Analisis Kualitatifdan Kuantitatif Kandungan Kimiadari Ekstrak Heksan Aseton Etanoldan Airdari Biji Alpukat Perseaamericana Mill

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331555690

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Kimia dari Ekstrak Heksan,


Aseton, Etanol dan Air dari Biji Alpukat (Persea americana Mill.)

Preprint · March 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.22758.47687

CITATIONS READS

0 2,584

3 authors, including:

Harrizul Rivai Yolanda Triana Putri


Universitas Andalas 2 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   
212 PUBLICATIONS   305 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analysis of drug using the under area curve method by ultraviolet spectrophotometry View project

Herbal Analysis View project

All content following this page was uploaded by Harrizul Rivai on 06 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Kimia dari Ekstrak Heksan, Aseton,
Etanol dan Air dari Biji Alpukat (Persea americana Mill.)
Harrizul Rivai1), Yolanda Triana Putri2), Rusdi2)
1)
Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
Email: [email protected]; [email protected]

ABSTRACT

Avocado seeds (Persea americana Mill.) have been recommended in traditional medicine which has
therapeutic effects for hyperlipemia, hypertension and hypercholesterolemia. This study aims to analyze
qualitatively and quantitatively the chemical compounds contained in hexane, acetone, ethanol and water extract
from avocado seeds. The results obtained from the qualitative test showed that avocado seed hexane extract
contained fatty acids. Avocado seeds acetone extract contains fatty acids, phenols, tannins and flavonoids.
Ethanol extracts of avocado seeds contain phenols, tannins, flavonoids and alkaloids. Avocado seed water
extract contains carbohydrates, phenols and tannins. Quantitative tests of alkaloids are determined by the
gravimetric method, as well as the ultraviolet spectrophotometer method for flavonoids, phenols and tannins.
The results obtained from the quantitative test showed the total alkaloid content of ethanol extract was 0.435 %,
the total flavonoid levels of acetone and ethanol extract were 0.1068 % and 0.1084 % respectively, the total
phenol content of acetone, ethanol and water extracts were 0.0476 %, 0.0309 % and 0.0494 % respectively. The
total tannin content of acetone, ethanol and water extracts were 0.1989 %, 0.2044 % and 0.1804 % respectively.

Keywords : Avocado seeds, Persea Americana Mill., Maceration, Gravimetry, Ultraviolet Spectrophotometry

Biji alpukat (Persea americana Mill.) telah dianjurkan dalam pengobatan tradisional yang memiliki efek
terapi untuk hiperlipemia, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara
kualitatif dan kuantitatif senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak heksan, aseton, etanol dan air dari biji
alpukat. Hasil yang diperoleh dari uji kualitatif menunjukkan ekstrak heksan biji alpukat mengandung asam
lemak. Ekstrak aseton biji alpukat mengandung asam lemak, fenol, tanin dan flavonoid. Ekstrak etanol biji
alpukat mengandung fenol, tanin, flavonoid dan alkaloid. Ekstrak air biji alpukat mengandung karbohidrat, fenol
dan tanin. Uji kuantitatif dari alkaloid ditetapkan dengan metode gravimetri, serta metode spektrofotometer
ultraviolet- visibel untuk flavonoid, fenol dan tanin. Hasil yang diperoleh dari uji kuantitatif menunjukkan kadar
alkaloid total dari ekstrak etanol sebesar 0,435 %, kadar flavonoid total dari ekstrak aseton dan etanol berturut-
turut sebesar 0,1068 % dan 0,1084 %, kadar fenol total dari ekstrak aseton, etanol dan air berturut-turut sebesar
0,0476 %, 0,0309 % dan 0,0494 %. Kadar tanin total dari ekstrak aseton, etanol dan air berturut-turut sebesar
0,1989 %, 0,2044 % dan 0,1804 %.

Kata kunci : Biji alpukat, Persea americana Mill., Maserasi, Gravimetri, Spektrofotometri Ultraviolet

