0% found this document useful (0 votes)
24 views15 pages

1408 4979 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 15

JMPKP: Jurnal Manajemen Publik & Kebijakan Publik

Volume 3 Nomor 1 Bulan Maret Tahun 2021

Tersedia Online di http://jurnal.umb.ac.id/index.php/JMPKP


ISSN Print : 2685-7499 ISSN Online : 2745-8660

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan


Desa Wisata Gamplong

Safrilul Ulum1, Dewi Amanatun Suryani2


1Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas „Aisyiyah Yogyakarta, Mlangi
Nogotirto, Jl. Siliwangi Jl. Ringroad Barat No.63, Area Sawah, Nogotirto, Kec. Gamping,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55592,
2Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas „Aisyiyah Yogyakarta, Mlangi

Nogotirto, Jl. Siliwangi Jl. Ringroad Barat No.63, Area Sawah, Nogotirto, Kec. Gamping,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55592.

E-mail: [email protected]. No. HP 08156985206

Abstract: The diversity of Indonesian culture and local wisdom becomes


promising tourism potential. The government must keep developing tourism by
involving public‟s participation. One of tourism development through tourism
village such as in Sleman Regency of Special Province of Yogyakarta which
grows impressively due to great natural potential. The number of tourism village
in Sleman regency in 2018 are 36 villages. One of the villages is Gamplong
tourism village which is located in Gamplong, Sumber Rahayu, Moyudan
Sleman, Yogyakarta. The number of tourists in 2018 were 29.373 and remains
unstable each month through good management. However, there is a problem
in the management in which there is an unclear job division which only involves
some of community members. The objective of the study is to analyze the form
and level of community participation as well as public‟s forcing and prohibiting
factors in participating in the development of Gamplong tourism village. The
study employed descriptive qualitative method and the setting was at
Gamplong, Sumber Rahayu, Moyudan Sleman, Yogyakarta. The subjects of the
study were community members of Gamplong tourism village. The study used
data collection method in the form of observation, interview, and documentation,
the data analysis technique was done through data collection, data reduction,
data presentation and conclusion drawing. The result of the study revealed that
community members participated in real participation through energy and
properties and unreal participation through ideas. In addition, public‟s
participation level in plans and implementation was not optimum, while the
result utilization and evaluation was considerably optimum. The result of the
study also revealed factors influencing public‟s participation. In brief, active
community participation has been seen, but it still uncovers community
participation as a whole. Community members should receive consistent
training and clear job division.

Keywords: Tourism Village; Public Participation; Public Empowerment.

Abstrak: Keanekaragaman budaya dan kearifan lokal Indonesia menjadi


potensi pariwisata yang menjanjikan. Pemerintah terus melakukan
pembangunan pariwisata dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Salah satu
pembangunan pariwisata adalah melalui desa wisata di Kabupaten Sleman, DI.

14
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL 3, N0 1, MARET 2021

Yogyakarta yang tumbuh dengan pesat dikarenakan potensi alam sangat besar.
Jumlah desa wisata di Kabupaten Sleman tahun 2018 sejumlah 36 desa wisata.
Salah satunya adalah Desa W isata Gamplong yang terletak di Pedukuhan
Gamplong, Desa Sumberrahayu, Kec. Moyudan, Kab. Sleman, Yogyakarta
dengan jumlah wisatawan 29.373 tahun 2018 yang mengalami kenaikan dan
penurunan yang tidak menentu setiap bulannya. Terdapat persoalan di Desa
Wisata Gamplong yaitu pembagian tugas dalam pengelolaan Desa Wisata
Gamplong yang hanya melibatkan sebagian masyarakat saja. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat serta faktor
pendorong dan penghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pengembangan Desa W isata Gamplong. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu masyarakat Desa W isata
Gamplong. Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data melalui tahapan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa masyarakat berparitisipasi secara
nyata melalui tenaga dan harta benda serta tidak nyata melalui ide/gagasan.
Selain itu, tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
dinilai kurang optimal sedangkan dalam pemanfaatan hasil dan evaluasi cukup
optimal. Hasil temuan lapangan juga mengungkapkan faktor yang
mempengaruhi adalah keterlibatan masyarakat secara keseluruhan.
Diharapkan masyarakat mendapat pelatihan secara konsisten dan
mendapatkan pembagian peran yang lebih jelas.

Kata Kunci: Desa Wisata; Partisipasi Masyarakat; Pemberdayaan Masyarakat

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kearifan lokal yang
beranekaragam. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi potensi pariwisata bagi
Indonesia. Pembangunan pariwisata yang berhasil adalah pengembangan yang
dilakukan secara bersama-sama, dengan istilah “Membangun bersama
masyarakat” sehingga pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat setempat. Perencanaan
Partisipasi masyarakat merupakan bagian dalam proses pemberdayaan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah yang dialami
masyarakat berdasarkan rencana awal yang telah disusun bersama dan
disepakati dalam bentuk program. Bentuk partisipasi masyarakat pada
pembangunan desa wisata menjadi salah satu perjalanan penting dalam
pembangunan pariwisata di Indonesia. Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor: KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang Pedoman Program
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) (2011) Pariwisata menjelaskan
bahwa Desa wisata adalah “suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat
yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku”.

