Makalah Pembatalan Akta Hibah

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

1

KAJIAN HUKUM PEMBATALAN SUATU AKTA OTENTIK SEBAGAI


LEGAL COVER PARA PIHAK TERKAIT DENGAN SYARAT SAHNYA
SUATU PERJANJIAN
Ashinta Sekar Bidari, SH, MH.
Fakultas Hukum - Universitas Surakarta
Email : [email protected]

ABSTRACT
This research aimed to find out the condition of authentic deed cancelation
and the legal consequence resulting from the authentic deed cancelation. Authentic
deed is a legal cover having law certainty value and perfect authentication power
for those developing it. This study was a normative law research. The data source
addressing the discussion of problem occurring were civil case approach to the
authentic deed cancellation and statute approach related to authentic deed. In the
approach of civil case number 143/Pdt.G/05/PN.Ska, there was a cancelation on
an authentic deed, hibah (bequest) deed. The reason of authentic deed cancelation,
in this case hibah deed, was that the accused (hibah recipient) evidently ignored
the accuser (hibah giver) when the accuser (hibah giver) befell by calamity, it
complied with the provision of Article 1688 clause 3 of Civil Code stating that a
hibah (bequest) can be cancelled when the hibah recipient declined to give living
benefit to the hibah giver when the hibah giver goes bankrupt. It referred to Article
1320 of Civil Code about the condition of an agreement legality consisting of
subjective and objective conditions. A deed can be cancelled when the subjective
conditions, agree and competent, were not fulfilled. In this civil case, the subjective
condition had been met because the hibah giver had no longer agreed to give hibah
to the hibah recipient based on an evidence that the hibah recipient had ignored
his/her obligation. The legal consequence of authentic deed (hibah deed)
cancelation was that the hibah deed no longer had legal power so that the land and
building had been formerly granted and belonged to the accused (hibah recipient)
became the Accuser (hibah giver)’s.

Keywords: authentic deed, cancellation, legal consequence.

Latar Belakang makhluk individu juga dikenal


sebagai makhluk sosial. Manusia
Manusia sebagai makhluk sebagai makhluk sosial tidak dapat
individu senantiasa membutuhkan memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
hubungan dan menjalin kerja sama mengadakan kerja sama dan
dengan manusia lain. Dalam hidup hubungan satu sama lain.
bermasyarakat manusia mempunyai Seiring berjalannya waktu,
kebutuhan hidup yang beraneka kebutuhan manusia semakin beragam
ragam, dimana kebutuhan itu dapat yang menyebabkan hubungan
terpenuhi dengan mengadakan kerja maupun kerja sama yang terjadi juga
sama. Manusia selain sebagai semakin kompleks, khususnya pada
2

