Strategi Analisis Laporan Keuangan Perusahaan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN

BERDASARKAN PENDEKATAN
MODEL ALTMAN (Z-SCORE), SPRINGRATE (S-SCORE), ZMIJEWSKI
(X-SCORE) DAN GROVER (G-SCORE)
(Studi Pada Perusahaan Industri Farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2015-
2017)

Laurencia Stefhannie S.
Dr. Sumiati., SE., M.Si., CSRS., CFP
Program Studi Manajemen Keuangan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Email: [email protected]

Abstract

This study aims to determine and predict the potential for bankruptcy using the
Altman Z-Score model, Springrate S-Score, Zmijewski X-Score and Grover G-
Score in pharmaceutical industry companies listed on the Indonesia Stock
Exchange (IDX) for the 2015-2017 period. Altman Z-Score is a model for
predicting bankruptcy in companies by using five financial ratios including working
capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before tax and total
assets, market value of equity to book value of liabilities and sales to total assets.
Springrate S-Score uses four financial ratios, namely working capital to total assets,
net profit before interest and taxes to total assets, net profit before taxes to current
liabilities and sales to total assets. Zmijewski X-Score uses three financial ratios,
namely return on assets, debt ratio and current ratio. Grover G-Score uses three
financial ratios, namely working capital to total assets, earnings before interest and
tax to total assets and return on assets. This type of research is descriptive research
with a quantitative approach. The data used are secondary data in the form of
company financial statements. The results of the Altman Z-Score model prediction
study show that one company has the potential to go bankrupt, one company is in a
safe zone and the other company is in a prone zone during the 2015-2017 period.
The results of the prediction of the Springrate S-Score model show that two
companies are in the vulnerable zone and the other companies are in the safe zone
during the period 2015-2017. While the results of the Zmijewski X-Score and
Grover G-Score prediction models have the same results, all companies are in a safe
zone.

Keywords: Altman Z-Score, Springrate S-Score, Zmijewski X-Score, Grover G-


Score, Bankruptcy, Financial Distress

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memprediksi terjadinya


potensi kebangkrutan dengan menggunakan model Altman Z-Score, Springrate S-
Score, Zmijewski X-Score dan Grover G-Score pada perusahaan industri farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017. Altman Z-Score
merupakan salah satu model untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan pada
perusahaan dengan menggunakan lima rasio keuangan diantaranya working capital
to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and tax to
total assets, market value of equity to book value of liabilities dan sales to total
assets. Springrate S-Score menggunakan empat rasio keuangan yaitu working
capital to total assets, net profit before interest and taxes to total assets, net profit
before taxes to current liabilities dan sales to total assets. Zmijewski X-Score
menggunakan tiga rasio keuangan yaitu return on assets, debt ratio dan current
ratio. Grover G-Score menggunakan tiga rasio keuanga yaitu working capital to
total assets, earning before interest and tax to total assets dan return on assets.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data
yang digunakan merupakan data sekunder yang berupa laporan keuangan
perusahaan. Hasil penelitian prediksi model Altman Z-Score menunjukkan satu
perusahaan berpotensi bangkrut, satu perusahaan berada di zona aman dan
perusahaan yang lainnya berada di zona rawan selama periode 2015-2017. Hasil
penelitian prediksi model Springrate S-Score menunjukkan dua perusahaan berada
di zona rawan dan perusahaan yang lainnya berada di zona aman selama periode
2015-2017. Sedangkan hasil penelitian prediksi model Zmijewski X-Score dan
Grover G-Score memiliki hasil yang sama yaitu semua perusahaan berada pada
zona aman.

