Urgensi Model Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Prestasi Dan Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Urgensi Model Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Prestasi Dan Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Urgensi Model Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Prestasi Dan Motivasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
1, 2021
ISSN | 2086-5546
1
2 http://riset-iaid.net/index.php/TF
Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dalam menempuh suatu berkemajuan,
yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya tidak baik menjadi baik,
yang tadinya tidak disiplin menjadi disiplin. Dunia pendidikan memberikan
solusi dari segala masalah, namun tentunya dalam pendidikan pun tidak luput
dari yang namanya masalah, baik itu dalam perencanaan, proses
pembelajaran, model pembelajaran, evaluasi bahkan masalah yang ada dari
hasil pendidikan itu sendiri.
Dalam pendidikan secara sadar diusahakan oleh peserta didik dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya supaya menjadi manusia yang
memiliki keunggulan yang cakap dalam menghadapi bermacam problematika
dan tantangan kehidupan. Pendidikan yang bertujuan memaksimalkan peserta
didik agar dapat mengembangkan potensi yang sesuai dengan keinginan
minat dan keberadaan bakatnya, tujuan pendidikan tersebut dapat
berlangsung baik dengan pembelajaran secara aktif interaktif dan
menyenangkan. Teknolologi dan informasi yang berkembang semakin canggih
memberikan tantangan terhadap problematika baru di dunia pendidikan,
sehingga membutuhkan usaha dan inovasi yang cepat, akurat sesuai
perkembangan zaman, hal ini mendorong terjadinya proses perubahan dan
perkembangan pendidikan nasional (Nita, 2018).
Sebagai proses penyempurnaan secara jasmani dan rohani yang ada
dalam pendidikan, ini merupakan usaha dan ikhtiar sadar dalam peningkatan
aspek akal peserta didik dalam meningkatkan potensi akal, potensi perasaan,
dan potensi jiwa. Dilatihnya potensi fisik pada peserta didik adalah usaha
untuk menjadikan kemampuan terampilnya yang menjadi keahlian peserta
didik itu sendiri, bisa dikatakan keahlian profesional untuk modal hidup
bermasyarakat. Maksimalnya kemapuan diri juga harus dimiliki oleh setiap
peserta didik yang bisa memberikan kemanfaatan hidup di masyarakat umum,
manfaat untuk pribadi, anggota keluarganya dan usaha dalam mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sebagai tujuan utamanya (Basri,
2009)
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses
belajar mengajar yang mampu membelajarkan peserta didik dan
mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan. Proses belajar peserta didik
akan dianggap lebih efektif apabila peserta didik setelah belajar bisa
mengetahui sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Jadi, prestasi belajar
akan berubah menjadi baik dengan adanya perubahan tingkah laku baru
dalam tingkat akal pengetahuan, berpikir atau kemajuan potensi jasmaninya
(Hamzah, 2007)
Demikian pula pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
membutuhkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik peserta didik dalam belajar. Istilah model pembelajaran
mempunyai arti yang sangat luas dari strategi, model, atau prosedur. Menurut
Tsamratul Fikri | Vol. 15, No. 1, 2021 3
Joyce model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang dipakai
sebagai petunjuk dalam mempersiapkan pembelajaran di kelas atau cara
pembelajaran dan sebagai pilihan perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku, film, komputer, kurikulm, dan lain sebaginya. Jadi model
pembelajaran merupakan kerangka dan arah bagi pendidik untuk mengajar
(Trianto, 2007)
Rendahnya prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI
dapat disebabkan beberapa faktor. Diantara faktor yang bisa menjadi
penyebabnya antara lain: model pembelajaan yang kurang tepat, materi yang
terlalu abstrak, cara mengajar pendidik yang kurang menarik, aktivitas
peserta didik yang kurang optimal, tidak digunakannya media atau
penggunaan media pembelajaran yang minim. Faktor peserta didik dan sarana
pun sebetulnya dapat juga menjadi penyebabnya, namun penelitian ini yang
akan memprioritaskan pada problematika model pembelajaran interaktif
dalam praktik pendidikan Islam.