hubungan bisnis. Dalam menjalin Indonesia Tahun 1945 mengenai


suatu hubungan maupun kerja sama, sistem pemerintahan negara yang
yang terpenting adalah kata sepakat menyatakan: “Indonesia adalah
diantara kedua belah pihak. negara yang berdasarkan atas hukum.
Kesepakatan tersebut harus saling Negara Indonesia berdasar atas
menguntungkan bagi kedua belah hukum, tidak berdasarkan atas
pihak yang bersepakat. Suatu kekuasaan belaka”, sehingga apabila
kesepakatan akan mengikat kedua timbul suatu permasalahan sebaiknya
belah pihak dalam suatu perjanjian, diselesaikan melalui lembaga
misalnya perjanjian jual beli, sewa peradilan yang ada, tidak dengan
menyewa, dan sebagainya yang jalan main hakim sendiri. Pihak-pihak
melibatkan dua orang atau lebih. yang merasa dirugikan dapat
Awalnya perjanjian yang terjadi mengajukan suatu gugatan untuk
hanya berupa perjanjian lisan yang pembatalan akta notaris tersebut ke
hanya mengutamakan pada azas Pengadilan Negeri yang
kepercayaan satu sama lain. Seiring berkedudukan sebagai lembaga yang
dengan berjalannya waktu perjanjian berwenang.
lisan tidak dapat memenuhi
kebutuhan sebagai alat bukti di Rumusan Masalah
kemudian hari. Para pihak yang
bersepakat dalam suatu perjanjian Berdasarkan latar belakang
menghendaki suatu kepastian hukum. masalah diatas maka dapat ditarik
Suatu kepastian hukum itu dapat perumusan masalahnya yaitu :
diperoleh dari perjanjian tertulis yang Bagaimana syarat terjadinya
dibuat oleh pejabat yang berwenang. pembatalan akta otentik dan akibat
Salah satu pejabat yang berwenang hukum dari pembatalan akta otentik ?
untuk membuat perjanjian tertulis
yang dapat digunakan sebagai alat Batasan Masalah
bukti di kemudian hari adalah
Notaris. Untuk memperjelas serta
Akta notaris yang telah dibuat memberi arah yang tepat dalam
pada awalnya tidak ada masalah, akan pembahasan ini dan berdasarkan
tetapi dalam pelaksanaannya identifikasi masalah di atas, maka
seringkali terjadi permasalahan, penulis membatasi permasalahan
permasalahan itu timbul ketika salah pada pembatalan akta notaris.
satu pihak merasa dirinya dirugikan.
Permasalahan tersebut pada akhirnya Tujuan Penelitian
menimbulkan suatu sengketa, dimana
salah satu pihak menghendaki Tujuan dalam penelitian ini
pembatalan atas akta notaris yang adalah untuk mengetahui syarat dan
telah dibuat sebelumnya. Indonesia kekuatan pembuktian akta notaris dan
adalah negara hukum, sebagaimana akibat hukum dari pembatalan akta
disebutkan dalam Penjelasan notaris.
Undang-undang Dasar Republik
3

Manfaat Penelitian yang berkepentingan mengakui


keterangan dalam akta tersebut
Manfaat penelitian ini adalah dengan membubuhkan tanda tangan
untuk menambah wawasan dan mereka.2
wacana ilmu pengetahuan, khususnya Alasan dari lahir dan
dibidang pembatalan akta notaris. terciptanya akta otentik yaitu:
a. Atas dasar permintaan atau
Tinjauan Pustaka dikehendaki oleh yang
berkepentingan, agar
Pengertian Akta Otentik perbuatan hukum mereka itu
Akta adalah surat yang diberi dinyatakan atau dituangkan
tanda tangan, yang memuat peristiwa- dalam bentuk akta otentik
peristiwa yang menjadi dasar dan atau,
daripada suatu hak atau perikatan, b. Selain karena permintaan
yang dibuat sejak semula dengan atau dikehendaki oleh yang
sengaja untuk pembuktian.1 berkepentingan, juga karena
Akta otentik adalah akta yang Undang-undang menentukan
dibuat oleh atau di hadapan pejabat agar untuk perbuatan hukum
yang berwenang untuk itu, sebagai tertentu, mutlak harus
bukti yang lengkap bagi kedua belah (dengan diancam kebatalan
pihak dan ahli warisnya serta orang jika tidak) dibuat dalam
yang mendapat hak darinya tentang bentuk akta otentik, misalnya
segala hal yang tersebut dalam surat Akta pendirian sebuah
itu dan bahkan tentang apa yang Perseroan Terbatas (Pasal 7
tercantum di dalamnya sebagai UU No. 40 Tahun 2007),
pemberitahuan saja sepanjang Akta kuasa untuk memasang
langsung mengenai pokok dalam akta hipotik (Pasal 1171
tersebut, hal ini diatur dalam Pasal KUHPerdata), Akta kuasa
165 HIR, 285 RBg. untuk mengangkat sumpah
Akta otentik diklasifikasikan bagi salah satu pihak yang
lagi menjadi akta ambtelijk dan akta bersengketa di pengadilan,
partai. Akta ambtelijk yaitu pejabat karena alasan penting hakim
menerangkan apa yang dilihat dan mengijinkan untuk itu (Pasal
dilakukannya sedang akta partai yaitu 1945 KUHPerdata). 3
pejabat menerangkan apa yang dilihat
dan dilakukannya dan pihak-pihak 2 Abdulkadir Muhammad,
Hukum Acara Perdata.
1 Sudikno Mertokusumo, Bandung : PT. Citra Aditya
Hukum Acara Perdata Bakti, 2000, Hlm 120
Indonesia, Yogyakarta :
Liberty, 2002, Hlm 142 3 Wawan Setiawan, “Kedudukan
Akta Notaris Sebagai Alat
4

