101 ArticleText 595 1 10 20210830
101 ArticleText 595 1 10 20210830
101 ArticleText 595 1 10 20210830
net/publication/354479272
CITATIONS READS
0 43
1 author:
Fione Yalindua
Indonesian Institute of Sciences
9 PUBLICATIONS 15 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Fione Yalindua on 15 February 2022.
TERUMBU KARANG
ABSTRACT
The coral triangle is a region with the highest hotspot of fish biodiversity in the world.
Factors to explain biodiversity in the coral triangle are varied widely. Factors as well as
biogeography and speciation in evolutionary processes would explain the richness of fish
species. The species formation theory in fish (speciation) is divided into allopatric, sympatric,
and parapatric speciations. Biogeographically, the reason of what causes high biodiversity in
the coral triangle area is divided into several models, namely: the center of origin, the center
of overlap, the center of accumulation, the center of survival/refugia, and the mid domain
effect/null model. This article will discuss the role and contribution of each mode/hypothesis
in explaining coral triangle areas' biodiversity hotspots to provide information for biodiversity
conservation of reef fishes in the future.
Keywords: reef fish, coral reef triangle, speciation, biogeography.
30
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
31
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
mengalami spesiasi secara alopatrik (Cabej, memiliki kekerabatan yang dekat pada
2012; Levin, 1999). Penggunaan model ini lokasi-lokasi yang kemungkinan menjadi
dalam mempelajari mengenai spesiasi ikan wilayah terjadinya spesiasi alopatrik yang
masih dipertanyakan karena kondisi laut dinamakan dengan spesies geminate atau
yang besar dan mempunyai sedikit barrier sering juga disebut dengan sister spesies
atau batasan ditambah dengan kemampuan (Gambar 1, 2). Sister spesies merupakan
ikan yang awal reproduksinya berupa larva istilah yang digunakan untuk dua spesies
yang bisa terdispersi/tersebar di seluruh yang sebelumnya merupakan spesies yang
bagian laut (Mora & Sale, 2002). Salah satu sama namun mengalami pemisahan dalam
bukti yang mendukung spesiasi ikan karang proses evolusi, sehingga secara genetis
dengan teori ini adalah spesiasi allopatrik memiliki kekerabatan paling dekat
karena terpisahnya populasi spesies akibat (Dawson et al., 2002). Sister spesies
batasan geografis karena peristiwa alam (berkerabat paling dekat) yang ditemukan
(vicariance). Peristiwa karena batasan pada habitat geografis yang berbeda dapat
geografis ini diakibatkan oleh naiknya membuktikan fenomena spesiasi alopatrik
pulau Isthmus Panama sehingga dan dapat menjelaskan kemungkinan
memisahan ikan-karang dari Laut Karibia spesies tersebut berevolusi menjadi spesies
dan Kawasan Pasifik Timur sekitar 3 juta yang berbeda ketika dua lautan terpisah,
tahun yang lalu (Bermingham et al., 1997; contohnya seperti yang terjadi pada
Knowlton & Weigt, 1998). Selain peristiwa beberapa spesies dalam genus Amphiprion
isolasi geografis karena alam (vicariance) dan Siganus (Randall, 1998). Teori ini juga
di beberapa kasus, peristiwa didukung oleh Leray et al., (2010) yang
penyebaran/dispersal larva yang langka mendukung spesiasi alopatrik setelah
dapat mengarah pada kolonisasi pada area melakukan evaluasi terhadap Dascyllus
yang jauh dari asalnya yang mengarah pada trimaculatus di kawasan Indo-Pasifik
aliran gen yang terisolasi dengan populasi menggunakan kombinasi DNA
awal. Beberapa contoh kasus yang terjadi mitokondria dan DNA nukleus, hasil
akibat dispersal contohnya antara ikan analisis menunjukkan pengelompokan
karang di pulau-pulau kawasan Pasifik spesies ini berdasarkan wilayah geografis
Tengah dibandingkan dengan ikan yang yang berbeda.
