Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS ROSELA (Hibiscuss sabdariffa L) DI
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Risna Yunitasari, Sumarji
Magister Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Islam Kadiri Kediri
Jl. Sersan Suharmaji No. 38, Kediri, Jawa Timur 64128
Alamat korespondensi :
[email protected] ABSTRACT
Rosella cultivation in East Java, especially in Tulungagung regency to date still have
excellent opportunities and prospects. It is based on suitable climatic and soil conditions and
is supported by the opening of both domestic and foreign markets. Nevertheless since its
presence in 2012 until now the development of rosella agribusiness in Tulungagung regency
tends to stagnate. For that we need a strategy to grow this business to give more positive
impact felt among rosella farmers.
The purpose of this study is to identify internal factors (strengths and weaknesses)
and external (opportunities and threats) and formulate appropriate strategies in the
development of rosella agribusiness in Tulungagung District.
This research was conducted in some districts in Tulungagung Regency with the
location determination done purposively. This type of research includes descriptive,
quantitative and qualitative with purposive sampling technique. The respondents were 15
rosella farmers who had land above 150 m². This research was conducted for 5 months
starting from January 2017 until June 2017. Primary data was obtained through observation,
interview, questionnaire and documentation while secondary data from BPS Tulungagung,
East Java BPS, Manpower Office and Agriculture Department of Tulungagung Regency. The
data analysis technique used is SWOT.
SWOT matrix quantitative data analysis shows that the most appropriate alternative
strategy for the development of Rosella agribusiness in Tulungagung regency is by using the
SO Strategy, with the highest score, that is 4.58 SO Strategy is a strategy that uses the
power to exploit opportunities.
Several SO strategy steps that can be done related to the development of rosella
agribusiness in Tulungagung District are: a) to improve the quality and quantity of production
by utilizing the aspect of easy cultivation and care of rosella plants, wide land, quality seeds
and easy information access, b) Increase the variety of processed rosella in the form of food
beverages as a product that has a competitive advantage through the high creativity of
farmers, c) exploiting the exhibition and expo as a promotion event as well as information to
the community that rosella is a prospective commodity and feasible to be developed.
Keywords: Rosella, Agribusiness and Development Strategy.
PENDAHULUAN berkhasiat bagi kesehatan (Maryani dan
Latar Belakang Kristiana, 2008)
Peluang dan prospek budidaya Potensi ekonomis dan nilai tambah
tanaman rosella di Indonesia ternyata yang cukup tinggi dibanding komoditas
tidak bisa diremehkan. Kesesuaian faktor lain menjadikan tanaman rosella
agroklimat dan terbukanya pasar yang mempunyai peran strategik terutama
luas baik dalam maupun luar negeri dalam upaya peningkatan kesejahteraan
merupakan salah satu kekuatan bagi petani dan penyediaan lapangan kerja.
pengembangan industrinya. Meskipun di Tulungagung merupakan salah satu
Indonesia tanaman ini belum banyak kabupaten di Jawa Timur yang cukup
dikenal masyarakat, namun di negara lain potensial bagi pengembangan agribisnis
keberadaannya telah dimanfaatkan sejak rosella. Meskipun kapasitas produksinya
lama. Selain sebagai makanan, rosella masih kecil di banding wilayah lain di
juga bermanfaat sebagai pangan yang Indonesia, usaha ini agaknya mulai dilirik
oleh petani sebagai alternatif usaha
54
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
pertanian musiman. Beberapa tahun ini, agar mendapatkan data penelitian yang
tidak hanya budidaya tanaman rosella saja lebih akurat dan mendalam. (Uma
yang dikembangkan tetapi mulai dirintis Sekaran dan Roger Bougie, 2010). Jumlah
industri olahan rosella berupa minuman populasi dalam penelitian ini sebanyak 15
segar rosella, teh celup dan kopi rosella. responden yang terdiri petani rosella yang
Menurut Gumbira-Sa’id dan Intan tersebar di beberapa kecamatan di
(2001), kemajuan agribisnis sangat wilayah Kabupaten Tulungagung yang
tergantung dari kekuatan dan kemauan memiliki lahan tanam di atas 150 m². Data
seluruh masyarakat untuk primer diperoleh melalui observasi,
mengembangkan komoditas unggulan wawancara, dokumentasi sedangkan data
dalam rangka meningkatkan pendapatan sekunder berupa data statistik produksi
para petani. Peran masyarakat agribisnis dari petani dan beberapa instansi terkait.
Indonesia dalam persaingan pasar dunia Metode analisis data pada penelitian ini
masih sangat kurang sehingga diperlukan menggunakan alat bantu berupa SWOT,
upaya dan kemauan masyarakat pertanian yakni analisisyang didasarkan pada logika
dalam pengembangan agribisnis. yang dapat memaksimalkan kekuatan dan
Pengembangan agribisnis akan efektif dan peluang namun secara bersamaan dapat
efisien bila disertai dengan meminimalkan kelemahan dan ancaman.
pengembangan subsistem-subsistem
lainnya, seperti pengolahan hasil dan HASIL DAN PEMBAHASAN
pemasarannya. Peta Pengembangan Agribisnis Rosella
Pengembangan agribisnis rosella di Di Kabupaten
Jawa Timur khususnya di Kabupaten
Tulungagung berhadapan dengan Tabel 1. Data Produksi Rosella dari
sejumlah kendala di lapangan. Kapasitas Tahun 2013 – 2016
produksi yang naik turun, tingkat SDM Luas Produksi (± Kg)
yang rendah, biaya produksi tinggi, serta No Lahan 2013 2014 2015 2016
(± m²)
kurangnya campur tangan pihak terkait 1 1975 971,80
kadang membuat sebagian petani merasa 2 2475 1238.46
demotivasi dengan usaha budidaya ini. 3 2850 1450,98
Akibatnya, seiring berjalannya waktu 4 3150 2012,33
sebagian petani rosella kembali beralih ke
tanaman pangan yakni padi dan palawija. Dari tabel 1 diterangkan bahwa
Terkait uraian diatas perlu kiranya tahun 2013 sampai 2016 luas lahan
dilakukan identifikasi terhadap faktor – penanaman rosella di Kabupaten
faktor internal dan eksternal yang menjadi Tulungagung mengalami peningkatan
kekuatan, kelemahan, peluang dan meskipun tidak terlalu signifikan. Dari total
ancaman terhadap pengembangan luas lahan yang hanya ± 1.975 m² (tahun
agribisnis rosella di Tulungagung. Dari sini 2013) menjadi ± 3.150 m² (tahun 2016).