Berhasilnya proses pembelajaran Pendidikan Islam tidak akan terlepas
dari kesiapan pendidik memodifikasi model pembelajaran yang mempunyai
tujuan pada meningkatnya keterlibatan yang sering peserta didik secara baik
dan efektif dalam proses belajar. Pengembangan model pembelajaran tepat
pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik dalam belajar secara efektif dan interaktif juga
menyenangkan sehingga peserta didik meraih prestasi belajar yang optimal
(Aunurrahman, 2009)
Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan kepada peserta didik supaya
nantinya setelah usai dari pembelajaran dapat ngetahui dan memahami apa
yang terpenting di dalam Islam secara menyeluruh, makna dan tujuan yang
akan dihayati supaya pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
ajaran Islam yang telah dianutnya itu sebagai dasar hidup sehingga dapat
menghadirkan keselamatan dunia dan akhirat (Daradjat, 2009).
Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab tidak maksimalnya
prestasi peserta didik atau semangat dalam belajar antara lain: terlalu
abstraknya materi bahan ajar, kurang menariknya penyampaian seorang
pendidik, kurang aktifnya peserta didik, kurang optimalnya media yang
digunakan sebagai bahan ajar, atau kurang tepatnya model pembelajaran.
Sarana dan prasaranapun bisa menjadi penyebab dari hal tersebut, namun
yang akan diperbaiki dalam penelitian ini fokusnya adalah kepada model
pembelajaran (Aunurrahman, 2009).
Kemampuan peserta didik dalam mengembangkan model
pembelajaran menjadi salah satu keberhasilannya proses pembelajaran dalam
mata pelajaran pendidikan agama Islam yang fokus pada meningkatnya
keaktifan peserta didik secara baik dalam proses belajarnya. Pada dasarnya
model pembelajaran yang dikembangkan dengan baik bisa menjadikan tujuan
dalam menciptakan suasana dan kondisi pembelajaran yang efektif, aktif serta
4 http://riset-iaid.net/index.php/TF
membuat peserta didik ada dalam proses pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan sehingga prestasi yang optimal dalam belajar dapat diraih.
Usaha mengoptimalkan prestasi belajar peserta didik adalah suatu cita-
cita yang besar para pendidik disetiap sekolah. Pengembangan model
pembelajaran sangat diinginkan untuk memudahkan peserta didik dalam
memahami materi yang hasilnya dapat mengoptimalkan prestasi belajar
peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Tidak ada satu model pembelajaran yang dapat diunggulkan, karena
tiap-tiap model pembelajaran terasa baik apabila sesuai dengan meteri
pelajaran tertentu. Mempelajari dan mengembangkan model pembelajaran
bagi pendidik manjadi hal yang sangat pokok untuk diketahui. Dengan
berkembangnya model-model pembelajaran, akan dirasakan oleh pendidik
manfaat dan mudahnya pelaksanaan proses belajar di kelas, sehingga harapan
tuntasnya belajar optimal akan mudah dicapai (Trianto, 2014).
Budaya sekolah dapat dibangun dengan pembiasaan yang bisa
membentuk karakteristik tradisi sekolah, karena peradaban dibentuk dengan
adanya pembiasaan. Kebiasaan bisa menjadikan kelakuan peserta didik baik
aktif maupun pasif dalam prose pembelajarannya.
Nabi Muhammad sebagai contoh sentral panutan dan tauladan bagi
umatnya, sebagaimana firman Allah SWT di dalam al-Qur’an (Abadi, 2001):
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab (33) ayat 21).
Substansi pembelajaran kuncinya adalah keteladanan, karena
konkritnya tidak cukup diajarkan harus menjadi perilaku yang menjadi fungsi
dari keteladanan.
Terdapat sejumlah model pembelajaran/belajar yang dapat dipergunakan
oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Untuk dapat memilih model yang tepat dan sesuai, pendidik hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip umum dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya penetapannya.