Pejabat umum yang diberi dalam akta otentik, menjamin


wewenang oleh Undang-undang kepastian tanggal pembuatan akta,
untuk membuat akta otentik selain menyimpan akta, memberikan grosse,
notaris yaitu pegawai catatan sipil, salinan dan kutipan akta, semuanya
panitera pengadilan dan jurusita. itu sepanjang pembuatan akta-akta itu
Pejabat umum yang diberi wewenang tidak juga ditugaskan atau
itu dapat membuat akta yang dikecualikan kepada Pejabat lain atau
keabsahannya dapat dijamin oleh orang lain yang ditetapkan oleh
Undang-undang, misalnya akta Undang-undang.”
pernikahan, akta kelahiran yang Kewenangan Notaris menurut
dikeluarkan oleh pegawai catatan The Model Notary Act yaitu A notary
sipil, surat putusan hakim yang dibuat is empowered to perform the
oleh panitera pengadilan serta surat following notarial acts :
panggilan jurusita yang dibuat oleh a. acknowledgments;
jurusita. b. oaths and affirmation;
Terdapat kewenangan lainnya c. jurats;
yang dimiliki oleh notaris selain d. signature witnessings;
membuat akta otentik yang diatur e. copy certifications;
dalam Undang-undang No. 2 Tahun f. verifications of fact; and
2014 tentang Jabatan Notaris, yaitu g. any other acts so authorized
diatur dalam Pasal 15 ayat 1 dan ayat by the law of this.4
2. Kewenangan merupakan suatu Akta notaris sebagai akta
tindakan hukum yang dimiliki oleh otentik merupakan alat bukti yang
suatu jabatan yang diatur oleh sempurna, sebagaimana dimaksud
perundang-undangan yang berlaku. dalam Pasal 1870 KUHPerdata. Akta
Pasal 15 ayat 1 menyebutkan : otentik memberikan diantara para
Notaris berwenang membuat pihak termasuk para ahli warisnya
akta otentik mengenai semua atau orang yang mendapat hak dari
perbuatan, perjanjian, dan penetapan para pihak itu suatu bukti yang
yang harus dilakukan oleh peraturan sempurna tentang apa yang diperbuat
perundang-undangan dan/ atau yang atau dinyatakan di dalam akta
dikehendaki oleh yang ini. Kekuatan pembuktian
berkepentingan untuk dinyatakan sempurna yang terdapat dalam suatu
akta otentik merupakan perpaduan
Bukti dan Otentik Menurut dari beberapa kekuatan pembuktian
Hukum Positif di
Indonesia”. Media Notariat. 4 The Model Notary Act, Model
No. : 34-35-36-37 Edisi Notary Act. Publish As A
April-Juli-Oktober 1995. Public Service by The
Jakarta : Ikatan Notaris National Notary
Indonesia,1995, Hlm 56 Association, 2010, Hlm 28
5