akan diketahui alternatif strategi apa saja Lahan tersebut umumnya berupa kebun /
yang bisa dilakukan petani sekaligus tegalan atau pekarangan kosong sekitar
pemilihan strategi yang paling efektif dan rumah. Terkait kapasitas produksinya,
sesuai bagi pengembangannya. tahun 2013 kapasitas produksi rosella
masih di bawah 1 ton per tahun. Hal ini
METODE PENELITIAN dikarenakan belum banyaknya penduduk
Penelitian ini dilakukan di beberapa yang mengenal dan mengetahui tanaman
kecamatan yang tersebar di wilayah rosella.. Baru pada tahun 2014 / 2015
Kabupaten Tulungagung yang merupakan kapasitas produksi mulai meningkat di
area budidaya rosella dengan penentuan atas 1 ton per tahun. Beberapa petani
lokasi secara sengaja (purposive) mulai mulai mengenal dan tertarik
Januari 2017 sampai Juni 2017. Tehnik mengembangkan tanaman ini, mengingat
pengambilan sampel juga dilakukan tingginya harga rosella di pasaran
secara purposive sampling atau dibanding komoditi lain.
Judgmental Sampling dengan harapan
55
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
terhadap minat. Demikian halnya dengan
petani di Kabupaten Tulungagung,
mayoritas masih menggantungkan
pendapatannya di sektor tanaman padi
dan palawija dan enggan melirik sektor
lain (hortikultura). Hal ini merupakan
tantangan bagi pemerintah daerah
setempat untuk lebih mempromosikan
lagi sektor-sektor diluar tanaman pangan.
Sementara itu berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
tahun 2013 dijelaskan bahwa dari 12 jenis
Gambar 1. Grafik Sensus Pertanian 2013 rumah tangga usaha perkebunan tanaman
Provinsi Jawa Timur semusim di Provinsi Jawa Timur, rosella
menempati urutan ke 5 setelah tembakau,
Dari grafik Sensus Pertanian tebu, tanaman semusim lain dan nilam
Propinsi Jawa Timur tahun 2013 terlihat dengan jumlah 1.320 dari 697.940 rumah
bahwa sub sektor hortikultura mengalami tangga yang ada. Kediri merupakan
penurunan tajam sebesar 6.335.470 dari kabupaten terbesar di Jawa Timur yang
awalnya 16.937.617 (tahun 2003) menjadi mengembangkan budidaya rosella (1.026
10.602.147 (tahun 2013). Hal ini dapat rumah tangga) kemudian berturut-turut
dijelaskan bahwa selama ini sub sektor Blitar (125), Nganjuk (102), Jombang (14),
hortikultura dianggap kurang bisa Trenggalek (7) dan Tulungagung (3).
diandalkan. Faktor resiko yang tinggi dan Faktor agroklimat yang sesuai
pemasaran yang sulit membuat banyak memungkinkan rosella tumbuh subur dan
petani kurang melirik sektor ini. Di sisi lain, berkembang baik di wilayah Kediri dan
sub sektor tanaman pangan hanya Nganjuk. Sementara di Tulungagung
mengalami penurunan sebesar 979.867 faktor tesebut tidak sebagus di sana
dari 18.708.052 (tahun 2003) menjadi meskipun pengembangannya masih bisa
17.728.185 (tahun 2013). Tanaman dilakukan. Terkait luasan lahan,
pangan selalu menduduki peringkat berdasarkan data BPS Propinsi Jawa
teratas dalam rumah tangga petani Timur tahun 2014 potensi lahan
Indonesia (JawaTimur) karena sektor ini sementara yang belum diusahakan di
dianggap paling menjanjikan dibanding Kabupaten Tulungagung seluas 243 Ha
sektor lain. Menurut jurnal Sitty dari 54.579 Ha lahan pertanian yang ada.
Muawiyah Panurat (2014), ada beberapa Artinya, potensi lahan pengembangan
faktor yang mempengaruhi minat petani rosella masih cukup besar di Kabupaten
untuk bertanam padi diantaranya faktor Tulungagung.
luas lahan, pengalaman, pendapatan, 1. Matriks IFAS Dan EFAS
bantuan dan pendidikan. Luas lahan dan Dari hasil kuisioner terkumpul
pendapatan berpengaruh sangat nyata sejumlah data identifikasi faktor internal
terhadap minat petani. Sedangkan (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
bantuan dan pengalaman berpengaruh (peluang dan ancaman) seperti tertera
nyata terhadap minat. Sebaliknya dalam tabel matriks IFAS dan EFAS
pendidikan berpengaruh tidak nyata dibawah ini.
56
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
Tabel 2. Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Faktor Strategi Interrnal Bobot Rating Skor
Kekuatan (Strenghts)
- Budidaya dan perawatan tanaman Rosella yang
0,12 4,47 0,55
mudah
- Pemasaran yang jelas 0,10 3,60 0,36
- Ketersediaan bibit yang berkualitas 0,10 3,60 0,36
- Kreatifitas petani yang tinggi dalam mengolah Rosella 0,09 3,40 0,32
- Permintaan pasar yang tinggi 0,10 3,73 0,38
- Harga jual hasil panen yang tinggi 0,10 3,80 0,40
Sub total 0,62 22,60 2,36
A. Kelemahan (Weaknesses)
- Kurangnya kemampuan petani dalam menjamin mutu
0,06 2,20 0,13
hasil panen
- Terbatasnya kuantitas dan kualitas sumber daya
0,07 2,53 0,18
petani
- Upah pekerja panen yang tinggi 0,06 2,20 0,13
- Kurangnya dukungan dan pembinaan dari aparat
0,06 2,13 0,13
pertanian
- Sistem penjemuran yang mengandalkan sinar
0,06 2,33 0,15
matahari
- Keterbatasan sarana dan prasarana pembinaan dan
0,06 2,33 0,15
pengawasan mutu
Sub total 0,38 13,73 0,87
Total 36,33 3,23
Dari hasil olah data matriks IFAS problem pemasaran hasil panen yang
diatas terlihat bahwa faktor kekuatan selama ini dihadapi petani. Industri
(strenghts) mempunyai sub total skor 2,36. pengolahan ini siap menampung semua
Aspek budidaya dan perawatan tanaman hasil panen dari petani dengan standart
rosella yang mudah merupakan faktor harga pasar. Demikian pula dalam hal
kekuatan tertinggi dengan skor 0,55. ketersediaan benih. Petani diberi
Sementara itu aspek harga jual panen kemudahan dalam memperoleh bibit
yang tinggi (0,40) juga menjadi alasan rosella yang berkualitas. Standart bibit
kuat mengapa petani tertarik menggeluti berkualitas diasumsikan bahwa dalam tiap
bisnis ini. . Harga kelopak bunga rosella 200 batang rosella akan menghasilkan
kering dengan kualitas bagus di tingkat satu kilogram kelopak bunga basah tiap
petani berkisar antara Rp 80.000 - Rp hari. Selama ini benih rosella yang
120.000 / kg. Apabila kualitas panen dianggap mempunyai kualitas baik berasal
dibawah standart, pengepul menjamin dari Nganjuk. Dimana benih tersebut
akan membeli rosella di kisaran harga Rp mempunyai tingkat kemurnian mencapai
30.000 / kg. 98%, daya tumbuhnya di atas 90%, segar,
Faktor kekuatan selanjutnya seragam dan sehat (bebas jamur dan
dengan skor 0,38 adalah permintaan hama). Tanaman yang dihasilkan akan
rosella yang tinggi di pasaran. Permintaan tumbuh seragam, sehat, akarnya banyak,
rutin Brunei Darusalam dan beberapa tahan hama penyakit serta
wilayah di Pulau Jawa dan luar Jawa produktivitasnya tinggi.