Metode
Kajian ini menggunakan metode survei pustaka, di mana penulis
melakukan kajian terhadap sejumlah literatur yang relevan, yang
berhubungan dengan model pembelajaran interaktif yang kemudian
dihubungkan dengan upaya peningkatan motivasi pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
tahap persiapan, dalam tahap ini pendidik dan peserta didik mencari dan
memilih informasi tentang topik apa yang melatar belakangi pembelajaran,
lalu mengumpulkan sumber yang ada kaitannya dengan materi pembahasan
yang akan dipelajari. Kedua adalah adanya tahap pengetahuan awal, dalam
tahap ini pendidik berusaha mengemukakan pengetahuan awal tentang topik
pembelajaran yang akan dipelajari. Ketiga adalah adanya tahap kegiatan
eksplorasi, pendidik memberikan penjelasan terkait topik pembelajaran yang
ingin di kembangkan. Dalam kegiatan eksplorasi atau mengembangkan
peserta didik dilibatkan lebih aktif terkait topik pembelajaran yang dipelajari.
Dengan demikian peserta didik diberi stimulus untuk mengusulkan
pertanyaan. Keempat adalah adanya tahap pertanyaan peserta didik, pada
tahap ini seluruh peserta didik diajak untuk memberikan pertanyaan
mengenai topik pembelajaran yang dipelajari. Kelima adalah adanya tahap
penyelidikan, pada tahap ini pendidik dan peserta didik memilih pertanyaan-
pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui penyelidikan. Keenam
adalah adanya tahap pengetahuan akhir, pada tahap ini pengetahuan masing-
masing peserta didik bisa dikelompokan atau dikumpulkan dan dibandingkan
dengan jawaban yang awal. Ketujuh adalah adanya tahap refleksi, pada tahap
ini akumulasi apa yang telah diuji atau bisa dibuktikan dan apa yang masih
perlu dimantapkan sebelumnya. Jika masih ada pertanyaan yang menyusul
pada penerapan model pembelajaran interaktif sebagai usaha untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar.
Perlu diketahui pada tahap refleksi ini kalaulah konsepnya belum
terlalu dikuasai dengan baik, maka perlu diulang ke tahap penyelidikan.
Merupakan pendapat para ahli, penelitian ini mengarah pada dasar langkah-
langkah model pembelajaran interaktif menurut Holmes yaitu: (Suharso 2012)
Tsamratul Fikri | Vol. 15, No. 1, 2021 7
No Tahapan Aktivitas
1 Tahap pengantar Pada tahap pengorganisasian kelas untuk adanya
pembelajaran (kerja individual/kerja kelompok).
Sebagai pengetahuan awal peserta didik harus
menyelidiki dengan pertanyaan yang diajukan
dalam permasalahan yang sudah ditentukan. Setelah
itu peserta didik harus menemukan dan
menyampaikan penelitian yang ditemukan oleh
peserta didik, contohnya adanya menyelesaian
problem/masalah oleh peserta didik, peserta didik
melakukan aktivitas (adanya penyelidikan,
percobaan pada tugas, memberikan pengamatan
penelitian, atau melakukan Tanya jawab juga
diskusi), kemudian melanjutkan/mempelajari topik,
serta peserta didik mengerjakan tugas (proyek).
2 Tahap aktivitas Pada model interaktif aktivitas penyelesaian
penyelesaian masalah adalah tahap inti, dikarenakan tahap ini
masalah melibatkan peserta didik untuk mengolah pikir dan
memplanigkan apa yang harus dicari dari materi
pembelajaran, dan pembagian proyek (kelompok).
Pendidik harus mengamati, membimbing peserta
didik, dan memberikan komentar terhadap tugas
proyek peserta didik. Pada tahap ini akan terlihat
menonjol bagaimana situasi interaktif antar peserta
didik, antar peserta didik dalam kelompok, maupun
antar peserta didik dengan guru.