PENDAHULUAN menunjukkan bahwa biji buah alpukat


Persea americana Mill. merupakan mengandung alkaloid, flavonoid,
family Lauraceae yang biasa dikenal triterpenoid, saponin dan tanin.
dengan alpukat, telah dianjurkan dalam Berdasarkan penelitian oleh Arifah (2016),
pengobatan tradisional. Biji alpukat uji fitokimia dari ekstrak etanol biji buah
memiliki efek terapi untuk hiperlipemia, alpukat mengandung tanin, flavonoid dan
hipertensi dan hiperkolesterolemia antosianin. Berdasarkan hasil penelitian
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik yang telah dilakukan oleh Noorul etal.
Indonesia, 2016). Oleh sebab itu, biji (2017), dalam analisis fitokimia dari
alpukat diduga memiliki senyawa-senyawa ekstrak air, etanol, eter dan kloroform biji
metabolit sekunder. Untuk menganalisis alpukat menunjukkan bahwa dari ekstrak
senyawa-senyawa metabolik sekunder air biji alpukat mengandung saponin,
tersebut perlu dilakukan skrining karbohidrat, dan terpenoid. Senyawa
fitokimia. Dari hasil penelitian skrining metabolik dari ekstrak etanol mengandung
fitokimia oleh Marlinda (2012) terhadap alkaloid, saponin, karbohidrat, asam
ekstrak etanol biji buah alpukat amino, glikosida, terpenoid, fenol,

1
flavonoid dan kumarin glikosida. Senyawa suling, kloralhidrat, asam sulfat pekat,
metabolik dari ekstrak eter hanya kloroform, ferri (III) klorida, kalium
mengandung steroid, sedangkan dari bromida, timbal asetat, natrium hidroksida,
ekstrak kloroform biji alpukat serbuk magnesium, asam klorida, asam
mengandung senyawa metabolik alkaloid, asetat anhidrat, kalium permanganat,
saponin, terpenoid, steroid dan kumarin. ammonia, eter, asam galat, natrium
Berdasarkan hasil penelitian yang karbonat, natrium fosfat, ninhidrin, -
telah dilakukan oleh Noorul et al. (2017) naftol, tembaga sulfat anhidrat, brom,
menunjukkan bahwa dari ekstrak etanol raksa (II) klorida, kalium iodida, asam
biji alpukat mengandung kadar fenol total sitrat, asam salisilat, iodium, asam pikrat,
289  0,62 g GAE/ml, kadar flavonoid natrium borohidrat, tembaga asetat,
total 49,6  0,02 g rutin/ml dan kadar kloroform, metanol, raksa, asam nitrat
proantosianin adalah 13,7  0,01 g pekat, natrium fosfat, natrium dihidrogren
catechin/ml. Sedangkan pada ekstrak air fosfat, katekin, etil asetat, alumunium
biji alpukat mengandung kadar fenol total klorida, amoniak, dan kuersetin.
243  0,19 g GAE/ml, kadar flavonoid
total 37,2  0,47 g rutin/ml dan kadar Prosedur
proantosianin adalah 9,3  0,61 g Penyiapan Simplisia
catechin/ml. Berdasarkan penelitian oleh Serbuk biji alpukat (Persea
Malangngi et al. (2012), kandungan total americana Mill.) dibeli di PT. Temu
tanin ekstrak etanol biji alpukat kering Kencono sebanyak 0,5kg.
yaitu 117 mg/kg sedangkan kandungan Karakterisasi Simplisia
total tanin ekstrak etanol biji alpukat segar Karakterisasi simplisia berdasarkan
112 mg/kg. Menurut penelitian oleh Farmakope Herbal Indonesia (2008) yaitu
Githinjietal. (2013), kadar total fenolik meliputi uji mikroskopis, susut
dari ekstrak air biji alpukat adalah 18,55  pengeringan, kadar abu total, kadar abu
2,8 mg/g. tidak larut asam, kadar sari larut air, sari
Berdasarkan uraian di atas, ternyata larut etanol dan pola kromatografi lapis
belum pernah dilakukan penelitian tentang tipis.
analisis kualitatif dan kuantitatif dari
Ekstraksi
ekstrak heksan, aseton, etanol dan air dari
Sejumlah 50 gram serbuk simplisia
biji alpukat (Persea americana Mill.).
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk biji alpukat dimaserasi dengan cara
melakukan penelitian analisis kualitatif merendam simplisia kedalam masing-
dan analisis kuantitatif dari ekstrak heksan, masing pelarut (heksan, aseton, etanol)
aseton, etanol dan air dari biji alpukat sebanyak 500 mL (perbandingan 1:10 w/v)
(Persea americana Mill.). Direndam selama 6 jam pertama sambil
sesekali diaduk, kemudian diamkan selama
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan 18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara
Alat yang digunakan antara lain: filtrasi (penyaringan), proses penyaringan
Spektrofotometri UV-Vis (Shimadzu UV- ini diulangi 2 kali, dengan menggunakan
1800), timbangan analitik (Precisa), rotary jenis dan jumlah pelarut yang sama.
evaporator, erlenmeyer (Iwaki), silica gel Semua maserat dikumpulkan, kemudian di
60 F254, sonikator (Branson)dan lampu UV uapkan dengan alat rotary evaporator pada
(CAMAG).
Bahan yang digunakan pada penelitian suhu dibawah 50C sehingga diperoleh
ini adalah simplisia biji alpukat (PT.Temu ekstrak.
Kencono), heksan, aseton, etanol, air