menunjukkan kepada para petani akan Faktor kekuatan internal yang
tingginya permintaan pasar terhadap teridentifikasi paling rendah skornya (0,32)
tanaman ini. Berikutnya adalah aspek adalah kreatifitas petani yang tinggi dalam
pemasaran yang jelas dan ketersediaan mengolah rosella. Problem pascapanen
bibit yang berkualitas (skor : 0,36). Pasar agaknya memicu petani untuk berkreasi
yang jelas didukung berdirinya industri mengolah rosella menjadi berbagai produk
pengolahan rosella merupakan solusi makanan dan minuman. Kreatifitas ini
57
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
tentu akan jauh lebih berkembang apabila adalah 0,87 Ini berarti bahwa ada
di dukung oleh akses tehnologi informasi sejumlah kelemahan internal yang harus
yang maksimal. diminimalisir dalam pengembangan usaha
Berikutnya adalah identifikasi ini.
faktor kelemahan internal dimana terdapat Faktor kelemahan internal tertinggi
6 aspek kelemahan yang patut diwaspadai ( skor : 0,18) yakni aspek terbatasnya
keberadaannya. Dari tabel 2 tercatat total kuantitas dan kualitas sumber daya petani
skor faktor kelemahan (weaknesses) dapat dijelaskan dalam tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2011-2015
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian 42,44 40,94 42,95 40,00 36,41
Industri 14,85 15,36 17,53 19,35 16,61
Perdagangan 18,32 21,33 17,76 18,86 22,69
Jasa 12,81 10,56 12,58 11,74 10,50
Lainnya 11,58 11,81 9,18 10,04 13,80
Sumber : Hasil Sakernas BPS Kabupaten Tulungagung
Mulai Tahun 2013 :
1. Sektor Pertanian Meliputi : Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan
Perikanan
2. Sektor Perdagangan Meliputi : Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa
Akomodasi
3. Sektor Jasa Meliputi : Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan
sarana dan prasarana pembinaan dan
Menurut hasil Sakernas Balai pengawasan mutu hasil panen, selama ini
Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung petani rosella Tulungagung memang
tahun 2013, persentase penduduk belum banyak mendapatkan bantuan dari
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di aparat terkait. Minimnya sarana prasarana
lapangan usaha pertanian sejak tahun pembinaan dan pengawasan mutu
2013 sampai tahun 2015 cenderung berimbas pada kualitas dan anjloknya
mengalami penurunan. Sektor pertanian harga rosella di pasaran.
(pertanian, perkebunan, kehutanan, Sementara itu terkait tehnik
perburuan dan perikanan) yang semula penjemuran, selama ini tehnik penjemuran
berjumlah 42,95% (tahun 2013) menjadi rosella oleh petani dilakukan secara
36,41 (tahun 2015). Sementara itu di konvensional yakni dengan mengandalkan
sektor usaha perdagangan justru sinar matahari karena dianggap paling
mengalami peningkatan dari 17,76% mudah dan murah. Dalam 100 kg rosella
(tahun 2013) menjadi 22,69% (tahun basah menghasilkan 5 - 6 kg rosella
2015). Turunnya minat generasi muda kering. Lordbroken (2009) menyatakan
terjun di sektor pertanian, kurangnya sebenarnya ada dua cara pengeringan
edukasi serta beralihnya minat rosella yang bisa dilakukan, yaitu
masyarakat ke sektor perdagangan secara menjemur di bawah sinar matahari atau
langsung akan mengurangi kuantitas dan dengan menggunakan oven. Pengeringan
kualitas petani. dengan sinar matahari sangat dipengaruhi
Selanjutnya, faktor keterbatasan oleh kondisi cuaca dan membutuhkan
sarana dan prasarana pembinaan dan waktu lama yakni sekitar 3 - 5 hari
pengawasan mutu serta sistem (Widyanto dan Nelistya, 2008). Sementara
penjemuran yang mengandalkan sinar pengeringan mekanis (oven) jauh lebih
matahari merupakan dua faktor yang singkat namun mahal biayanya. Dalam
menduduki peringkat dibawahnya. Untuk pengeringan mekanis, tinggi-rendahnya
58
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
suhu harus diperhatikan. Suhu yang dan ketrampilan petani berpengaruh
terlalu rendah atau tinggi menyebabkan terhadap standart mutu hasil panen
kandungan zat organik dalam rosella dan upah di tingkat pekerja. Sejauh ini
berkurang. Mardiah (2009) menambahkan pengembangan agribisnis rosella di
salah satu alat pengering mekanis yang Kabupaten Tulungagung belum
bisa digunakan adalah oven listrik. Namun banyak mendapat perhatian dari
survei dilapangan diperoleh penanganan aparat terkait. Kurangnya
rosella pascapanen umumnya dilakukan pendampingan dan pembinaan dalam
secara konvensional yaitu dijemur selama budidaya rosella membuat petani
satu minggu, dimasukkan kedalam karung berjalan sendiri tanpa pengawalan.
dan langsung dijual pada tengkulak di Total skor faktor internal (kekuatan
pasar-pasar tradisional. (Gunawan dan dan kelemahan) yaitu 3,23 (tabel 9).