memiliki tingat endemisitas yang tinggi Beberapa penelitian telah dilakukan
seperti Pulau Hawai dan Marquesas (Allen, untuk membuktikan terjadinya spesiasi
2008; Randall, 2007). Pada wilayah alopatrik dengan berdasarkan adanya sister
perairan Hindia Timur, selama kurun waktu spesies yang terpisah secara geografis, dan
700.000 tahun telah terjadi tiga kali period tidak tumpang tindih pada wilayah
glasial yang telah menurunkan permukaan geografis yang sama contohnya dari famili
laut yang mengisolasi Selat Torres, Selat Chaetodontidae seperti Chaetodon
Maluku dan Selat Sunda yang dapat trifasciatus yang hanya tersebar di laut
berkontribusi terhadap spesiasi alopatrik Hindia termasuk di dalamnya pulau NTT
karena faktor dispersal dan kolonisasi dan Sumatera dan Chaetodon lunulatus
(Randall, 1998). yang tersebar di lautan Pasifik termasuk
Contoh lain dari penelitian yang Papua New Guinea, sampai Filipina dan
mendukung spesiasi alopatrik adalah Jepang (Waldrop et al., 2016). Chaetodon
ditemukannya spesies ikan karang yang falcula di Lautan Hindia (Bagian Barat
32
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
Indonesia) dan Chaetodon ulietensis di & Orr, 2004). Mekanisme ini cukup langka
Lautan Pasifik (Indonesia, Filipina, karena karena hanya dengan aliran gen
Jepang). Chaetodon guttatissimus (Lautan yang sedikit akan menghilangkan
Hindia) dan Chaetodon puctatofasciatus perbedaan genetika antara satu bagian
(Lautan Pasifik), Chaetodon populasi dengan bagian populasi lainnya.
madagascariensis (Lautan Hindia) dan Spesiasi simpatrik adalah unik karena
Chaetodon xanthurus (Lautan Pasifik terjadi hanya sementara antara dua
diantaranya Indonesia, Filipina sampai subpopulasi dari spesies yang sama dan
Jepang) (Blum, 1989). Terdapat banyak menempati wilayah yang sama atau berbagi
contoh lain sister spesies dari famili ikan wilayah sehingga tumpang tindih
karang lain yang menunjukkan batasan (overlapping). Meskipun area dimana
antara lautan Hindia dan Pasifik misalnya organisme hidup adalah sama, mereka
Naso literatus dan Naso elegans dapat dibagi menjadi dua kelompok
(Acanthuridae), Bodianus diana dan berbeda secara genetis, sehingga tidak lagi
Bodianus dictynna (Labridae) dan masih dapat saling bereproduksi (Rocha, 2008).
banyak lagi (Gaither & Rocha, 2013). Walaupun spesiasi jenis ini masih
diperdebatkan dalam menjelaskan
Spesiasi simpatrik biodiversitas pembentukan spesies ikan
Spesiasi simpatrik adalah spesiasi yang baru, beberapa penelitian mendukung
tanpa isolasi geografis atau spesiasi antar adanya teori ini. Jones et al., (2003)
populasi yang menunjukan migrasi bebas meneliti mengenai seleksi reproduksi ber-
atau tidak adanya batasan wilayah (Coyne
Gambar 1. Amphiprion ocellaris, Sulawesi, Indonesia (Randall, 1998) dan Amphiprion percula, Papua
New Guinea (Allen & Erdmann, 2012).
Gambar 2. Siganus doliatus, Heron Island dan Siganus virgatus, Sri Lanka (Randall, 1998).
33
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
dasarkan ukuran tubuh yang menjelaskan dengan yang memiliki warna yang sama.
spesiasi dari dua jenis sister spesies dari Hal yang mirip juga terjadi pada
kuda laut (genus Hippocampus) yang Parachirrhites arcatus di wilayah Indo-
berdistribusi tumpang tindih di wilayah Pasifik yang yang memiliki warna yang
Atlantis Barat dan Pasifik Barat. berbeda karena jenis adaptasi pada mikro-
Penelitian menunjukan bahwa betina habitat yang berbeda (kedalaman) pada
lebih memilih untuk kawin dengan jantan habitat yang sama, apabila perbedaan
yang memiliki tubuh dengan ukuran yang pada warna mempengaruhi seleksi kawin,
sama sehingga menghasilan distribusi maka proses spesiasi simpatrik akan
fenotip bimodal berdasarkan ukuran terjadi (Whitney et al., 2018). Kasus pada
tubuh yang dapat mengarahkan terjadinya Hypoplectrus dan Parachirrhites arcatus
spesiasi simpatri pada populasi. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peran
lain yang mendukung teori spesiasi adaptasi pada proses spesiasi simpatrik,
simpatrik juga ditemukan pada triplefins hal ini didukung oleh Rolán-Alvarez
(family Tripeterygiidae) di New Zealand. (2007) yang mengemukakan bahwa
Wellenreuther et al., (2007) mempelajari spesiasi merupakan by-product dari
mengenai distribusi ekologis dan adaptasi ekologi.
