Hiban Akhsin Ali Rafi-F1D020028-Demokrasi Dan Pembangunan Asia Tenggara
Hiban Akhsin Ali Rafi-F1D020028-Demokrasi Dan Pembangunan Asia Tenggara
Hiban Akhsin Ali Rafi-F1D020028-Demokrasi Dan Pembangunan Asia Tenggara
Muhammad
Abstract
This paper will examine the policies issued by the Malaysian government during the reign of Prime
Minister Mahathir Muhammad. Various countries certainly have their own policies in order to
regulate and carry out various aspects in their country, and Malaysia is no exception. Malaysia,
which was once considered a backward and developing country in the Southeast Asian region, has
recently begun to show its strength in the economic field. Significant changes in the economic
sector which tend to increase in Malaysia cannot be separated from government policies there. The
purpose of this paper is to examine several Malaysian policies, especially policies in the economic
sector and their relation to the level of welfare of the Malaysian people. In writing, the author uses
the method of collecting data from literature studies, namely by collecting library data, reading
and taking notes, and processing research materials. From the results of the research conducted,
the industrial policies of the Malaysian government in the era of Prime Minister Mahathir
Muhammad have succeeded in making Malaysia one of the countries in the Southeast Asian region
that has a 'strong' economic sector compared to other South East Asian countries. The strong
economic sector in Malaysia has also succeeded in increasing the welfare of the people in this
country.
Latar Belakang
Sebagai salah satu negara berkembang yang mempunyai cita-cita untuk menjadi negara
maju, Malaysia sangat bersungguh sungguh dalam membangun berbagai aspek di negaranya.
Aspek-aspek yang dikembangkan oleh negara Malaysia tentunya tidak jauh berbeda dengan negara
berkembang lain yang juga ingin menuju ke negara maju. Salah satu aspek yang bisa dikatakan
penting sebagai pendongkrak kemajuan sebuah negara adalah aspek ekonomi. Ekonomi suatu
negara merupakan salah satu hal yang bisa digunakan negara untuk melakukan pembangunan dan
peningkatan segala aspek seperti pendidikan, kesehatan dan aspek lainnya yang mungkin
membutuhkan anggaran.
Kemajuan di bidang ekonomi nantinya akan merambat ke bidang pendidikan dan kesehatan
disana. Jika dibandingkan dengan Indonesia, Malaysia sedikit lebih maju pendidikannya. Dan jika
dibandingkan dalam bidang kesehatan, di Malaysia sangat jauh meninggalkan Indonesia. Fasilitas
kesehatan di Malaysia terbilang lengkap dan merata ke seluruh warganya. Dokter-dokter disana
pun lebih berkompeten dibandingkan dengan dokter di Indonesia. Kemajuan-kemajuan ini ada
yang berpendapat karena perubahan orientasi Malaysia yang berawal dari basis pertanian lalu ke
bidang ekspor dan yang terakhir lebih menitik beratkan pada bidang manufaktur.
Awal perubahan ekonomi ini bisa dikatakan berawal dari kerusuhan etnis di Malaysia pada
tahun 1960-an. Pada Mei 1969, terjadi kerusuhan yang melibatkan penduduk asli Malaysia dan
etnis Cina yang saat itu menguasai lebih banyak sumber dan asset ekonomi di Malaysia. Dominasi
etnis Cina di bidang ekonomi ini menyebabkan kesenjangan dan kecemburuan sosial warga asli
Malaysia. Kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah Malaysia semenjak terjadi kerusuhan
tersebut adalah the New Economic Policy yang lahir pada tahun 1969 dan diterapkan mulai tahun
1971 (Takashi Torii, 1997). Kebijakan ini dibentuk dengan tujuan membawa Malaysia Keluar dari
lubang kemiskinan dan untuk menata kembali struktur sosial masyarakat di Malaysia. Kebijakan
ekonomi baru ini disahkan pada masa pemerintahan Perdana Menteri Tun Abdul Razak. Namun
selang 20 tahun kebijakan ini terbentuk, terbit kebijakan baru dengan nama kebijakan
Pembangunan Nasional yang saat itu terjadi di era pemerintahan Perdana Menteri Mahatir
Muhammad.