Salim, 2016). Begitu pula di Sementara dari olah data matriks
Tulungagung, tehnik penjemuran rosella EFAS (tabel 10) terlihat bahwa, sub
masih dilakukan secara konvensional. total skor faktor peluang
Selamjutnya, faktor kelemahan internal (opportunities) adalah 2,22
terkecil dari hasil analisa data matriks sedangkan faktor ancaman (threats)
IFAS ada 3 yaitu kurangnya 1,01. Ini berarti bahwa pengembangan
kemampuan petani dalam menjamin rosella di Kabupaten Tulungagung
mutu hasil panen, kurangnya memiliki peluang yang besar
dukungan dan pembinaan dari aparat meskipun terdapat ancaman dari luar
pertanian serta tingginya upah pekerja yang tetap diwaspadai.
harian. Minimnya tingkat pendidikan
Tabel 4. Eksternal Strategic Factor summary(EFAS)
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor
A. Peluang (Opportunities)
- Tingginya permintaan Rosella di pasar dalam negeri
dan luar negeri 0,12 3,87 0,48
- Tingginya permintaan olahan Rosella di pasar
dalam negeri. 0,12 3,73 0,45
- Tersedianya tehnologi informasi 0,11 3,53 0,40
- Adanya keunggulan kompetitif sebagai tanaman
yang berkhasiat bagi kesehatan 0,11 3,53 0,40
- Maraknya expo dan pameran UMKM 0,12 3,87 0,48
Sub total 0,60 18,53 2,22
B. Ancaman (Threats)
- Makin bertambahnya kompetitor Rosella 0,07 2,20 0,16
- Adanya produk substitusi (pengganti) 0,08 2,60 0,22
- Makin tingginya tuntutan pasar terhadap standart
2,40 0,19
mutu produk 0,08
- Minimnya tingkat pendidikan petani dan minat
generasi muda dibidang pertanian hortikultura. 2,53 0,21
0,08
- Adanya produk import dipasaran bersertifikasi
0,09 2,73 0,24
internasional
Sub total 0,40 12,47 1,01
Total 31 3,23
59
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
Untuk faktor peluang eksternal, aspek ternyata diterima baik oleh konsumen lokal
yang berpengaruh kuat antara lain dan non lokal. Ini menunjukkan adanya
tingginya permintaan rosella di pasar potensi pasar yang luas terhadap produk
dalam negeri dan luar negeri, maraknya olahan rosella. Berikut data dari
expo dan pameran UMKM (Usaha penelusuran internet terkait permintaan
Menengah Kecil Mikro) serta permintaan rosella di berbagai wilayah baik dalam
produk olahan rosella di pasar dalam maupun luar negeri dari beberapa
negeri. Produk olahan rosella seperti pengusaha rosella di Indonesia.
minuman segar, teh celup maupun kopi
Tabel 5. Kompilasi Data Permintaan Rosella Dari Beberapa Pengusaha Rosella di Indonesia
Permintaan / Jenis Barang
Daerah
No Rosela Kering Teh Celup Keterangan
Tujuan
Kontainer Ton Kontainer Dus (Per)
1 Jepang 10 Minggu
2 Jakarta 15 Tahun
3 Jakarta 5000 Minggu
4 Jakarta 10000 Minggu
5 Yunani 1 Bulan
6 Arab Saudi 1 Bulan
Data di atas menunjukkan betapa Munculnya produk-produk hortikultura
luasnya pasar rosella di dalam dan luar seperti minuman herbal “JAMSI” yang
negeri. Namun sayangnya sejauh ini dikembangkan akhir 2012 oleh
peluang tersebut belum bisa sepenuhnya Wuryaningsih Setyowati patut
di respon oleh petani kita terkait kapasitas diperhitungkan. Produk ini juga terbuat
yang belum memungkinkan. . dari bahan herbal berupa sambiloto,
Demikian pula dengan maraknya mahkota dewa, mengkudu, temulawak,
pameran produk-produk agribisnis dan angelica dan lainnya dengan area edar
UKM akhir-akhir ini merupakan sarana Bogor, Tangerang, Bandung, Surabaya,
efektif bagi industri dalam meningkatkan Denpasar, Balikpapan, Banjarmasin,
teknologi dan daya saing produk. Bangka, Makassar, NTB, NTT, dan
Demikian pula dengan aspek ketersediaan Batam. Produk - produk semacam ini bisa
tehnologi informasi dan keunggulan jadi ancaman bagi para pengusaha
kompetitif komoditi merupakan media rosella sehingga perlu dilakukan upaya
penghubung antara pelaku usaha dan strategis untuk mengangkat lagi
konsumen. keunggulan-keunggulan kompetitif nya.
Berikutnya adalah analisis faktor Selain itu faktor ancaman lain yakni
eksternal berupa ancaman dengan sub minimnya tingkat pendidikan petani dan
total skor 1,01. Dalam penelitian ini minat generasi muda di bidang pertanian
ancaman terbesar yang harus diwaspadai hortikultura. Hal ini bisa dijelaskan dalam
adalah maraknya produk import di tabel 6 berikut ini.
pasaran bersertifikasi internasional (skor :
0,24) dan produk substitusi (skor : 0,22).
Tabel 6 : Pencari Kerja yang Telah Disalurkan menurut Lapangan Pekerjaan dan Tahun,
2009-2015
No. Lapangan Pekerjaan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Perburuan, 2 - - - - -
10
Kehutanan, dan Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian - - - - - - -
1 1
3 Industri Pengolahan 4
88 684 364 443 328 257
4 Listrik, Gas, dan Air 2 4 - - -
60
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
25 56
5 Bangunan 9 -
49 219 755 237 20
6 Perdagangan Besar, 3 -
50 110 45 45 105
Perdagangan Eceran, Rumah
Makan, dan Hotel
7 Angkutan, Penyimpanan, 8 - - -
335 10 10
dan Komunikasi
8 Keuangan dan Asuransi - - - - - - -
1 2 2 2 2 1 2
9 Kegiatan Lainnya
051 092 305 253 452 841 062
1 2 3 2 2 3 3
Jumlah
493 435 930 913 960 283 319
Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tulungagung
Dari tabel 12 terlihat bahwa sejak dan perikanan. Berbeda dengan sektor
tahun 2009 sampai 2015 sedikit sekali lain seperti industri pengolahan dan
jumlah pencari kerja yang disalurkan oleh perdagangan.
