dapat digunakan untuk mencegah
penyebaran parasit dalam wadah akuakultur dengan biofilter yang dapat digunakan
adalah polyetilen. Selanjutnya Martins et al (2010) penggunaan RAS memiliki
dampak lingkungan yang lebih kecil daripada menggunakan sistem aliran. Hal ini
karena limbah yang dibuang lebih terkonsentrasi untuk dimanfaatkan kembali
sehingga meningkatkan kelestarian lingkungan.
Menurut Ginting et al, (2014) kelebihan dari sistem resirkulasi dalam pemeliharaan
ikan ini adalah tidak perlu membeli kapas penyaring kotoran, karena limbah dalam
wadah pemeliharaan secara otomatis akan disaring oleh filter. Kelebihan berikutnya
adalah air sellau ebrsih tanpa perlu diganti, kualitas daging ikan lebih terasa nikmat
karena limbah tersaring oleh filter dan tidak dikonsumsi kembali oleh ikan,
pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat, dapat diterapkan dalam lahan sempit dan
minim air, serta terlepas dari perubahan cuaca, pencemaran lingkungan air dan
predator.
Menurut Zidni et al., (2017) sistem resirkulasi sangat diperlukan dalam kegiatan
budidaya ikan dalam akuarium. Penggunaan sistem resirkulasi membutuhkan filter
yang memadai, dimana filter yang dapat digunakan adalah filter kimia, fisika dan
biologi. Tujuan dari penggunaan filter yang tepat ini adalah untuk meningkatkan
kualitas air dalam sistem resirkulasi sehingga kondisi air tetap terjaga dan
pertumbuhan ikan dapat berlangsung secara terus menerus. Selanjutnya Jubaedah
et al., (2020) penggunaan filter dalam sistem resirkulasi dapat menjaga kualitas air
sehingga pergantian air tidak perlu dilakukan secara terus menerus.
Sistem resirkulasi dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup. Menurut Putra
et al (2016) penggunaan sistem resirkulasi secara terbuka merupakan sistem yang
sangat popular, dimana sumber air untuk budidaya diambil (dipompa) dari sumur,
waduk, danau maupuan sumber air lainnya dan dilakukan pada tempat
pemeliharaan yang terbuka seperti kolam.
Sistem resirkulasi tertutup merupakan suatu teknologi tinggi yang diterapkan pada
akuakultur. Sistem ini melibatkan proses pengendapan, aerasi, filtrasi biologi, dan
pemanenan unsur hara oleh tanaman akustik. Komponen sistem resirkulasi meliputi
bak pemeliharaan ikan, bak pengendapan. bak aerasi, dan bak biofilter serta bak
tanaman (Putra et al., 2016).
Hasil penelitian Tanjung et al., (2019) beberapa media filter yang dapat digunakan
pada sistem RAS adalah Dacron, arang, batu, kapas, bioball dan bioring.
Mekanisme resirkulasinya dilakukan dengan cara media filter yang telah diatur
ditempelkan pada wadah perawatan kemudian diisi air setinggi 30 cm lalu dialirkan
menuju filter dan menumbuhkan bakteri.
Batu zeolit merupakan salah satu media filter yang dapat digunakan dalam sistem
RAS. Menurut Gunadi et al., (2019) bahwa zeolit adalah batuan alam yang mudah
diperoleh dan harganya murah, mempunyai kemampuan mengikat atau daya
afinitas yang sangat besar terhadap amonia dengan strukturnya yang berongga,
permukaan yang sangat luas dan kasar sebagai tempat menempel mikroorganisme
pendegradasi bahan organik dan anorganik dan telah banyak digunakan untuk
pengelolaan limbah secara efektif sebagai media biofilter. Selain zeolit, Dacron
juga dapat digunakan sebagai media filter. Menurut Siambaton (2018) bahwa filter
spons/dakron berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel terlarut berukuran
besar melalui pengendapan dan penyaringan.