geografis, penelitian ini menemukan Contoh beberapa bukti genetik juga
bahwa banyak sister spesies yang hidup menunjukan terjadinya spesiasi simpatrik
dalam wilayah geografis yang sama adalah pada genus Centropyge (DiBattista
namun berbeda habitatnya, dimana sister et al., 2012; Schultz et al., 2007). Spesiasi
spesies ditemukan di lokasi sama namun simpatrik yang terdapat pada genus
tidak pernah dalam kedalaman atau Centropyge dibuktikan pada warna
derajat paparan gelombang yang sama. morfologi tubuh namun perbedaan
Selain faktor yang diakibatkan oleh tersebut tidak didukung oleh penanda
seleksi reproduktif, terdapat beberapa genetik. Yang menjadi pembeda pada
contoh penemuan yang mendukung level genetiknya adalah berdasarkan
spesiasi simpatrik dengan faktor adaptasi wilayah geografis, dimana ikan yang
yaitu pada genus Hypoplectrus.Terdapat warnanya berbeda memiliki kekerabatan
sekitar 10 spesies dari genus Hypoplectrus yang lebih dekat jika dibandingkan
yang tumpang tindih dalam distribusinya dengan yang warnanya sama pada
dan secara bentuk morfometrik dan wilayah yang berbeda (DiBattista et al.,
meristik identik, namun satu-satunya 2012). Beberapa contoh spesies yang
karakter yang membedakan adalah warna termasuk dalam sister spesies namun
(Graves & Rosenblatt, 1980). Menurut mempunyai warna morfologis yang
Puebla et al., (2007), diversitas warna berbeda dan tumpang tindih (overlapping)
pada Hypoplectrus diakibatkan oleh pada habitat yang sama dapat diamati
tekanan seleksi di habitat yang pada Gambar 3.
menyebabkan terjadinya adaptasi untuk Beberapa teori terbaru terkait
menyesuaikan warna tubuh menyerupai dengan spesiasi simpatrik adalah
spesies yang tidak mengancam dalam kecenderungan terjadinya hibridisasi.
menarik mangsa dan selanjutnya Contoh spesiasi simpatrik pada
terjadinya juga seleksi kawin dimana Hypoplectrus menunjukkan adanya
Hypoplectrus lebih memilih kawin spesiasi yang sedang berlangsung
34
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
Gambar 3. Sister spesies dengan perbedaan warna yang mencolok dan tumpang tindih pada habitat
yang sama, a) Gypoplectrus puella dan b) Gypoplectrus gemma dari Laut Karibia, c) Centropyge
vrolikii dan d) Centropyge flavissima dari Pasifik Barat (Bowen et al., 2013).
35
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
dua populasi divergen (telah mengalami Menurut Rocha et al., (2005), terdapat
spesiasi), dimana zona ini disebut dengan empat faktor yang dapat mempengaruhi
zona hybrid (Bayer, 1996; Hewitt, 2001). spesiasi parapatrik ikan dan organisme
Pada populasi tersebut terdapat suatu yang hidup pada habitat terumbu karang
perubahan alel yang berdampak pada yaitu, (1) Spesies dengan jangkauan luas
terjadinya isolasi reproduktif, sehingga yang terbagi dalam beberapa populasi; (2)
spesies-spesies dalam populasi tersebut Kebanyakan larva tidak terdispersi terlalu
tidak dapat melakukan perkawinan atau jauh dari tempat asal induknya yang
pertukaran gen (Widodo, 2003). menetap; (3) wilayah biogeografi yang
Pada spesiasi parapatrik dikenal dua dipisahkan oleh barrier yang tidak
model. Model clinal adalah perbedaan sepenuhnya tertutup, dan (4) Habitat
dalam distribusi spesies dan model terumbu karang yang memiliki spasial,
stepping tone adalah spesies yang terpisah temporal dan lingkungan yang sangat
pada populasi yang berbeda. Menurut beraneka ragam (contoh: tropis vs.
