Konsep Sanksi Bagi Pelaku KDRT

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

KONSEP SANKSI BAGI PELAKU KEKERASAN DALAM


RUMAH TANGGA YANG BERKEADILAN (STUDI DI
WILAYAH HUKUM KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
1
Fitri Wahyuni1, 2M. Rizqi Azmi
1
Universitas Islam Indragiri
2
Universitas Islam Riau

Email: [email protected] (korespondensi)

Abstract
The still weak legal system that applies in society is a factor causing domestic violence (KDRT),
whether perpetrated by a husband against his wife or vice versa by a wife against her husband.
Criminal Sanctions in the PKDRT Law include a basic crime, namely imprisonment or fines and
additional penalties. However, the fact is that so far, based on data from the Tembilahan
District Court Decision, the criminal sanctions imposed by the judge only sentenced him to
prison, even though he has been sentenced to prison for domestic violence, the perpetrator
will have the potential to reoccur and traumatize the victim and will result in the end of their
marital relationship with divorce. Research Methods The type of research used is normative
legal research with data sources in the form of primary legal materials and secondary legal
materials. While the analysis using qualitative analysis. Concept of Sanctions for Perpetrators
of Domestic Violence that is Fair (Studies in the Legal Territory of Indragiri Hilir Regency in the
future should apply the law that lives in the community because the law that lives in the
community is more effective in preventing the occurrence of domestic violence in the
community, namely by being resolved legally the law exists. If the imposition of criminal
sanctions in prison does not create a deterrent effect for perpetrators of domestic violence. In
addition, it is very rare for perpetrators of domestic violence to be reported to law enforcement
officers because there is an assumption that domestic violence is an internal problem in the
family.
Keywords: words Violence, household, sanctions, justice

Abstrak
Masih lemahnya sistem hukum yang berlaku di masyarakat merupakan faktor penyebab
kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT) baik yang dilakukan oleh suami terhadap istri
maupun sebaliknya istri terhadap suami. Sanksi Pidana dalam UU PKDRT terdapat Pidana
Pokok yakni Pidana Penjara atau Denda serta terdapat Pidana Tambahan. Namun faktanya
selama ini berdasarkan data Putusan Pengadilan Negeri Tembilahan sanksi pidana yang
dijatuhkan hakim hanya menjatuhkan hukuman pidana penjara saja, Meskipun sudah dijatuhi
pidana penjara KDRT pelaku akan berpotensi terulang kembali dan menimbulkan trauma pada
korban dan akan mengakibatkan berakhir hubungan perkawinan mereka dengan perceraian.
Metode Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian penelitian hukum normatif
dengan sumber data berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunde. Sedangkan
analisa dengan menggunakan analisis kualitatif. Konsep Sanksi Bagi Pelaku Kekerasan Dalam
Rumah Tangga Yang Berkeadilan (Studi Di Wilayah Hukum Kabupaten Indragiri Hilir ke
depan hendaknya dengan memberlakukan hukum yang hidup di dalam masyarakat karena
hukum yang hidup di dalam masayrakat lebih efektif mencegah terjadinya KDRT yang ada di
dalam masyarakat yaitu dengan diselesaikan secara hukum ada. Apabila penjatuhan sanksi
pidana penjara tidak membuat efek jera bagi pelaku KDRT. Selain itu KDRT ini sangat jarang
sekali pelakunya di laporkan kepada aparat penegak hukum karena ada anggapan KDRT
merupakan persoalan internal dalam keluarga.
Kata kunci:Kekerasan, Rumah tangga, sanksi,berkeadilan