2
Metode dekokta adalah cara ekstraksi Pipet ekstrak sebanyak 2 mL,
dengan menggunakan pelarut air, pada tambahkan 3-4 tetes besi (III) klorida.
suhu 96-98 º C selama 30 menit (dihitung Senyawa fenol akan memberikan warna
hijau hingga biru hitam dengan
setelah suhu 96ºC tercapai). Bejana infus
penambahan larutan garam besi (III)
tercelup dalam tangas air. Dengan cara klorida (Banu & Cathrine, 2015).
menimbang sebanyak 50 gram simplisia  Uji timbal asetat
biji alpukat dan dimasukkan kedalam Pipet ekstrak sebanyak 2 mL,
panci infus dan ditambahkan dengan tambahkan 3 mL larutan timbal asetat
pelarut air sebanyak 500 ml, lalu 10% ini telah ditambahkan. Endapan
dimasukkan kedalam penangas air selama putih besar menunjukkan adanya
senyawa fenolik (Banu & Cathrine,
30 menit pada suhu 98º C, lalu saring
2015).
menggunakan kain flanel sehingga 4. Uji tannin
diperoleh ekstrak air biji alpukat. Penambahan 3 tetes pereaksi FeCl3 ke
dalam 1 mL ekstrak menghasilkan
Analisis Kualitatif
warna biru hitam (Hanani, 2017).
1. Uji karbohidrat
5. Uji flavonoid
 Tes Molish
 Uji Timbal Asetat
Ekstrak 2 mL ditambahkan dua tetes
Ekstrak 1 mL ditambahkan dengan
larutan alkohol α-naftol, lalu campuran
beberapa tetes larutan timbal asetat.
dikocok dengan baik dan tambahkan
Pembentukan endapan warna kuning
beberapa tetes asam sulfat pekat
menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari
perlahan sepanjang sisi tabung reaksi.
e tal., 2011).
Cincin ungu menunjukkan adanya
 Uji Shinoda
karbohidrat(Banu & Cathrine, 2015).
Ekstrak seabnyak 1 mL diuapkan
 Tes Benedict
hingga kering, ditambahkan 1-2 mL
Untuk 0,5 mL ekstrak, tambahkan 0,5
etanol, kemudian ditambahkan sedikit
mL reagen Benedict. Campuran
serbuk magnesium dan 2 mL asam
dipanaskan sampai mendidih selama 2
klorida 5 M. Warna merah hingga
menit. Presipitat warna orange
merah lembayung yang timbul
kemerahan karakteristik menunjukkan
menandakan adanya senyawa
adanya gula (Banu & Cathrine, 2015).
flavanone, flavonol, flavanonol, dan
 Tes Fehling dihidroflavonol (Hanani, 2017).
Untuk 2 mL ekstrak tanaman, 6. Uji alkaloid
ditambahkan pereaksi Fehling A dan B
 Tes Mayer
dalam jumlah yang sama banyak
Untuk 2 mL ekstrak tanaman, dua tetes
kedalam larutan uji, lalu akan terjadi
reagen Mayer ditambahkan disepanjang
reduksi menghasilkan endapan kupro
sisi tabung reaksi. Endapan krem putih
oksida berwarna merah bata (Hanani,
menunjukkan adanya alkaloid (Banu &
2017).
Cathrine, 2015).
2. Uji asam lemak
 Tes Wagner
Tambahkan asam sulfat 25% ,
Dua tetes reagen Wagner ditambahkan
pengamatan dilakukan dengan
ke 2 mL ekstrak tumbuhan di sepanjang
pemanasan, dan terbentuk warna
sisi tabung reaksi. Endapan coklat
cokelat muda menunjukkan adanya
kemerahan mengkonfirmasikan tes
asam lemak (Hanani, 2017).
tersebut sebagai positif (Banu &
3. Uji fenol
Cathrine, 2015).
 Tes Ferri klorida

