1621 3932 1 PB
1621 3932 1 PB
1621 3932 1 PB
ABSTRACT
Qanun Jinayat does not only apply to adults, children who are 12 years of age and not yet 18 years of age
or have married may be subject to jinayat sanctions if they violate the provisions stipulated in Aceh
Qanun Number 6 of 2014 concerning the Law of Jinayat. This study analyzes comprehensively with the
content analysis method the provisions stipulated in the Qanun Hukum Jinayat relating to the best
interests of the child. This study uses a normative research method by becoming the Qanun Hukum
Jinayat as its primary legal material. The data analysis was conducted qualitatively with a descriptive
approach. The results showed that the Qanun Hukum Jinayat has not fully accommodated the children's
best interests. The aspects that have not been accommodated are: First, the settlement of children dealing
with jinayat using the juvenile criminal justice system, restitution for victims of rape, independence of
judges in imposing 'uqubat,' uqubat for children 1/3 of adults, punishment for perpetrators whose victims
are children more Height, the child allows to be obeyed by action. Aspects that do not reflect the best
interests of the child include, the child can allow to be sentenced to caning, the age limit of the child,
restitution must be requested by the victim of child rape, judges are bound by the Qanun Hukum Jinayat,
there is an opportunity for judges to sentence caning in cases of sexual harassment and rape.
Keywords: law of jinayat, best interest of the child, Qanun
ABSTRAK
Qanun Jinayat tidak hanya diberlakukan bagi orang dewasa, bagi anak yang telah berumur 12 tahun dan
belum sampai 18 tahun atau telah melangsungkan perkawinan dapat dikenakan sanksi jinayat bila
melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum
Jinayat. Kajian ini menganalisis secara komprehensif dengan metode kontens analisis ketentuan yang
diatur dalam Qanun Hukum Jinayat berkaitan dengan kepentingan terbaik bagi anak. Kajian ini
menggunakan metode penelitian normatif dengan menjadi Qanun Hukum Jinayat sebagai bahan hukum
primernya. Analisis data dilakukan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Qanun Hukum Jinayat belum sepenuhnya mengakomodir kepentingan terbaik bagi anak. Aspek
yang belum terakomodir yaitu: Pertama, penyelesaian anak berhadapan dengan jinayat menggunakan
system peradilan pidana anak, adanya restitusi bagi korban pemerkosaan, independensi hakim dalam
menjatuhkan ‘uqubat ,’uqubat Bagi Anak 1/3 dari Orang Dewasa, Hukuman Bagi Pelaku yang
Korbannya Anak Lebih Tinggi, Anak Memungkinkan Dijatuhi ‘uqubat Tindakan. Aspek yang belum
mencerminkan kepentingan terbaik bagi anak meliputi, anak dapat memungkinkan dijatuhkan hukuman
cambuk, batasa usia anak, restitusi harus diminta oleh korban pemerkosaan anak, hakim terikat pada
Qanun Hukum Jinayat, adanya peluang bagi hakim menjatuhkan hukuman cambuk dalam kasus
pelecehan seksual dan pemerkosaan.
Kata Kunci: Hukum Jinayat, Kepentingan Terbaik Anak, Qanun
415
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
416
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
417
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
418
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
jarimah (tindak pidana) dan anak sebagai emas murni atau penjara paling lama 60
korban dari perbuatan pelaku. Jarimah yang (enam puluh) bulan. Selanjutnya Pasal 16
diancam dengan ‘uqubat berat karena Ayat (2) menentukan Setiap Orang yang
melibatkan anak yaitu: Pertama, khamar, dengan sengaja membeli,
hal ini diatur dalam Pasal 17 yang membawa/mengangkut, atau
menentukan bahwa Setiap Orang yang menghadiahkan Khamar, masing-masing
dengan sengaja melakukan perbuatan diancam dengan ‘uqubat Ta’zir cambuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan paling banyak 20 (dua puluh) kali atau
Pasal 16 dengan mengikutsertakan anak- denda paling banyak 200 (dua ratus) gram
anak dikenakan ‘uqubat Ta’zir cambuk emas murni atau penjara paling lama 20
paling banyak 80 (delapan puluh) kali atau (dua puluh) bulan.