Kata Kunci: Altman Z-Score, Springrate S-Score, Zmijewski X-Score, Grover G-


Score, Kebangkrutan, Financial Distress

PENDAHULUAN meningkat menyebabkan kebutuhan


Indonesia merupakan negara masyarakat terus meningkat, baik
yang memiliki jumlah penduduk yang kebutuhan akan sandang, pangan,
terus meningkat tiap tahunnya. barang-barang rumah tangga, barang-
Jumlah penduduk Indonesia saat ini barang elektronik, obat-obatan dan
telah mencapai angka lebih dari 262 lain-lain. Dengan meningkatnya
juta jiwa. Hal ini membuat Indonesia kebutuhan masyarakat juga
menempati urutan kelima dalam menyebabkan sektor industri
daftar negara dengan tingkat berkembang pesat di Indonesia. Hal
penduduk paling besar di dunia yaitu ini dikarenakan sektor industri
17 kelahiran per 1000 populasi. diperlukan untuk memenuhi
(BKKBN Pusat, 2017) kebutuhan tersebut. Salah satu
Menurut Arjunani (2017:1), industri yang berkembang pesat
jumlah penduduk yang terus adalah industri farmasi.
Industri farmasi merupakan upaya mendorong peningkatan
salah satu industri yang menjanjikan belanja kesehatan yang diatur dalam
di Indonesia karena Indonesia Pasal 171 (1) UU 36 Tahun 2009
memiliki peluang yang besar menjadi tentang kesehatan yang akan
pasar dalam industri farmasi. Industri membuat para produsen atau industri
farmasi sendiri telah menyumbang farmasi yang ada di Indonesia
1,86 persen terhadap Produk berlomba-lomba meningkatkan hasil
Domestik Bruto di tahun 2017, produksinya. (katadata.co.id)
meningkat dari tahun sebelumnya Menurut Menteri
yang telah menyumbang 1,83 persen. Perdagangan, Thomas Lembong
(Airlangga Hartato, Menteri (2016) Industri farmasi di Indonesia
Perindustrian, 2017) dirasa mampu berkembang dengan
Besarnya populasi penduduk baik, hal ini dikarenakan Indonesia
juga menjadi salah satu alasan pangsa memiliki peluang besar untuk
pasar obat di Indonesia menjadi menjadi pasar dalam industri farmasi
sangat potensial, ditambah lagi meski industri dalam negeri sendiri
dengan meningkatnya kesadaran masih sangat bergantung pada bahan
masyarakat akan kesehatan dan obat baku impor. Namun, sampai saat ini
menjadi kebutuhan pokok yang Indonesia belum mendirikan sendiri
berfungsi menjadi alternatif pabrik bahan baku obat-obatan
penyembuh berbagai penyakit yang farmasi, jadi untuk mendapatkan
dialami oleh masyarakat. Hal-hal bahan baku sendiri perusahaan
tersebut menambah peluang bagi industri farmasi memerlukan impor
industri farmasi untuk semakin dari luar negeri. Ketergantungan yang
bertumbuh dan berkembang teramat tinggi akan bahan baku impor
didukung juga dengan menjadikan kondisi industri farmasi
diberlakukannya Sistem Jaminan yang ada di Indonesia menjadi rawan,
Sosial Nasional (SJSN) yang ditambah lagi dengan kurs rupiah
dijalankan oleh Badan Penyelenggara yang tidak stabil dari tahun ke
Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dan tahunnya. Hal ini menyebabkan
adanya kebijakan pemerintah dalam apabila harga dollar naik, biaya
produksi pun naik dan dapat terhadap kondisi sekitar khususnya
menyebabkan industri farmasi gulung kondisi ekonomi.
tikar. Hal ini juga menyebabkan (www.finance.detik.com)
harga obat menjadi mahal Kondisi ekonomi di Indonesia
dikarenakan komponen obat antara sendiri seakan tidak berhenti dilanda
lain bahan baku, biaya pengolahan, berbagai masalah dan goncangan,
biaya kemasan, biaya distribusi, serta tentunya ini memaksa perusahaan
biaya administrasi naik. untuk selalu melakukan deteksi
Gambar 1 secara dini terhadap perubahan-
Nilai Tukar Rupiah Terhadap
perubahan yang mungkin akan
Dollar Periode 2014-2018
terjadi, terutama perubahan-
perubahan yang menjurus pada
kondisi yang kurang menguntungkan.
Perusahaan perlu lebih cermat dan
teliti dalam mengantisipasi kesalahan
kecil yang bisa membawa pengaruh