3
7. Uji terpenoid 2. Penetapan Kadar Flavonoid
Ekstrak sebanyak 1 mL ditambahkan 2 Penetapan kadar flavonoid total
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
asam sulfat pekat perubahan warna menurut Departemen Kesehatan
ungu atau merah kemudian menjadi Republik Indonesia (2010).
biru hijau menunjukkan adanya a. Larutan uji untuk ekstrak cair
terpenoid (Banu & Cathrine, 2015). Ukur seksama sejumlah volume ekstrak
8. Uji minyak atsiri cair, encerkan dengan etanol 80%
Ekstrak sebanyak 1 mL ditambahkan sampai kadar yang sesuai untuk
Larutan kalium permanganat, warna kolorimetri.
akan menjadi pucat atau hilang b. Penentuan panjang gelombang
(Hanani, 2017). maksimum
9. Uji saponin Timbang seksama kurang lebih 10 mg
Ekstrak 1 mL dikocok dengan 10 mL kuersetin, larutkan dalam 10 mL etanol
air selama 10 menit, terbentuk buih 80%, kemudian lakukan pengenceran
selama tidak kurang dari 10 menit dengan cara memipet 0,5 mL larutan
setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada katekin murni dan larukan dengan
penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, etanol 80% dalam labu 10 mL (50
buih tidak hilang (Departemen µg/mL). Kemudian lakukan pengukuran
Kesehatan Republik Indonesia, 1995). panjang gelombang dengan
10. Uji steroid menggunakan spektrofotometri UV-
Ekstrak 1 mL ditambahkan kloroform Vis.
dan 5 tetes asam asetat anhidrat dan c. Larutan pembanding
biarkan mengering. Lalu tambahkan 3 Timbang seksama kurang lebih 10 mg
tetes H2SO4 P. Maka akan terbentuk pembanding, larutkan dalam etanol
warna biru. Terbentuknya warna biru 80%, encerkan secara kuantitatif dan
dapat diamati pada bagian pinggir plat jika perlu bertahap dengan etanol 80%
tetes (Hanani, 2017). hingga kadar 30, 40, 50, 60 dan 70
µg/mL.
Analisis Kuantitatif d. Pengukuran
1. Penetapan Kadar Alkaloid Pipet secara terpisah 0,5 mL larutan uji
Pipet ekstrak sebanyak 20 mL, sari dan larutan pembanding, tambahkan
menggunakan 100 mL metanol P dan pada masing-masing 1,5 mL etanol P,
10 mL amoniak P, panaskan diatas 0,1 mL alumunium klorida P 10%, 0,1
tangas air selama 30 menit, saring. ml natrium asetat 1 M dan 2,8 mL air
Ulangi 2 kali penyarian menggunakan suling. Kocok dan diamkan selama 30
jenis dan jumlah pelarut yang sama. menit pada suhu ruang. Ukur serapan
Tambahkan 50 mL asam klorida 1 N LP pada panjang gelombang serapan
pada kumpulan filtrat, uapkan hingga maksimum. Lakukan pengukuran
volume lebih kurang 25 mL, saring blangko dengan cara yang sama, tanpa
kedalam corong pisah. Basakan filtrat penambahan alumunium klorida.
dengan amoniak P sampai pH±10,sari 3
3. Penetapan Kadar Fenol
kali dengan 25 mL kloroform P.
Penetapan kadar fenol dilakukan
Kumpulkan dan uapkan fase kloroform
dengan metode spektrofotometri Uv-
pada suhu 50°,kemudian keringkan
Vis menurut Departemen Kesehatan
pada suhu 100°hingga bobot tetap.
Republik Indonesia (2011)
Hitung sisa pengeringan sebagai
a. Larutan uji
alkaloid total (kadar alkaloid total
Pipet ekstrak sebanyak 1 mL, masukkan
dinyatakan dalam % b/b) (Departemen
kedalam labu tentukur, encerkan secara
Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
kuantitatif dan jika perlu bertahap