136 Jurnal Selodang Mayang, Vol.8 No. 2, Agustus 2022


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

1. PENDAHULUAN perlindungan serta pemulihan terhadap


korban kekerasan dalam rumah tangga, juga
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
mengatur secara sepesifik kekerasan yang
menjadi fenomena dalam kehidupan
terjadi dalam rumah tangga dengan unsur-
masyarakat dewasa ini. Kejadian tersebut
unsur tindak pidana yang berbeda dengan
tidak hanya melibatkan keluarga yang
tindak pidana penganiayaan yang diatur
mampu bertempat tinggal di perkotaan saja,
dalam KUHP.(Martha & Hayuna, 2015).
melainkan juga telah melibatkan masyarakat
Banyaknya kasus kekerasan, terutama
yang tidak mampu yang bertempat tinggal di
kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi
pedesaan terutama yang menjadi korban
baik yang dilakukan oleh suami terhadap istri
kekerasan dalam rumah tangga adalah
maupun sebaliknya istri terahdap suami. Hal
perempuan (kaum ibu). Berdasarkan data
ini menjadi salah satu pertimbangan
Komisi Nasional Anti kekerasan terhadap
diundangkannya Undang-Undang No. 23
Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat,
Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
selama 17 tahun, yaitu sepanjang 2004-2021
dalam Rumah Tangga. Undang-undang ini,
ada 544.452 kasus kekerasan dalam rumah
selain mengatur hal ihwal pencegahan dan
tangga (KDRT) atau ranah personal.
perlindungan serta pemulihan terhadap
(kompas.com). Peristiwa KDRT dalam
korban kekerasan dalam rumah tangga, juga
masyarakat tidak bisa didiamkan begitu
mengatur secara spesifik kekerasan yang
saja, perlu dilakukan tindakan. Akan tetapi
terjadi dalam rumah tangga dengan unsur-
ternyata mencegah dan memberikan
unsur tindak pidana yang berbeda dengan
perlindungan terhadap korban KDRT
tindak pidana penganiayaan yang diatur
tidaklah sesederhana pengucapannya.
dalam KUHP. (Karya, 2013)
Berbicara mengenai KDRT tidaklah
Sanksi Pidana dalam UU PKDRT terdapat
sebetulnya merupakan hal yang sensitif,
Pidana Pokok yakni Pidana Penjara atau
sehingga mensosialisasikan serta
Denda serta terdapat Pidana Tambahan.
melakukan penanganan terhadap KDRT
Namun faktanya selama ini berdasarkan data
akhirnya menjadi masalah tersendiri yang
Putusan Pengadilan Negeri Tembilahan
cukup kompleks dan rumit. Boleh jadi,
sanksi pidana yang dijatuhkan hakim hanya
pelaku KDRT benar-benar tidak menyadari
menjatuhkan hukuman pidana penjara saja,
bahwa apa yang telah ia lakukan adalah
Meskipun sudah dijatuhi pidana penjara KDRT
merupakan tindak KDRT. Atau, bisa jadi pula,
pelaku akan berpotensi terulang kembali dan
pelaku menyadari bahwa perbuatan yang
menimbulkan trauma pada korban dan akan
dilakukannya merupakan tindakan KDRT.
mengakibatkan berakhir hubungan
Hanya saja, ia mengabaikannya lantaran
perkawinan mereka dengan perceraian.
berlindung diri di bawah norma-norma
Pemidanaan saja sering kali tidak berakibat
tertentu yang telah mapan dalam
pada terjadinya perimbangan kekuasaan
masyarakat. Sehingga menganggap
dalam hubungan korban dan pelaku,
perbuatan KDRT sebagai hal yang wajar dan
pendekatan penghukuman seringkali tidak
pribadi. Berbicara mengenai kekerasan
menyentuh aspek prilaku maupun sistem nilai
dalam rumah tangga dapat dijelaskan bawa
dan norma-norma dalam keluarga, sehingga
kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap
sekalipun pelaku telah dipidana, namun tetap
perbuatan terhadap seseorang terutama
berpotensi menjadi pelaku kekerasan lagi
perempuan, yang berakibat timbulnya
sehingga perlu di rumuskan kembali konsep
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
sanksi yang efektif bagi pelaku kekeksarasan
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
dalam rumah tangga.
rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan
2. TINJAUAN PUSTAKA
hukum dalam lingkup rumah
tangga.(Risdianto, 2021). 2.1. Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana
Sistem hukum di Indonesia belum
Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang
menjamin perlindungan terhadap korban
pada dasarnya dapat dikatakan sebagai
kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah penderitaan (nestapa) yang sengaja dikenakan
tangga. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga atau dijatuhkan kepada seseorang yang telah
perkawinan belum menjadi tempat yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana.
aman bagi korban kekerasan, banyak korban Menurut Moeljatno, dalam Muladi dan Barda
kekerasan dalam rumah tangga mencari jalan Nawawi Arief, arti asal kata straf adalah hukuman
keluar dari kekerasan yang dialaminya yang merupakan istilah yang konvensional.
melalui perceraian. Undang-Undang PKDRT Moeljatno menggunakan istilah inkonvensional
selain mengatur ihwal pencegahan dan yaitu pidana.(Wahyuni, 2017)