Media filter selanjutnya adalah bioball. Menurut Siambaton (2018) fungsinya
bioball, sebagai tempat tumbuhnya bakteri. Bakteri yang tumbuh pada bioball yaitu
bakteri nitrifikasi (bakteri Nitrosomonas sp dan Nitrobacter sp). Nitrosomonas
berperan mengoksidasi amonia menjadi nitrit, sedangkan Nitrobacter berperan
mengoksidasi nitrit menjadi nitrat, nitrat inilah yang akan menjadi plankton untuk
pakan alami ikan. Selain itu, filter bioball dapat menjaga kualitas air dengan
menguraikan sisa-sisa makanan dan kotoran sehingga air yang terkandung dalam
wadah tidak mengalami penurunan. Kepadatan Benih pada Sistem Resirkulasi
Menurut Diansari et al., (2016) padat penebaran artinya banyaknya jumlah ikan
yang dipelihara dalam satuan wadah atau lokasi tertentu. Apabila kepadatan ikan
terlalu tinggi, maka kualitas air menjadi menurun. Kualitas air yang menurun
menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat. Selain itu, penurunan kualitas
perairan juga menyebabkan kematian ikan cenderung terjadi, sehingga
kelangsungan hidup rendah dan produksi ikan menurun atau lambat karena
kebutuhan makanan tidak tercukupi. Tingginya padat tebar akan menyebabkan air
menjadi kotor karena banyaknya sisa metabolisme dari ikan. Menurut Nugroho et
al., (2019) kepadatan yang tinggi maka oksigen terlarut akan berkurang, sebaliknya
ammonia akan semakin bertambah akibat buangan metabolisme ikan dan juga sisa
pakan. Kondisi tersebut merupakan tekanan lingkungan yang dapat menyebabkan
kenyamanan ikan menjadi terganggu. Pertumbuhan akan terhambat karena energi
yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan dipakai ikan untuk
mempertahankan dirinya dari tekanan lingkungan.
E. Glukosa Darah Ikan
Nilai kadar glukosa darah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat stres
pada ikan, semakin tinggi kadar glukosa darah, tingkat stres yang dialami oleh ikan
juga semakin tinggi. Secara fisik stres dapat dilihat dari tingkah laku ikan, seperti
gerakan menjadi kurang agresif, turunnya nafsu makan ikan, dan warna tubuh
menjadi gelap. Stres pula dapat dilihat secara biologis seperti pengukuran glukosa
darah ikan (Amrullah et al, 2015).
Menurut Utami et al., (2018) kadar glukosa darah ikan yang dibudidaya dengan
sistem resirkulasi berkisar antara 67,33 mg/dl sampai 99,00 mg/dl. Semakin tinggi
nilai glukosa darah melebihi nilai batas normal diduga ikan tersebut mengalami
stress. Padat penebaran yang tinggi akan menyebabkan kompetisi pada oksigen,
pakan dan ruang gerak yang dapat menyebabkan stres. Stres yang muncul akibat
padat penebaran yang semakin tinggi akan meningkatkan energi pemeliharaan
tubuh dari lingkungan, sehingga menyebabkan pertumbuhan menjadi
lambat.Menurut Utami et al., (2018), glukosa darah juga mencerminkan kesediaan
energi pada ikan. Akibat stres maka ikan membutuhkan banyak energi untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Tingginya kebutuhan energi untuk
mempertahan hidup akan merangsang terjadinya mobilisasi glukosa ke dalam
darah.