4
dengan metanol P hingga kadar seperti b. Larutan uji
yang tertera pada masing-masing Timbang seksama lebih kurang 50 gram
monografi. ekstrak, keringkan dalam oven pada
b. Penentuan panjang gelombang suhu 105° sampai bobot tetap.
maksimum Masukkan kedalam labu terukut 50 mL,
Timbang seksama kurang lebih 10 mg larutkan dalam etil asetat P, sonikasi
asam galat, larutkan dalam 10 mL selama 5 menit. Pipet 2 mL larutan,
metanol P, kemudian lakukan masukkan kedalam labu erlenmeyer
pengenceran dengan konsentrasi 15 bersumbat kaca 100 mL, tambahkan 50
μg/mL. Kemudian lakukan pengukuran mL etil asetat P, sonikasi kembali
panjang gelombang dengan selama 5 menit.
menggunakan spektrofotometri UV- c. Pengukuran
Vis. Ukur serapan larutan pembanding,
c. Pembuatan larutan pembanding larutan uji dan larutan blangko secara
Timbang seksama 10 mg asam galat, spektrofotometri pada panjang
masukkan kedalam labu tentukur, gelombang 279 dan 300 nm. Serapan
encerkan secara kuantitatif dan jika larutan uji pada 300 nm tidak lebih dari
perlu bertahap dengan metanol P hingga 0,03. Gunakan etil asetat P sebagai
kadar lebih kurang 1 mg/mL. Buat blangko. Hitung persentase katekin
pengenceran larutan pembanding dalam ekstrak pada panjang gelombang
dengan kadar berturut-turut lebih 279 nm.
kurang 15, 30, 45, 75 dan 90 μg/mL.
d. Pengukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
Pipet masing-masing 1 mL larutan uji
dan enceran larutan pembanding dalam Hasil
tabung reaksi, tambahkan 5 mL enceran Sebelum dilakukan proses ekstraksi,
Folin-Ciocalteu Fenol LP (7,5% dalam dilakukan karakterisasi simplisia dengan
air). Diamkan selama 8 menit, hasil sebagai berikut:
tambahkan 4 mL NaOH 1%, diamkan 1. Gambaran mikroskopis yang didapat
selama 1 jam. Ukur serapan pada yaitu berkas pengangkut, amilum,
panjang gelombang maksimum, buat epidermis dan jaringan gabus.
kurva kalibrasi dan hitung kadar fenol 2. Pola kromatografi lapis tipis dari
total. simplisia biji alpukat dengan Rf1 = 0,43,
Rf2 = 0,69 dan Rf3 = 0,86.
4. Penetapan Kadar Tanin 3. Rata-rata susut pengeringan dari
Penetapan kadar tanin dilakukan simplisia biji alpukat adalah 9,4018
dengan metode spektrofotometri Uv- 0,0204 %.
Vis menurut Departemen Kesehatan 4. Rata-rata kadar abu total simplisia biji
Republik Indonesia (2010).
alpukat adalah 4,996  0,012 %.
a. Larutan pembanding 5. Rata-rata kadar abu tidak larut asam
Keringkan pembanding katekin dalam simplisia biji alpukat adalah 0,6352
oven pada suhu 105°sampai bobot
0,0023 %.
tetap. Timbang seksama lebih kurang
6. Rata-rata kadar sari larut air simplisia
50 mg, masukkan kedalam labu terukur
50 mL, larutkan dalam etil asetat P, biji alpukat adalah 21,0625 0,0153 %.
7. Rata-rata kadar sari larut etanol
sonikasi selama 5 menit. Pipet 2 mL
simplisia biji alpukat adalah 16,6933
larutan, masukkan kedalam labu
erlenmeyer bersumbat kaca 100 mL, 0,0265 %.
tambahkan 50 mL etil asetat P, sonikasi
kembali selama 5 menit.

5
 Analisis Kualitatif Ekstrak Biji Alpukat 2. Kadar flavonoid total ekstrak aseton
Biji alpukat yang telah diekstraksi dan etanol dari biji alpukat adalah
menggunakan 4 pelarut yang berbeda 0,1068 % dan 0,1084 % dihitung
yaitu pelarut heksan, aseton, etanol dan sebagai kuersetin (Tabel II, Gambar 1,
air dilakukan analisis secara kualitatif 2.).
yang menunjukkan senyawa kimia yang 3. Kadar fenol total dari esktrak aseton,
terkandung dalam masing-masing etanol dan air biji alpukat adalah 0,0476
ekstrak tersebut (Tabel I.). %, 0,0309 % dan 0,0494 % dihitung
sebagai asam galat (Tabel II, Gambar 3,
 Analisis Kuantitatif Ekstrak Biji 4.).
Alpukat 4. Kadar tannin total dari ektrak aseton,
1. Kadar alkaloid total dari ekstrak etanol etanol dan air dari biji alpukat adalah
biji alpukat adalah 0,435 % (Tabel II.). 0,1989 %, 0,2044 %, dan 0,1804 %
dihitung sebagai katekin (Tabel II).

Tabel I. Data Uji Kualitatif Dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol dan Air dari Biji Alpukat
Ekstrak
No. Pengujian
Heksan Aseton Etanol Air
1. Karbohidrat
- Molish - - - -
- Benedict - - - +
- Fehling - - - -
2. Asam lemak
- Asam sulfat + + - -
3. Fenol
- FeCl3 - - + +
- Timbal asetat - + - -
4. Tanin
- FeCl3 - + + +
5. Flavonoid
- Timbal asetat - - - -
- Shinoda - + + -
6. Alkaloid
- Mayer - - + -
- Wagner - - + -
7. Terpenoid
- As. Asetat anhidrat + as. sulfat - - - -
8. Minyak Atsiri
- KMnO4 - - - -
9. Saponin
- Tes busa - - - -
10. Steroid
- As. Asetat anhidrat + as. sulfat - - - -

Keterangan :