denda paling banyak 800 (delapan ratus) Kedua, maisir, hal ini diatur dalam
gram emas murni atau penjara paling lama Pasal 21 Qanun Hukum Jinayat yang
80 (delapan puluh) bulan. Dalam Pasal 15 menentukan bahwa Setiap Orang yang
Ayat (1) Qanun Hukum Jinayat dengan sengaja melakukan Jarimah Maisir
Menentukan Setiap Orang yang dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan
sengaja minum Khamar diancam dengan Pasal 19, dengan mengikutsertakan anak-
‘uqubat Hudud cambuk 40 (empat puluh) anak diancam dengan ‘uqubat Ta’zir
kali. Kemudian Pasal 15 Ayat (2) Setiap cambuk paling banyak 45 (empat puluh
Orang yang mengulangi perbuatan lima) kali atau denda paling banyak 450
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (empat ratus lima puluh) gram emas murni
diancam dengan ‘uqubat Hudud cambuk atau penjara paling lama 45 (empat puluh
40 (empat puluh) kali ditambah ‘uqubat lima) bulan. Pasal 18 Qanun Hukum Jinayat
Ta’zir cambuk paling banyak 40 (empat menentukan Setiap Orang yang dengan
puluh) kali atau denda paling banyak 400 sengaja melakukan Jarimah Maisir dengan
(empat ratus) gram emas murni atau penjara nilai taruhan dan/atau keuntungan paling
paling lama 40 (empat puluh) bulan. banyak 2 (dua) gram emas murni, diancam
Kemudian dalam Pasal 16 Ayat (1) Qanun dengan ‘uqubat Ta’zir cambuk paling
Hukum Jinayat menentukan Setiap Orang banyak 12 (dua belas) kali atau denda
yang dengan sengaja memproduksi, paling banyak 120 (seratus dua puluh) gram
menyimpan/menimbun, menjual, atau emas murni atau penjara paling lama 12
memasukkan Khamar, masing-masing (dua belas) bulan. Kemudian dalam Pasal
diancam dengan ‘uqubat Ta’zir cambuk 19 menyatakan Setiap Orang yang dengan
paling banyak 60 (enam puluh) kali atau sengaja melakukan Jarimah Maisir dengan
denda paling banyak 600 (enam ratus) gram nilai taruhan dan/atau keuntungan lebih dari
419
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
2 (dua) gram emas murni, diancam dengan atau denda paling banyak 1.000 (seribu)
‘uqubat Ta’zir cambuk paling banyak 30 gram emas murni atau penjara paling lama
(tiga puluh) kali atau denda paling banyak 100 (seratus) bulan.
300 (tiga ratus) gram emas murni atau Ketiga, Pelecehan Seksual, Hal ini
penjara paling lama 30 (tiga puluh) bulan. diatur dalam Pasal 47 Qanun Hukum
Kemudian dalam konteks anak Jinayat yang menentukan bahwa Setiap
sebagai korban dalam kasus jinayat diatur Orang yang dengan sengaja melakukan
dalam beberapa jarimah, yaitu: Pertama, Jarimah Pelecehan Seksual sebagaimana
Ikhtilath. Menurut Pasal 1 Ayat (24) Qanun dimaksud dalam Pasal 46 terhadap anak,
Hukum Jinayat, Ikhtilath adalah perbuatan diancam dengan ‘uqubat Ta’zir cambuk
bermesraan seperti bercumbu, bersentuh- paling banyak 90 (sembilan puluh) kali atau
sentuhan, berpelukan dan berciuman antara denda paling banyak 900 (sembilan ratus)
laki-laki dan perempuan yang bukan suami gram emas murni atau penjara paling lama
istri dengan kerelaan kedua belah pihak, 90 (sembilan puluh) bulan. Keempat,
baik pada tempat tertutup atau terbuka. Pemerkosaan, Hal ini diatur dalam Pasal 50
Bagi pelaku pelanggaran ikhtilath diancam Qanun Hukum Jinayat yang menentukan
dengan hukuman sebagaimana diatur dalam bahwa Setiap Orang yang dengan sengaja
Pasal 26 Qanun Hukum Jinayat yang melakukan Jarimah Pemerkosaan
menyatakan Setiap Orang yang dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
sengaja melakukan Jarimah Ikhtilath terhadap anak-diancam dengan ‘uqubat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ta’zir cambuk paling sedikit 150 (seratus
dengan anak yang berumur di atas 10 lima puluh) kali, paling banyak 200 (dua
(sepuluh) tahun, diancam dengan ‘uqubat ratus) kali atau denda paling sedikit 1.500
Ta’zir cambuk paling banyak 45 (empat (seribu lima ratus) gram emas murni, paling
puluh lima) kali atau denda paling banyak banyak 2.000 (dua ribu) gram emas murni
450 (empat ratus lima puluh) gram emas atau penjara paling singkat 150 (seratus
murni atau penjara paling lama 45 (empat lima puluh) bulan, paling lama 200 (dua
puluh lima) bulan. Kedua, Zina, Hal ini ratus) bulan.