Dinas Sosial Kabupaten Tulungagung ke
sektor pertanian, perkebunan, kehutanan
Tabel 7 : Pencari Kerja yang Telah Disalurkan menurut Tingkat Pendidikan dan Tahun,
2010-2015
Tingkat Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
SD 214 314 245 209 443 365
1
SLTP 1 872 2 912 2 130 2 197 1 902
702
1
SLTA 345 701 533 548 924
243
D3 1 2 2 3 6 5
S1 4 1 3 3 8 4
3
Jumlah 2 436 3 930 2 913 2 960 3 283
319
Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Tulungagung
Demikian pula berdasar tingkat Faktor ancaman selanjutnya adalah
pendidikan. Penyaluran tenaga kerja rata- adanya tuntutan pasar terhadap standart
rata banyak dilakukan pada jenjang SMP mutu produk. Dasar hukum sistem
dan SMA bukan universitas (tabel 7). standardisasi produk pertanian nasional
Dari kedua tabel di atas dapat yakni sesuai dengan SK Menteri Pertanian
disimpulkan bahwa sektor pertanian No. 170/Kpts/OT.210/3/2002 tentang
memang kurang diminati oleh para pencari Pelaksanaan Standardisasi Nasional di
kerja didukung oleh minimnya tingkat Bidang Pertanian. Berdasarkan
pendidikan mereka. Kedua hal tersebut Permentan No. 58 / Permentan / OT.140 /
dikatakan ancaman bagi para pelaku 8 / 2007 tentang Sistem Standardisasi
usaha rosella karena dalam suatu Nasional di Bidang Pertanian bahwa untuk
pengembangan agribisnis dibutuhkan mendapatkan sertifikat sistem mutu,
SDM yang tidak hanya terampil di ranah pelaku usaha di bidang pertanian wajib
pertanian saja tapi juga di aspek strategi memenuhi persyaratan sistem manajemen
dan menejemen. mutu produk pangan segar atau non
61
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
pangan yang ditetapkan pada standar di perbaikan kualitas, pelayanan dan
bidang pertanian. Sebenarnya tuntutan menejemen produk.
terhadap standart mutu produk bukan Total skor dari faktor eksternal
semata-mata ancaman, tetapi lebih pada (peluang dan ancaman) adalah 3,23.
motivasi kepada pengusaha untuk
meningkatan kualitas produknya . Kualitas 2. Matriks SWOT
produk yang baik berefek pada naiknya Dari analisis matrik IFAS dan EFAS
harga jual ditingkat petani. diatas selanjutnya disusun matrik SWOT
Faktor ancaman dengan skor untuk merumuskan langkah dari strategi
terendah yakni makin bertambahnya S-O, W-O, S-T ,dan W-T.
kompetitor. Cara efektif mengatasi
kompetitor adalah dengan melakukan
Tabel 8. Matrik SWOT
STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W)
Budidaya dan Kurangnya kemampuan
perawatan tanaman petani dalam menjamin mutu
Rosella yang mudah hasil panen
Pemasaran yang jelas Terbatasnya kuantitas dan
Ketersediaan bibit yang kualitas sumber daya petani
berkualitas Upah pekerja panen yang
Kreatifitas petani yang tinggi
tinggi dalam mengolah Kurangnya dukungan dan
Rosella pembinaan dari aparat
Permintaan pasar yang pertanian
tinggi Sistem penjemuran yang
Harga jual hasil panen mengandalkan sinar
IFAS yang tinggi matahari
Keterbatasan sarana dan
EFAS prasarana pembinaan dan
pengawasan mutu
OPPORTUNITIES (O) 1. Budidaya dan 1. Tingginya permintaan
Tingginya permintaan perawatan tanaman Rosella Rosella kering dan olahan
Rosella di pasar dalam yang mudah dan diharapkan mampu
negeri dan luar negeri ketersediaan bibit yang menggerakkan aoarat terkait
Tingginya permintaan berkualitas diharapkan bisa untuk melakukan
olahan Rosella di pasar memenuhi pasokan pendampingan kepada para
dalam negeri. permintaan Rosela (kering / petani serta memfasilitasi
Tersedianya tehnologi olahan) dipasar dalam dan sarana prasana pembinaan
informasi luar negeri. dan pengawasan mutu.
Adanya keunggulan 2. Terbukanya akses 2. Peningkatkan akses di
kompetitif sebagai tehnologi informasi banyak media informasi
tanaman yang memberikan peluang diharapkan mampu
berkhasiat bagi meningkatkan kreatifitas meningkatkan kemampuan
kesehatan petani dalam mengolah petani dalam menjamin mutu
Maraknya expo dan Rosella yang secara tidak panen termasuk problem
pameran UMKM langsung bisa penjemuran Rosella paska
meningkatkan harga jual panen.
Rosella di pasaran. 3. Aparat pertanian
3. Maraknya ajang hendaknya sering
promosi (expo, pameran) mengadakan expo /pameran
membantu meningkatkan sebagai media edukasi bagi
lonjakan permintaan pasar masyarakat untuk lebih
seiring dengan mengenal Rosella sebagai
62
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
bertambahnya tingkat produk berkhasiat bagi
kesadaran masyarakat kesehatan
terhadap Rosella sebagai 4. Upah pekerja yang
produk yang berkhasiat tinggi disebabkan karena
untuk kesehatan. minimnya ketrampilan petani
dalam menangani paska
panen. Untuk itu diharapkan
pembinaan dan
pendampingan langsung di
lapangan oleh instansi
terkait.
