2175 7554 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL PENJAMINAN MUTU Volume 7 Nomor 2 2021

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU ISSN : 2407-912X (Cetak)


UNIVERSITAS HINDU NEGERI ISSN : 2548-3110 (Online)
I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/JPM

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN AGAMA HINDU


BERBASIS GLOKALISASI UNTUK PENINGKATAN MUTU SISWA SD
KABUPATEN BULELENG

Oleh
Ni Nyoman Lisna Handayani1, I Putu Suardipa2, Ni Ketut Erna Muliastrini3
1)2)
STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 3)STKIP Agama Hindu Amlapura
[email protected], [email protected], [email protected]

diterima 27 Maret 2021, direvisi 19 Mei 2021, diterbitkan 31 Agustus 2021

Abstract

In general, the purpose of this study is to produce a glocalization-based


Hindu religious education model to improve the quality of elementary school
students in Buleleng Regency. This study uses a development research approach
type "Prototypical Studies. The data in this study will be collected using: (1)
observation guidelines, (2) interview guidelines, (3) questionnaires, (4)
document study guidelines, (5) focus groups discussion, and (6) interrater
validity. The results showed: First, global character values that are visible and
relevant to be integrated in character education based on the spectrum of
Vygotsky's social reconstruction theory in Hindu religious education learning
for fifth grade elementary school students, namely: honesty, responsibility,
discipline, hard work, creative, independent, democracy, objectivity,
multicultural, open thinking, social care, opened culture, sex education, anti
racism, anti harassment, gender equality, leadership, self respect, national and
state honor, environmental care, human rights, morality dignity , and respect for
minorities. Second, the reconstruction of the content structure of the Class V
Hindu religious education curriculum, namely: mantram dainika upasana,
ahimsa, satya and tat tvam asi, moksha as the final goal, harmony in life through
the tri hita karana, teacher chess, seeing and getting to know the holy places in
Hinduism, the vedic scriptures.

Keywords: Hindu Religious Education, Glocalization.

I. PENDAHULUAN manusia satu dengan manusia lainnya. Terkait


Manusia pada hakikatnya merupakan dengan manusia sebagai makhluk sosial,
makhluk individu dan sosial. Sebagai mereka tidak terlepas dari interaksi dengan
makhluk individu, manusia memiliki lingkungan hidupnya, yaitu lingkungan fisik
karakteristik tersendiri yang membedakan dan sosial, sehingga manusia tidak dapat