15
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 N0 1, MARET 2021

Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki dukungan potensi


alam yang tumbuh menjadi desa wisata. Jumlah desa wisata di Kabupaten
Sleman tahun 2018 sejumlah 36 desa. Salah satunya adalah desa wisata
Gamplong merupakan desa wisata dalam kategori desa wisata mandiri yang
terletak di Pedukuhan Gamplong, Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Berdasarkan hasil observasi, desa wisata Gamplong memiliki ciri khas yaitu
kerajinan tenun yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM),
dengan keunikan dan potensinya ini sampai sekarang Desa Wisata Gamplong
mampu bertahan sebagai desa wisata yang diminati oleh wisatawan, baik
nusantara (lokal) maupun mancanegara. Mengingat Dusun Gamplong sebagai
objek wisata yang dapat mendatangkan wisatawan lebih banyak, masyarakat
Gamplong mengembangkan berbagai fasilitas, prasarana dan sarana yang
dibutuhkan wisatawan (Putri, 2015). Jumlah wisatawan di Desa Wisata
Gamplong pada tahun 2018 adalah 29.373 pengunjung (website Dinas
Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta). Jumlah pengunjung di desa wisata
Gamplong cenderung mengalami kenaikan serta penurunan yang tidak menentu.
Beberapa permasalahan dalam tata kelola wisata di Gamplong antara lain
minimnya wawasan dan pendidikan tentang industri pariwisata, minimnya
permodalan dan kurangnya gagasan untuk mempromosikan bisnis desa wisata
hingga belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa
wisata (Nuvriasari dan Udjang, no date). Pengembangan desa wisata yang
kurang optimal (Rini dan Budiani, 2017). Hal ini dapat diartikan bahwa Desa
Wisata Gamplong memiliki daya tarik bagi pengunjung yang ada pada wilayah
Kabupaten/Kota se DIY.
Desa Wisata Gamplong sudah mengupayakan suatu pengelolaan yang baik
untuk wisatanya, namun masih ada kekurangan dalam pendekatan terhadap
masyarakat Desa Wisata Gamplong. Hal ini ditunjukkan dengan kurang jelasnya
pembagian tugas yang ada didalam pengelolaan Desa Wisata Gamplong yang
masih dipegang oleh sebagain masyarakat saja, yang akhirnya bentuk
keterlibatan masyarakat lebih diarahkan pada keterlibatan secara fisik. Hal ini
dibuktikan dengan kurangnya sosialisasi dari pengelola terhadap masyarakat
umum di Desa Wisata Gamplong yang sifatnya lebih pada insidental saja. Bentuk
komunikasi yang baik seharusnya mampu menjadikan wadah masyarakat untuk
terus meningkatkan rasa solidaritas dan kesadaran dalam dirinya untuk
menjaga desa wisata ini dapat berkembang maju untuk

16
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 N0 1, MARET 2021

kedepannya. Proses komunikasi dalam upaya pelestarian tradisi di setiap


masyarakat pengrajin, baik melalui produk kerajinan tenunnya ataupun dengan
pengembangan Desa Wisata melalui TEGAR sebagai paguyuban pengrajin
(Yoga, 2017). Hal ini untuk menjaga dan membentuk regenerasi yang baik untuk
melanjutkan pengembangan Desa Wisata Gamplong.
Hasil Penelusuran penelitian terdahulu terdapat beberapa penelitian yang
telah melakukan kajian tentang Desa Gamplong diantaranya tentang
pengembangan Desa wisata yang dilakukan Audita Nuvriasari, Raswan Udjan
(no date), pemberdayaan ekonomi pada pengrajin tenun ATBM yang dilakukan
oleh Emmita Devi Hari Putri (2015), Cintya Arnisita (2015), Sri Rahayu Budiani
(2017), Ratih Indah Sari dan Sri Rahayu Budiani (2018), Siti Ativa Putridiani dan
Yoyon Suryono (2019), dan Fitho Firmandani (2019). Pemanfaatan teknologi
informasi dalam pengembangan Desa Wisata sebagaimana dikaji oleh Dian
Prajarni (2018) dan Dian Prajarini dan Sudjadi Tjipto Rahardjo (2018).
Penelitian tentang komunikasi masyarakat pada upaya mempertahankan
industri tenun seperti dilakukan oleh Luh Dwi Yoga (2017). Selain itu, Artikel
Yuningsi, T., Darmi, T., Sulandri, Susi. 2019) Pengembangan Pariwisata
dengan menngunakan model pentahilek diyakin dapat berjalan
berkisinambungan. Sementara, penulis memiliki ketertarikan melakukan
penelitian tentang partisipasi masyarakat pada desa yang tengah mengalami
pengembangan dalam sektor wisatanya, Tujuan penelitian ini adalah
mendapatkan gambaran tentang bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pengembangan Desa Wisata Gamplong dan faktor apa saja yang mendorong
dan menghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata
Gamplong.