Konsep Sanksi Bagi....(Fitri Wahyuni et al.) 137


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

Letak perbedaan antara istilah hukuman dan penjatuhan vonis oleh hakim. Hoefnagels melihat
pidana, bahwa pidana harus berdasarkan pidana sebagai suatu proses waktu yang
ketentuan formal atau ketentuan undang-undang keseluruhan proses itu dianggap suatu pidana.
(pidana), sedangkan hukuman lebih luas Pidana, pada hakikatnya merupakan alat
pengertiannya, misalnya seorang murid dihukum untuk mencapai tujuan dan bagaimana
oleh gurunya karena tidak mengikuti upacara, merumuskan tujuan tersebut dalam konsep atau
yang semuanya didasarkan pada kepatutan, materi suatu undang-undang yang oleh
kesopanan, kesusilaan, dan kebiasaan. Kedua pembentuknya ingin ditegakkan dengan
istilah ini juga mempunyai persamaan, yaitu mencantumkan pidana. Selain ditegakkan, di
keduanya berlatar belakang tata nilai (value), dalamnya juga terdapat tujuan pemidanaan dan
baik dan tidak baik, sopan dan tidak sopan, syarat pemidanaan. Tujuan pemidanaan terdapat
diperbolehkan dan dilarang. perlindungan masyarakat dan perlindungan/
pembinaan individu pelakunya. Barda Nawawi
Pidana adalah sebuah konsep dalam bidang Arief menyatakan bahwa pidana pada hakikatnya
hukum pidana, yang masih perlu penjelasan lebih hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan
lanjut untuk memahami arti dan hakekatnya. yang bertolak dari keseimbangan dua sasaran
Menurut Roeslan Saleh bahwa pidana adalah pokok yaitu perlindungan masyarakat dan
reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa perlindungan atau pembinaan individu pelaku
yang dengan sengaja ditimpakan negara pada tindak pidana.
pembuat delik itu. Adami Chazawi menyebutkan Bertolak dari keseimbangan tersebut, syarat
bahwa pidana adalah suatu penderitaan yang pemidanaan menurut konsep juga bertolak dari
sengaja dijatuhkan/diberikan oleh negara pada pokok pemikiran keseimbangan mono-dualistik
seseorang atau beberapa orang sebagai akibat antara kepentingan masyarakat dan kepentingan
hukum (sanksi) baginya atas perbuatannya yang individu, antara faktor objektif dan faktor
telah melanggar larangan hukum pidana. subjektif.12 Lebih lanjut dikatakan bahwa syarat
Menurut Sudarto pidana adalah salah satu dari pemidanaan bertolak dari 2 (dua) pilar yang
sekian sanksi yang bertujuan untuk menegakkan sangat fundamental di dalam hukum pidana,
berlakunya norma. Pelanggaran norma yang yaitu “asas legalitas” (yang merupakan asas
berlaku dalam masyarakat menimbulkan kemasyarakatan) dan “asas kesalahan atau asas
perasaan tidak senang yang dinyatakan dalam kulpabilitas” (yang merupakan asas
pemberian sanksi tersebut. kemanusiaan.
Dari beberapa pengertian tentang pengertian Permasalahan pidana terkait dengan
pidana sebagaimana dijelaskan diatas, maka kebijakan mengenai penetapan sanksi dan
menurut hemat penulis bahwa pada hakekatnya pandangan tentang tujuan pemidanaan.
pidana tersebut merupakan penderitaan yang Kebijakan penetapan sanksi juga tidak terlepas
diberikan kepada seseorang yang telah dari masalah tujuan yang ingin dicapai oleh
melakukan tindak pidana sebagaimana yang kebijakan kriminal (criminal policy) secara
telah ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang keseluruhan.
Hukum Pidana (KUHP). Pada umumnya, pembentuk undang-undang
selalu mengatakan bahwa salah satu usaha
Sanksi pidana terdiri atas dua kata, yaitu penanggulangan kejahatan adalah dengan
sanksi dan pidana. Sanksi artinya ancaman, menggunakan hukum pidana dengan sanksinya
sanksi mengandung arti berupa suatu ancaman berupa pidana. Namun demikian, tujuan yang
pidana (strafbedreiging) dan mempunyai tugas bagaimana yang ingin dicapai orang dengan
agar norma yang telah ditetapkan dalam hukum suatu pidana itu, sampai sekarang belum
dan undang-undang ditaati sebagai akibat hukum terdapat kesamaan pendapat di antara para
atas pelanggaran norma. Sanksi juga diartikan sarjana. Dalam praktik pemidanaan di Indonesia,
sebagai akibat sesuatu perbuatan atau suatu dapat diketahui bahwa pemikiran orang
reaksi dari perihal lain yang dilakukan oleh mengenai pidana dan pemidanaan dewasa ini
manusia atau organisasi sosial. Sanksi terhadap sedikit banyak masih dipengaruhi oleh pemikiran-
pelanggaran tatanan hukum yang dapat pemikiran pada beberapa abad yang lalu,
dipaksakan dan dilaksanakan serta bersifat walaupun sekarang ini sudah mulai berubah
memaksa yang datangnya dari pemerintah sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu
merupakan perbedaan yang menonjol dengan pengetahuan yang baru, terutama ilmu
pelanggaran terhadap tatanan lainnya. Pada kriminologi, dan adanya pembaruan-pembaruan
hakikatnya sanksi bertujuan untuk memulihkan dalam sistem pemidanaan di berbagai negara.
keseimbangan tatanan masyarakat yang telah (Suhariyono AR, 2009)
terganggu oleh pelanggaran-pelanggaran kaedah
dalam keadaan semula.
Menurut G.P. Hoefnagels bahwa sanksi dalam 3. METODOLOGI PENELITIAN
hukum pidana adalah reaksi terhadap 3.1. Jenis Penelitian
pelanggaran hukum yang telah ditentukan
undang-undang, dimulai dari penahan tersangka Tipe penelitian yang digunakan dalam
dan penuntutan terdakwa sampai pada penelitian adalah tipe penelitian hukum