154 JURNAL PENJAMINAN MUTU


hidup sendiri yang diistilahkan dengan Model pembelajaran inovatif menuntut siswa
makhluk sosial. Manusia dalam menjalani dan untuk terlibat saling tukar pikiran,
memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terlepas berkolaborasi dan berkomunikasi untuk
dari interaksi terhadap lingkungan fisik dan mencapai tujuan pembelajaran yang
sosialnya. Keadaan ini membawa manusia diinginkan sehingga diharapkan siswa
hidup dalam sebuah kelompok manusia yang mampu mngembangkan kemampuan
disebut masyarakat. Terkait dengan rasa ingin komunikasi mereka. Model pembelajaran
tahu dan proses pemenuhan kebutuhan inovatif juga menekankan pada terjadinya
masyarakat, maka keadaan sosial masyarakat interaksi sosial antara siswa dengan
selalu mengalami perubahan mengikuti lingkungannya. Vygotsky (dalam Dahar,
dinamika kehidupan manusia. 2006) menyarankan bahwa dalam
Bersandar pada analisis konseptual dan pembelajaran interaksi sosial itu penting saat
empiris, serta didukung oleh beberapa teori siswa menginternalisasi pemahaman-
sebagaimana yang telah disajikan di atas, pemahaman yang sulit, masalah-masalah, dan
maka penelitian ini akan diarahkan pada proses yang dihadapinya.
upaya melakukan analisis, pemetaan, Model rekonstruksi sosial berorientasi
pengembangan, pengintegrasian, dan pada terciptanya sikap kritis. Siswa
justifikasi terhadap nilai- nilai global yang diharapkan tidak hanya sekedar menerima apa
visibel untuk dijadikan sebagai nilai lokal atau yang diusung oleh guru, dan guru pun harus
local genius dalam rangka pengembangan siap dengan serangkaian strategi untuk
materi dan model pendidikan karakter dalam mengajak anak berpikir kritis. Pada dasarnya
pembelajaran materi Agama hindu di sekolah model rekonstruksi sosial merupakan sebuah
dasar. Hal ini tampaknya merupakan sesuatu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
yang “sangat baru”, sehingga memiliki memiliki tujuan untuk memahami dan
urgensi akademis dan praktis yang sangat menghadapi isu-isu atau masalah-masalah
tinggi dalam kaitannya dengan sosial yang terjadi di masyarakat, serta
pengembangan pendidikan karakter dalam menjadikan siswa sebagai aktor dalam
konstruksi kurikulum pendidikan formal di perubahan dan perbaikan kondisi sosial
Indonesia. Pemilihan mata pelajaran Agama menuju yang lebih baik. Guru dalam
hindu sebagai medium pengintegrasian dan pembelajaran model ini adalah sebagai
pemodelam glokalisasi didasari oleh rasional pemandu selama proses pembelajaran yang
bahwa, mata pelajaran inilah yang “terdekat” mendorong siswa untuk belajar secara kritis,
bilamana kita membicarakan tentang dalam aspek budaya dan kehidupan sosial
pendidikan karakter, sepanjang nilai dasar siswa.
karakter yang dimaksudkan adalah Pancasila Pendidikan yang baik, adalah dengan
dalam kapasitasnya sebagai way of life bangsa memberikan bantuan kepada anak oleh orang
Indonesia. dewasa secara berurutan (scafolding), dan
Model pembelajaran inovatif merupakan pembantuan nilai-nilai kemasyarakatan (nilai
salah satu model pembelajaran yang patut sosial) yang telah diakrabinya, sehingga
dipertimbangkan untuk meningkatkan mereka akan semakin dewasa sejalan dengan
kualitas pembelajaran. Model pembelajaran kedewasaan nilai yang dipahaminya. Di satu
inovatif ini berciri antisipasi dan partisipasi, sisi, pembelajaran tidak boleh “memaksa”
menyeimbangkan antara kegiatan penyadaran anak untuk paham dan mengerti, tetapi
dengan kegiatan pemberdayaan, antara “harus” memberikan ruang dan waktu kepada
pembentukan otonomi dengan pembentukan mereka untuk membangun sendiri
integrasi setiap anak. Beberapa model pemahamannya dengan dukungan nilai-nilai
pembelajaran inovatif telah dikembangkan diri dan nilai sosial yang ada di sekitarnya.
untuk memacu siswa berperan aktif dalam Berdasarkan latar belakang penelitian di atas,
setiap pembelajaran. Siswa diharapkan dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: 1)
mampu dan mau meberikan pendapatnya. Nilai-nilai karakter global apa saja yang