+ = Mengandung senyawa metabolit
_
= Tidak mengandung senyawa metabolit

6
Gambar 1. Spektrum serapan kuersetin dengan penambahan alumunium klorida
konsentrasi50 μg/mL pada 430.5 nm

Kurva Kalibrasi Kuersetin


0.7
y = -0,0579 + 0,0101x
0.6 R = 0,9996
R² = 0,9991
0.5
Absorban

0.4
0.3 Absorban

0.2 Linear (Absorban)

0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva kalibrasi kuersetin pada panjang gelombang maksimum 430,5 nm

7
Gambar 3. Spektrum serapan asam galat dengan penambahan Folin-Ciocalteu konsentrasi 15
μg/mL pada 764 nm

Kurva Kalibrasi Asam Galat


0.9
0.8
y = 0,1979 + 0,0066x
0.7
R = 0,9997
0.6 R² = 0,9995
Absorban

0.5
0.4 Absorban
0.3 Linear (Absorban)
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4. Kurva kalibrasi asam galat pada panjang gelombang 764 nm


Tabel II. Data Uji Kuantitatif dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol dan Air dari Biji Alpukat

Ekstrak biji Alkaloid Flavonoid total Fenol total (%) Tanin total (%)
alpukat total (%) (%)

Ekstrak Heksan - - - -

Ekstrak Aseton - 0,1068 0,0476 0,1989

Ekstrak Etanol 0,435 0,1084 0,0309 0,2044

Ekstrak Air - - 0,0494 0,1804

8
Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan analisis flavonoid dan alkaloid. Hasil uji skrining
kualitatif dan kuantitatif dari ekstrak fitokimia ekstrak air biji alpukat
heksan, aseton, etanol dan air dari biji mengandung senyawa karbohidrat, fenol
alpukat yang dibeli di PT. Temu Kencono. dan tanin.
Sebelum dilakukan proses ekstraksi, Penetapan kadar alkaloid total dari
dilakukan karakterisasi simplisia yang ekstrak etanol biji alpukat menggunakan
bertujuan untuk mendapatkan simplisia metode gravimetri yaitu suatu metoda
yang bermutu baik dan yang memenuhi analisis yang didasarkan pada pengukuran
standarisasi Farmakope Herbal Indonesia berat, yang melibatkan pembentukan,
(2008) yaitu meliputi uji mikroskopis, pengukuran berat ataupun isolasi dari
susut pengeringan, kadar abu total, kadar suatu endapan. Umumnya alkaloid di
abu tidak larut asam, kadar sari larut air, dalam tumbuhan sebagian besar sebagai
sari larut etanol dan pola kromatografi garam-garam dari asam-asam organik.
lapis tipis. Penentuan kadar alkaloid dari ekstrak
Ekstraksi heksan, aseton, dan etanol dilakukan dengan penambahan
etanol dari biji alpukat dilakukan dengan amoniak, asam klorida dan kloroform.
metode maserasi karena metode ini lebih Amoniak P ditambahkan bertujuan untuk
sederhana dan tidak memerlukan melepaskan ikatan alkaloid dengan
pemanasan sehingga baik untuk simplisia asamnya sehingga alkaloid kembali berada
yang mengandung zat aktif yang tidak dalam kondisi bebas karena amoniak akan
tahan terhadap pemanasan. Pada maserasi berikatan dengan asam klorida yang
terjadi proses kesetimbangan konsentrasi membentuk garam yang larut air
antara larutan luar dan didalam sel sedangkan alkaloid dalam kondisi bebas
sehingga diperlukan pergantian pelarut bersifat basa dan tidak larut dalam air.
secara berulang dan dengan pengadukan Dengan penambahan kloroform akan
(Hanani, 2017). Hasil maserat terbentuk dua lapisan yaitu lapisan asam
dikumpulkan, kemudian di uapkan dengan dan lapisan kloroform, alkaloid dalam
alat rotary evaporator sehingga diperoleh bentuk bebas yang bersifat basa akan
ekstrak cair sebanyak 500 mL. Ekstrak air diekstraksi dengan pelarut kloroform,
dari serbuk biji alpukat diperoleh dengan sehingga dihasilkan ekstrak kloroform
metode dekokta yang dibuat dengan yang merupakan alkaloid total. Kumpulan
mengekstraksi simplisia pada temperatur fase kloroform diuapkan pada suhu 50,
penangas air (bejana infus tercelup dalam kemudian keringkan pada suhu 100
penangas air mendidih pada suhu 96-98°C) hingga bobot tetap. Berdasarkan hasil
selama 30 menit (Departemen Kesehatan perhitungan kadar alkaloid total ekstrak
Republik Indonesia, 2000). etanol diperoleh kadar sebesar 0,435 %.
Hasil uji skrining fitokimia dari Penetapan kadar flavonoid total
ekstrak heksan biji alpukat mengandung dari ekstrak aseton dan etanol dari biji
senyawa asam lemak. Ekstrak heksan alpukat dilakukan dengan menggunakan
hanya dapat menarik senyawa kimia asam metode kolorimetri aluminium klorida.
lemak karena heksan bersifat nonpolar, Pada penelitian ini penentuan panjang
sehingga hanya dapat menarik senyawa gelombang serapan maksimum dari larutan
yang bersifat nonpolar saja seperti asam standar kuersetin adalah 430,5 nm pada
lemak. Hasil uji skrining fitokimia ekstrak konsentrasi 50 µg/mL. Untuk penentuan
aseton biji mengandung senyawa asam kurva kalibrasi kuersetin dibuat
lemak, fenol, tanin dan flavonoid. Hasil uji pengenceran dengan berbagai konsentrasi
skrining fitokimia ekstrak etanol biji yaitu 30 µg/mL, 40 µg/mL, 50 µg/mL, 60
alpukat mengandung senyawa fenol, tanin, µg/mL dan 70 µg/mL karena metoda yang