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010) mendefinisikan “Metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh)” Sejalan dengan pendapat J. Richie (Sugiyono, 2014)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk untuk
menyajikan dunia sosial dan sudut pandangnya di dalam dunia berawal dari segi
konsep, perilaku dan persoalan tentang manusia yang akan diteliti. Dengan
demikian, penggunaan metode kualitatif lebih mengutamakan kemampuan
peneliti untuk fokus terhadap permasalahan yang akan diteliti.
17
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

Penulis memilih lokasi penelitian di Desa Wisata Gamplong, Desa


Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta berdasarkan pertimbangan daerah tersebut memiliki keunikan
tersendiri dalam mengelola dan mempertahankan desa wisata dengan kearifan
lokal turunan nenek moyang yang sampai saat ini mampu menjadi daya tarik
wisatawan nusantara maupun mancanegara. Faktor internal yang berpengaruh
berupa: kepemilikan alat secara pribadi, inovasi produk dan bahan baku, harga
terjangkau, kurangnya promosi, keterbatasan modal usaha, kendala komunikasi,
dan kurangnya link pemasaran. Faktor eksternal yang berpengaruh berupa:
pasar luas dengan posisinya sebagai desa wisata, adanya pelatihan industri,
kurangnya pengetahuan tentang inovasi, konflik internal, adanya pasar global,
dan regenerasi pengrajin tenun (Sari dan Budiani, 2018) temuan yang sama
terdapat dalam penelitian (Arnisita, 2015). SDM yang belum terampil, konflik
internal dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang inovasi pemberdayaan
masyarakat. Upaya menegmbangkan inovasi dilakukan melalui pengembangan
prototype website Profil Desa (Prajarini, 2018) dan aplikasi Si APIK (Prajarini dan
Rahardjo, 2018). Proses pemberdayaan pengrajin tenun di Sentra Kerajinan
desa wisata Gamplong yaitu melakukan pelatihan, melakukan pendampingan,
dan evaluasi (Putridiani dan Suryono, 2019).

Gambar 1. Peta Desa Sumberrahayu

(Sumber: penelusuran google 2020)

Subjek penelitian terdiri dari ketua pengelola/ Kelompok sadar wisata


(Pokdarwis), Ketua paguyuban pengerajin tenun Alat Tenun Bukan Mesin
(ATBM), pengrajin tenun, akademisi/guru swasta, dan ketua pemuda/karang
taruna. Teknik penelitian menggunakan snowball dalam pemilihan informan
dimana pada situasi tertentu jumlah subjek penelitian yang terlibat bisa jadi akan
bertambah karena subjek atau informan yang telah ditentukan sebelumnya
belum/bisa jadi kurang memberikan informasi yang mendalam atau pada situasi-

14
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

situasi tertentu tidak memungkinkan peneliti untuk mendapatkan akses pada


sumber, lokasi atau subjek yang hendak diteliti. Teknik pengumpulan data yang
digunakan antara lain observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek
penelitian, sehingga peneliti dapat memahami kondisi yang nyata dan
sebenarnya di lapangan. Teknik wawancara akan peneliti gunakan untuk
menggali data terkait partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata
Gamplong. Selain itu didukung oleh dokumen-dokumen di antaranya Buku Profil
Desa Wisata Gamplong, foto dokumentasi wawancara, foto dokumentasi lokasi
serta fasilitas pendukung desa wisata.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam meningkatkan pariwista perlu ada kebijakan yang memadai (Delly.,
Anwar, Faizal.,& Patrisia, Eka Novliza. 2019). Desa Wisata Gamplong
merupakan desa wisata yang berlatar belakang kerajinan yang menghasilkan
barang-barang kerajinan tangan seperti tas, souvenir, stagen, serbet, lopper,
plesmate, aneka box, keray, dll. Untuk paket wisata di Desa Gamplong yaitu
belajar membuat kerajinan seperti : membuat pigura, dompet, tas, dan tempat
pensil. Keunikan yang dimiliki desa Gamplong ini berdasarkan Supplay Chain
Management mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan
bersaing (Firmandani, 2019). Adapun data produk yang tersedia di desa wisata
Gamplong sebagai berikut :

Tabel 1 Data produk yang tersedia di Desa Wisata Gamplong

NO PRODUK NO PRODUK
1 Place mate 11 Bingkai
2 Sarung bantal 12 Jam
3 Tas 13 Buku
4 Cermin 14 Hiasan Dinding
5 Tissue Box 15 Souvernir
6 Stagen 16 Gorden
7 Taplak Meja 17 Selendang
8 Material Tenun 18 Syal
9 Lidi Stick 19 Scraft
10 Tempat Buah 20 Meubel Kayu
Sumber: Kelompok Paguyuban TEGAR Desa Wisata Gamplong