yang buruk bagi perusahaan.
Perusahaan industri farmasi yang
Sumber: Bank Indonesia, 2019 tidak mampu mempersiapkan diri
Industri farmasi memperoleh
untuk menghadapi kondisi tersebut
90% bahan baku impor karena tidak
tentunya akan menjadi sulit dan
didukung produksi dalam negeri.
usahanya akan mengalami kesulitan
Ketergantungan ini mengharuskan
keuangan dan pada akhirnya bisa
industri farmasi berpikir keras untuk
jatuh bangkrut. (Nurfitriani, 2016)
dapat mempertahankan eksistensinya
Semakin pesatnya
dalam bersaing di dunia industri. Hal
perkembangan industri saat ini
ini dikarenakan dengan
mengharuskan manajemen
bergantungnya akan impor bahan
perusahaan untuk memperhatikan
baku tentunya menghambat industri
faktor kesulitan keuangan dalam
farmasi untuk berkembang sehingga
perusahaannya agar terhindar dari
industri farmasi sendiri harus tanggap
masalah yang semakin buruk.
Menghindari berbagai masalah dan ini memuat laporan keuangan dasar
resiko tersebut bukanlah perkara yang dan analisis manajemen atas operasi
mudah sehingga seorang manajer tahun lalu dan prospek masa depan.
perusahaan penting untuk selalu Laporan keuangan berisi data
berusaha agar perusahaannya dapat keuangan yang memberikan
terus berjalan atau dengan kata lain gambaran tentang keuangan
manajer tersebut dapat menjaga perusahaan. Data-data keuangan
kelangsungan hidup perusahaannya. tersebut terdapat dalam berbagai jenis
Hal ini dapat ditempuh dengan cara laporan keuangan yang terdiri atas
selalu memperhatikan dan neraca, laporan laba rugi, laporan laba
mengadakan evaluasi terhadap ditahan dan laporan arus kas
perkembangan perusahaannya dari (Brigham & Houston 2013:84).
waktu ke waktu. Seorang manajer Investor dan kreditor sebagai pihak
harus dapat memahami kondisi yang berada diluar perusahaan untuk
keuangan perusahaannya, karena mengetahui perkembangan yang ada
pada dasarnya kondisi keuangan dalam perusahaan untuk
tersebut akan mempengaruhi mengamankan investasi yang telah
kelangsungan hidup perusahaan dilakukan. Untuk mengatasi hal
secara keseluruhan. (Indrani 2018:1) tersebut, investor harus bisa
Salah satu alat yang mendeteksi kemungkinan kesulitan
digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan atau sinyal dari dalam
keuangan perusahaan adalah laporan perusahaan berupa indikator kesulitan
keuangan yang disusun pada setiap keuangan.
akhir periode yang berisi Seringkali perusahaan yang
pertanggungjawaban dalam bidang telah beroperasi dalam jangka waktu
keuangan atas berjalannya suatu tertentu terpaksa harus berada dalam
usaha. Laporan keuangan atau kondisi kesulitan keuangan (financial
laporan tahunan menurut Brigham & distress) karena terus mengalami
Houston (2013:84) adalah laporan masalah keuangan di setiap
yang diterbitkan oleh perusahaan bagi periodenya, baik itu terjadinya
para pemegang sahamnya. Laporan masalah kerugian akibat piutang tak
tertagih, pembayaran kredit yang prediksi financial distress yaitu
rersendat, dan penurunan penjualan Altman, Grover, Springrate dan
yang bisa menyebabkan financial Zmijewski pada perusahaan Industri
distress sehingga berujung pada Barang Konsumsi 2012-2015
kebangkrutan. Prediksi kebangkrutan kemudian diperoleh hasil bahwa
dapat dilakukan dengan bermacam Model Altman merupakan metode
metode. Hingga saat ini, ada banyak yang paling akurat dalam
model yang digunakan untuk memprediksi financial distress.
memprediksi teradinya financial Model Altman (Z-Score) seringkali
distress , empat diantaranya adalah digunakan dalam penelitian-
Model Altman (Z-Score), Springrate penelitian prediksi financial distress
(S-Score), Zmijewski (X-Score), dan dibandingkan dengan model yang lain
Grover (G-Score). Keempat mode dikarenakan pada Model Altman (Z-
tersebut banyak digunakan untuk Score) terdapat rasio yang lebih