Banyak yang menyebut di era Mahatir-lah Malaysia ekonomi Malaysia mulai melambung
naik. Bahkan Mahatir disebut sebagai pemimpin yang berhasil keluar dari tekanan politik dan
krisis di Malaysia. Salah satu pemikiran Mahatir yang muncul pada awal dia memimpin adalah
ketergantungan dalam bidang ekonomi kepada negara-negara barat itu tidaklah selalu baik.
Dengan pandangannya tersebut, Mahatir meminimalisir ketergantungan kepada negara barat
melalui kerjasama dengan negara non-barat. Negara non-barat yang menjadi pilihan Mahatir
Muhammad untuk diajak kerjasama diantaranya adalah Korea Selatan dan Jepang. Dengan
kebijakan yang diberi nama Look East Policy, yang mengandung sikap Mahatir dalam memandang
Malaysia dan memandang kerjasama yang akan berlangsung. Maka dalam rangka pengembangan
ekonomi di Negara Malaysia, Mahatir menjadikan Jepang dan Korea Selatan sebagai inspirasinya
untuk menjadikan Malaysia maju. Dijadikannya Jepang dan Korea Selatan menjadi inspirasi untuk
Malaysia tentu saja awalnya harus mempelajari sikap dan perilaku negara Jepang dan Korea
Selatan. Mahatir menekankan Malaysia harus tahu bagaimana upaya yang dilakukan oleh Jepang
dalam memperbaiki ekonomi mereka, sikap dan perilaku orang-orang Jepang juga merupakan hal
yang penting dalam usaha kebangkitan ekonomi Jepang.
Mahatir memilih Jepang sebagai inspirasi untuk negaranya adalah karena Jepang memiliki
pengaruh ekonomi yang sangat tinggi di kawasan Asia. Bahkan Jepang tidak hanya dilirik
Malaysia untuk dijadikan model pertumbuhan ekonomi, Singapura pun ikut menjadikan Jepang
sebagai inspirator untuk negaranya melalui kampanye Learn to Japan (Jomo, 1993). Kampanye
ini merupakan usaha Singapura untuk melihat Jepang sebagai negara yang berkembang pesat dan
mempelajari cara Jepang dalam mengatur, menata serta membangun aspek ekonomi. Sebenarnya
kebijakan Look East Policy yang dicanangkan oleh Mahatir memiliki tujuan disamping untuk
meningkatkan investasi Jepang di Malaysia, namun juga sebagai upaya untuk menjadikan
masyarakat Malaysia memiliki kedisiplinan yang tinggi demi menunjang produktivitas dan
efektivitas kerja masyarakat.
Kemajuan dan peningkatan sektor ekonomi di Malaysia secara pesat telah menunjukan
keberhasilan pemerintahan dan pengambilan kebijakan sejak awal pemerintahan Mahatir.
Malaysia menerapkan kebijakan-kebijakan tertentu yang memberikan peluang besar untuk negara
mengatur kegiatan ekonomi dalam negeri.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian makalah ini adalah sebagai berikut:
“Apa saja kebijakan ekonomi di bidang industri pada masa pemerintahan Mahatir Mohamad? Dan
bagaimana pemerintah Malaysia mewujudkan kesejahteraan ekonomi warganya lewat kebijakan
industrinya?”.
Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin memberikan gambaran-gambaran tentang
beberapa kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan industri di negara Malaysia. Selain itu peneliti
juga ingin mengetahui relasi antara keberhasilan kebijakan industri di Malaysia era Perdana
Menteri Mahatir dengan kesejahteraan warga disana.
Tinjauan Pustaka
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan berasal dari kata bijak yang
mempunyai arti 1. Selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir. 2. Pandai bercakap-cakap;
petah lidah. Kemudian dijelaskan bahwa Kebijakan adalah 1. Kepandaian; kemahiran;
kebijaksanaan. 2. Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan,
organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan.