15
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata


Gamplong
Hasil yang didapatkan dari penelitian lapangan terdapat 2 (dua) bentuk
partisipasi yaitu partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata atau memiliki
wujud dan juga partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata abstrak
(Deviyanti, 2013), yaitu : 1) Bentuk partisipasi yang nyata diantaranya adalah
partisipasi dalam bentuk tenaga, uang, dan harta benda, terdiri dari : a)
Partisipasi dalam bentuk tenaga.Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga
dalam pengembangan Desa Wisata Gamplong diwujudkan melalui gotong-royong
pada berbagai bentuk kegiatan, diantaranya membersihkan lingkungan desa
wisata. Kegiatan ini diikuti oleh lapisan masyarakat khususnya masyarakat yang
berada pada Desa Wisata Gamplong I yang menjadi pusat wisata bagi wisatawan
yang hadir. Hasil wawancara menunjukan bahwa pembagian tugas dari
masyarakat itu sendiri sudah dikelompokkan, seperti menjadi pemandu wisata
yang telah dijadwalkan oleh pengurus TEGAR, namun pada akhirnya dalam
pelaksanaannya hanya sebagian masyarakat saja yang bisa ikut andil dalam hal
ini.
Adapun bentuk partisipasi tenaga lainya yaitu dalam hal penyediaan
akomodasi dan juga kuliner. Desa Wisata Gamplong ini terdapat alat
transportasi khusus pengunjung yaitu kereta mini atau sering disebut kereta
kelinci. Selain ikut mengoperasikan kereta kelinci, partisipasi masyarakat juga
dilakukan dalam menyiapkan masakan atau kuliner. Namun demikian tidak
semua masyarakat bersedia ikut berpatisipasi dalam menyiapkan kuliner ini.
Keterlibatan secara rutin masyarakat hanya diikuti oleh sebagian orang saja yaitu
anggota pengurus TEGAR dan pemandu wisata.
Berdasarkan hal tersebut masyarakat pada umumnya sudah terlibat dalam
bentuk tenaga seperti gotong-royong dalam menjaga kebersihan maupun ikut
membantu mengelola paket wisata, namun masyarakat secara umum masih harus
menunggu instruksi dari pengurus TEGAR itu sendiri; b) Partisipasi masyarakat
dalam bentuk uang. Partisipasi ini tentunya akan sangat mendukung
pelaksanaan program pembangunan desa. Dimana partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan yang didukung berupa uang merupakan suatu
upaya yang sangat nyata, maka dari itu pengelola desa wisata harus bijak
dalam mempergunakan anggaran-anggaran bantuan dana pembangunan,
dengan demikian pembangunan akan berjalan dengan baik dan lancar.
Pendanaan di Desa Wisata Gamplong ini sangat bermacam-macam
sumbernya. Pada pengembangan Desa Wisata Gamplong ini tidak luput dari
bantuan dana dari luar masyarakat, diantaranya bantuan dana dari Kementerian

16
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

Pariwisata, Bank Indonesia, PNPM, Dinas Pariwisata DIY, Pemerintah Desa, dan
Kunjungan Wisatawan. Selain pemasukan dana dari pemerintah dan juga
kelembagaan, pendanaan ini juga terdapat dari kalangan masyarakat lainnya,
yang ada di Desa Wisata Gamplong. Partisipasi masyarakat dalam bentuk uang
lainnya ini dilakukan dengan pengadaan iuran rutin yang dilakukan oleh
paguyuban TEGAR setiap Minggu Pon atau 40 hari sekali. Iuran mingguan
ini atau bisa disebut juga kas TEGAR yang digunakan untuk kegiatan pendukung
dalam mengelola Desa Wisata Gamplong. pihak yang terlibat dalam
pengumpulan iuran adalah pengurus TEGAR, pengurus POKDARWIS, dan juga
anggota-anggotanya.
Pihak pemerintah desa dan kelembagaan yang ada di Desa Wisata
Gamplong telah ikut berpartisipasi dalam bentuk uang, Masyarakat umum di
Desa Wisata Gamplong juga ikut andil berpartisipasi dalam bentuk uang.
Bentuk partisipasi masyarakat ini lebih bersifat ajakan dari paguyuban TEGAR
untuk ikut memberikan iuran dalam agenda-agenda besar yang akan diadakan
oleh Desa Wisata Gamplong, diantaranya seperti agenda festival dan dalam
perbaikan fasilitas wisata lainnya.
Partisipasi masyarakat dalam bentuk uang di Desa Wisata Gamplong ini lebih
melibatkan banyak sumber dana dari pemerintah dan pihak luar lainnya.
Masyarakat umum di Desa Wisata Gamplong ini justru masih kurang optimal
memberikan partisipasi dalam bentuk uang mereka hanya berpartisipasi jika
dibutuhkan ketika ada kegiatan yang sifatnya tidak terduga. Partisipasi
masyarakat ini masih bersifat ajakan belum berdasarkan kemauan dari
masyarakat itu sendiri untuk ikut andil. Namun dari masyarakat tidak pernah
mempermasalahkan terkait dengan iuran yang diatur oleh pengelola Desa Wisata
Gamplong tersebut; c) Partispasi masyarakat dalam bentuk harta benda.
Partisipasi ini termasuk dalam partisipasi yang diberikan dalam bentuk
menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Desa
Wisata Gamplong ini merupakan desa wisata edukasi kerajinan tenun yang jelas
memperlihatkan alat tenun dan macam-macam kerajinannya. Dalam
partisipasinya, masyarakat yang menjadi objek dari wisata tersebut ikut
berpartisipasi dalam menyumbangkan alat tenunnya.
Masyarakat Desa Wisata Gamplong yang rata-rata pekerjaanya adalah
sebagai pengerajin secara tidak langsung sudah ikut terlibat atau ikut
berpartisipasi dalam memberikan alat tenunnya untuk ditampilkan. Hanya saja
partisipasi masyarakat secara umum di Desa Wisata Gamplong ini kurang optimal
seluruhnya ikut dalam partisipasi dalam bentuk uang, karena masih
mengandalkan para pengurus TEGAR dalam pengelolaannya; 2) Bentuk
partisipasi yang tidak nyata adalah ide/gagasan, kritik dan saran. Partisipasi
17
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