diatur dalam Pasal 34 Qanun Hukum Kelima, liwath. Menurut Pasal 1
Jinayat Setiap Orang dewasa yang angka (28) menyatakan bahwa Liwath
melakukan Zina dengan anak, selain adalah perbuatan seorang laki-laki dengan
diancam dengan ‘uqubat Hudud cara memasukkan zakarnya kedalam dubur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat laki-laki yang lain dengan kerelaan kedua
(1) dapat ditambah dengan ‘uqubat Ta’zir belah pihak. Berkaitan dengan sanksi bagi
cambuk paling banyak 100 (seratus) kali pelaku liwath terhadap anak diatur dalam
420
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
Pasal 63 Ayat (3) Qanun Hukum Jinayat tersebut diatur dalam Pasal 67 Ayat (1)
yang menyatakan Setiap Orang yang Qanun Hukum Jinayat yang menyatakan
melakukan Liwath dengan anak, selain Apabila anak yang telah mencapai umur 12
diancam dengan ‘uqubat Ta’zir (dua belas) tahun tetapi belum mencapai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat umur 18 (delapan belas) tahun atau belum
ditambah dengan cambuk paling banyak menikah melakukan Jarimah, maka
100 (seratus) kali atau denda paling banyak terhadap anak tersebut dapat dikenakan
1.000 (seribu) gram emas murni atau ‘uqubat paling banyak 1/3 (satu per tiga)
penjara paling lama 100 (seratus) bulan. dari ‘uqubat yang telah ditentukan bagi
Keenam, Muhasaqah, menurut Pasal 1 orang dewasa dan/atau dikembalikan
Angka 29 Qanun Hukum Jinayat kepada orang tuanya/walinya atau
Musahaqah adalah perbuatan dua orang ditempatkan di tempat yang disediakan oleh
wanita atau lebih dengan cara saling Pemerintah Aceh atau Pemerintah
menggosok-gosokkan anggota tubuh atau Kabupaten/Kota.
faraj untuk memperoleh rangsangan Penanganan kasus anak yang
(kenikmatan) seksual dengan kerelaan berhadapan dengan hukum jinayat
kedua belah pihak. Berkaitan dengan dilakukan dengan berpedoman pada
sanksi bagi pelaku muhasaqah terhadap peraturan perundang-undangan yang
anak diatur dalam Pasal 64 Ayat (3) Qanun mengatur tentang peradilan anak. Aturan
Hukum Jinayat Setiap Orang yang utamanya adalah UU Nomor 11 Tahun
melakukan Jarimah Musahaqah dengan 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
anak, selain diancam dengan ‘uqubat Anak, Peraturan Pemerintah Pemerintah
Ta’zir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman
dapat ditambah dengan cambuk paling Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak
banyak 100 (seratus) kali atau denda paling Yang Belum Berumur 12 (Dua Belas)
banyak 1.000 (seribu) gram emas murni Tahun, Qanun Aceh Nomor 7 Tahun 2013
atau penjara paling lama 100 (seratus) tentang Hukum Acara Jinayat, Peraturan
bulan. Gubernur Aceh Nomor 5 Tahun 2018
Di samping adanya aturan yang tentang Pelaksanaan Hukum Acara Jinayat,
dapat memberatkan bagi pelaku yang Perma Nomor 4 Tahun 2014 tentang
mengikutsertakan anak dalam melakukan Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam
jarimah dan bagi pelaku yang melakukan Sistem Peradilan Pidana Anak dan
pelanggaran jinayat terhadap anak, Qanun peraturan perundang-undangan yang
jinayat juga memberikan peringanan bagi lainnya sepanjang mengatur tentang
anak yang melakukan jarimah. Ketentuan peradilan pidana anak.
421
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
422
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
423
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
424
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
ketentuan tersebut tidak mengatakan anak korban pemerkosaan secara umum dapat
yang telah menikah tidak lagi dianggap meminta kepada hakim agar dibebankan
anak, namun sebaliknya berpedoman pada biaya sebagai pengganti kerugian bagi
aturan tersebut meskipun anak telah korban. Jumlahnya sangat ditentukan oleh
menikah pada usia di bawah 18 tahun masih finansial pelaku dengan
tetap diakui sebagai anak. Perbedaan mempertimbangkan pendapatan dan
rumusan anak dalam kedua regulasi kemampuannya. Keberadaan restitusi dalam
menimbulkan konsekuensi hukum yang Qanun Hukum Jinayat sebenarnya langkah
tidak baik bagi anak (Indriati N, Khrisnhoe maju karena korban telah mulai
K, dkk, 2017: 476), apalagi dalam qanun diperhatikan. Restitusi tidak pernah
menentukan istilah “belum menikah” yang diketemukan dalam KUHP sebagai hukum
menandakan bahwa anak yang telah materil, akan tetapi restitusi diketemukan
menikah telah dianggap dewasa serta dalam KUHAP.