TREATHS (T) 1. Pemudidayaan/perawatan 1. Pembinaan aparat
Makin bertambahnya tanaman Rosella yang pertanian diharapkan mampu
kompetitor Rosella mudah harus mampu meningkatkan kemampuan
Adanya produk meningkatkan produksi petani dalam menjamin mutu
substitusi (pengganti) baik secara kuntitas hasil panen termasuk
Makin tingginya tuntutan maupun kualitas. menjawab tuntutan pasar
pasar terhadap standart 2. Ketersediaan bibit yang terhadap standart mutu
mutu produk berkualitas diharapkan produk sehingga bisa
Minimnya tingkat mampu menjawab tuntutan bersaing dengan kompetitor.
pendidikan petani dan pasar terhadap kenaikan 2. Meningkatkan kuantitas
minat generasi muda standart mutu produk dan dan kualitas sumberdaya
dibidang pertanian menghalau produk-produk petani melalui edukasi
hortikultura. import yang beredar di berkesinambungan kepada
Adanya produk import pasaran yang bersertifikasi para petani dan generasi
dipasaran bersertifikasi internasional. muda tentang prospek
internasional 3. Bisnis Rosella yang agribisnis hortikultura
prospektif karena sehingga meningkatkan
pemasarannya jelas dan produktivitas mereka
tingginya harga jual Rosella sekaligus mengatasi
diharapkan dapat menarik tingginya upah pekerja
minat petani dan generasi 3. Memperbaiki sarana
muda untuk terjun di usaha prasarana pembinaan dan
ini. pengawasan mutu termasuk
4. Daya kreatifitas petani yang memberikan solusi
tinggi dalam mengolah penjemuran Rosella yang
Rosella diharapkan bisa selama ini hanya
mengatasi makin mengandalkan sinar
bertambahnya kompetitor matahari, sehingga
Rosella termasuk produsen diharapkan bisa menangkal
produk – produk substitusi. produk import dipasaran
yang ber sertifikasi
internasional dan produk –
produk substitusi.
Tahap Analisis Penentuan Strategi skor tertinggi dari beberapa alternatif
Dari tabel IFAS dan EFAS selanjutnya strategi yang ditawarkan (tabel 10).
dilakukan perhitungan terhadap masing- Berikut hasil perhitungannya:
masing faktor untuk mendapatkan jumlah
63
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
Tabel 9. Matrik Kuantitatif SWOT
IFAS STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W)
(2,36) (0,87)
EFAS
STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O)
Menggunakan kekuatan internal Meminimalkan kelemahan
OPORTUNITIES (O) untuk memanfaatkan peluang internal untuk memanfaatkan
(2,22) eksternal sebesar-besarnya = peluangeksternal yang ada =3,09
4,58
STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T)
Mengunakan kekuatan internal Meminimalkan kelemahan
THREATS (T) untuk mengatasi ancaman internal untuk menghindari dan
(1,01) eksternal secara intensif = 3,37 mengatasi ancaman eksternal =
1,88
Dari hasil matrik SWOT diatas bisa ditanam di kebun tapi juga di
ditunjukan berturut-turut jumlah skor pekarangan sekitar rumah.
tertinggi ke skor terendah yakni S-O ( Menurut Tohir,Kaslan A. (1967) dan
4,58 ), ST ( 3,37 ), W-O (3,09) dan W-T ( Loebis,A (1970) budidaya rosella memiliki
1,88). Strategi yang dianggap paling tepat tahapan sebagai berikut :
dalam pengembangan agribisnis rosella di a. Persiapan lahan. Pertama
Kabupaten Tulungagung adalah strategi dilakukan pembajakan tanah, digaru
S-O dengan skor tertinggi 4,58 yaitu lalu dilakukan pembagian tanah
strategi menggunakan kekuatan internal menjadi petak-petak. Petak -petak
untuk memanfaatkan peluang eksternal tersebut kemudian dibagi lagi dalam
yang meliputi: a) Pemanfaatan aspek bedengan yang dipisahkan oleh
kemudahan berbudidaya dan perawatan parit. Panjang parit sama
tanaman rosella yang mudah, b) panjangnya dengan bedengan
Ketersediaan bibit berkualitas sebagai dengan kedalaman ± 25 cm - 30 cm.
penunjang harga jual panen yang tinggi, c) b. Jarak tanam. Jarak tanam
Potensi pemasaran yang jelas dan tergantung varietas, waktu tanam,
permintaan yang tinggi di pasaran, d) dan kesuburan tanah.
Kreatifitas petani dalam mengolah rosella c. Waktu bertanam. Penanaman
ditunjangkemudahan tehnologi informasi, bulan September dan Januari akan
e) Pengenalan keunggulan kompetitif menghasilkan bunga pada bulan
sebagai tanaman kesehatan melalui expo April. Penanaman bulan Februari
dan pameran UMKM. sampai Agustus menghasilkan
Beberapa langkah strategi yang dilakukan bunga umur 2,5 - 3 bulan. Untuk
diantaranya : mencapai hasil optimum maka waktu
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas bertanam dilakukan pada masa hari
hasil produksi dengan panjang.
memanfaatkan aspek budidaya dan d. Benih. Benih yang digunakan
perawatan tanaman rosella yang sebaiknya berasal dari pemetikan
mudah dan lahan luas . Rosella pertama sebab pertumbuhan biji telah
merupakan jenis tanaman yang mencapai pertumbuhan yang lengkap.
dapat tumbuh dan hidup di hampir Biji dipilih yang besar agar
semua macam jenis tanah dan suhu menghasilkan tanaman dengan
dan pemeliharannyapun tidak kecambah yang kuat dan segar.
membutuhkan keahliaan khusus. e. Cara bertanam. Pertama, bedengan
Tingkat adaptasi rosella yang tinggi diairi terlebih dahulu agar tidak kering
membuat tanaman ini tidak hanya tapi diusahakan agar tanah juga tidak
terlalu basah. Kemudian tanah ditugal
64
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
sedalam 1 - 3 cm, lalu benih ini bertujuan agar kondisi kuncup-
dimasukkan. Sebelum ditanam kuncup rosella yang masih tertinggal
sebaiknya bibit direndam terlebih di batang tidak rontok dan tetap
dahulu selama 12 – 24 jam agar terjaga baik. Di lokasi pengolahan,
pertumbuhan tanaman seragam. . kelopak rosella segar (baru petik)
f. Pemeliharaan. Umumnya bibit akan segera dipisahan dari bijinya.
tumbuh 2-3 hari setelah ditanam. Pemisahan ini dilakukan dengan
Tempat-tempat yang kosong dapat menggunakan alat penusuk berbentuk
disulam dengan benih pada hari tabung berbahan aluminium, panjang
ketiga setelah tumbuh. Selain disulam ± 20 cm, diameter ± 7 – 8 mm dan
dengan benih juga dapat digunakan berujung tajam. Penusukan dilakukan
cabutan yang telah lanjut umurnya dari sisi bawah kelopak bunga
misal 14 - 30 hari. Selanjutnya mengarah ke depan . Setelah
dilakukan penjarangan tanaman dipisahkan dari bijinya, rosella dijemur
setelah usia 2 minggu. dibawah sinar matahari selama 3 – 5
g. Penyulaman dan Penjarangan. hari. Dalam kondisi kering rendemen
Lubang tanam yang tidak tumbuh rosella ± 10%.
dapat disulam pada hari ketiga Setelah dijemur rosella siap di
setelah tumbuh. Setelah penyulaman kemas atau di olah dalam berbagai
kemudian dilakukan penjarangan bentuk produk makanan minuman
tanaman pada usia 2 minggu. oleh rumah pengolahan rosella.