masyarakat dalam bentuk ide/gagasan merupakan suatu bentuk partisipasi yang


muncul dari buah pikir masyarakat yang ikut serta dalam memberikan
pendapatnya untuk pengembangan Desa Wisata Gamplong. Dalam hal ini
partisipasi masyarakat di Desa Wisata Gamplong dalam bentuk ide/gagasan rata-
rata muncul dari kalangan masyarakat, khususnya yaitu masyarakat yang
masuk kedalam kepengurusan TEGAR dan tokoh masyarakat lainnya.
Ide/gagasan ini muncul dari masyarakat melalui pertemuan-pertemuan yang
dilakukan oleh pengurus TEGAR atau kegiatan musyawarah lainnya yang
melibatkan banyak masyarakat desa.
Masyarakat yang memiliki ide/gagasan dalam pengembangan Desa Wisata
Gamplong ini hanya disadari oleh sebagian masyarakat saja. Keterlibatan
sebagian masyarakat ini akhirnya menjadikan pengurus dari TEGAR
seharusnya mampu memberikan informasi secara menyeluruh kepada
masyarakat untuk dapat menyosialisasikan ide-ide yang telah disepakati dalam
rapat bersama tersebut. Ide/gagasan ini tidak hanya didapat dari pengurus
TEGAR, melainkan dari masyarakat umum lainnya yang di undang sebagai
perwakilan. Masyarakat yang mewakili ini merupakan tokoh masyarakat
desa yang rata-rata sudah memiliki pengalaman dalam dunia pendidikan, aparatur
sipil negara, guru, dan juga tokoh masyarakat yang vokal dalam berpendapat.
Keikutsertaan masyarakat dalam memberikan ide/gagasan masih belum
optimal akhirnya hanya diwakilkan oleh sebagian orang saja. Masyarakat umum
lain biasanya hanya terima jadi yang selanjutnya lebih memberikan keleluasaan
bagi pengurus untuk mengelola ide-ide tersebut. Pendapat terkait ide/gagasan
untuk pengembangan Desa Wisata Gamplong ini juga berlanjut pada kritik dan
saran yang diberikan dari masyarakat umum. Seperti yang diketahui dalam
bermusyawarah dibutuhkannya saran dan juga kritik yang akhirnya dapat
memberikan suatu jalan keluar permasalahan dalan proses pengembangan
desa tersebut. Dalam hal ini terdapat juga partisipasi masyarakat dalam bentuk
saran dan juga kritik untuk pengembangan desa wisata ini. Saran dan kritik ini
biasanya disampaikan hanya perwakilan masyarakat saja, secara masyarakat
umum sudah disediakan kotak saran yang di buat oleh pengurus TEGAR yang
nantinya dapat diisi oleh segela kalangan masyarakat bahkan sampai
pengunjung/wisatawan juga.

Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata


Gamplong
Sebagai komponen utama dalam pengembangan desa wisata Community
Based Tourism (CBT), partisipasi masyarakat sangat penting khususnya
pengelolaan desa wisata yang tidak bisa diabaikan begitu saja, karena
18
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

masyarakat lokal merupakan orang pertama yang mengetahui keadaan di


daerahnya dibandingkan masyarakat luar desa baik dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan juga evaluasi, terdiri dari : 1) Tingkat
partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan. Dalam tingkat partisipasi ini
diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan rapat, diskusi,
sumbangan pemikiran, tanggapan ataupun penolakan terhadap progam/kegiatan
yang ditawarkan. Partisipasi masyarakat dalam tahap ini begitu mendasar, hal itu
dikarenakan apa yang dibahas didalamnya melibatkan masyarakat secara
keseluruhan untuk kepentingan bersama.
Tingkat partisipasi dalam perencanaan secara umum tidak banyak melibatkan
masyarakat. Hal ini dikarenakan pada tahap perencanaan tersebut sudah ada
pengurus TEGAR yang merancang suatu ide kemudian pendapat masyarakat
dijadikan sebagai bahan petimbangan dari keputusan akhir yang akan diambil.
Proses dalam tahap perencanaan ini dilakukan dalam musyawarah yang
dilakukan oleh kelompok TEGAR dalam menyusun program kerja. Penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan masih
kurang optimal hanya diikuti oleh sebagian masyarakat saja yang masuk kedalam
kepengurusan TEGAR dan POKDARWIS, untuk masyarakat lainnya hanya
menerima gagasan yang sudah direncanakan oleh pengurus tersebut.
Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan hanya sebatas dukungan
ditetapkannya sebagai desa wisata, dukungan yang diberikan berupa solidaritas
masyarakat menerima rencana sebelum pengambilan keputusan dilakukan oleh
pengurus TEGAR atau POKDARWIS. Terlihat dari tidak dilibatkannya
masyarakat dalam proses perencanaan seperti yang diungkapkan oleh Ketua
POKDARWIS; 2) Tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan. Partisipasi
pelaksanaan kegiatan merupakan lanjutan dari perencanaan yang telah disepakati
bersama. Partisipasi dalam tahap ini bisa dilihat dari keikutsertaan masyarakat
Desa dalam proses pelaksanaan pengembangan objek wisata. Dalam tahap
pelaksanaan ini hanya sebagian masyarakat ikut andil dalam melaksanakan
program yang yang ada dalam Desa Wisata Gamplong.
Dalam pelaksanaan program desa wisata masyarakat umum masih kurang
optimal yang berpartisipasi, hanya sebagian dari pengurus TEGAR dan Pokdarwis
dan tokoh masyarakat yang sadar untuk ikut berpartisipasi dalam membangun
desa wisata. Sebagian masyarakat lebih memilih bekerja diluar desa dan juga
melanjutkan pendidikan diluar desa. Partisipasi masyarakat kurang optimal
dalam pelaksanaan kegiatan desa wisata, dengan keterbatasan waktu serta
kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan prioritas dari masyarakat yang tidak
ikut berpartisipasi. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
wisata berupa partisipasi terdorong (inducedparticipation) oleh POKDARWIS
19
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