3 Tahap saling Pada tahap ini peserta didik harus mampu
berbagi dan melaporkan hasil tugas/proyek penyelidikannya
diskusi atau penyelesaian problem/masalah dari
pertanyaan peserta didik sendiri (individu) atau
kelompok, kesimpulan akan ditemukan pada
pelaporan ketika peserta didik melakukan
presentasi atau Tanya jawab/diskusi saling
mengemukakan pendapat. Sementara pendidik
harus bisa mengatur, memimpin perjalanan diskusi,
mengawasi proses presentasi, dan memberikan
komentar pada kegiatan diskusi atau presentasi
dengan mengemukakan pertanyaan apa, bagaimana,
dan mengapa. Dengan melalui pertanyaan itu akan
dimungkinkan peserta didik terlatih untuk berpikir
lebih tinggi dalam menghubungkan fakta-fakta yang
8 http://riset-iaid.net/index.php/TF
bagaimana siswa berasal, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang
dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak
dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang
dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh
motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti
pelajaran dan lain-lain. Sebaliknya siswa yang tergolong pada kemampuan
rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak ada keseriusan
dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas, dan lain
sebagainya. Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang
berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokkan siswa maupun
dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikian juga
halnya dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan
yang memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya akan
mempengaruhi proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa yang
tidak memiliki tentang hal itu.
Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana yaitu segala aspek yang mendukung baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kelancaran kegiatan atau proses
pembelajaran, contohnya media pembelajaran, perlengkapan sekolah, alat-alat
pelajaran dan yang lainnya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar
kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu
guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan demikian,
sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran.
Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas
dan faktor iklim sosial-psikologis.
Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam
satu kelas merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi proses dan
hasil pembelajaran. Organisasi di kelas yang terlalu banyak akan menjadi
kurang efektif untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Kelompok belajar
yang besar dalam satu kelas memiliki kecenderungan sebagai berikut: Sumber
daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga
waktu yang tersedia akan semakin sempit, kelompok belajar akan kurang
mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada.
Misalnya dalam penggunaan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak
akan memakan waktu yang banyak pula, sehigga sumbangan pikiran akan
sulit didapatkan dari setiap siswa, kepuasan belajar setiap siswa akan
cenderung menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yang terlalu banyak
Tsamratul Fikri | Vol. 15, No. 1, 2021 13
akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain
perhatian guru akan semakin terpecah, perbedaan individu antara anggota
akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.
Kelompok yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub-sub
kelompok yang bertentangan, anggota kelompok yang terlalu banyak akan
cenderungan semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif
dalam setiap kegiatan kelompok (Sanjaya, 2007).
Memperhatikan beberapa kecenderungan tersebut, maka jumlah
anggota kelompok besar akan menguntungkan dalam menciptakan iklim
belajar mengajar yang baik. Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis,
yang dimaksud adalah adanya keharmonisan antara individu yang terlibat
dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau
eksternal.
Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang
yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa
dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahkan
antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah
keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya
hubungan sekolah dengan orangtua siswa, hubungan sekolah dengan
lembaga-lembaga masyarakat, dan lain sebagainya.
Faktor Kurikulum
Kurikulum adalah suatu rancangan yang berisikan pengaturan tentang
tujuan, isi, bahan pelajaran dan cara yang digunakan dalam penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai yang
diharapkan.
Perkembangan kurikulum sebagai satu proses merupakan putaran asas
yang mengandung : menganalisis, membentuk, melaksanakan dan menilai.
Proses perkembangan kurikulum ini dapat dipakai di semua hasil atau
peringkat dalam pembentukan konsep dan memadukan semua usaha dalam
meningkatkan kualitas program sekolah. Kurikulum yaitu semua pengalaman
proses pembelajaran yang sengaja dirancang direncanakan dan diarahkan
oleh suatu sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum
akademik, terdapat berbagai macam juga jenis kurikulum, seperti adanya
kurikulum integrasi, aktivitas atau pengalaman yang bisa digabungkan untuk
menjadikan kurikulum formal. Pembentukkan dan perubahan dalam
kurikulum dipengaruhi oleh polisi-polisi kerajaan, matlamat dan keutamaan
program, keperluan negara dan masyarakat, keperluan individu serta
keperluan menyeluruh.