138 Jurnal Selodang Mayang, Vol.8 No. 2, Agustus 2022


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

normatif yakni metode untuk menemukan Masih lemahnya sistem hukum yang berlaku
suatu aturan hukum, prinsipprinsip hukum, di masyarakat merupakan faktor penyebab
maupun doktrin-doktrin hukum guna kekerasan terhadap istri. Isu aktual hukum dapat
menjawab isu hukum yang dihadapi. mempengaruhi perempuan, khususnya hukum
perkawinan dan perceraian, perwalian anak,
3.2. Sumber Penelitian Hukum tanah dan pekerjaan. Hukum adat di suatu
daerah sangat sering merupakan kekuatan
Sumber penelitian hukum yakni bahan menekan yang dahsyat bagi perempuan. Dalam
hukum primer dan bahan hukum sekunder. sistem hukum adat, perempuan paling
Bahan hukum primer merupakan bahan didiskriminasi karena hukum adat berurusan
hukum yang bersifat autoritatif artinya dengan hal-hak seperti hubungan keluarga,
mempunyai otoritas. Sedangkan bahan- perkawinan, perceraian dan perwalian yang kerap
bahan sekunder berupa semua publikasi kali menjadi isu sentral dalam kehidupan
tentang hukum yang bukan merupakan perempuan. Kekerasan terhadap istri selama ini
kumendokumen resmi tidak pernah didefinisikan sebagai persoalan
sosial. Akibatnya nyaris mustahil bagi istri
3.3. Analisis Data meminta bantuan untuk mengatasi kekerasan
suaminya. Apalagi sehubung harmoni keluarga
Seluruh data yang diperoleh dalam
telah mengaburkan soal kekerasan terhadap istri
penelitian, dianalisis dengan menggunakan
ini. Padahal telah banyak terjadi kekerasan di
analisis kualitatif. Setelah itu dideskripsikan
dalam rumah tangga namun disayangkan tidak
dengan menelaah permasalahan yang ada,
banyak yang melaporkan perbuatan tersebut ke
menggambarkan, menguraikan hingga
aparat penegak hukum, terutama di Kabupaten
menjelaskan permasalahan-permasalahan
Indragiri Hilir dari banyaknya perbuatan yang
yang berkaitan Konsep Sanksi Bagi Pelaku termasuk di dalam KDRT hanya sdikit sekali yang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang di laporkan, sebagaiman dapat dilihat pada tabel
Berkeadilan (Studi Di Wilayah Hukum berikut ini.
Kabupaten Indragiri Hilir.
Tabel 1. Tindak Pidana KDRT
No Jenis Tindak Tahun Jumlah
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pidana
4.1. Sanksi Pidana Bagi Pelaku
1 KDRT 2020 Nihil
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Di Wilayah Hukum Kabupaten 2 KDRT 2021 1
Indargiri Hilir.
3 KDRT 2022 2
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Sumber data: Reskrim Polres Inhil
Pidana (KUHP) pengaturan tentang penganiayaan
yang dilakukan oleh sesama anggota keluarga Artinya dari data yang disajikan diatas, KDRT
dipandang sebagai perbuatan yang lebih buruk, yang terjadi pada masyarakat Indragiri hilir tidak
sebagai kesalahan yang lebih besar dari pada dilaporkan kepada aparat penegak hukum
penganiayaannya terhadap orang lain. Adanya sehingga tidak dapat dilanjutkan kepada proses
kekerasan dalam keluarga merupakan indikator lanjutan kepada penuntutan dan penjatuhah
adanya ketidakseimbangan dalam tanggung sanksi pidana oleh hakim kepada pelakunya yang
jawab anggota masyarakat dari masyarakat sesuai hukum yang berlaku. Hal ini juga
tertentu. membuktikan bahwa pemahaman masyarakat
terhadap KDRT masih memangdang bahwa KDRT
Menurut Ahmad Suaedy, kekerasan adalah merupakan persoalan internal keluarga yang
suatu kejahatan, kekerasan yang dilakukan dianggap tabu untuk dilaporkan kepada aparat
suami terhadap istri atau yang dikenal dengan penegak hukum.
kekerasan dalam rumah tangga adalah salah satu
bentuk kejahatan terhadap perempuan yang Pasal 5 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
banyak terjadi di masyarakat. Kekerasan menyatakan “Setiap orang dilarang melakukan
domestik dalam rumah tangga yang dimaksud kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang
adalah setiap tindakan berdasarkan jenis kelamin, dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:
berakibat pada kesengsaraan dan penderitaan- a. Kekerasan fisik
penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan
psikologis termasuk ancaman tindakan tertentu, b. Kekerasan psikis
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
c. Kekerasan seksual, atau
secara sewenang-wenang baik yang ada di depan
umum atau dalam lingkungan pribadi. (Ahmad d. Penelantaran rumah tangga
Suaedy, 2000).