F. Parameter Kualitas Air
Menurut Utami et al., (2018) pengukuran kualitas air sangat perlu untuk dilakukan
dalam kegiatan budidaya ikan dengan sistem resirkulasi. Hal ini dikarenakan
pemanfaatan sistem resirkulasi pada budidaya intensif menjadi penting untuk
menciptakan lingkungan yang optimal bagi benih.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Kepadatan Benih Ikan Jelawat (L. Hoeveni, Blkr) pada Sistem
Resirkulasi dilaksanakan pada bulan Juni 2022. Dilaksanakan di Kalimantan Timur.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
akuarium benih (ukuran 70x40x30 cm sebanyak 12 unit), pompa air (berkekuatan
230 W sebanyak 1 unit), kran air (plastik sebanyak 12 unit), aerator (52 W sebanyak
1 unit), pipa paralon (ukuran ½ inchi), serok halus (sebanyak 1 unit), baskom
(ukuran 50 cm sebanyak 2 unit), literan air (ukuran 2000 ml), timbangan digital
(satuan gram), alat pengukur kualitas air (termometer, pH meter, DO meter dan
titrasi), alat tulis (buku dan pena), kamera digital (600d), penggaris (30 cm), botol
sampel (winkler), tedmond air (1000 L sebanyak 1 unit), bak penampungan air
(drum) ukuran 150 L sebanyak 2 unit), bak filter (ukuran 1 x 1,5 meter sebanyak 1
unit), media filter (batu zeolit, busa dan bioball).
Bahan uji yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah benih ikan Jelawat
(L. Hoeveni, Blkr) sebanyak 8.400 ekor, dan pakan untuk benih ikan Jelawat (L.
Hoeveni, Blkr) berupa Pellet komersil.
Berdasarkan hasil penelitian Nugroho et al., (2019) menunjukkan bahwa hasil padat
tebar tertinggi adalah 20 ekor/liter air. Berdasarkan hal tersebut, maka rancangan
percobaan yang digunakan dalam rencana penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, dimana
perlakuan tersebut adalah :
Perlakuan A : Padat Tebar 5 ekor/L
Perlakuan B : Padat Tebar 10 ekor/L
Perlakuan C : Padat Tebar 15 ekor/L
Perlakuan D : Padat Tebar 20 ekor/L
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
lingkungan Acak Lengkap (RAL) (Nugroho et al., 2019) adalah :
Yij = µ + Ti + Eij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan unit percobaan yang mendapat perlakuan ke-1 dengan
ulangan ke-j.
µ = Rata-rata umum.
Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.
Eij = Pengaruh sisa dari unit percobaan yang mendapat perlakuan ke-i perlakuan
ke-j
C. Prosedur Penelitian
Benih ikan Jelawat (L. Hoeveni, Blkr) didapat dari Balai Benih Ikan Daerah
Telanaipura. Benih ikan Jelawat (L. Hoeveni, Blkr) yang digunakan untuk
penelitian ini adalah benih yang memiliki panjang rata-rata 2 inchi. Sebelum
digunakan akuarium terlebih dahulu dibersihkan menggunakan air bersih kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari dengan tujuan menetralisir sisa-sisa kotoran
yang menempel di dalam akuarium. Selanjutnya
masing-masing wadah diberi label sesuai dengan pengacakan, diisi air dengan
tinggi 20 cm dan dilengkapi aerasi dengan tekanan yang besar.
Selanjutnya untuk sistem resirkulasi dilakukan dengan cara tertutup, dimana air
diambil dari sumur dan ditampung dalam tedmon yang berukuran 1000 liter.
Selanjutnya air dialirkan ke bak filter yang berisi media filter (batu zeolit, busa dan
bioball), dimana bioball merupakan filter biologis, batu zeolit merupakan filter
kimia dan busa merupakan filter fisika. Setelah air melewati wadah filter, air masuk
ke drum penampungan yang selanjutnya dialirkan menuju akuarium (Putra et al.,
2016). Benih ikan jelawat yang berukuran 2 inchi dimasukkan ke dalam akuarium
dengan padat tebar masing-masing perlakuan yaitu 5, 10, 15 dan 20 ekor per liter
air dengan volume air sebanyak 56 liter. Proses pemberian pakan dilakukan secara
selalu tersedia (ad libitum) dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali sehari yaitu
pagi, siang dan sore hari.