yang mana 25% masyarakat berpartisipasi dalam pengelolaan akomodasi


berdasarkan hasil wawancara dengan ketua TEGAR, keterlibatan dalam
pelatihan/peningkatan kualitas wisata, dan keterlibatan dalam pengelolaan
fasilitas; 3) Tingkat partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil. Partisipasi ini
adalah partisipasi yang diwujudkan dalam keterlibatan seseorang pada tahap
pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi
masyarakat pada tingkatan ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan
dan memelihara proyek yang telah dibangun.
Seperti yang telah telah disampaikan pada partisipasi bentuk tenaga dan
lainnya masyarakat desa sudah mengalami manfaat dan hasil dari adanya Desa
Wisata Gamplong ini, hanya saja belum teroptimalkannya kegiatan-kegiatan yang
ada hingga pada akhirnya menjadikan belum meratanya manfaat dan hasil yang
masyarakat rasakan.Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil
cukup optimal dirasakan baik itu secara ekonomi maupun secara keterampilan
dalam mengelola desa wisata. Tetapi, dengan masih belum maksimalnya
kegiatan- kegiatan yang ada akhirnya menjadikan pemanfaatan hasil ini masih
kurang merata dalam masyarakat itu sendiri; 4) Tingkat partisipasi dalam tahap
evaluasi. Partisipasi pada tahap ini adalah partisipasi yang diwujudkan dalam
bentuk keikutsertaan masyarakat dalam menilai serta mengawasi kegiatan
pembangunan serta hasil-hasilnya, misalnya memberikan saran-saran dan
kritikan.
Pada tahap evaluasi ini masyarakat tidak semuanya terlibat, pada umumnya
para tokoh desa yang biasanya berani dalam mengungkapkan saran dan kritiknya
dalam pengembangan desa wisata ini. Hal teresebut biasanya disampaikan pada
saat rapat-rapat pengurus ataupun disampaikan secara langsung kepada anggota
pengurus. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa keikutsertaan
masyarakat umum cukupoptimal semuanya ikut mengevaluasi pengembangan
desa wisata ini, dengan diadakannya kotak saran kenyataannya masyarakat
masih cenderung mengandalkan pengurus dan tokoh masyarakat saja untuk
mengatur segala halnya. Masyarakat dalam memberikan kritik dan saran
masih canggung dan menerima keputusan yang sudah disepakati oleh para
pengurus TEGAR dan POKDARWIS. Selain itu dalam pengembangan pariwisata
penting juga pemberdayaan masyaraakat (Admaja, K.T., , Anggraini, Oktiva., &
Suwarjo. 2020).

Faktor Yang Mendorong Dan Menghambat Partisipasi Masyarakat Di Desa


Wisata Gamplong
20
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

Dalam proses pengembangan Desa Wisata Gamplong ini partisipasi


masyarakat merupakan pelaku yang sangat berpengaruh penting untuk
kemajuan desa. Dalam halnya partisipasi masyarakat ini merupakan suatu
bentuk perilaku yang terdapat dalam diri masyarakat baik itu secara kesadaran
diri ataupun kemauan dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pengembangan Desa Wisata Gamplong. Terdapat beberapa faktor pendorong
dan faktor pendukung yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pengembangan Desa Wisata Gamplong. Faktor tersebut antara lain : 1) Faktor
pendorong partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Desa Wisata
Gamplong.
Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk melakukan
suatu tindakan, dimana perwujudan dari perilaku tersebut didorong oleh adanya
tiga faktor utama yang mendorong dari partisipasi masyarakat itu sendiri
diantaranya adalah faktor kemauan yaitu dengan ajakan dari masyarakat, faktor
kemampuan yaitu skill dari masyarakat dalam memproduksi kerajinan tenun, dan
faktor kesempatan masyarakat untuk ikut berpartisipasi yaitu dengan mengikuti
pelatihan dan study banding terkait dengan pengelolaan desa wisata.
Partisipasi masyarakat dalam Desa Wisata Gamplong ini dapat di
dorong dari faktor kemauan. Adanya kesadaran diri dari masayarakat Desa
Wisata Gamplong ini sudah muncul berdasarkan hasil wawancara. Adanya
kemauan dari masyarakat dalam kesadaran dirinya untuk ikut meskipun belum
secara menyeluruh semuanya merasakan. Kemudian dalam kemauan ini
perlunya ajakan dan dorongan dari sesama elemen masyarakat juga penting.
Hal ini menjadikan pendorong bagi masyarakat Desa Wisata Gamplong untuk
sama sama mengajak didalam mengelola dan mengembangkan Desa Wisata
Gamplong bersama-sama. Perilaku masyarakat yang mau belajar dan mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Faktor
pendorong selanjutnya yaitu faktor kemampuan.
Masyarakat Desa Wisata Gamplong ini sangat mendukung dalam banyak
hal, diantaranya adalah bagaimana masyarakat mampu mengolah
skill/kemampuan dan mengoperasikan alat kerajinan yang menggunakan Alat
Tenun Bukan Mesin dan jenis lainnya. Selain itu masyarakat juga mampu
mengolah hasil makanan atau membuat kuliner khas disalamnya. Masyarakat di
Desa Wisata Gamplong sudah memiliki kemampuan lebih mengelola Desa Wisata
khususnya dari dalam kepengurusan TEGAR itu sendiri maupun dari kalangan
masyarakat umum lainnya yang masih belum semuanya memiliki kemampuan
yang sama.