Konsep Sanksi Bagi....(Fitri Wahyuni et al.) 139


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

Pasal 6 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Kalau di simak lebih jauh Kekerasan Dalam
menyatakan “Kekerasan fisik sebagaimana yang Rumah Tangga atau KDRT, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan dikemukakan dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun
yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
luka berat.” Ketentuan pidana dalam Undang- Rumah Tangga (UU PKDRT) adalah setiap
Undang No. 23 Tahun 2004 diatur dalam Bab VIII perbuatan terhadap seseorang terutama
mulai Pasal 44 sampai dengan Pasal 53. Adapun perempuan, yang berakibat timbulnya
ketentuan pidana untuk kekerasan yang kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
dilakukan oleh suami terhadap istri yang bentuk seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah
kekerasannya adalah kekerasan fisik diatur dalam tangga termasuk ancaman untuk melakukan
Pasal 44 Ayat (1) sampai dengan Ayat (4). Pasal perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
44 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 kemerdekaan secara melawan hukum dalam
menyatakan : lingkup rumah tangga. UU PKDRT ini lahir melalui
perjuangan panjang selama lebih kurang tujuh
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan
tahun yang dilakukan para aktivis gerakan
kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
perempuan dari berbagi elemen.
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5
huruf a dipidana dengan pidana penjara Di Indonesia, secara legal formal, ketentuan
paling lama 5 (lima) tahun atau pidana ini mulai diberlakukan sejak tahun 2004. Fungsi
denda paling banyak Rp 15.000.000,00 dari Undang-undang ini adalah sebagai upaya,
(lima belas juta rupiah) ikhtiar bagi pencegahan dan penghapusan KDRT.
Dengan adanya ketentuan ini, berarti negara bisa
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana
berupaya mencegah terjadinya kekerasan dalam
dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
rumah tangga, menindak pelaku kekerasan
korban mendapat jatuh sakit atau luka
dalam rumah tangga, dan melindungi korban
berat, dipidana dengan pidana penjara
akibat KDRT. Sesuatu hal yang sebelumnya tidak
paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda
bisa terjadi, karena dianggap sebagai persoalan
paling banyak RP 30.000.000,00; (tiga
internal keluarga seseorang. Secara tegas
puluh juta rupiah)
dikatakan bahwa, tindakan kekerasan fisik,
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana psikologis, seksual, dan penelantaran rumah
dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan tangga (penelantaran ekonomi) yang dilakukan
matinya korban, dipidana dengan pidana dalam lingkup rumah tangga merupakan tindak
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun pidana. (Yudha Maulana Wijaya, 2019)
atau denda paling banyak Rp
45.000.000,00; (empat puluh lima juta Tindakan-tindakan tersebut mungkin biasa
rupiah) dan bisa terjadi antara pihak suami kepada isteri
dan sebaliknya, atapun orang tua terhadap
(4) Dalam hal perbuatan sebagaimana anaknya. Sebagai undang-undang yang
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh membutuhkan pengaturan khusus, selain
suami terhadap istri atau sebaliknya yang berisikan pengaturan sanksi pidana, undang-
tidak menimbulkan penyakit atau halangan undang ini juga mengatur tentang hukum acara,
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau kewajiban negara dalam memberikan
mata pencaharian atau kegiatan seharihari, perlindungan segera kepada korban yang
dipidana dengan pidana penjara paling lama melapor. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa
4 (empat) bulan atau denda paling banyak p ketentuan ini adalah sebuah terobosan hukum
5.000.000,00; (lima juta rupiah). yang sangat penting bagi upaya penegakan HAM,
khusunya perlindungan terhadap mereka yang
Pasal 50 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
selama ini dirugikan dalam sebuah tatanan
menentukan “Selain pidana sebagaimana
keluarga atau rumah tangga.
dimaksud dalam bab ini hakim dapat
menjatuhkan pidana tambahan berupa : Terobosan hukum lain yang juga penting dan
dimuat di dalam UU PKDRT adalah identifikasi
a. Pembatasan gerak pelaku baik yang
aktor-aktor yang memiliki potensi terlibat dalam
bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari
kekerasan. Pada Pasal 2 UU PKDRT disebutkan
korban dalam jarak dan waktu tertentu,
bahwa lingkup rumah tangga meliputi (a) suami,
maupun pembatasan hak-hak tertentu dari
isteri, dan anak, (b) orang-orang yang memiliki
pelaku
hubungan keluarga sebagaimana dimaksud pada
b. Penetapan pelaku mengikuti program huruf (a) karena hubungan darah, perkawinan,
konseling di bawah pengawasan lembaga persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang
tertentu menetap dalam rumah tangga dan atau (c)
orang-orang yang bekerja membantu rumah
Pasal 51 menentukan bahwa “Tindak pidana tangga dan menetap dalam rumah tangga
kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (4) merupakan delik aduan.