menilai kinerja keuangan perusahaan banyak dibandingkan model lain
oleh para peneliti. (Primasari, 2017). sehingga dapat mewakili kondisi
Salah satu model yang keuangan perusahaan secara
dianggap paling akurat dalam keseluruhan.
memprediksi terjadinya financial Model Springrate (S-Score)
distress adalah Model Altman (Z- merupakan model yang
Score). Model Altman (Z-Score) dikembangkan oleh Springrate pada
merupakan metode yang digunakan tahun 1978 dengan menggunakan
untuk menilai kinerja keuangan analisis multidiskriminan. Model
perusahaan. Model ini merupakan Springrate (S-Score) mengacu
model yang diciptakan Edward I. Altman (1968) dalam penggunaan
Altman berdasarkan hasil metode Multiple Discriminant
penelitiannya pada tahun 1968 yang Analysis (MDA) dalam penelitiannya.
bersifat analisis multiariate. Salah Springrate juga mengumpulkan
satu penelitian yang dilakukan oleh berbagai rasio keuangan yang dapat
Primasari (2017) telah digunakan dalam memprediksi
membandingkan empat model kebangkrutan.
Model Zmijewski (X-Score) Salah satu penelitian yang
merupakan model yang mengungkapkan perbedaan antara
dikembangkan oleh Mark E. model prediksi Zmijewski (X-Score)
Zmijewski pada tahun 1984 dengan dengan model lain yaitu penelitian
menggunakan analisis rasio yang yang dilakukan oleh Maria (2015)
mengukur kinerja, leverage, dan dengan judul penelitian “Analisis
likuiditas suatu perusahaan untuk Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
model prediksinya. Zmijewski Manufaktur yang Terdaftar di BEI
menggunakan tiga rasio keuangan tahun 2009-2013 dengan
yang dikombinasikan dalam menggunakan Model Altman,
persamaannya diantaranya Return On Springrate, dan Zmijewski”. Hasil
Assets, Debt Ratio dan Current Ratio. penelitian menunjukkan bahwa tidak
Kebanyakan model prediksi lain ada perbedaan yang signifikan
bersifat menyempurnakan model terhadap prediksi Model Altman (Z-
milik Altman (Z-Score) dengan Score) dan Springrate (S-Score),
sedikit memodifikasi koefisien atau namun ada perbedaan yang signifikan
beberapa rasio persamaannya. Namun antara Model Altman (Z-Score)
di dalam Model Zmijewski sangat dengan Zmijewski (X-Score) dan
berbeda dan bertentangan dengan Model Springrate (S-Score) dengan
Model Altman (Z-Score) yang Zmijewski (X-Score). Model Altman
dikarenakan Mark E. Zmijewski (Z-Score) dan Springrate (S-Score)
(1984) tidak sependapat dengan memprediksi banyak perusahaan
metode yang dilakukan oleh Altman dalam sampel yang mengalami
baik dari teknik pengambilan sampel kebangkrutan sedangkan model
dan teknik analisis data dalam Zmijewski memprediksi bahwa
menciptakan persamaan model semua perusahaan dalam kondisi
prediksi kebangkrutan, sehingga sehat.
model ini dianggap cocok jika Sedangkan Model Grover (G-
digunakan sebagai pembanding agar Score) merupakan model yang
prediksi kebangkrutan perusahaan diciptakan dengan melakukan
menjadi lebih akurat. pendesainan dan penelitian ulang
terhadap Model Altman (Z-Score). X2 = Retained Earning to Total
Jeffey S. Grover menggunakan Assets
sampel sesuai dengan Z-Score pada X3 = Earning Before Interest and Tax
tahun 1968 dengan menambahkan 13 to Total Assets
rasio keuangan baru. X4 = Market Value of Equity to Book
Dari latar belakang yang Value of Total Liabilities
sudah diuraikan diatas, maka perlu X5 = Sales to Total Assets
adanya penelitian dengan judul Nilai cutoff untuk Model Altman
“Analisis Prediksi Kebangkrutan adalah sebagai berikut:
Perusahaan Berdasarkan Pendekatan a. Z-Score > 2,99 (Zona Aman)
Model Altman (Z-Score), Springrate b. 1,81 < Z-Score < 2,99 (Grey
(S-Score), Zmijewski (X-Score), dan Zone)
Grover (G-Score) (Studi Pada c. Z-Score < 1,81 (Berpotensi
Perusahaan Industri Farmasi yang Bangkrut)
terdaftar di BEI tahun 2015-2017). Model Springrate (S-Score)