21
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

Faktor yang mendukung selanjutnya yaitu faktor kesempatan. Kesempatan


yang diberikan oleh banyak hal. Dalam hal ini masyarakat telah banyak diberikan
wadah untuk ikut serta dalam pelatihan yang disiapkan oleh pengurus yang
kemudian diikuti oleh masyarakat itu sendiri. Adapun bentuk upaya lainnya yaitu
melakukan study banding dengan desa wisata di daerah lain. Maka, kesempatan
yang telah diwadahi menjadikan pendorong dari masyarakat itu sendiri untuk ikut
serta dalam mengembangkan Desa Wisata Gamplong. Kegiatan kegiatan yang
mendukung peningkatan kualitas masyarakat desa yang lebih baik itu sudah di
fasilitasi dengan partisipasi masyarakat yang cukup besar; 2) Faktor penghambat
partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Gamplong.
Hambatan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat disebabkan oleh pola pikir
masyarakat yang masih belum faham tentang kegiatan yang berkaitan dengan
kepariwisataan. Kemudian rendahnya generasi muda untuk menekuni kerajinan
tenun. Usia yang terlibat dalam kegiatan produksi kerajinan ini rata-rata sudah
berusia lanjut, akhirnya mempersulit koordinasi antara masyarakat dalam
mengelola desa wisata. Sumber daya manusia yang ada didalam pengelola desa
wisata masih terbatas sehingga upaya untuk mendorong partisipasi menjadi
kurang maksimal. Kurangnya wadah yang diberikan oleh pengelola kepada
masyarakat yang sifatnya rutin. Masyarakat hanya dilibatkan secara insidental
sehingga kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengelolaan dan
pengembangan Desa Wisata Gamplong ini masih rendah.

SIMPULAN

Setelah peneliti melakukan penelitian lapangan dan setelah peneliti


menganalisa yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil
kesimpulan sebagai berikut: 1) Partisipasi aktif masyarakat sudah terlihat
namun belum mencakup keterlibatan masyarakat secara keseluruhan; 2)
Partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Gamplong yaitu
dengan bentuk nyata (wujud) dan tidak nyata (abstrak). Bentuk nyata
meliputi bentuk tenaga seperti gotong royong, menjadi pemandu wisata, dan
menyediakan akomodasi serta kuliner. Kemudian dalam bentuk uang sifatnya
berbeda-beda iurannya dan sumber pendanaan utama lebih bersumber dari dana
dari luar atau pemerintahan. Dalam bentuk harta benda masyarakat tidak terlalu
banyak terlibat, diantaranya memberikan alat tenun sebagai media edukasi
didalam Desa Wisata. Dalam bentuk tidak nyata (abstrak) keterlibatan masyarakat
berupa sumbangan ide/gagasan dari perwakilan masyarakat saja, secara umum
mayoritas masyarakat masih mengikuti arus dari hasil musyawarah; 3) Partisipasi
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wisata Gamplong dalam pengembangan
Desa Wisata Gamplong pada tahap perencanaan kurang optimal dimana
22
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

kehadiran rapat/musyawarah hanya diikuti oleh sebagian pengurus saja.


Kemudian pada tahap pelaksanaan berada ditingkat yang kurang optimal dimana
kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh pengurus hanya diikuti oleh sebagian
masyarakat saja yang lebih diikuti oleh pengurus utamanya. Pada tahap
pemanfaatan hasil sudah optimaldimana masyarakat sudah dapat merasakan efek
keuntungan dengan Desa Wisata Gamplong. Pada tahap evaluasi sudah optimal
dimana masyarakat memiliki tingkat kritis yang berbobot dalam mengevaluasi.
Maka dapat dikatakan masyarakat Desa Wisata Gamplong turut serta dalam
berpartisipasi secara tugasnya; 4) Faktor pendorong partisipasi masyarakat
dalam pengembangan Desa Wisata Gamplong ini meliputi kemauan, kesadaran
dan kesempatan. Sebagian masyarakat telah memiliki kemauan ikut terlibat
sehingga mampu memiliki skill dalam membuat kerajinan, meningkatkanya
pemahaman terkait kerajinan tenun dan juga pemasarannya dan adanya
kesempatan bagi masyarakat melalui pelatihan dan juga studi banding ke
berbagai daerah wisata; 5) Faktor penghambat internal masyarakat Desa Wisata
Gamplong adalah kualitas sumber daya manusia yang ada masih sangat kurang,
pola pikir masyarakat yang masih minim dan kurang nya keterlibatan generasi
muda dalam usaha kerajinan tenun ATBM.