9
digunakan adalah metoda yang Folin membentuk larutan yang dapat
menggunakan persamaan kurva baku, diukur absorbansinya.
untuk membuat kurva baku terlebih dahulu Pada penelitian ini panjang
dibuat beberapa konsentrasi untuk gelombang serapan maksimum dari larutan
mendapatkan persamaan linear untuk standar asam galat adalah 764 nm pada
menghitung kadar. Pengukuran larutan uji konsentrasi 15 µg/mL. Untuk penentuan
dan pembanding dari ekstrak aseton dan kurva kalibrasi, larutan induk dari asam
etanol biji alpukat ditambahkan dengan galat lalu dibuat dalam berbagai
etanol P sebagai peningkat kelarutan, konsentrasi yaitu konsentrasi 15; 30; 45;
kemudian tambahkan aluminium (III) 60; 75 dan 90 µg/mL. Selanjutnya larutan
klorida yang dapat membentuk kompleks uji dari masing-masing ekstrak etanol,
sehingga terjadi pergeseran panjang ekstrak air dan ekstrak aseton ditambahkan
gelombang ke arah visible (tampak) yang enceran Folin-Ciocalteu Fenol LP (7,5%
ditandai dengan larutan menghasilkan dalam air) dan NaOH 1% inkubasi selama
warna yang lebih kuning (Chang et al., 1 jam. Kemudian ukur serapan masing-
2002), lalu penambahan natrium asetat masing larutan pada panjang gelombang
yang berfungsi sebagai penstabil. Setelah maksimum yaitu 764 nm. Selanjutnya buat
itu diinkubasi selama 30 menit, dengan kurva kalibrasi sehingga diperoleh
tujuan agar reaksi antara larutan standar persamaan regresi yang digunakan untuk
kuersetin dengan pereaksi-pereaksi yang menghitung kadar fenolat total dalam
ditambahkan dapat berlangsung dengan masing-masing ekstrak biji alpukat.
sempurna sehingga intensitas warna yang Berdasarkan kurva kalibrasi pada
dihasilkan lebih maksimal (Azizah & gambar diperoleh persamaan regresi y= +
Faramayuda, 2014). Ukur serapan pada 0,1979 + 0,0066x. Koefisien korelasi r =
panjang gelombang maksimum. 0,9997 dimana angka ini mendekati 1 yang
Berdasarkan kurva kalibrasi pada berarti terdapat korelasi yang sangat tinggi
gambar diperoleh persamaan regresi y= - antara absorban dan kadar senyawa serta
0,0579 + 0,0101x. Koefisien korelasi r = menunjukkan hubungan antara keduanya.
0,9996 dimana angka ini mendekati 1 yang Sehingga diperoleh kadar flavonoid total
berarti terdapat korelasi yang sangat tinggi ekstrak aseton sebesar 0,0476 %, ekstrak
antara absorban dan kadar senyawa serta etanol sebesar 0,0309 % dan ekstrak air
menunjukkan hubungan antara keduanya. 0,0494 %.
Sehingga diperoleh kadar flavonoid total Penetapan kadar tanin dilakukan
ekstrak aseton sebesar 0,1068 % dan dengan metode spektrofotometri
ekstrak etanol sebesar 0,1084 %. ultraviolet-visibel dengan menggunakan
Penentuan kadar fenol total senyawa standar katekin.
menggunakan metode Folin Ciocalteu Hasil pengukuran serapan larutan
yang merupakan metode yang paling pembanding pada panjang gelombang 279
umum digunakan untuk menentukan yaitu 0,270, larutan uji ekstrak aseton
kandungan fenolik total dengan 0,537 kadar yang diperoleh 0,1989 %,
pertimbangan bahwa dengan teknik ini ekstrak etanol 0,552 dengan kadar 0,2044
pengerjaannya lebih sederhana dan reagen % dan ekstrak air 0,487 dengan kadar yang
Folin Ciocalteau digunakan karena diperoleh 0,1804 %.
senyawa fenolik dapat bereaksi dengan