Pengembangan Model Pendidikan Agama Hindu Berbasis Glokalisasi Untuk Peningkatan 155
Mutu Siswa SD Kabupaten Buleleng │ Ni Nyoman Lisna Handayani, I Putu Suardipa,
Ni Ketut Erna Muliastrini
relevan diglokalisasi berdasarkan spektrum baik, dan warga negara yang baik bagi suatu
teori rekonstruksi sosial Vygotsky dalam masyarakat atau bangsa, secara umum adalah
pembelajaran Agama Hindu bagi Siswa SD nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak
kelas V di Kabupaten Buleleng? 2) Pola dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
pengorganisasian dan struktur materi bangsanya. Oleh karena itu, hakikat
pendidikan karakter seperti apa yang relevan pendidikan karakter dalam konteks
dikembangkan dalam pembelajaran Agama pendidikan di Indonesia adalah pedidikan
Hindu Siswa SD kelas V di Kabupaten nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
Buleleng berdasarkan perspektif glokalisasi bersumber dari budaya bangsa Indonesia
dan spektrum teori rekonstruksi sosial sendiri, dalam rangka membina kepribadian
Vygotsky? generasi muda. Pendidikan karakter berpijak
dari karakter dasar manusia, yang bersumber
II. PEMBAHASAN dari nilai moral universal (bersifat absolut)
2.1 Nilai-Nilai Karakter yang Relevan yang bersumber dari agama yang juga disebut
Diglokalisasi Berdasarkan Spektrum sebagai the golden rule. Pendidikan karakter
Teori Rekonstruksi Sosial Vygotsky dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila
dalam Pembelajaran Agama Hindu berpijak dari nilai-nilai karakter dasar
Bagi Siswa SD kelas V di Kabupaten tersebut.
Buleleng Menurut para ahli psikologi, beberapa
Pendidikan karakter adalah suatu sistem nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga kepada Tuhan dan ciptaann-Nya (alam
sekolah yang meliputi komponen dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan dan santun, kasih sayang, peduli, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras,
tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai dan pantang menyerah, keadilan dan
sebagai “the deliberate use of all dimensions kepemimpinan; baik dan rendah hati,
of school life to foster optimal character toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.
development”. Dalam pendidikan karakter di Pendapat lain mengatakan bahwa karakter
sekolah, semua komponen (pemangku dasar manusia antara lain, dapat dipercaya,
pendidikan) harus dilibatkan, termasuk rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur,
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, tanggung jawab; kewarganegaraan,
yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner,
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, kepada nilai-nilai karakter dasar, yang
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai
dan ethos kerja seluruh warga yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang
sekolah/lingkungan. Disamping itu, bersifat tidak absolut atau bersifat relatif)
pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan
perilaku warga sekolah yang dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Melalui
menyelenggarakan pendidikan harus pendidikan karakter diharapkan peserta didik
berkarakter. mampu secara mandiri meningkatkan dan
Menurut Ramli (2003), pendidikan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
karakter memiliki esensi dan makna yang menginternalisasi serta mempersonalisasi
sama dengan pendidikan moral dan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah terwujud dalam perilakunya sehari-hari.
membentuk pribadi anak, supaya menjadi Nilai karakter global yang visibel dan
manusia yang baik, warga masyarakat, dan relevan untuk diintegrasikan dalam
warga negara yang baik. Adapun kriteria pendidikan karakter berdasarkan spektrum
manusia yang baik, warga masyarakat yang teori rekonstruksi sosial Vygotsky dalam