Penjarangan dilakukan dengan 2. Permintaan rosela (kering / olahan)
mencabut tumbuhan saat masih muda dipasar dalam dan luar negeri bisa
dan dilakukan setelah turun hujan. diatasi dengan ketersediaan bibit
h. Penyiangan. Penyiangan dilakukan yang berkualitas. Selama ini petani
sebanyak 2 - 3 kali dengan interval rosella Tulungagung masih
waktu 5 - 7 hari agar pertumbuhan mengandalkan bibit rosella lokal dari
rosella subur tanpa kompetisi dengan Nganjuk. Namun demikian upaya
rumput. mendapatkan varietas unggul
i. Pengairan. Pengairan dilakukan sebenarnya juga dapat dilakukan
dengan mengalirkan air melalui melalui persilangan maupun
selokan dan parit dengan debit introduksi dari luar negeri yang lebih
rendah. Selokan dan parit sebaiknya mudah dan cepat tentu dengan
selalu dibersihkan agar air dapat memerhatikan kemampuan adaptasi
dengan mudah mengalir ke saluran petani setempat (Sahat dan
pembuangan saat hujan deras. Sulaiman 1987).
j. Pemupukan. Waktu yang tepat untuk 3. Meningkatkan kreatifitas petani
memberikan pupuk adalah pagi-pagi dalam mengolah rosella melalui
karena keadaan tanah masih basah. akses tehnologi informasi yang
Jenis pupuk yang digunakan adalah : mudah dan murah untuk
ZA dan N. meningkatkan nilai jual rosella di
k. Pemanenan. Tanaman rosella mulai pasaran. Beberapa penelitian
berbunga saat usia ± 120 hari dan menyebutkan bahwa rosela
bisa di panen saat mencapai usia 5 - merupakan jenis tanaman yang
6 bulan. Panen dilakukan setiap 2 dapat dimanfaatkan sebagai bahan
minggu sekali terus menerus dalam pangan yang menyehatkan,
jangka waktu 3 bulan sebelum fungsional food (Maryani dan
akhirnya diganti dengan bibit baru. Kristinai, 2005) dimana ini
Tiap batang tanaman rosella merupakan keunggulan kompetitif
diperkirakan menghasilkan ± 1,5 kg yang dimiliki rosella yang belum
bunga basah. Pemanenan dilakukan banyak diketahui banyak orang.
secara manual dengan memotong Sementara itu Browning et al. (2008)
tangkai bunga menggunakan gunting juga menyatakan bahwa
besi dan bukan dipetik langsung . Hal pemanfaatan teknologi informasi
65
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
merupakan media baru dalam tepat digunakan dalam pengembangan
komunikasi inovasi pertanian. agribisnis rosella di Kabupaten
Internet merupakan salah satu Tulungagung adalah Strategi SO (skor :
bentuk revolusi terkait dengan 4,58) yakni memaksimalkan potensi/
bagaimana kita dapat bekerja kekuatan untuk meraih peluang. Strategi
mengelola informasi dan ini bersifat agresif, meliputi a)
berkomunikasi dengan orang lain pemanfaatan teknologi produksi, b)
secara lebih cepat dan tanpa perluasan lahan dan pangsa pasar, c)
terkendala ruang dan jarak. Untuk kebijakan pemerintah/pengembangan
itu kemudahan akses tehnologi kelembagaan usaha agribisnis, dan d)
informasi berimbas pula pada peningkatan kualitas SDM. Menurut
kemudahan masyarakat mengakses Maddolangan (2005), petani yang
segala sesuatu yang berkaitan berpendidikan akan lebih mudah
dengan banyak komoditi termasuk menyerap materi pelatihan dibandingkan
rosella. dengan petani yang tidak berpendidikan.
4. Memanfaatkan ajang promosi (expo, Beberapa langkah strategi SO yang bisa
pameran) sebagai sarana informasi dilakukan terkait pengembangan agribisnis
kepada khalayak terhadap rosella di Kabupaten Tulungagung:
keunggulan produk-produk rosella. 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas
Diantaranya : hasil produksi dengan
Pameran Agribisnis di Balai memanfaatkan aspek budidaya dan
Ketahanan Pangan dan perawatan tanaman rosella yang
Penyuluhan (BKPP) mudah dan lahan luas .
Tulungagung Tahun 2009. 2. Permintaan rosela (kering / olahan)
Pameran Produk Unggulan dipasar dalam dan luar negeri bisa
Pertanian di Balai Penyuluhan diatasi dengan ketersediaan bibit
Pertania (BPP) Tulungagung yang berkualitas ditunjang oleh
Tahun 2011. mudahnya budidaya dan perawatan
Pameran Agribisnis Produksi tanaman rosella.
Unggulan Daerah Kabupaten 3. Meningkatkan kreatifitas petani
Tulungagung ke XIV Tahun dalam mengolah rosella melalui
2013 akses akses tehnologi informasi
Pameran Produksi Agribisnis yang mudah dan murah untuk
ke XV Tahun 2014. meningkatkan nilai jual rosella di
Pameran Produk Unggulan pasaran.