Pengambilan sampel darah untuk mengukur glukosa darah ikan dilakukan
menggunakan alat accu-chek active, pada ekor ikan dan pengambilan sampel darah
dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Untuk pengambilan sampel ikan yang
akan diukur sebanyak 10% dari jumlah populasi per akuarium, ikan yang akan
diukur pertambahan panjang dan bobot tubuhnya dilakukan setiap 10 hari sekali
selama 50 hari. Sedangkan untuk pengecekan kualitas air akan dilakukan sebanyak
3 kali yaitu pada awal, tengah dan akhir penelitian. Parameter kualitas air yang akan
diukur meliputi suhu, pH, DO, CO2, NH3. Pengukuran kadar glukosa darah
dilakukan dengan menggunakan Accu- chek active atau yang disebut dengan alat
test glukosa darah. Kertas strip glukosa dimasukkan ke dalam alat digital kemudian
ditunggu hingga alat munculkan gambar darah. Kemudian sampel darah ikan
diteteskan ke atas kertas strip dan ditunggu hingga hasil muncul di layar. Kadar
glukosa darah dinyatakan dalam unit mg/dl Pengujian glukosa darah dilakukan
pada awal dan akhir penelitian.
D. Analisa Data
Berdasarkan hasil uji pendahuluan, maka kelangsungan hidup, panjang mutlak dan
berat mutlak benih ikan jelawat dengan padat tebar pada sistem resirkulasi sebagai
berikut:
No Parameter Perlakuan
A B C
Kelangsungan 98,83 99,33 99,62 98,61
Hidup (%)
Panjang Mutlak 1,62 1,35 1,08 0,96
Berat Mutlak 2,27 1,59 1,14 1.06

Hasil Uji Pendahuluan Parameter Penelitian Ikan Jelawat dengan Padat Tebar
Berbeda pada Sistem Resirkulasi Berdasarkan hasil uji pendahuluan, maka
kelangsungan hidup ikan jelawat dengan padat tebar berbeda pada sistem
resirkulasi adalah perlakuan A (5 ekor/l) yaitu 100%, karena pada pendahuluan
tidak ada ikan mati. Panjang mutlak tertinggi ada pada perlakuan C (15 ekor/l) dan
D (20 ekor/l) masing-masing 5,2 cm dan berat mutlak paling tinggi ada pada
perlakuan C (15 ekor/l) yaitu 1,68 g. Pengukuran parameter kualitas air yang
meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH, karbondioksida (CO2), ammonia (NH3),
dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian. Alat yang digunakan untuk
mengukur parameter tersebut tertera pada. Parameter kualitas air dan metode
Pengamatan percobaan penelitian Benih Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr)
dengan Sistem Resirkulasi. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan ditabulasi
dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Data tingkat kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan respon glukosa darah dianalisis menggunakan analisis ragam
pada selang kepercayaan 95%, analisis ini dilakukan untuk menentukan apakah
perlakuan berpengaruh nyata atau tidak terhadap tingkat kepadatan tinggi benih
ikan Jelawat ( L. hoeveni Blkr). Apabila berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut
menggunakan uji Tukey. Parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif dan
disajikan dalam bentuk tabel untuk melihat kelayakan media budidaya ikan bagi
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alem, M. 2018. Studi Pengurangan Ammonia Pada Pendederan Kakap Merah
(Lutjanus sp) Dengan Sistem Budidaya Resikurlasi. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

Alfia. A.R., E. Pengaruh Kepadatan Yang Berbeda Terhadap Kelulushidupan dan


Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada system Resikurlasi Dengan
Filter Bioball. Journal f Aquaculture Management and Technolgy. Vol. 2 No.3: 86-
93.

Amrullah. R, Rosmawati, Mulayana. 2015. Gula Darah dan Mortalitas Benih Ikan
Nilem (Ostheocilus Hasselti) Yang Di Pelihara Pada Media Salinitas Berbeda.
Jurnal Mina Sains. Vol. 1 No.2, Oktober 2015. ISSN 2407—9030.

You might also like