156 JURNAL PENJAMINAN MUTU


pembelajaran pendidikan agama hindu bagi spesifik menunjuk pada suatu jenis dan
siswa sekolah dasar, yaitu: kejujuran, jenjang “kemampuan atau keterampilan
tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, dasar” (basic skill and competency) keilmuan
mandiri, demokrasi, objektivitas, multikultur, tertentu.
berpikir terbuka, kepedulian sosial, opened
culture, pendidikan seks, anti rasisme, anti 2.2 Struktur Materi Pendidikan Karakter
pelecehan, kesetaraan gender, kepemimpinan, Berbasis Glokalisasi dan Spektrum
kehormatan diri, kehormatan bangsa dan Teori Rekonstruksi Sosial Vygotsky
negara, peduli lingkungan, hak azazi manusia, dalam Pembelajaran Agama Hindu
morality dignity, dan penghargaan pada yang Relevan Bagi Siswa SD kelas V di
minoritas Kabupaten Buleleng
Bersandar pada hasil cermatan observasi Piaget menemukan teori epistemologis
kelas, wawancara, dan kajian dokumen- tentang asal usul pembentukan dan
dokumen buku paket siswa dan pegangan perkembangan pengetahuan pada manusia
guru, program semester, persiapan mengajar, (epistemology genetik), dan teori tentang
dan butir-butir soal pendidikan agama hindu; struktur internal anak, belum ada satupun
materi pendidikan agama hindu tersusun atau ikhtiar keilmuan yang mengarah pada
terstruktur dari materi-materi yang bersifat perumusan teori tentang struktur materi kajian
“informatif”, yakni materi-materi yang (structure of subject matter). Sungguhpun
memberikan informasi kepada siswa tentang debat teoretis dan filosofis tentang hakikat
pengetahuan, pemahaman atau pengertian materi-kajian dalam kurikulum pendidikan
mengenai aspek-aspek dari kehidupan sudah terjadi sejak lama. Berdasarkan hasil
manusia dan masyarakat atas dasar “struktur kajian Piaget tadi, pakar pertama yang
pengetahuan” (structure of knowledge). mengajukan teori tentang struktur isi materi
Secara substantif materi-materi informatif kajian adalah Jerome S. Bruner (1978) dalam
(informative contents) tersebut tersusun dari karyanya “Process of Education”. Ditegaskan
dua jenis materi utama, yakni: (1) “materi oleh Bruner, bahwa “the structure of a
formal” (formal content), dan (2) materi non- subject” haruslah dikaitkan dengan teori
formal (non-formal content). Dari kedua tentang struktur pengetahuan (structure of
substansi tersebut, materi formal masih tetap knowledge). Asumsinya adalah bahwa
dominan daripada materi non-formal. Semua intelektualitas atau cara-cara manusia
materi tersebut sebagai materi-materi membangun pengetahuan “sama atau
substantif yang menstrukturkan atau paralel” bagi semua manusia, tak pandang
membangun suatu pengetahuan (structure of usia tak terkecuali pada anak dan ilmuwan.
knowledge), dimaksudkan untuk memberikan Karena itu, “the foundations of any subject
pengetahuan, pemahaman atau pengertian may be taught anybody at any age in some
kepada siswa tentang unsure-unsur struktural regardless of their age” (Bruner, 1978;12, 14,
yang membangun suatu ilmu pengetahuan. 40).
Sedangkan unsur-unsur struktural Berdasarkan preposisi di atas, maka dapat
pengetahuan lainnya seperti: sikap; nilai-nilai dirumuskan bahwa “anak adalah seorang
dan norma; serta keterampilan-keterampilan ilmuwan” (the young child as scientiest) atau
dasar keilmuan yang merupakan materi- “pembangun teori” (children as theory
materi “prosedural” (pengetahuan tentang builder). Implikasinya, adalah bahwa struktur
“bagaimana melakukan”) yang bersifat materi kurikuler dapat diturunkan dari struktur
general dan sesungguhnya tak terpisahkan disiplin ilmu (a structured-oriented
dari sebuah struktur pengetahuan. Selain itu, curriculum), dan tugas para ilmuwan lah yang
jenis dan jenjang kemampuan atau memilih dan merumuskan masing-masing
keterampilan keilmuan yang seharusnya struktur disiplin untuk dijadikan sebagai
dibelajarkan dan bisa dikuasai oleh siswa struktur isi kurikulum. Atau seperti dikatakan
tersebut, juga masih terlalu umum, tidak Shavelson, “a structure of a subject matter,