10
KESIMPULAN Indonesia. Jilid VI. Jakarta:
Dari data yang diperoleh pada Departemen Kesehatan RI.
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Departemen Kesehatan Republik
kandungan senyawa kimia dari ekstrak Indonesia. (2000). Parameter
heksan biji alpukat adalah asam lemak. standar umum ekstrak tumbuhan
Kandungan senyawa kimia dari ekstrak obat. Jakarta: Direktorat Jenderal
aseton biji alpukat adalah asam lemak, Pengawasan Obat dan Makanan
fenol, tanin dan flavonoid. Kandungan Direktorat Pengawasan Obat
senyawa kimia dari ekstrak etanol biji Tradisional.
alpukat adalah fenol, tanin, flavonoid dan Departemen Kesehatan Republik
alkaloid. Kandungan senyawa kimia dari Indonesia. (2008). Farmakope
ekstrak air biji alpukat adalah karbohidrat, Herbal Indonesia. Jakarta:
fenol dan tanin. Departemen Kesehatan Republik
Kadar alkaloid total pada ekstrak Indonesia.
etanol adalah 0,435 %. Kadar flavonoid Departemen Kesehatan Republik
total pada ekstrak aseton dan etanol adalah Indonesia. (2010). Farmakope
0,1068 % dan 0,1084 %. Kadar fenol total Herbal Indonesia Suplemen I.
ekstrak aseton, etanol dan air adalah Jakarta: Departemen Kesehatan
0,0476 %, 0,0309 % dan 0,0494 %. Kadar Republik Indonesia.
tanin total ekstrak aseton, etanol dan air Departemen Kesehatan Republik
adalah 0,1989 %, 0,2044 % dan 0,1804 %. Indonesia. (2011). Farmakope
Herbal Indonesia Suplemen II.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Departemen Kesehatan
Arifah, C. N., Saleh, C., & Erwin. (2016). Republik Indonesia.
Uji fitokimia dan uji stabilitas zat Githinji, P., Gitu, L., Marete, E., Githua,
warna dari ekstrak biji buah alpukat M., Mugo, M., & Mbaka, E. N.
(Persea americana Mill.) dengan (2013). Quantitative analysis of total
metode spektroskopi Uv-Vis. Jurnal phenolic content in Avocado (Persea
Atomik, 01 (1), 18-22. americana) seeds in Eastern
Azizah, D. N., Kumolowati, E., & Province of Kenya. Chemistry and
Faramayuda, F. (2014). Penetapan Materials Research, 3 (10), 48-51.
kadar flavonoid metode AlCl3 pada Hanani, E. (2017). Analisis Fitokimia.
ekstrak metanol kulit buah Kakao Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
(Theobroma cacao L.,). Kartika EGC.
Jurnal Ilmiah Farmasi, 2 (2), 45-49. Marlinda, M. (2012). Analisis senyawa
Banu, K. Sahira & Cathrine, DR. L. metabolit sekunder dan uji toksisitas
(2015). General Techniques ekstrak etanol biji buah alpukat
Involved in Phytochemical Analysis. (Persea americana Mill.). Jurnal
International journal of Advanced MIPA Unsrat Online, 1 (1), 24-28.
Research in Chemical Science Noorul H., Mujahid M., Badruddeen,
(IJARCS), 2 (4), 25-32. Khalid M., Vartika S., Nesar A.,
Chang, C., Yang, M., Wen, H., & Chern, J. Zafar K., & Zohrameena S. (2017).
(2002). Estimation of Total Physico-phytochemical analysis &
Flavonoid Content in Propolis by Estimation of total phenolic,
Two Complementary Colorimetric flavonoids and proanthocyanidin
Methods. Journal of Food and Drug content of Persea americana
Analysis, 10 (3), 178-182. (avocado) seed extracts. World
Departemen Kesehatan Republik Journal of Pharmaceutical Sciences,
Indonesia. (1995). Materia Medika 5 (4), 70-77.

11
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. (2016). Formularium
obat herbal asli Indonesia. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G.,
& Kaur, H. (2011). Phytochemical
screening and Extraction: A Review.
Internationale Pharmaceutica
Sciencia, 1 (1), 98-106.

12

View publication stats

You might also like