Anderson (1984) dalam Agustino (2008:7) mempunyai definisi tentang kebijakan sebagai
serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan
oleh seorang aktor atau sejumlah aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu
hal yang diperhatikan. Charles O. Jones dalam Agustino (2008:8) berpendapat kebijakan lebih
sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan pemerintah serta
perilaku negara pada umumnya.
Definisi industri menurut Sandi (2010:148) adalah usaha untuk memproduksi barang jadi
dengan bahan baku atau bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar
sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu
setinggi-tingginya. Winardi (2005:18) berpendapat bahwa industri adalah usaha produktif
terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang menyelenggarakan jasa-jasa
misalnya transportasi dan perhubungan yang mempergunakan modal tenaga kerja dalam jumlah
yang besar.
Kerangka Konseptual
Mahatir Mohamad adalah seorang Perdana Menteri asal Negeri Jiran dan merupakan putra
bangsa yang mampu mengubah negara Malaysia menjadi negara yang lebih maju dibandingkan
dengan negara tetangganya di kawan Asia Tenggara. Merupakan putra dari pasangan Mohammad
bin Iskandar dan Wan Tempawan binti Wan Hanafi, Mahatir dilahirkan di Kedah pada tanggal 20
Desember 1925. Keterlibatan Mahatir dalam politik bermula pada tahun 1950-an dimana saat itu
dirinya banyak menyuarakan berbagai komentar dalam bentuk opini dan esai yang menyangkut
isu-isu sosio-politik di Malaysia. Namanya terkenal setelah Pemilihan Raya Umum Malaysia pada
tahun 1964 dimana saat itu Mahatir menjadi salah satu calon anggota parlemen dan berhasil
memenangkan kursi Parlemen Kota Setar dari Partai Perserikatan. Mahatir semakin dikenal
masyarakat luas di Malaysia setelah dirinya dilantik sebagai ahli parlemen.
Pada tahun 1978, Mahatir diangkat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri dalam
Kementerian Perdagangan dan Industri Malaysia. Kemudian pada 16 Juli 1981, Tun Husein Onn
meletakan jabatannya karena masalah kesehatan dan tidak memungkinkan untuk menjalankan
tugasnya sebagai perdana menteri. Setelah itulah Mahatir terpilih menjadi Perdana Menteri
Malaysia ke-4 sekaligus sebagai Presiden UMNO.
Pemerintah Malaysia mulai menerbitkan kebijakan Look East Policy (LEP) pada tahun 1982
dengan tujuan untuk pembangunan sosial dan ekonomi negara Malaysia. Kebijakan ini merujuk
pada upaya sistematis untuk belajar dari suksesnya ekonomi Jepang dan negara-negara industri
baru (NICs). Kebijakan ini memiliki tujuan politis lain, yaitu mengontrol perusahaan-perusahaan
negara yang dipimpin oleh warga lokal Malaysia untuk bersaing dan merebut posisi etnis Cina
dalam bidang ekonomi (Hadi, 2005). Kebijakan ini juga dapat didefinisikan sebagai kebijakan
melihat ke Timur atau negara-negara yang berada di kawasan timur seperti Jepang dan Korea
Selatan.
Dalam kebijakan ini, pemerintah Malaysia mengirimkan puluhan ribu pemuda lokal ke Jepang
untuk belajar dan pelatihan kerja. Program ini didanai oleh pemerintah Malaysia, dan pemerintah
Jepang pun mendukung dengan mengirimkan guru bahasa Jepang ke Malaysia dan juga
menanggung sebagian biayanya. Atas kerjasama antara pemerintah Jepapang dan Malaysia, LEP
tidak hanya sebatas pengiriman pemuda Malaysia ke Jepang untuk belajar, tetapi LEP juga berhasil
mengembangkan sumber daya manusia di Malaysia dengan hasil positif untuk Malaysia yaitu
bertumbuh pesatnya ekonomi dan kemakmuran di Malaysia.
Jepang sendiri sebagai model dari Malaysia ternyata pada 2007 menyumbang 60% ekonomi
di Asia dan menjadi yang terbesar kedua di dunia. Selain di bidang ekonomi, keharmonisan sosial
antar warga dan tingkat kriminalitas yang rendah di Jepang juga menjadikannya sangat ingin
dicontoh oleh negara manapun, tak terkecuali Malaysia.