Pengembangan Model Pendidikan Agama Hindu Berbasis Glokalisasi Untuk Peningkatan 157
Mutu Siswa SD Kabupaten Buleleng │ Ni Nyoman Lisna Handayani, I Putu Suardipa,
Ni Ketut Erna Muliastrini
ultimately, rests in the minds of the great dapat mendistorsi atau merusak self-concept
scientists” (Philips, 1987:139); sejalan dengan siswa, terutama dalam rangka pembentukan
“garis berpikir keilmuan” atau “seperti telah “jati-diri” atau “karakter” siswa. Hasil hasil-
ditetapkan oleh para ilmuwan sosial” selama kajian mutakhir dari perspektif multikultural
ini. yang dilakukan oleh Jegede & Aikenhead
Pengembangan struktur isi kurikulum (2000), juga menyimpulkan bahwa
berdasarkan “struktur” disiplin ilmu, pada keniscayaan kurikuler esensialistik semacam
konteks pendidikan ilmu social, memberikan itu, dapat menghambat perkembangan
empat keuntungan: (1) isi kurikulum menjadi tahapan progresif kognitif anak, mendistorsi
semakin komprehensif (more atau merusak genuine concepts, indigenous
comprehensible) karena hanya gagasan dan science, atau spontaneous concept siswa
prinsip dasar tentang obyek yang dikaji; (2) tentang alam semesta yang dibangun dan
menyederhanakan cara menyimpan dan dikembangkan dari keseharian pengalaman
menggunakan ingatan ketika suatu saat personal, sosial dan kulturalnya di
dibutuhkan; (3) memudahkan terjadinya masyarakat; mencabut siswa dari situasi nyata
“pengalihan latihan” (transfer of training) yang menjadi basis pembentukan dan
kemampuan hal-hal lain, baik dalam situasi penggunaannya; kurang bermakna bagi siswa;
khusus (specific transfer of training) maupun dan menunjukkan adanya “hegemoni atau
dalam segala situasi (non-specific transfer of imperialisme pendidikan” atas diri siswa.
training); dan (4) dapat mengembangkan Bahkan, lebih jauh lagi dapat mendistorsi atau
ketajaman analisis sehingga dapat merusak self-concept siswa yang merupakan
membedakan perbedaan antara pengetahuan faktor esensial bagi pembentukan identitas
dasar (elementary knowledge) dengan atau karakter siswa.
pengetahuan yang lebih maju (advanced Pola pengorganisasian muatan di dalam
knowledge). struktur internal anak, baik dalam perspektif
Berdasarkan hasil-hasil implementasi konstruktivisme Piaget dan Vygotsky
pemikiran tersebut di atas, khususnya dalam merupakan sebuah “organisasi sistemik”
pengembangan struktur materi kurikulum (systemic organization) atau “tubuh informasi
pendidikan Agama Hindu Sekolah Dasar, baik dan keyakinan” (a body of information or
dari segi teoretik maupun praktik masih belief a person) yang tersimpan dalam bentuk
kontroversi, dan memperlihatkan kegagalan. “skema-skema” (cognitive and affective
Shaver (Lybarger, 1991) memandang bahwa schemes) yang saling berkaitan satu dengan
pemikiran kurikulum Brunerian tersebut akan lain membangun sebuah “jaringan struktural-
membawa konsekuensi dan resiko bagi fungsional” (a structural and functional
terjadinya “fragmentasi skala tinggi” dilihat systemic relationship with each other).
dari sisi siswa; bisa mengancam eksistensi Berpijak pada prinsip struktur internal tadi,
pendidikan agama hindu Sekolah Dasar maka rekonstruksi struktur isi kurikulum
sebagai program pendidikan anak (social pendidikan agama hindu Sekolah Dasar pun
studies as education for children). Hasil harus merupakan sebuah jaringan organisasi
kajian Savage & Amstrong (1996:103) juga isi yang sistemik, struktural maupun
mengungkapkan bahwa bahan-bahan yang fungsional.
dikembangkan oleh University of Georgia di Berdasarkan proposisi itu pula, maka “the
dalam program “Man: A Course of Study” structure of a subject” menurut Bruner, Well
(MACOS) hingga tahun 1990an masih sedikit on his way toward being able to handle a good
mendapat perhatian di dalam pengembangan deal of seemingly new, but in fact, highly
substansi program pendidikan agama hindu related information Grasping the structure of
Sekolah Dasar, dan hanya beberapa sekolah a subject is understanding it in a way that
saja yang masih menggunakan. permits many other things to be related to it
Penerapan kurikulum model Brunerian meaningfully. To learn structure, in short, is to
yang berorientasi esensialistik tersebut juga learn how things are related” (Bruner,