konsekuensinya dipersamakan hukuman Dari segi aturan sebenarnya sudah
yang diberlakukan bagi orang dewasa. memperhatikan kepentingan terbaik bagi
Kedua, restitusi merupakan anak, namun secara konstekstual jarang
sejumlah uang atau harta tertentu, yang hakim menetapkan restitusi bagi pelaku ini.
wajib dibayarkan oleh pelaku Jarimah, Alasannya sangat bervariasi, yaitu:
keluarganya, atau pihak ketiga berdasarkan pemahaman hak-hak korban pemerkosaan
perintah hakim kepada korban atau masih kurang, tidak adanya inisiatif
keluarganya, untuk penderitaan, kehilangan memintanya kepada hakim, kurangnya
harta tertentu, atau penggantian biaya untuk koordinasi antara JPU dengan pihak korban
tindakan tertentu. Qanun Jinayat maupun keluarganya, korban tidak
memberikan kesempatan kepada korban menggunakan Advokat untuk mendampingi
pemerkosaan menuntut kerugian yang dan memperjuangkan hak-haknya (Rizkal,
dialami oleh korban. Hal ini diatur dalam Mansari, 2019: 45). Restitusi bertujuan
Pasal 51 Ayat (1) Qanun Hukum Jinayat untuk ganti rugi yang harus diberikan oleh
yang menyatakan bahwa Dalam hal ada pelaku bagi korban guna menutupi kerugian
permintaan korban, Setiap Orang yang yang dialaminya sebagai akibat dari
dikenakan ‘uqubat sebagaimana dimaksud perbuatan pidana (Miszuarty, 2019, 119).
dalam Pasal 48 dan Pasal 49 dapat Pada tataran praktis masih ditemukan
dikenakan ‘uqubat Restitusi paling banyak belum proporsional dan belum
750 (tujuh ratus lima puluh) gram emas mencerminkan aspek kepentingan korban
murni. Ketentuan di atas tidak dikhususkan (Zulkarnain dan Azwir, 2017: 4). Restitusi
bagi anak, bagi perempuan yang merupakan bagi korban pemerkosaan harus diminta
425
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
426
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
cambuk. Hal ini dikarenakan ancaman Jinayat yang menyatakan dalam hal ada
‘uqubat yang telah ditentukan bagi orang perbuatan Jarimah sebagaimana diatur
dewasa terdiri dari hudud (zina, khamar dan dalam qanun ini dan diatur juga dalam
qadzaf), ta’zir cambuk, ta’zir denda dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
ta’zir penjara. Oleh karenanya, ketentuan (KUHP) atau ketentuan pidana di luar
ini sebenarnya kurang mengakomodir UU KUHP, yang berlaku adalah aturan Jarimah
Perlindungan Anak yang melarang dalam Qanun ini. Maksudnya adalah
melakukan kekerasan fisik terhadap anak. ketentuan pidana dalam KUHP dan
Berdasarkan Pasal 3 UU Nomor 3 ketentuan pidana lainnya di luar KUHP
Tahun 2002 sebagaimana direvisi dengan harus dikesampingkan dan harus merujuk
UU Nomor 35 Tahun 2014 yang Qanun bila telah diatur di dalamnya.
menyatakan bahwa Perlindungan anak Ketentuan ini kurang memperhatikan aspek
bertujuan untuk menjamin terpenuhinya kepentingan terbaik bagi anak karena bila
hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, dikaji aspek sanksi pidana yang diatur
berkembang, dan berpartisipasi secara dalam Qanun Hukum Jinayat dengan UU
optimal sesuai dengan harkat dan martabat Perlindungan Anak yang di dalamnya juga
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan mengatur hukuman bagi pelaku yang
dari kekerasan dan diskriminasi, demi melakukan kekerasan seksual dan
terwujudnya anak Indonesia yang pemerkosaan kepada anak lebih ringan.
berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Qanun Hukum Jinayat sangat general
Jadi, anak perlu mendapatkan perlindungan menentukan hukuman bagi pelaku dengan
dari tindak kekerasan yang dapat tidak melihat pelakunya berasal dari
mengakibatkan trauma yang pendidik maupun keluarganya. Berbeda
berkepanjangan bagi diri dan masa halnya dengan UU Perlindungan Anak yang
depannya. menambahkan hukuman bila pelakunya
Keempat, pembatasan hukum berasal dari pendidik maupun keluarganya.
materil merujuk ke qanun hukum jinayat, Kelima, hakim dapat memilih salah
Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 menjadi satu ‘uqubat bila ancaman hukuman
hukum materil utama bagi penegak hukum alternatif, Hakim tidak terikat dengan
jinayat untuk menjerat pelaku jarimah tuntutan Jaksa Penuntut Umu dalam hal
(tindak pidana). Konsekuensi yuridisnya jarimah yang didakwakan diancam dengan
adalah penegak hukum tidak dapat merujuk ‘uqubat alternatif. Hakim dapat
ke hukum materil pidana lain bila sudah menjatuhkan ‘uqubat lebih rendah atau
diatur dalam Qanun Hukum Jinayat. Hal ini lebih tinggi dari tuntutan (requisitoir). Hal
ditegaskan dalam Pasal 72 Qanun Hukum ini diatur dalam Pasal 178 Ayat 6 Qanun
427
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
Aceh Nomor 7 Tahun 2013 tentang Hukum untuk menjatuhkan ‘uqubat penjara atau
Acara Jinayah yang menyatakan bahwa cambuk. Misalnya, dengan dijatuhi cambuk
Uqubat yang akan dijatuhkan boleh kurang pelaku dapat kembali lagi bersama dengan
atau lebih dari jumlah yang diajukan masyarakat dan bertemu dengan anak
penuntut umum dalam tuntutan `Uqubat. korban sehingga mengakibatkan
Selain itu, hakim dapat menjatuhkan psikologisnya terganggu (Mansari, 2018:
hukuman yang berbeda dengan tuntutan 434). Kondisi demikian hakim harus
JPU sebagaimana dinyatakan dalam Pasal memahami penjatuhan ‘uqubat penjara
178 Ayat (7) yang menyatakan bahwa menjadi lebih baik dibandingkan dengan
majelis hakim boleh menjatuhkan jenis cambuk.
hukuman yang berbeda dari yang diminta Pasca lahirnya SEMA Nomor 10
oleh penuntut umum jika `uqubat jarimah Tahun 2020 tentang Pemberlakukan Hasil
tersebut bersifat alternatif (Mansari, 2019). Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung
Hakim yang akan menilai hukuman Tahun 2020 sebagai Pedoman Pelaksanaan
yang cocok dijatuhkan kepada pelaku Tugas Bagi Pengadilan menjadi angin segar
apabila pasal yang didakwakan kepada bagi anak. Hal ini dikarenakan berkaitan
pelaku diancam dengan uqubat alternatif. dengan kasus pemerkosaan dan pelecehan
Majelis hakim dapat menjatuhkan ‘uqubat seksual terhadap anak harus dijatuhkan
cambuk, penjara maupun denda. Dalam dengan hukuman penjara bagi pelakunya.
kenyataan praktik, ada putusan hakim Pada point 3 huruf b Rumusan Kamar
memutuskan hukuman cambuk meskipun Agama menyatakan dalam perkara jarimah
JPU menuntut dengan ‘uqubat penjara. pemerkosaan/jarimah pelecehan seksual
Ada putusan yang diputuskan dengan yang menjadi korbannya adalah anak, maka
hukuman penjara meskipun JPU menuntut untuk menjamin perlindungan terhadap
dengan ‘uqubat cambuk. “uqubat tersebut anak kepada terdakwa harus dijatuhi
terkadang yang lebih rendah dari tuntutan dengan ‘uqubat ta’zir berupa penjara,
JPU, ada pula yang lebih tinggi dari sedangkan dalam hal pelaku jarimahnya
tuntutan JPU. adalah anak, maka ‘uqubat nya mengikuti
Dalam kasus pelecehan seksual dan ketentuan Pasal 67 ayat 1 Qanun Aceh
pemerkosaan, hakim lebih sering Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum
menjatuhkan hukuman cambuk, meskipun Jinayat dan Undang-Undang Nomor 11
tidak menutup kemungkinan ada yang Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
menjatuhkan dengan penjara. Kejelian Pidana Anak.
hakim dalam mempertimbangkan
kemaslahatan bagi anak sangat penting
428
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
429
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, Vol 9 No 02 Oktober 2021 P-ISSN: 2614-4018
DOI: 10.30868/am.v9i02.1621 E-ISSN: 2614-8846
430