Pada awal tahun 80an, Malaysia membuat strategi usaha dengan tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di negaranya. Strategi tersebut dibeneri nama Heavy Industries Corporation
of Malaysia (HICOM). HICOM bisa disebut sebagai Kebijakan Mahatir yang sangat mendasar
yang berhubungan dengan the New Economic Policy. Berdirinya HICOM merupakan hasil usaha
Mahatir yang sebenarnya, telah dilakukan sejak ia menjabat sebagai menteri Perindustrian dan
perdagangan Malaysia pada akhir 70an. Begitu ia diangkat menjadi Perdana Menteri Malaysia
pada tahun 1981, HICOM yang awalnya berada di bawah Depertemen Perindustrian dan
Perdagangan dibawa ke kantor Perdana Menteri yang sama artinya memindahkan kewenangan
Departemen perindustrian dan perdagangan ke Kantor Perdana Menteri. Hal ini dilakukan Mahatir
agar bisa melakukan kontrol secara langsung kegiatan-kegiatan industri yang dijalanan di Malaysia
agar tidak keluar dari aturan yang ia inginkan. HICOM memiliki banyak kegiatan di bidang
industri berat seperti baja, kimia, semen dan otomotif. Perusahaan yang berada dibawah HICOM
tentunya berada di dalam control Mahatir secara tidak langsung (Jomo, 1994). HICOM juga
melakukan banyak kerjasama dengan tujuan menjadikan Malaysia sebagai negara industri di
kawasan Asia Tenggara. HICOM juga diharapkan bisa meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
Malaysia secara pesat di bawah kendali pemerintah.
Dalam sektor manufaktur di Malaysia pada tahun 80an, HICOM menjadi satu badan yang
diharapkan mampu mendukung industri-industri berat untuk lebih berkembang maju, terintegrasi
dan mempunyai kepentingan industri yang sama dengan kepentingan ekonomi nasional. Salah satu
faktor yang menjadi pemicu lahirnya HICOM adalah adanya upaya pemerintah Malaysia untuk
memenuhi kepentingan nasional. Karena itulah HICOM mengemban tanggungjawab untuk
menjaga eksistensi perusahaan lokal agar bisa bersaing dengan perusahaan asing dan produk-
produk yang datang dari luar negeri. Jika dilihat dari kondisi perusahaan lokal pada saat itu yang
belum berkembang pesat, apalagi dalam penguasaan teknologi tinggi, maka usaha proteksi adalah
jalan yang paling efektif untuk ditempuh.
Namun masalah justru muncul, kebutuhan untuk memproteksi perusahaan lokal, maka
pemerintah harus menyediakan banyak dana agar perusahaan-perusahaan lokal tersebut bisa
berjalan dan mampu bersaing dengan perusahaan lain yang berskala internasional. Akibatnya,
pemerintah harus meminjam uang ke pihak luar negeri untuk menutupi kebutuhan akan pentingnya
subsidi bagi industri lokal (Jomo, 1994).
Semua bentuk kegiatan ekonomi, khususnya dalam bidang industri berat, HICOM memegang
peranan penting. Alasan yang diberikan oleh pemerintah dalam kontek ini adalah karena industri-
industri berat membutuhkan dana yang sangat besar, sehingga membutuhkan perlakuan khusus,
pemerintahlah yang bisa memperlakukan perlakuan khusus tersebut. Pada perkembangannya,
HICOM memang menjadi pengontrol industri yang berada di Malaysia. Tidak hanya dalam
mengeluarkan modal untuk mendirikan perusahaan, namun juga HICOM bertugas menciptakan
lapangan kerja bagi para pencari kerja di Malaysia. Bahkan sampai pada akhir 80an, sangat banyak
sekali tenaga kerja yang diserap dalam industri HICOM ini. misalnya pada tahun 1988, pekerja
yang bekerja di perusahaan yang berada di group HICOM berjumlah 4.350 orang.