Model Springrate (1978) mengacu
LANDASAN TEORI Altman (1968) dalam penggunaan
Model Altman (Z-Score) metode Multiple Discriminant
Untuk memprediksi Analysis (MDA) dalam penelitiannya.
kebangkrutan perusahaan maka Springrate juga mengumpulkan
analisis yang digunakan model berbagai rasio keuangan yang dapat
Altman Z-score adalah analisis digunakan dalam memprediksi
diskriminan Altman Z-score, fungsi z kebangkrutan. Model Springrate
yang dihasilkan Altman (1984:104) (1978) dirumuskan sebagai berikut:
adalah sebagai berikut: S = 1,03 X1 + 3,07 X2 + 0,66 X3 +
Z = 1,2 X1 + 1.4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 0,4 X4
X4 + 1,0 X5 Springrate, G. L., 1978
Altman, E. I., 1968. Keterangan:
X1 = Working Capital to Total
Keterangan:
Assets
X1 = Working Capital to Total Assets
X2 = Net Profit Before Interest Zmijewski (1984)
and Taxes to Total Assets menyatakan bahwa perusahaan
X3 = Net Profit Before Taxes to dianggap bangkrut jika
Current Liabilities probabilitasnya lebih besar dari 0,
X4 = Sales to Total Assets dengan kata lain nilai Xnya adalah 0.
Nilai cutoff dalam model ini adalah, Maka dari itu, nilai cutoff yang
jika S-Score: berlaku dalam model ini adalah 0.
a. S < 0,862 Berpotensi Model Grover (G-Score)
Bangkrut Model Grover merupakan
b. 0,862 < S < 1,062 Grey Zone model yang diciptakan dengan
c. S > 1,062 Tidak Berpotensi melakukan pendesainan dan penilaian
Bangkrut ulang terhadap model Altman Z-
Model Zmijewski (X-Score) Score. Jeffrey S. Grover
Model Zmijewski (1984) menggunakan sampel sesuai dengan
menggunakan teknik random model Altman Z-Score pada tahun
sampling dalam pemilihan sampelnya 1968, dengan menambahkan tiga
berkaca dari model prediksi belas rasio keuangan baru. Jeffrey S.
kebangkrutan Ohlson (1980). Metode Grover (2001) menghasilkan fungsi
penelitian yang digunakan Zmijewski sebagai berikut (Prihantini dan Sari,
adalah metode regresi logit. Metode 2013):
tersebut menghasilkan rumusan X- G = 1,650X1 + 3,40X2 – 0,016X3 +
Score sebagai berikut: 0,057
X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 + 0,004X3 Prihantini dan Sari, 2013
Zmijewski, M. E., 1984 Keterangan:
Keterangan: X1 = Working Capital/Total
X1 = Return on Assets (Net Assets
Income to Total Assets) X2 = Earnings Before Interest
X2 = Leverage/Debt to Equity and Taxes/Total Assets
Ratio (Total Liability to Total Assets) X3 = ROA = Net Income/Total
X3 = Liquidity/Current Ratio Assets
(Current Assets to Current Liability)
Kriteria perusahaan yang kenangan, laporan dan sebagainya.
sehat dan bangkrut didasarkan pada Data yang dimaksud dari penelitian
nilai skor model Grover yaitu ini adalah data berupa laporan
(Prihantini dan Sari, 2013): keuangan tahunan perusahaan tahun
a. G-Score ≤ -0,02 2016-2018 yang diperoleh dari Galeri
Berpotensi Bangkrut Investasi Fakultas Ekonomi dan
b. -0,02 < G-Score < 0,01 Bisnis dan dari website Bursa Efek
Grey Zone Indonesia.
c. G-Score ≥ 0,01 Tidak
Berpotensi Bangkrut HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Model Altman (Z-
METODE Score)
Metode yang digunakan Tsbel 1
Perhitungan Model Altman
dalam penelitian ini adalah penelitian
(Z-Score) Tahun 2015-2017
deskriptif melalui data kuantitatif Nama Tahun
Perusahaan
yang terdapat laporan keuangan. Sifat 2015 2016 2017
penelitian ini merupakan penelitian
PT Darya 2,38 2,41 2,31
replikasi. Penelitian replikasi Varia L.Tbk
PT Merck 3,09 2,92 2,80
merupakan penelitian yang dilakukan
Tbk
dengan mengadopsi variabel, PT Kimia 2,55 2,05 1,66
indikator, obyek penelitian atau alat Farma Tbk
PT Kalbe 2,74 2,74 2,64
analisis yang sama dengan peneliti Farma Tbk
sebelumnya. PT Pyridam 2,29 2,36 2,69
Farma Tbk
Metode pengumpulan data Sumber: Data Diolah, 2019
yang digunakan dalam penelitian ini Tabel diatas menjelaskan