158 JURNAL PENJAMINAN MUTU


1978:7; Philips,1987:123) Shavelson (Philips, Berdasarkan kajian dan temuan empiris,
1987:143) juga berpandangan sama bahwa: maka dapat disimpulkan bahwa ada dua
“The structure in a student’s memory is kontribusi penting pemikiran Vygotsky yang
refered to as cognitive structure: a bisa digunakan sebagai pijakan dalam
hypothetical construct referring to the rekonstruksi struktur isi kurikulum
organization (relationships) of concepts in pendidikan agama hindu Sekolah Dasar, yaitu:
memory”. Thus, a subject matter structure in (1) bahwa hakikat struktur isi kurikulum
instructional materials to as content structure: adalah sosiokultural (their nature are
the web of concepts (words, symbols) and sociocultural character; becoming culturally
thier relations in a body on instructional and socially informed and organized); (2)
material”. bahwa struktur isi kurikulum harus menjadi
Berdasarkan kutipan di atas, baik Bruner sebagai “alat-alat psikologis” yang mampu
maupun Shavelson belum jelas memediasi dan menjembatani kemungkinan
mengemukakan apa saja unsur-unsur yang bekerjanya “fungsi-fungsi psikologis” yang
membangun sebuah struktur isi kurikulum, terdapat pada diri siswa.
kecuali bahwa “ the structure of a subject is Vygotsky menegaskan, bahwa “alat-alat
understanding it in a way that permits many psikologis” bersifat determinan terhadap
other things to be related to it meaningfully. bekerjanya “fungsi-fungsi psikologis”.
To learn structure, in short, is to learn how Artinya, fungsi-fungsi psikologis internal ada
things are related” (Bruner, 1978:7; anak hanya bisa beroperasi dengan baik
Philips,1987:123). Struktur isi kurikulum baru manakala didukung oleh adanya alat-alat
diartikan sebagai “relasi atau keterkaitan” di psikologis. Pemikiran Vygotsky tersebut
antara bagian-bagian yang membangun berkaitan erat dengan teorinya tentang
struktur materi tersebut. Menurut teori batasbatas kemampuan fungsi fungsi internal
struktur kognitifnya, Piaget mengemukakan psikologis anak, yang dikenal sebagai “Zone
bahwa “cognitive schemas” terdiri dari: isi Perkembangan Berdekatan (ZPB)” (the zone
(content), operasi-operasi mental-fisikal of proximal development = ZPD), yaitu
(operations), dan fungsi-fungsi intelektual wilayah yang membedakan antara apa yang
(functions), yang satu dengan lainnya saling dapat siswa lakukan sendiri melalui
berkaitan. Hal yang sama juga terdapat di mekanisme-mekanisme atau fungsi-fungsi
dalam struktur afektif (affective schemas), psikologisnya, karena muatan dan
“simply the affective aspect of schemes which fungsifungsi internal siswa belum sepenuhnya
are otherwise also intellectual schemes”” terbentuk (Zone Perkembangan Potensial =
(Thomas, 1979:295). Di sisi lain, sekalipun ZPP), dengan apa dapat siswa lakukan hanya
Vygotsky juga mengkaji tentang dengan bantuan orang lain yang lebih dewasa
perkembangan kemampuan intelektual anak dan kompeten (Zone Perkembangan Aktual =
dari perspektif sosiokultural, akan tetapi dia ZPA).
tidak menyinggung tentang “unsur-unsur dari Berpijak pada teori Vygotsky tersebut,
struktur internal” anak. Kalaupun Vygotsky maka prinsip yang dapat dijadikan pegangan
membahas tentang operasi fungsi-fungsi dalam rekonstruksi struktur isi kurikulum
psikologis ingatan, persepsi, perhatian, dll, pendidikan agama hindu Sekolah Dasar
tetapi dia lebih fokus pada proses-proses adalah, bahwa struktur isi kurikulum
eksternal yaitu pada “alat-alat psikologis” dan pendidikan agama hindu Sekolah Dasar harus
kaitannya dengan bekerjanya “fungsi-fungsi berwatak sosiokultural, dan berfungsi sebagai
psikologis”. Tetapi bagaimana sifat dan apa alat psikologis yang mampu menjembatani,
saja operasi-operasi internal yang terjadi, memfasilitasi, atau memediasi belajar siswa
kurang mendapatkan perhatian. Oleh sebab agar berkembang dari ZPP menuju ZPA.
itu, rekonstruksi struktur isi kurikulum lebih Berdasarkan teori Piaget tentang unsur-unsur
didasarkan pada perspektif konstruktivisme- yang membentuk struktur internal anak di
kognitif Piagetian. atas, Schwab dan Hirst, kemudian menyusun