140 Jurnal Selodang Mayang, Vol.8 No. 2, Agustus 2022


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

tersebut sehingga dipandang sebagai anggota pidana keseluruhan, yaitu yang dapat dimasukan
keluarga. ke dalam hal-hal yang meniadakan kesalahan
tersangka/ terdakwa, ataupun hal-hal yang
UU PKDRT merupakan terbosan hukum yang
ahirnya membenarkan perbuatan tersangka/
positif dalam ketatanegaraan Indonesia. Dimana
terdakwa, hal-hal yang salam ajaran hukum
persoalan pribadi telah masuk menjadi wilayah
pidana termasuk dalam ajaran melawan hkum
publik. Pada masa sebelum UU PKDRT ada,
kasus-kasus KDRT sulit untuk diselesaikan secara materiil dan ajaran kesalahan. (Roeslan Saleh,
hukum. Hukum Pidana Indonesia tidak mengenal 1995).
KDRT, bahkan kata-kata kekerasan pun tidak Sebagai identitas bangsa, eksistensi hukum
ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum adat mesti memiliki ciri dan karakteristik yang
Pidana (KUHP). Kasus-kasus pemukulan suami sesuai dengan filosofi dan budaya bangsa.
terhadap isteri atau orang tua terhadap anak Sudarto menegaskan bahwa tidak salah kiranya,
diselesaikan dengan menggunakan pasal-pasal kalau sampai batas tertentu dapat dikatakan
tentang penganiayaan, yang kemudian sulit sekali bahwa hukum pidana suatu bangsa dapat
dipenuhi unsur-unsur pembuktiannya, sehingga merupakan indikasi dari perdaban bangsa itu.
kasus yang diadukan, tidak lagi ditindak lanjuti. Dalam hal formulasi sanksi pidana yang tepat dan
4.2. Konsep Sanksi Bagi Pelaku efektif bagi pelaku KDRT, hukum pidana adat
Kekerasan Dalam Rumah Tangga diperlukan dalam pengkajian dan
Yang Berkeadilan pengembangan lebih jauh dengan implikasinya
Berdasarkan data KDRT yang ada di dalam penyusunan hukum nasional dan upaya
kabupaten Indragiri Hilir sebagaimana yang penegakan hukum yang berlaku di Indonesia.
dijelaskan pada tabel 1 diatas perlu konsep sanksi Namun faktanya bahwa saat ini semakin
bagi pelaku kekerasan dalam rumah tangga yang terpinggirkannya keberadaan hukum adat
berkeadilan dengan menerapkan sanksi berupa sebagai salah satu sumber hukum di Indonesia,
hukuman yang hidup dalam masyarakat. salah satunya karena anggapan bahwa hukum
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Barda adat sangat bersifat tradisional dan tidak dapat
Nawawi Arief mengingatkan bahwa menjangkau perkembangan jaman (globalisasi
pembangunan hukum nasional hendaknya dapat dan teknologi). Implikasi dari politik hukum
menunjang pembangunan nasional dan Indonesia ini dirasakan pula di dalam pemecahan
pergaulan internasional dengan bersumber dari permasalahan di masyarakat yang menafikan
nilai-nilai dan aspirasi hukum yang hidup dan hukum Adat, yang sebenarnya lebih relevan.
berkembang di masyarakat. Dengan begitu Rancangan KUHP memberikan tempat kepada
sistem pembangunan hukum diharapkan sumber hukum tidak tertulis yang ada dan hidup
memiliki identitas dan karakteristik Indonesia. dalam kenyataan masyarakat sebagai dasar
Usaha untuk menggali hukum adat yang untuk menetapkan patut dipidananya stuatu