Rocha & Bowen (2008) model stepping subtropik, pulau dataran tinggi vs. pulau
stone merupakan model yang dapat dataran rendah).
menjelaskan terjadinya spesiasi pada ikan Salah satu contoh dari ikan karang
karang, karena habitat terumbu karang yang terbentuk melalui spesiasi parapatrik
sangat terfragmentasi, dimana di adalah Chaetodontoplus poliourus dan
dalamnya kebanyakan spesies terdiri dari Chaetodontoplus mesoleucus (Randall &
populasi yang terdistribusi secara Rocha, 2009). Perbedaan dari kedua
terpisah-pisah namun dihubungkan spesies tersebut terdapat pada warna ekor
dengan larva pelagis yang terdispersi. (Gambar 4). Spesies C. poliorus
Spesiasi dengan gene flow yang terdistribusi di wilayah Timur Samudera
terbatas dapat menjelaskan keneka- Hindia yang tersebar mulai dari Papua
ragaman yang terjadi pada spesies laut. Nugini, Palau sampai ke Solomon Island,
Menurut Coyne & Orr (2004), dua faktor sedangkan C.mesoleucus terdistribusi
yang sangat berpengaruh pada spesiasi pada habitat geografis di wilayah Pasifik
parapatrik antara lain adalah: (1) Spesies (Jepang) dan Indo-Pasifik. Namun spesies
yang tersebar pada wilayah geografis yang C.poliorus dan C. mesoleucus bertemu
luas dan terbagi-bagi pada populasi yang dalam satu wilayah (hybrid zone) di sekitar
terpisah-pisah; dan (2) Variasi temporal Maluku, Halmahera dan Kepala Burung
dan spasial pada kondisi ekologis. Papua (Gambar 5).
36
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
Gambar 5. Peta distribusi C. poliorus (titik merah) dan C. mesoleucus (titik kuning)
(Randall & Rocha, 2009).
37
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
38
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
39
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
2009), Myripristis berndti (Craig et al., adalah spesies Scarus rubroviolaceus dan
2007) dan Cephalopholis argus (Gaither et Zebrasoma flavescens yang terdistribusi di
al., 2011). Penelitian tersebut mengkon- perairan segitiga terumbu karang, namun
firmasi bahwa distribusi yang tumpang bukti data populasi genetik/filogenetik
tindih dari ikan karang yang berasal dari menunjukkan bahwa larva dari spesies ini
Samudera Pasifik dan Hindia masuk dari wilayah Hawaii di masa lalu
berkontribusi terhadap pusat biodiversitas (Eble et al., 2011; Fitzpatrick et al., 2011).
di kawasan segitiga terumbu karang.
4. Model Pusat Pertahanan (Center of
3. Model Pusat Akumulasi (Center of Survival/refugia)
Accumulation) Model ini pertama kali diusulkan oleh
Model pusat akumulasi merupakan Heck and McCoy (1978) yang menyatakan
kebalikan dari pusat asal-usul (center of bahwa wilayah segitiga terumbu karang
origin). Model ini lebih menekankan pada merupakan zona yang potensial untuk
tingginya diversitas ikan pada kawasan pertahanan. Dalam model pertahanan,
segitiga terumbu karang sebagai hasil tingkat kepunahan spesies pada kawasan
migrasi spesies yang telah mengalami segitiga terumbu karang dipengaruhi oleh
spesiasi dari lokasi lain (Gambar 8). faktor kondisi habitat potensial dari
Peristiwa ini dapat disebabkan karena pola wilayah terumbu karang yang besar. Dalam
arus air laut dan angin yang cenderung hal ini, rendahnya diversitas spesies ikan
mengarah ke arah segitiga terumbu karang. karang yang jauh dari segitiga terumbu
Menurut Bowen et al., (2013) model pusat karang diakibatkan oleh tingkat kepunahan
akumulasi dipengaruhi oleh wilayah sekitar yang tinggi (Potts, 1983; Quental &
bagian kawasan segitiga terumbu karang Marshall, 2009). Kondisi habitat pada
yang tidak termasuk dalam wilayah pusat kawasan segitiga terumbu karang yang
biodiversitas atau biasa disebut zona stabil selama proses perubahan geologi
periferal. Menurut Craig (2010) zona pada masa lalu berperan sebagai tempat
periferal berperan sebagai eksportir/ perlindungan bagi spesies dari kepunahan.