adalah menggunakan metode keadaan atau kondisi kelima

dokumentasi dan survey literatur. perusahaan selama tiga tahun

Metode dokumentasi adalah metode berturut-turut. Nilai Z-Score paling

yang digunakan untuk menelusuri tinggi dimiliki oleh PT Merck Tbk

data historis yang berasal dari surat- selama tiga tahun berturut-turut.

surat, catatan harian, kenang- Pencapaian tertinggi nilai Z-Score


pada PT Merck Tbk berada pada perusahaan selama tiga tahun
tahun 2015, yaitu sebesar 3,09. Hal ini berturut-turut. Rata-rata perusahaan
mengakibatkan PT Merck Tbk berada berada pada zona aman. Nilai S-Score
pada zona aman di tahun 2015. paling tinggi dimiliki oleh PT Merck
Berbanding terbalik dengan PT Tbk selama tiga tahun berturut-turut.
Merck Tbk, PT Kimia Farma Tbk Pencapaian tertinggi nilai S-Score
memiliki nilai Z-Score paling rendah pada PT Merck Tbk berada pada
diantara perusahaan-perusahaan yang tahun 2016, yaitu sebesar 3,15.
lain. Nilai Z-Score PT Kimia Farma Berbanding terbalik dengan PT
Tbk terus turun dari tahun 2015-2017 Merck Tbk, PT Pyridam Farma Tbk
sehingga menyebabkan PT Kimia memiliki nilai S-Score paling rendah
Farma Tbk memiliki nilai Z-Score diantara perusahaan-perusahaan yang
paling rendah pada tahun 2017 yaitu lain sehingga menjadikan PT Pyridam
1,66 dan masuk dalam kategori Farma Tbk masuk dalam kategori
berpotensi bangkrut. grey zone pada tahun 2015 dan 2016.
Perhitungan Model Springrate (S- Perhitungan Model Zmijewski (X-
Score) Score)
Tsbel 2 Tsbel 3
Perhitungan Model Springrate Perhitungan Model Zmijewski
(S-Score) Tahun 2015-2017 (X-Score) Tahun 2015-2017
Nama Tahun Nama Tahun
Perusahaan Perusahaan
2015 2016 2017 2015 2016 2017
PT Darya 1,58 1,65 1,60 PT Darya -2,99 -3,07 -2,93
Varia L.Tbk Varia L.Tbk
PT Merck 3,07 3,15 2,49 PT Merck -3,82 -4,01 -3,52
Tbk Tbk
PT Kimia 1,44 1,86 0,97 PT Kimia -2,23 -1,67 -1,24
Farma Tbk Farma Tbk
PT Kalbe 2,37 2,50 2,52 PT Kalbe -3,84 -3,97 -4,04
Farma Tbk Farma Tbk
PT Pyridam 0,94 1,05 2,02 PT Pyridam -2,30 -2,49 -2,70
Farma Tbk Farma Tbk
Sumber: Data Diolah, 2019 Sumber: Data Diolah, 2019
Tabel diatas menjelaskan Tabel diatas menjelaskan
keadaan atau kondisi kelima keadaan atau kondisi kelima
perusahaan selama tiga tahun Sumber: Data Diolah, 2019
Tabel diatas menjelaskan
berturut-turut. Semua perusahaan
keadaan atau kondisi kelima
berada pada zona aman. Nilai X-
perusahaan selama tiga tahun
Score paling tinggi dimiliki oleh PT
berturut-turut. Semua perusahaan
Kalbe Farma Tbk pada tahun 2015
berada pada zona aman. Nilai G-
dan 2017. Di tahun 2016, nilai X-
Score paling tinggi dimiliki oleh PT
Score paling tinggi dimiliki oleh PT
Merck Tbk selama tiga tahun
Merck Tbk. Pencapaian tertinggi nilai
berturut-turut. Pencapaian tertinggi
X-Score pada PT Kalbe Farma Tbk
nilai G-Score pada PT Merck Tbk di
pada tahun 2017 dengan nilai sebesar
tahun 2015 dengan nilai1,98.
-4.04. Berbanding terbalik dengan PT
Berbanding terbalik dengan PT
Kalbe Farma Tbk, PT Kimia Farma
Merck Tbk, PT Kimia Farma Tbk
Tbk memiliki nilai X-Score paling
memiliki nilai G-Score paling rendah
rendah diantara perusahaan lain
diantara perusahaan lain selama tiga
selama tiga tahun terakhir. X-Score
tahun terakhir. G-Score terendah yang
terendah yang dimiliki PT Kimia
dimiliki PT Kimia Farma Tbk yaitu
Farma Tbk yaitu pada tahun 2017
pada tahun 2017 dengan nilai 0,65.
dengan nilai -1,24.
Perhitungan Model Grover (G-
Score) PENUTUP
Tsbel 4
Kesimpulan
Perhitungan Model Grover
(G-Score) Tahun 2015-2017 Berdasarkan perhitungan dan analisis
Nama Tahun
yang telah dijelaskan pada bab
Perusahaan
2015 2016 2017 sebelumnya, maka dapat diambil
PT Darya 1,30 1,27 1,26 kesimpulan sebagai berikut:
Varia L.Tbk
1. Berdasarkan perhitungan
PT Merck 1,98 1,89 1,63
Tbk dengan model Altman (Z-
PT Kimia 0,92 0,77 0,65 Score), diperoleh hasil rata-
Farma Tbk
PT Kalbe 1,49 1,53 1,49 rata seluruh perusahaan
Farma Tbk berada di grey zone selama
PT Pyridam 0,52 0,64 0,84
Farma Tbk tiga tahun terakhir, kecuali PT
Merck Tbk yang pada tahun dimiliki oleh PT Merck Tbk
2015 berada pada zona aman kecuali pada X-Score, nilai
namun kembali pada grey tertinggi dimiliki oleh PT
zone pada tahun 2016-2017 Kalbe Farma Tbk.
dan PT Kimia Farma Tbk Saran
pada tahun 2017 berpotensi Berdasarkan kesimpulan tersebut,
mengalami kebangkrutan. dapat diperoleh saran yang bisa