merupakan hukum tak tertulis di Indonesia ini tak perbuatan. Muladi juga mengemukakan bahwa
berhenti di masa-masa para ahli hukum dasar yuridis untuk mengaktualisasikan atau
(akademisi) pasca kemerdekaan melainkan terus rekriminalisasi hukum adat pidana dalam
dilakukan berkesinambungan dalam rangka kerangka hukum pidana nasional sudah jelas,
pembaharuan hukum pidana. Hal ini dapat yaitu Pasal 5 ayat (3) sub.b Undang-Undang No.1
terlihat misalnya dalam pidato pengukuhan Guru Drt. Tahun 1951 dan Pasal 5 ayat (1) Undang-
Besar Barda Nawawi Arief, menurutnya salah satu Undang Nomor. 48 Tahun 2009. (Muladi, 1994).
kajian alternatif yang sangat mendesak dan Disamping itu, ada beberapa yurisprudensi yang
sesuai dengan ide pembaharuan hukum nasional memberikan kedudukan hukum adat pidana
adalah kajian terhadap sistem hukum yang hidup sebagai sumber hukum yang tidak tertulis dalam
di dalam masyarakat. Hal tersebut didasarkan memeriksa dan memutus suatu kasusadat. Di sisi
pada beberapa rekomendasi dan amanat hasil lain, secara sosiologi hukum pidana adat telah
Seminar Hukum Nasional, simposium, undang memperoleh dukungan dari legal community
undang dan berbagai kongres PBB mengenai The dalam bentuk rancangan KUHP, yang secara jelas
Prevention of Crime and the Treatment of mengakui eksistensi hukum pidana adat. Dalam
Offenders (Barda Nawawi Arief, 2007). rancangan KUHP pasal 100 terdapat ketentuan
mengenai rumusan hukum adat yaitu:
Usaha untuk mengkaji dan menggali kembali
hukum adat dan nilai-nilai yang hidup termasuk a. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1
hukum pidana adat di Indonesia terasa begitu ayat (4), hakim dapat menetapkan
penting. Pemikiran ini mendapat dukungan, kewajiban adat setempat dan/ atau
seperti dari Roeslan Saleh: Hal keberlakuan kewajiban menurut hukum yang hidup;
hukum adat khususnya, perlu mendapat b. Pemenuhan kewajiban adat setempat dan
perhatian. Ada hal yang memang dapat disusun atau kewajiban menurut hukum yang hidup
dan akhiranya disistemastik sedemikian rupa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sehingga berlaku sebagai bagai dari hukum merupakan pidana pokok yang diutamakan,

Konsep Sanksi Bagi....(Fitri Wahyuni et al.) 141


e-ISSN: 2620-3332 SELODANG MAYANG

jika tindak pidana yang dilakukan memenuhi masyarakat berupa hukum kebiasaaan yang
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam hidup dalam masyarakat agar pelaku KDRT
Pasal 1 (3). menimbulkan efek jera. Karena sanksi pidana
yang dijatuhkan tidak memberikan efek jera
c. Kewajiban adat setempat dan/ atau
dan pelaporannya sangat jarang kepada
menurut hukum yang hidup sebagaimana
aparat penegak hukum.
yang dimaksud pada ayat (1) dianggap
sebanding dengan pidana denda ketegori I
dan dapat dikenakan pidana pengganti
untuk pidana denda, jika kewajiban adat DAFTAR PUSTAKA
setempat dan/atau kewajiban menurut
hukum yang hidup itu tidak dipenuhi atau [1]. Ahmad Suaedy, 2000, Kekerasan Dalam
dijalani oleh terpidana; Perspektif Pesantren , Grasindo, Jakarta