kontributor terhadap diversitas biologis dan Seperti diketahui bahwa kepunahan terjadi
genetik ikan karang di segitiga terumbu sebagai akibat hilangnya habitat dan
karang. Beberapa contoh hasil penelitian sumber terbentuknya koloni baru pada saat
yang mendukung teori pusat akumulasi terjadi ketidakstabilan area pada beberapa
40
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
periode masa lalu (Mabuchi et al., 2014; mempengaruhi biodiversitas dan sering
Pellissier et al., 2014; Siqueira et al., 2016). tidak diperhitungkan dalam model MDE
Berdasarkan model paleo habitat yang (Connolly, 2005; Davies et al., 2005;
dibentuknya, penurunan masa air pada Mcclain et al., 2007).
sekitar 2,6 juta tahun lalu telah memisahkan
laut atlantik dan Indo-Pasifik dan PENUTUP
selanjutnya proses fragmentasi (isolasi Kawasan segitiga terumbu karang
habitat menjadi bagian-bagian kecil) terjadi merupakan wilayah dengan biodiversitas
berkesinambungan selama proses glasial di ikan tertinggi di dunia, dimana tingkat
era itu, sehingga terjadi banyak spesiasi diversitas yang tinggi merupakan hasil dari
seperti pada family ikan Pomacentridae,
proses evolusioner yang disebut dengan
Chaetodontidae dan Labridae. Kondisi spesiasi. Dalam dua dekade terakhir,
habitat terumbu karang yang stabil dibagian penelitian dengan menggunakan pende-
Indo-Pasifik (Kawasan segitiga terumbu katan molekular menunjukkan bahwa
karang termasuk di dalamnnya) pentingnya peran tiga model spesiasi
menyebabkan spesiasi yang lebih kontinyu seperti spesiasi alopatrik, simpatrik dan
tanpa kepunahan terhadap spesies tetuanya, parapatrik dalam menjelaskan diversi-
daripada wilayah lain/periferal yang kurang fikasi/keanekaragaman ikan karang yang
stabil (Pellissier et al., 2014). Hal ini terjadi di masa lalu, sekarang dan masa
didukung oleh Evans et al., (2016) yang mendatang. Secara biogeografis model
menekankan pentingnya habitat terumbu yang berkaitan dengan petunjuk biodi-
karang untuk mencegah terjadinya versitas di kawasan segitiga terumbu
penurunan biodiversitas pada ikan karang. karang meliputi: 1) model pusat asal-usul
(center of origin), 2) model pusat tumpang
5. The Mid Domain Effect (MDE)/null tindih (center of overlap), 3) model pusat
model akumulasi (center of accumulation), 4)
Dalam model ini biodiversitas ikan model pusat pertahanan (center of
yang terjadi di kawasan segitiga terumbu survival/refugia) dan 5) the mid domain
karang merupakan hasil dari fenomena effect/null model. Berbagai ahli berpen-
ekologis yang stokastik (acak) dimana dapat bahwa untuk menjelaskan peran
menurut Belwood et al., (2005) bahwa biogeografis terhadap biodiversitas ikan di
memusatnya biodiversitas ikan karang kawasan segitiga terumbu karang tidak bisa
merupakan penempatan geografis yang hanya dijelaskan oleh satu model saja,
acak dan tidak memperhatikan mekanisme namun kemungkinan besar merupakan
ekologis tertentu. Proses dalam MDE kombinasi dan variasi dari beberapa model
secara sederhana dijelaskan oleh Colwell et yang telah dijelaskan diatas. Masing-
al., (2004) bahwa apabila spesies masing model memberikan kontribusi
diibaratkan sebagai titik-titik dalam zona terhadap peran kawasan segitiga terumbu
geometris dan kemudian dikocok, maka karang sebagai pusat biodiversitas ikan
hasilnya akan selalu berkumpul dalam satu karang dunia, baik sebagai wilayah dengan
titik yang memusat. Pengunaan model ini kondisi geologis yang unik yang
dalam menjelaskan biodiversitas masih menyediakan habitat beragam bagi ikan
banyak dikritik karena dinilai tidak cukup
karang, namun juga menyediakan
untuk menjelaskan fenomena ekologis yang
41
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
kestabilan habitat dan lingkungan bagi ikan (2009). Searching for heat in a marine
karang. Sehingga konservasi terhadap biodiversity hotspot. Journal of
wilayah ini perlu dilakukan bukan hanya Biogeography, 36(4): 569–576.