Dari sekian banyaknya proyek yang menarik perhatian publik Malaysia, sepertinya proyek
pembuatan mobil Proton lah yang paling membuat warga Malaysia senang. Pasalnya, pemerintah
Malaysia lewat HICOM berhasil membuat kesepakatan dengan perusahaan mobil yang terkenal
yaitu Mitsubishi untuk membentuk perusahaan saham bersama yang diberi nama Perusahaan
Otomobil Nasional (Proton). HICOM memegang sebagian besar saham Proton dengan presentase
70%, sedangkan Mitsubishi hanya memegang 30% saham Proton. Dalam perjanjian itu, Mitsubishi
harus menyediakan tenaga teknisnya dan membantu pembangunan pabrik dengan luas 52 hektar
tersebut.
Dengan dukungan, proteksi dan keterlibatan langsung negara dengan kebijakannya membatasi
kepemilikian pemilik saham yang berasal dari etnis Cina, Proton berhasil mengguli struktur
industri otomobil lokal yang dikontrol oleh kepentingan swasta etnis Cina. Sedangkan untuk pola
tenaga kerja yang bekerja di pabrik Proton pada tahun 1988 masih didominasi oleh warga asli
Malaysia dengan presentase 94% dari total 1.300 karyawan. Terlepas dari subsidi pemerintah yang
cukup besar dan kerugian-kerugian Proton di tahun awal keberadaanya, Proton jelas telah meraup
keuntungan finansial yang cukup besar pula.
Setelah mengetahui beberapa kebijakan industri Perdana Menteri Mahatir diatas, peneliti
berhasil menemukan relasi antara kebijakan industri yang diterapkan oleh Mahatir dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat di Malaysia. Selain meningkatkan ekonomi negara, kebijakan industri
Mahatir juga memberikan dampak positif bagi warga Malaysia. Lewat kebijakan Look East Policy
yang menjadikan negara Jepang menjadi model untuk warga Malaysia tiru, tingkat kedisiplinan
dan sifat-sifat positif lainnya dari orang Jepang dapat dipelajari dan dipraktikan demi membangun
ekonomi negara Malaysia. Selain itu, dikirimnya pemuda-pemuda lokal Malaysia untuk belajar di
Jepang juga menjadikan tingkat pendidikan negara Malaysia berkembang. Dengan
berkembangnya tingkat pendidikan warga Malaysia, otomatis tingkat kesejahteraan warga juga
akan naik.
Kebijakan industri HICOM juga membawa dampak positif bagi ekonomi negara dan
kesejahteraan warga. Dengan membuat produksi otomotif, Malaysia bisa meraup untung dengan
jumlah yang besar. Pabrik yang dikelola oleh HICOM yang sebenarnya masih dipegang
pemerintah itu pun dalam mencari sumber daya manusia untuk dijadikan karyawan mengutamakan
warga lokal Malaysia. Dengan pembukaan lapangan pekerjaan yang besar untuk warga,
Pemerintah Malaysia berhasil meningkatkan kesejahteraan warga.
Kesimpulan
Pemerintah Malaysia mulai menerbitkan kebijakan Look East Policy (LEP) pada tahun
1982 dengan tujuan untuk pembangunan sosial dan ekonomi negara Malaysia. Kebijakan ini
merujuk pada upaya sistematis untuk belajar dari suksesnya ekonomi Jepang dan negara-negara
industri baru (NICs). Kebijakan ini memiliki tujuan politis lain, yaitu mengontrol perusahaan-
perusahaan negara yang dipimpin oleh warga lokal Malaysia untuk bersaing dan merebut posisi
etnis Cina dalam bidang ekonomi. Dalam kebijakan ini, pemerintah Malaysia mengirimkan
puluhan ribu pemuda lokal ke Jepang untuk belajar dan pelatihan kerja. Atas kerjasama antara
pemerintah Jepapang dan Malaysia, LEP tidak hanya sebatas pengiriman pemuda Malaysia ke
Jepang untuk belajar, tetapi LEP juga berhasil mengembangkan sumber daya manusia di Malaysia
dengan hasil positif untuk Malaysia yaitu bertumbuh pesatnya ekonomi dan kemakmuran di
Malaysia.