2. Berdasarkan perhitungan digunakan sebagai bahan
dengan model Springrate (S- pertimbangan bagi pihak-pihak yang
Score), diperoleh hasil rata- berkepentingan atau kinerja keuangan
rata seluruh perusahaan perusahaan industri farmasi yang
berada pada zona aman terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tiga tahun terakhir, pada tahun periode 2015-2017, maka
kecuali PT Kimia Farma Tbk saran yang dapat diberikan adalah:
yang pada tahun 2017 berada 1. Perusahaan yang kondisi
pada grey zone dan PT keuangannya buruk maupun
Pyridam Farma Tbk yang yang berada pada grey zone
pada tahun 2015-2016 berada berdasarkan perhitungan Z-
pada grey zone namun Score, S-Score, X-Score, dan
kembali berada di zona aman G-Score serta memiliki
ada tahun 2017. kesulitan keuangan,
3. Berdasarkan perhitungan diharapkan mampu
dengan model Xmijewski (X- meningkatkan penjualan lebih
Score) dan Grover (G-Score), banyak dan mengurangi
diperoleh hasil yang sama dari jumlah hutang sehingga
kedua model yaitu seluruh kinerja perusahaan semakin
perusahaan berada pada zona tinggi dan nilai pasar
aman selama tiga tahun perusahaan juga akan
terakhir (2015-2017). meningkat. Jika hal tersebut
4. Rata-rata nilai Z-Score, S- diperbaiki, maka perusahaan
Score dan G-Score tertinggi
akan terhindar dari kesulitan satu-satunya tentang layak
keuangan. tidaknya suatu perusahaan
2. Perusahaan yang kondisi mendapatkan pinjaman
keuangannya baik dan berada ataupun sebagai tempat
pada zona aman diharapkan investasi.
mampu mempertahankan dan 4. Bagi peneliti selanjutnya
meningkatkan kinerja diharapkan dapat
keuangan dan selalu menggunakan model prediksi,
melakukan pemeriksaan objek dan periode yang lain
kondisi keuangan sebagai serta meningkatkan jumlah
pencegahan terjadinya sampel yang digunakan.
financial distress bahkan
kebangkrutan. Hasil DAFTAR PUSTAKA
penelitian dapat digunakan Altman, Edward I. 1968. ‘Financial
Ratios, Discriminant Analysis
sebagai bahan evaluasi bagi
and The Prediction of Corporate
perusahaan untuk menyusun Bankruptcy’, The Journal of
Finance, vol. 23, pp. 589-609.
strategi guna meningkatkan
kinerjanya. Arjunani, Astrida. 2017. ‘Analisis
Kondisi Kebangkrutan
3. Bagi investor dan kreditur
Perusahaan dengan
diharapkan dapat Berdasarkan Pendekatan Model
Altman (Model Z-Score) (Studi
menggunakan hasil analisis
Pada Perusahaan Tekstil dan
model Z-Score, S-Score, X- Garmen yang Terdaftar di BEI
tahun 2013-2015)’, Skripsi.
Score dan G-Score sebagai
Universitas Brawijaya, Malang.
salah satu bahan
Bank Indonesia. 2018. Informasi
pertimbangan dalam
Kurs. Diakses pada 15 Januari
pengambilan keputusan yang 2019.
<www.bi.go.id>.
terkait dengan kondisi
keuangan suatu perusahaan. BKKBN. 2017. Hingga Juli 2017,
Jumlah Penduduk Indonesia
Namun, hasil penilaian
Bertambah Jadi 262 Juta Jiwa
beberapa model ini tidak Lebih. Diakses pada 15 Januari
2019.
dipergunakan sebagai penentu
<www.bkkbn.go.id/detailpost/l
aju-pertumbuhan-penduduk-4- Diakses pada tanggal 15 Januari
juta-per-tahun>. 2019.
<http://www.republika.co.id/be
Darmawan, Dwi Agung. 2013. rita dan-makanan-berkembang-
Peluang Besar di Industri cukup-baik>.
Farmasi. Diakses pada 17
Januari 2019. Maria, Tia. 2015. ‘Bankruptcy
<https://katadata.co.id/berita/2 Prediction Analysis of
013/05/08/peluang-besar-di- Manufacturing Companies
industri-farmasi>. Listed in Indonesia Stock
Exhange’, International
Hartanto, Airlangga. 2017. Airlangga Journal of Economics and
Sebut Industri Farmasi Jadi Financial Issues, vol 5, pp. 354-
Sektor Bisnis Menjanjikan. 359.
Diakses pada tanggal 15 Januari
2019. Nurfitriani, Atika Harish. 2016.
<https://www.wartaekonomi.co ‘Analisis Z-Score untuk
.id/read162100/airlangga- Memprediksi Tingkat
sebut-industri-farmasi-jadi- Kebangkrutan Perusahaan
sektor-bisnis- (Studi Pada Industri Farmasi di
menjanjikan.html>. BEI Periode 2012-2014)’,
Skripsi. Universitas Brawijaya,
Indrani, Firda Rahayu. 2018. Malang.
‘Prediksi Financial Distress
dengan Menggunakan Model Peter dan Yoseph. 2011. ‘Analisis
Altman (Z-Score) dan Kebangkrutan dengan Metode
Zmijewski (X-Score) (Studi Z-Score Altman, Springrate dan
Pada Perusahaan Rokok yang Zmijewski pada PT. Indofood
Terdaftar di BEI Periode 2014- Sukses Makmur Tbk Periode
2016)’, Skripsi. Universitas 2005-2009. Akurat Jurnal
Brawijaya, Malang. Ilmiah Akuntansi, vol 2.