untuk mencegah kerusakan habitat dan https://doi.org/10.1111/j.1365-2699.
kepunahan spesies ikan, namun juga 2008.02029.x
menjaga kawasan ini agar tetap menjadi Bellwood, David R., Renema, W., &
tempat yang potensial untuk peristiwa Rosen, B. R. (2012). Biodiversity
evolusioner di masa yang akan datang. hotspots, evolution and coral reef
biogeography. Biotic Evolution and
DAFTAR PUSTAKA Environmental Change in Southeast
Asia, 82: 216–245. https://doi.org/
Abbott, R., Albach, D., Ansell, S., Arntzen,
10.1017/cbo9780511735882.011
J. W., Baird, … & Zinner, D. (2013). Bermingham, E., McCafferty, S. S., &
Hybridization and speciation.
Martin, A. P. (1997). Fish
Journal of Evolutionary Biology,
Biogeography and Molecular Clocks:
26(2): 229–246. https://doi.org/ Perspectives from the Panamanian
10.1111/j.1420-9101.2012.02599.x
Isthmus. Molecular Systematics of
Abrar, M. (2011). Biogeografi biota Fishes, 113–128. https://doi.org/10.
karang: pendekatan teoritis asal usul,
1016/b978-012417540-2/50009-9
sebaran, spesiasi dan keaneka-
Blum, S. D. (1989). Biogeography of the
ragaman karang dunia. Oseana, chaetodontidae: an analysis of
36(4): 31–43. https://doi.org/10.
allopatry among closely related
1017/CBO9781107415324.004
species. Environmental Biology of
Allen, G. R. (2008). Conservation hospots Fishes, 25(1–3): 9–31. https://doi.
of biodiversity and endemism for
org/10.1007/BF00002198
Indo-Pacific coral reef fishes. Aquatic
Bowen, B. W., Rocha, L. A., Toonen, R. J.,
Conservation: Marine and & Karl, S. A. (2013). The origins of
Freshwater Ecosystems, 656(18):
tropical marine biodiversity. Trends
541–556. https://doi.org/10.1002/aqc in Ecology and Evolution, 28(6):
Bayer, R. J. (1996). Hybrid Zones and the
359–366. https://doi.org/10.1016/j.
Evolutionary Process by R. G.
tree.2013.01.018
Harrison. Madroño; a West American Briggs, J. C. (1999). Coincident biogeo-
Journal of Botany., 43: 100–102.
graphic patterns: Indo-West Pacific
https://www.biodiversitylibrary.org/
Ocean. Evolution, 53(2): 326–335.
part/171320 https://doi.org/10.1111/j.1558-5646.
Bellwood, D. R., Klanten, S., Cowman, P.
1999.tb03769.x
F., Pratchett, M. S., Konow, N., &
Cabej, N. R. (2012). Species and Allopatric
Van Herwerden, L. (2010). Speciation. Epigenetic Principles of
Evolutionary history of the
Evolution, 1865, 707–723. https://
butterflyfishes (f: Chaetodontidae) doi.org/10.1016/b978-0-12-415831-
and the rise of coral feeding fishes.
3.00018-5
Journal of Evolutionary Biology,
Connolly, S. R. (2005). the Mid-Domain
23(2): 335–349. https://doi.org/ Effect. The American Naturalist,
10.1111/j.1420-9101.2009.01904.x
166(1): 1–11.
Bellwood, David R., & Meyer, C. P.
Cook, O.. (1906). Factors of Species-
42
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
43
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
44
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
45
Oseana, Volume 46, Nomor 1 Tahun 2021: 30–46 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185
46