Pada awal tahun 80an, Malaysia membuat strategi usaha dengan tujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negaranya. Strategi tersebut dibeneri nama Heavy
Industries Corporation of Malaysia (HICOM). HICOM memiliki banyak kegiatan di bidang
industri berat seperti baja, kimia, semen dan otomotif. Perusahaan yang berada dibawah HICOM
tentunya berada di dalam control Mahatir secara tidak langsung. Dalam sektor manufaktur di
Malaysia pada tahun 80an, HICOM menjadi satu badan yang diharapkan mampu mendukung
industri-industri berat untuk lebih berkembang maju, terintegrasi dan mempunyai kepentingan
industri yang sama dengan kepentingan ekonomi nasional. Salah satu faktor yang menjadi pemicu
lahirnya HICOM adalah adanya upaya pemerintah Malaysia untuk memenuhi kepentingan
nasional. Karena itulah HICOM mengemban tanggungjawab untuk menjaga eksistensi perusahaan
lokal agar bisa bersaing dengan perusahaan asing dan produk-produk yang datang dari luar negeri.
Dari sekian banyaknya proyek yang menarik perhatian publik Malaysia, sepertinya proyek
pembuatan mobil Proton lah yang paling membuat warga Malaysia senang. Pasalnya, pemerintah
Malaysia lewat HICOM berhasil membuat kesepakatan dengan perusahaan mobil yang terkenal
yaitu Mitsubishi untuk membentuk perusahaan saham bersama yang diberi nama Perusahaan
Otomobil Nasional (Proton). Dengan dukungan, proteksi dan keterlibatan langsung negara dengan
kebijakannya membatasi kepemilikian pemilik saham yang berasal dari etnis Cina, Proton berhasil
mengguli struktur industri otomobil lokal yang dikontrol oleh kepentingan swasta etnis Cina.
Sedangkan untuk pola tenaga kerja yang bekerja di pabrik Proton pada tahun 1988 masih
didominasi oleh warga asli Malaysia. Selain meningkatkan ekonomi negara, kebijakan industri
Mahatir juga memberikan dampak positif bagi warga Malaysia. Lewat kebijakan Look East Policy
yang menjadikan negara Jepang menjadi model untuk warga Malaysia tiru, tingkat kedisiplinan
dan sifat-sifat positif lainnya dari orang Jepang dapat dipelajari dan dipraktikan demi membangun
ekonomi negara Malaysia. Selain itu, dikirimnya pemuda-pemuda lokal Malaysia untuk belajar di
Jepang juga menjadikan tingkat pendidikan negara Malaysia berkembang. Dengan
berkembangnya tingkat pendidikan warga Malaysia, otomatis tingkat kesejahteraan warga juga
akan naik. Kebijakan industri HICOM juga membawa dampak positif bagi ekonomi negara dan
kesejahteraan warga. Dengan membuat produksi otomotif, Malaysia bisa meraup untung dengan
jumlah yang besar. Pabrik yang dikelola oleh HICOM yang sebenarnya masih dipegang
pemerintah itu pun dalam mencari sumber daya manusia untuk dijadikan karyawan mengutamakan
warga lokal Malaysia. Dengan pembukaan lapangan pekerjaan yang besar untuk warga,
Pemerintah Malaysia berhasil meningkatkan kesejahteraan warga.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). (2017). Statistik Indonesia . Jakrta: Badan Pusat Statistik.
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. (1997). Asean Menghadapi Era Perdagangan
Bebas. Jakarta: Deplu RI.
Embassy of Japan in Malaysia . (2022, November 1). The 40th Anniversary of the Look East
Policy. Retrieved from my.emb-japan.go.jp: https://www.my.emb-
japan.go.jp/itpr_en/LEP40.html
Hadi, S. (2005). Strategi Pemangunan Mahatir dan Soeharto: Politik Industrial dan Modal Jepang
di Malaysia dan Indonesia. Jakarta: Japan Foundation.
Jafar, A. (2004). Kebijakan industri Malaysia dan modal Jepang: Studi kasus industri otomotif
tahun 1983-1990.
Jomo, K. (1994). Japan and Malaysian Development: In the Shadow of Rising Sun. London and
New York: Routledge.