Pengembangan Model Pendidikan Agama Hindu Berbasis Glokalisasi Untuk Peningkatan 159
Mutu Siswa SD Kabupaten Buleleng │ Ni Nyoman Lisna Handayani, I Putu Suardipa,
Ni Ketut Erna Muliastrini
teorinya tentang unsur-unsur struktur Moksha).Pelajaran 4 Keharmonisan Hidup
pengetahuan. Menurut mereka, selain sebuah Melalui Tri Hita Karana (Pengertian Tri Hita
struktur pengetahuan sebagai sebuah Karana, Bagian- bagian Tri Hita Karana,
organisasi dan relasi sistemik, di dalamnya Contoh perilaku Tri Hita Karana, Manfaat Tri
memuat: (1) “struktur substantif” (substantive Hita Karana Bagi Kelangsungan Hidup).
structure) atau “struktur konseptual” Pelajaran 5 Catur Guru (Pengertian Catur
(conceptual structure) atau “ekologi Guru, Bagian- bagian Catur Guru, Pentingnya
konseptual”, dan dalam konsep Piaget disebut guru dalam sastra). Pelajaran 6 Melihat dan
“isi”; dan (2) “struktur sintaktik” (syntactical Mengenal Tempat Suci dalam Agama Hindu
structure) yang dalam konsep Piaget disebut (Pengertian Tempat Suci, Pengertian Tri
“operasi-operasi”. Sementara itu, apa yang Mandala, Bagian- bagian Tri Mandala, Jenis-
Piaget sebut sebagai “affective schemes” tidak jenis Tempat Suci, Melihat dan Mengenal
terdapat di dalam teori struktur dari Schwab Tempat Suci, Syarat- syarat Memasuki
dan Hirst. Tempat Suci, Manfaat dan Fungsi Tempat
Nilai, norma, moral, dan sikap tersebut Suci). Pelajaran 7 Kitab Suci Veda
secara eklektik bersumber dari nilai, norma, (Pengertian Veda, Kodifikasi Veda, Jenis
dan sikap yang terdapat di dalam agama, kitab suci Veda, Veda sebagai Sumber Hukum
budaya, hukum, moral, ilmu pengatahuan, Hindu).
etika, maupun estetika yang: (1) menjadi
kesepakatan umum atau bersama, di kalangan III. KESIMPULAN
masyarakat luas dan komunitas pendidikan Berdasarkan paparan hasil dan
agama hindu Sekolah Dasar; dan (2) yang pembahasan di atas, maka dapat
dimiliki dan menjadi acuan personal siswa diformulasikan simpulan penelitian sebagai
dalam berpikir, bersikap, dan bertindak dalam berikut:
latar kehidupan personal dan 1. Nilai- nilai karakter global yang visibel
sosiokulturalnya. Kedua jenis muatan struktur dan relevan untuk diintegrasikan dalam
normatif/afektif tersebut secara sinergis harus pendidikan karakter berdasarkan
mampu mendukung, memperkuat, spektrum teori rekonstruksi sosial
memperluas, dan/atau merekonstruksi Vygotsky dalam pembelajaran
struktur normatif/afektif yang terdapat di pendidikan agama hindu bagi siswa
dalam diri siswa. Berkenaan dengan muatan sekolah dasar kelas V, yaitu: kejujuran,
struktur normatif/afektif yang masih tanggung jawab, disiplin, kerja keras,
kontroversi yang ada di “wilayah tabu” kreatif, mandiri, demokrasi, objektivitas,
(closed areas). Rekonstruksi struktur muatan multikultur, berpikir terbuka, kepedulian
kurikulum pendidikan agama hindu Sekolah sosial, opened culture, pendidikan seks,
Dasar kelas V secara keseluruhan dapat anti rasisme, anti pelecehan, kesetaraan
digambarkan sebagai berikut. gender, kepemimpinan, kehormatan diri,
Pelajaran 1 Mantram Dainika kehormatan bangsa dan negara, peduli
Upasana:(Pengertian salam Om swastyastu lingkungan, hak azazi manusia, morality
dan salam om santih, santih, santih, om, dignity, dan penghargaan pada minoritas.
Membiasakan mengucapkan Dainika 2. Rekonstruksi struktur muatan kurikulum
upasana, Tata urutan melakukan tri sandhya, pendidikan agama hindu Sekolah Dasar
Dainika upasana). Pelajaran 2 Ahimsa, Satya kelas V secara keseluruhan yaitu:
dan Tat Tvam Asi (Pengertian Ahimsa, Satya, Pelajaran 1 Mantram Dainika Upasana
dan Tat Tvam Asi, Manfaat Penerapan (Pengertian salam Om swastyastu dan
Ahimsa, Satya, dan Tat Tvam Asi, Tujuan salam om santih, santih, santih, om,
penerapan Ahimsa, Satya, dan Tat Tvam Asi). Membiasakan mengucapkan Dainika
Pelajaran 3 Moksha sebagai Tujuan Akhir upasana, Tata urutan melakukan tri
(Pengertian Moksha, Jenis- jenis Moksha, sandhya, Dainika upasana). Pelajaran 2
Cerita- cerita terkait dengan Ahimsa, Satya dan Tat Tvam Asi