d. Pidana pengganti sebagaimana dimkasud [2]. Barda Nawawi Arief, 2007, Beberapa
pada ayat (3) dapat juga berupa pidana Aspek Pengembangan Ilmu Hukum
ganti kerugian. Pidana (Menyongsong Generasi Baru
Hukum Pidana Indonesia Pidato
Menurut Emile Durkheim bahwa reaksi sosial Pengukuhan Guru Besar), Badan
yang berupa penghukuman atau sanksi sangat Penerbit Undip, Semarang
diperlukan untuk merawat agar tradisi-tradisi
kepercayaan adat menjadi tidak goyah, sehingga [3]. Martha, A. E., & Hayuna, R. (2015).
kestabilan masyarakat dapat terwujud. Sehingga Konseling Sebagai Sanksi Pidana
penetapan sanksi hukum berdasarkan hukum Tambahan Pada Tindak Pidana
pidana adat tidak terlepas dari tujuan yang ingin Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jurnal
dicapai yaitu perlindungan masyarakat untuk Hukum Ius Quia Iustum, 22(4), 617–
mencapai kesejahteraan dan ketertiban. Konsep 637.
sanksi bagi pelaku kekerasan dalam rumah https://doi.org/10.20885/iustum.vol22.i
tangga yang berkeadila di wilayah hukum ss4.art5
kabupaten indragiri hilir lebih tepat dengan
memberlakukan sanksi yang hidup dalam [4]. Muladi, 1994, Hukum Pidana Adat Dalam
masayarakat yaitu dengan penjatuhan saksi Kontemlasi Tentang Azas Legalitas,
berupa hukum adat atau diselesaikan secara Makalah yang disampaikan dalam
hukum kebiasaaan yang berlaku di dalam Seminar Nasional Relevansi Hukum
masyarakat sehingga pelaku KDRT ini lebih jera Pidana Adat dan Implementasinya
lagi untuk melakukan kejahatan yang sama Dalam Hukum Pidana Nasional, Tanggal
dimasa yang akan datang. 16-17 Desember, Denpasar
[5]. Risdianto, R. (2021). Hukuman Terhadap
Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah
5. KESIMPULAN DAN SARAN Tangga Menurut Hukum Islam. Islamic
Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau Review: Jurnal Riset Dan Kajian
KDRT, sebagaimana dikemukakan dalam Keislaman, 10(1), 59–76.
Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang https://doi.org/10.35878/islamicreview.
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah v10i1.266
Tangga (UU PKDRT) adalah setiap perbuatan [6]. Roeslan Saleh, 1995, Perkembangan
terhadap seseorang terutama perempuan, Pokok-Pokok Pikiran dalam Konsep KUHP
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau Baru, Makalah, Penataran Nasional
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, Hukum Pidana dan Kriminologi,
dan/atau penelantaran rumah tangga Universitas Diponegoro, Semarang, 3-15
termasuk ancaman untuk melakukan Desember
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam [7]. Suhariyono AR. (2009). Penentuan
lingkup rumah tangga. UU PKDRT ini lahir Sanksi Pidana dalam Suatu Undang-
melalui perjuangan panjang selama lebih Undang. Legislasi Indonesia, 6, 846.
kurang tujuh tahun yang dilakukan para [8]. Wahyuni, F. (2017). Dasar-Dasar Hukum
aktivis gerakan perempuan dari berbagi Pidana di Indonesia. Nusantara Persada
elemen. Namun KDRT masih sangat minim Utama.
dilaporkan kepada aparat penegak hukum
sehingga pelaku KDRT tidak dapat diberi [9]. Yudha Maulana Wijaya, 2019, Sanksi
sanksi pidana seseuai dengan hukum yang Pidana Yang Dijatuhkan Hakim Bagi
berlaku. Kedepan dalam pemberian sanksi Pelaku Tindak Pidana Kekerasan Dalam
terhadap pelaku KDRT sebaiknya di Rumah Tangg di Pengadilan Negeri Klas
berlakukan sanksi hukum yang hidup dalam I A Palembang

142 Jurnal Selodang Mayang, Vol.8 No. 2, Agustus 2022

You might also like