Jefriando, Maikel. 2015. 90% Bahan Prihantini, Ni Made E. D. dan Maria


Baku Impor, Industri Farmasi M. R. Sari. 2013. ‘Prediksi
Jadi Fokus Pemerintah. Kebangkrutan Dengan Model
Diakses pada tanggal 15 Januari Grover, Altman Z-Score,
2019. Springrate dan Zmijewski Pada
<https://finance.detik.com.read Perusahaan Food and Beverage
/2015/10/19/205330/3047986/1 di BEI’, E-Jurnal Akuntansi,
036/90-bahan-baku-impor- vol 5.
industri-farmasi-jadi-fokus-
pemerintah>. Primasari, Niken Savitri. 2017.
‘Analisis Altman Z-Score,
Lembong, Thomas. 2016. Mendag: Grover Score, Springrate, dan
Industri Farmasi dan Makanan Zmijewski Sebagai Signaling
Berkembang Cukup Baik. Financial Distress’, Accounting
and Management Journal, vol.
1, pp. 23-43.

Purwanti, Endang. 2016. ‘Analisis


Perbedaan Model Altman Z-
Score dan Model Springate
dalam Memprediksi
Kebangkrutan Pada Perusahaan
Pertambangan di Indonesia’,
Jurnal STIE Semarang, vol 8.

Rismawaty. 2012. ‘Analisis


Perbandingan Model Prediksi
Financial Distress Altman,
Springrate, Ohlson dan
Zmijewski (Studi Empiris Pada
Perusahaan Food and Beverage
yang Terdaftar di BEI’, Skripsi.
Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Springrate, G. L. 1978. ‘Predicting


the Possibility of Failure in a
Canadian Firm’, Master of
Business Administration
Project (Unpublished). Simon
Fraser University.

Yuliastary, Etta Citrawati dan Made


Gede Wirakusuma. 2014.
‘Analisis Financial Distress
dengan Metode Z-Score
Altman, Springate, Zmijewski’,
E-Jurnal Akuntansi, vol 6.

Zmijewski, M. E. 1984.
‘Methodological Issues Related
To The Estimation Of Financial
Distress Prediction Models’,
Journal of Accounting
Research, vol. 22, pp. 59-8.

You might also like