Untuk optimalnya pengembangan pariwisata maka penulis memberi solusi sebagai


berikut :
1. Pengurus TEGAR membenahi tata kelola lembaganya dengan menyusun
pembagian tugas yang jelas dan program yang terencana sehingga
keterlibatan masyarakat diharapkan dapat meningkat dan terukur.
2. Masyarakat diberikan stimulasi dalam bentuk pelatihan yang menumbuhkan
kreativitas kepariwisataan secara konsisten dan berkala yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berpengaruh bagi
generasi mudanya untuk terlibat dalam mengembangkan Desa Wisata
Gamplong.
3. Hambatan yang ada dalam masyarakat sebaiknya dimusyawarahkan antar
lembaga sosial masyarakat yang terlibat baik pengurus POKDARWIS,
Pengurus TEGAR, masyarakat umum dan pemerintah Desa dan lebih
mengutamakan untuk membangun kerjasama antar semua elemen yang ada.

DAFTAR RUJUKAN
Arnisita, C. (2015) Inovasi Kerajinan Tenun Untuk Pemberdayaan Masyarakat Di
Dusun Gamplong Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten
Sleman. Universitas Negeri Yogyakarta.
Admaja, K.T., , Anggraini, Oktiva., Suwarjo. (2020). Desa Wisata Pentingsari;
Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Desa Wisata.

23
JURNAL MANAJEMEN PUBLIK & KEBIJAKAN PUBLIK VOL. 3 NO 1, MARET 2021

Jurnal Manajemen Publik & Kebijakan Publik (JMPKP) Vol 2, no 2,


September 2020
Deviyanti, D. (2013) „Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
Di Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah‟, eJournal
Administrasi Negara, 1(2), pp. 380–394.
Delly., Anwar, Faizal.,& Patrisia, Eka Novliza. (2019). Implementasi Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu. Jurnal
Manajemen Publik & Kebijakan Publik (JMPKP0 Vol 1, no 1, September
2019.
Darmi, Titi. (2018). Locally-Generated Revenue as A Capacity Parameters of New
Regional Autonomy Management. JKAP (Jurnal Kebijakan dan Administrasi
Publik) Vol.22 (1), May 2018, 1-13.
Firmandani, F. (2019) Pengaruh Supply Chain Management (SCM) Terhadap
Kinerja Perusahaan Dan Keunggulan Bersaing Sebagai Variabel Mediasi.
Universitas Islam Indonesia.
Moleong, L. J. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Nuvriasari, A. and Udjang, R. (no date) „Pengembangan Tata Kelola Desa Wisata
Gamplong‟, Jurnal Stmik El Rahma, p. 11.
Prajarini, D. (2018) „Perancangan Prototype Web Profile Desa Wisata Dan
Kerajinan Gamplong Sleman Dengan Metode Desain User Experience‟,
AKSA: JURNAL DESAIN KOMUNIKASI VISUAL, 2(1), pp. 249–259. doi:
10.37505/aksa.v2i1.19.
Prajarini, D. and Rahardjo, S. T. (2018) „Pendampingan Pemanfaatan TIK Untuk
Administrasi Data UMKM Desa Wisata & Kerajinan Gamplong‟, Abdimas
Dewantara, 1(1), pp. 65–76. doi: 10.30738/ad.v1i1.2148.
Putri, E. D. H. (2015) „Upaya Desa Gamplong Sebagai Desa Wisata Industri Alat
Tenun Bukan Mesin Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat‟,
Jurnal Khasanah Ilmu, 4(1), pp. 57–64.
Putridiani, S. A. and Suryono, Y. (2019) „Pemberdayaan Pengrajin Tenun‟, JPPM
(Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 6(2), pp. 161–169.
Republik Indonesia (2011) Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang Program Nasional Masyarakat (PNPM)
Mandiri Pariwisata.
Rini, D. A. and Budiani, S. R. (2017) „Analisis Rantai Nilai Industri Tenun Desa
Wisata Gamplong‟, Jurnal Bumi Indonesia, pp. 1–15.
Sari, R. I. and Budiani, S. R. (2018) „Analisis Strategi Pemasaran Industri Tenun
di Desa Wisata Gamplong Kabupaten Sleman‟, Majalah Geografi
Indonesia, 32(1), pp. 98–107. doi: 10.22146/mgi.30063.
Sugiyono (2014) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Yoga, L. D. (2017) Teknik Komunikasi Masyarakat Dalam Mempertahankan
Produksi Tenun Sebagai Tradisi Di Desa Wisata Kerajinan Gamplong.
Sekolah Tinggi APMD Yogyakarta.
Yuningsih, T., Darmi, T., & Sulandari, S. (2019). Model pentahelik dalam
pengembangan pariwisata di Kota Semarang. JPSI (Journal of Public
Sector Innovations), 3(2), 84-93.

24

You might also like