Jawa Timur Berbasis UKM 4. Memanfaatkan ajang promosi (expo,
Tahun 2017 pameran) untuk meningkatkan
Pameran Produk Unggulan sebagai sarana informasi kepada
dan Usaha Kecil Menengah khalayak terhadap keunggulan
(UKM) 2017 yang diikuti produk-produk rosella.
puluhan pelaku UKM dari 38 .
kabupaten/kota. DAFTAR PUSTAKA
Aji .A.A. dkk. 2014. Strategi
KESIMPULAN Pengembangan Agribisnis
Dari analisis matriks Internal Factor Komoditas Padi Dalam
Analisys Summary (IFAS) dan External Meningkatkan Ketahanan Pangan
Factor Analisys Summary (EFAS) Kabupaten Jember. Jurnal
diperoleh skor identifikasi masing-masing Manajemen & Agribisnis, Vol. 11
faktor sebagai berikut: Faktor kekuatan No. 1, Maret 2014
(Strenghts) = 2,36, Faktor kelemahan Bridle, P. and C.F. Timberlake. 1997.
(Weaknesses) = 0,87, Faktor peluang Anthocyanin As Natural Food
(Opportunities) = 2,22, Faktor Ancaman Colours – Selected Aspect. Food
(Threats) = 1,01 Chem 58 : 103-109
Sedangkan dari matrix SWOT
diterangkan bahwa strategi yang paling
66
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
David, F. 2009. Strategic Management. Pearce, J. A & R. B. Robinson. 1997.
Edisi ke-12. Salemba Empat, Manajemen Strategik: Formulasi,
Jakarta Implementasi, dan Pengendalian.
David, Fred. 2011. Manajemen Strategis. Jilid Satu. Binarupa Aksara,
Prenhallindo. Jakarta Jakarta.
Duh, P.D. and G.C. Yen, 1997, Prastowo. N.H dkk. 2012. Strategi
Antioxidative Activity of Tree pengembangan Sentra Agribisnis
Herbal Water Extracts, Food Pembibitan Tanaman Durian
Chem. 60:639-645 (Durio zibenthinus), Di Bogor,
Grant, 1999, Strategi Peran Penting Jawa Barat. Tesis Pascasarjana
Dalam Mengisi Tujuan Program Studi Magister
Manajemen. Handoko T. Hani Manajemen Agribisnis UNISKA,
(2002), Manajemen; Edisi Kedua, Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik
Cetakan Ketigabelas Yogyakarta : Membedah Kasus Bisnis. Penerbit
BPFE. Gramedia, Jakarta
Inoue M, 2001, Protective Sahat. S. dan H. Sulaiman. 1987. Varietas
Mechanismsagainst Reactive Unggul Kentang. Pusat Penelitian
Oxygen Species. In: Arias IM The dan Pengembangan Hortikultura.
Liver Biology And Pathobiology Jakarta.
Lippincott Williams And Wilkins Samudi. 2015. Strategi Pengembangan
4th-Ed, Philadelphia. Dan Analisis Kelayakan Usaha
Jauch, L. R & W. F. Glueck. 1995. Pertanian Pada Organik
Manajemen Strategis dan Bersertifikat SNI Pangan Organik
Kebijaksanaan Perusahaan. Edisi (Studi Kasus Pada Operator
ketiga. Erlangga, Jakarta. Organik Di Jawa Tmur).Jurnal
Loebis,A.Th. 1970. Pengantar Berjtjotjok Hijau Cendekia. Vol. 1. No. 2,
Tanam Rosella. Penerbit September 2016.
Yasaguna, Jakarta. Saragih. B. 2000. Pembinaan SDM Untuk
Marques. 2013. Strategi Pengembangan Mendukung Pengembangan
Sentra Agribisnis Jeruk Keprok Agribisnis Dan Ekonomi Pedesaan.
Soe ( Citrus reticulata ) di Jurnal Mimbar Sosek. Fakultas
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Pertanian : IPB. Bogor.
Nusa TenggaraTtimur. Sekaran U, Roger B. 2010. Research
TesisPascasarjana Program Studi Methods for Business: A Skill
Magister Manajemen Agribisnis Building Approarch. New Jersey:
UNISKA John Wiley&Sons.
Maryani, H dan L. Kristiana, 2008. Khasiat Setiawa, Hari Purnomo dan
dan Manfaat Rosella. Agromedia Zulkieflimansyah, 1999,
Pustaka, Jakarta. Manajemen Strategi, FE-UI,
Mastika, I., K. Suaryana., I. Oka., & I. Jakarta.
Sutrisna. 1993. Produksi Kambing Siagian P, Sondang, 2004, Manajemen
dan Domba. Sebelas Maret Stratejik, Bumi Aksara, Jakarta.
University Press, Surakarta. Sukiyono. K. 2005. Faktor penentu tingkat
Morton, J. 1987. Roselle. Newcorp. efisiensi teknik usaha tani cabai
Miami. Florida merah di Kecamatan Selupu
Panurat. S. M. 2014. Faktor-Faktor Yang Rejang, Kabupaten Rejang
Mempengaruhi Minat Petani Lebong. Jurnal Agro Ekonomi
Berusahatani Padi Di Desa 23(2): 176−190.
Sendangan Kecamatan Kakas Suwandi. 1995. Strategi Pola Kemitraan
Kabupaten Minahasa. Jurusan Dalam Menunjang Agribisnis
Sosial Ekonomi .Fakultas Bidang Peternakan Dan
Pertanian. Universitas Sam Industrialisasi Usaha Ternak
Ratulangi Manado Rakyat Dalam Menghadapi
Tantangan Globalisasi. Prosiding
67
Magister Agribisnis (Volume 18 Nomor 02 Juli 2018)
ISSN : 1829-7889
Simposium Nasional Kemitraan
Usaha Ternak. Ikatan Sarjana
Ilmu-ilmu Peternakan Indonesia
(ISPI) bekerja sama dengan Balai
Penelitian Ternak, Bogor.
Taufik, M. 2008. Kajian Kelembagaan Dan
Pengendalian Hama Terpadu Pada
Usaha Tani Kakao Di Kabupaten
Polewali Mandar Sulawesi Barat.
Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi
Pertanian 11(2): 115− 125.
Tohir,Kaslan A. 1967. Pedoman Bertjotjok
Tanam Tanaman Serat-Serat.
Balai Pustaka, Jakarta
Wirjosentono. M. 2003. Langkah Strategis
Agribisnis Hortikultura
Berkelanjutan. Direktorat Jenderal
Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.
Wulandari Brilianti Dwi. 2010. Pengaruh
Pemberian Seduhan Kelopak
Bunga Rosella (hibiscus
sabdariffa) Dosis Bertingkat
Selama 30 Hari terhadap
Gambaran Histologik Ginjal Tikus
Wistar.
68