160 JURNAL PENJAMINAN MUTU


(Pengertian Ahimsa, Satya, dan Tat Tvam Oxford & London: Oxford
Asi, Manfaat Penerapan Ahimsa, Satya, University Press.
dan Tat Tvam Asi, Tujuan penerapan Dantes, N. (2018). Pendidikan
Ahimsa, Satya, dan Tat Tvam Asi). Teknohumanistik (Suatu
Pelajaran 3 Moksha sebagai Tujuan Akhir Rangkaian Perspektif Dan
(Pengertian Moksha, Jenis- jenis Moksha, Kebijakan Pendidikan Menghadapi
Cerita- cerita terkait dengan Tantangan Global) (Makalah).
Moksha).Pelajaran 4 Keharmonisan Universitas Pendidikan Ganesha:
Hidup Melalui Tri Hita Karana Panitia Konaspi
(Pengertian Tri Hita Karana, Bagian- Departemen Pendidikan Nasional Republik
bagian Tri Hita Karana, Contoh perilaku Indonesia. Undang-undang
Tri Hita Karana, Manfaat Tri Hita Karana Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
Bagi Kelangsungan Hidup). Pelajaran 5 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Catur Guru (Pengertian Catur Guru, Nasional. Jakarta. 2003. Departemen
Bagian- bagian Catur Guru, Pentingnya Pendidikan Nasional Republik
guru dalam sastra). Pelajaran 6 Melihat Indonesia. Peraturan Pemerintah
dan Mengenal Tempat Suci dalam Agama Republik Indonesia Nomor 19
Hindu (Pengertian Tempat Suci, tahun 2005 Tentang Standar
Pengertian Tri Mandala, Bagian- bagian Nasional Pendidikan. Jakarta 2005.
Tri Mandala, Jenis- jenis Tempat Suci, Departemen Pendidikan Nasional Republik
Melihat dan Mengenal Tempat Suci, Indonesia. Undang-undang
Syarat- syarat Memasuki Tempat Suci, Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
Manfaat dan Fungsi Tempat Suci). 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Pelajaran 7 Kitab Suci Veda (Pengertian Jakarta. 2005.
Veda, Kodifikasi Veda, Jenis kitab suci Hidayatullah, M. Furqon. (2020). Pendidikan
Veda, Veda sebagai Sumber Hukum Karakter: Membangun Peradaban
Hindu). Bangsa. Surakarta: Yuma Ristaka.
Kertajaya, Hermawan. (2020). Grow with the
DAFTAR PUSTAKA Character: The Model Marketing.
Benninga, J. (2019). Moral Character and Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Civic Education in the Elementary Utama.
School. Niership: Teachers College Koesoema, Doni A. (2017). Pendidikan
Press. Karakter: Strategi Mendidik Anak di
Bruner, J.S. (2017). After John Dewey, Zaman Global.Jakarta: Grasindo.
What? dalam R.D. Archambault. Panggabean, Samsurizal. (2018).
(2d). Dewey on Education: “Tantangan-tantangan Globalisasi”.
Appraisals. New York: Random- Perspektif, Nomor 1,Volume 3.
House. 211-227. Plomp. (2018). Development Research in/on
Bruner, J.S. (2018). The Process of Education and Training.
Education. Cambrigde: Netherlands: Twente University.
Harvard University Press.
Cerfe. (2017). Glocalization:
Research Study and Policy
Recommendations. Rome:
TheGlocal Forum, CERFE
Group, dan World Bank
Institute.
Clark, Ian. (2017). Globalization and
Fragmentation: International
Relations in theTwentieth Century.

Pengembangan Model Pendidikan Agama Hindu Berbasis Glokalisasi Untuk Peningkatan 161
Mutu Siswa SD Kabupaten Buleleng │ Ni Nyoman Lisna Handayani, I Putu Suardipa,
Ni Ketut Erna Muliastrini

You might also like