14 http://riset-iaid.net/index.php/TF
Kesimpulan
Pembelajaran interaktif adalah salah satu model penunjang belajar
dalam proses pendidikan, sebagai usaha pendidik dalam melaksanakan
perencanaan, proses, evaluasi dan hasil dari pembelajaran. Upaya ini
dilakukan untuk mempercepat kelambanan dalam belajar peserta didik dalam
melaksanakan kegiatan belajarnya. Model interaktif kegiatannya
diprioritaskan pada proses belajar, bukan pada hasil. Jadi yang paling
ditekankan adalah mengembangkan strategi bagaimana peserta didik
mendapatkan ilmu pengetahuan dengan mengalami suatu pengalaman, bukan
menghafal. Tahapan dari pembelajaran interaktif adalah tahapan persiapan,
pengetahuan awal, kegiatan eksplorasi, pertanyaan siswa, penyelidikan,
pengetahuan akhir, dan refleksi.
Dalam pembelajaran pendidikan Islam peserta didik membutuhkan
model pembelajaran yang sesuai dan tepat dalam karakteristiknya. Model
pembelajaran diistilahkan dengan memaknai luas cakupannya dari pada
metode atau strategi pembelajaran. Maka dari itu untuk pendidikan Islam
dibutuhkan model pembelajaran yang tepat, diantaranya menggunakan model
pembelajaran interaktif, walaupun belum sepenuhnya keberhasilan belajar
menggunakan satu model pembelajaran saja.
Adanya problem pembelajaran interaktif dalam praktik pendidikan
Islam, diantaranya problem peserta didik, problem pendidik, dan problem
kurikulum. Peserta didik yang belum sepenuhnya siap dalam model
pembelajaran diterapkan, belum siapnya mental peserta didik dalam
mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan
tugas/proyek secara keseluruhan. Selain itu problem dari pendidik yang
masih kaku dalam proses pembelajaran, terbatasnya kemampuan komunikasi
pendidik, dan minimnya pengalaman pendidik. Ada juga problem kurikulum,
dari minimnya sarana prasarana yang belum menunjang pembelajaran
sepenuhnya, terbatasnya waktu dalam proses pembelajaran. Itu semua dapat
menyebabkan problematika pembelajaran interaktif dalam praktik
pendidikan Islam. Maka menjadi solutif apabila problematika model
pembelajaran dijadikan inovasi baik dari dinilai dari kekurangan dan
kelebihannya. Karena proses belajar peserta didik akan dianggap lebih efektif
apabila peserta didik setelah belajar bisa mengetahui sesuatu yang
Tsamratul Fikri | Vol. 15, No. 1, 2021 17
sebelumnya belum diketahui. Jadi, prestasi belajar akan berubah menjadi baik
dengan adanya perubahan tingkah laku baru dalam tingkat akal pengetahuan,
berpikir atau kemajuan potensi jasmaninya.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Abi Thohir Ya’kub Al-Fairuz. 2001. Tanwirul Muqobas. Libanon: Beirut.
Ali, Muhamad. 2009. “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Mata
Kuliah Medan Elektromagnetik.” Jurnal Edukasi@Elektro 5(1):11–18.
Andayani, Abdul Majid dan Dian. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Aunurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.
Basri, Hasan. 2009. Filsafat Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Daradjat, Zakiah. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dasna. 2015. “Desain Dan Model Dalam Bidang Pembelajaran Inovatif Dan
Interaktif.” Jurnal Ilmu Pendidikan.
Hamzah, Uno. 2007. Profesi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Irsyadi. 2011. “Peningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Bilangan Bulat
Melalui Model Pembelajaran Interaktif.” Jurnal Cakrawala Pendidikan.
Majid, A. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosda.
Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Rosda Karya.
Nita, Nila Intan. 2018. “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Smk Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018 Skripsi.”
Nurdyansyah, and Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model.
Praja, Usman Effendi dan S. 1999. Pengantar Psikologi Pendidikan. Bandung:
PT Angkasa.
Prayekti. 2004. “Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Mata
Pelajaran IPA Di SD.” Jurnal Teknologi Pendidikan.
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Santosa. 2004. Dinamika Kelompok Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman, A. .. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suharso, Aries. 2012. “Model Pembelajaran Interaktif Bangun Ruang 3D
Berbasis Augmented Reality.” Model Pembelajaran Interaktif Bangun
Ruang 3D Berbasis Augmented Reality 11(24):1–11.
Surya, Moh. 2004. Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran. Bandung: Pustaka
Bani Quraisy.
18 http://riset-iaid.net/index.php/TF