dan persyaratan yang terdapat pekerjaan yang mandiri


padanya. Ketiadaan salah satu (onafhankelijk-
kekuatan pembuktian ataupun independence) serta tidak
persyaratan tersebut akan memihak (onpartijdigheid-
mengakibatkan suatu akta otentik impartaility) dalam
tidak mempunyai nilai kekuatan menjalankan jabatannya.
pembuktian yang sempurna dan e. Pernyataan dari fakta atau
mengikat sehingga akta akan tindakan yang disebutkan
kehilangan keotentikannya dan tidak oleh Pejabat adalah
lagi menjadi akta otentik. hubungan hukum di dalam
C.A. Kraan mengemukakan bidang hukum privat. 5
bahwa akta otentik mempunyai
beberapa ciri-ciri yaitu sebagai Pengertian Pembatalan Akta
berikut:
Berbicara tentang pembatalan
a. Suatu tulisan, dengan akta maka harus mengetahui syarat
sengaja dibuat semata-mata sahnya suatu perjanjian. Berdasarkan
untuk dijadikan bukti atau Pasal 1320 KUHPerdata ada empat
suatu bukti dari keadaan syarat sahnya perjanjian, yaitu :
sebagaimana disebutkan di
dalam tulisan dibuat dan a. Sepakat mereka yang
dinyatakan oleh Pejabat mengikatkan dirinya
yang berwenang. b. Cakap untuk membuat
b. Suatu tulisan sampai ada suatu perjanjian
bukti sebaliknya, dianggap c. Mengenai suatu hal tertentu
berasal dari Pejabat yang d. Suatu sebab yang halal
berwenang. Dua syarat yang pertama,
c. Ketentuan perundang- dinamakan syarat subyektif, karena
undangan yang harus mengenai orang-orangnya atau
dipenuhi; ketentuan subyeknya yang mengadakan
tersebut mengatur tata cara perjanjian, sedangkan dua syarat yang
pembuatannya (sekurang- terakhir dinamakan syarat-syarat
kurangnya memuat obyektif karena mengenai
ketentuan-ketentuan
mengenai tanggal, tempat 5
dibuatnya akta suatu Habib Adjie, Hukum Notaris
tulisan, nama dan Indonesia Tafsir Tematik
kedudukan/jabatan Pejabat Terhadap UU No. 30
yang membuatnya c.q. data Tahun 2004 tentang
dimana dapat diketahui Jabatan Notaris. Bandung :
mengenai hal-hal tersebut). PT. Refika Aditama, 2009,
d. Seorang Pejabat yang
diangkat oleh negara dan Hlm 127
mempunyai sifat dan
6

perjanjiannya sendiri atau obyek dari 275 m2 dan bangunan yang berdiri
perbuatan hukum yang dilakukan itu. diatasnya dengan persetujuan
Ada implikasi hukum apabila Penggugat II kepada anaknya yang
salah satu syarat tersebut tidak dalam perkara ini berkedudukan
terpenuhi. Dalam hal syarat obyektif sebagai Tergugat (pemberi hibah).
tidak terpemuhi, perjanjian itu batal Tergugat selaku anak yang telah
demi hukum. Artinya semula tidak menerima hibah dari orang tuanya
pernah dilahirkan suatu perjanjian tentunya tidak hanya mempunyai hak
dan tidak pernah ada suatu perikatan. saja atas hibah itu, akan tetapi juga
Dengan demikian, makan tiada dasar mempunyai kewajiban untuk
untuk saling menuntut di depan memelihara orang tuanya selaku
hakim (null and void). Dalam hal pemberi hibah. Dalam perkara ini
syarat subyektif, jika syarat tidak diuraikan bahwa ketika Penggugat I
terpenuhi, perjanjian bukan batal (pemberi hibah) mengalami musibah
demi hukum, tetapi salah satu pihak yang berkaitan dengan hukum dan
mempunyai hak untuk meminta Penggugat II yang jatuh sakit, sikap
supaya perjanian itu dibatalkan. Pihak dari Tergugat (penerima hibah)
yang dapat meminta pembatalan itu dinilai tidak terpuji. Tergugat
adalah pihak yang tidak cakap atau (penerima hibah) meninggalkan dan
pihak yang memberikan sepakatnya menelantarkan kedua orang tuanya
secara tidak bebas. Perjanjian yang serta pergi dari rumah bersama laki-
demikian dinamakan voidable / laki lain padahal status dari Tergugat
vernietigbaar.6 (penerima hibah) telah mempunyai
suami dan seorang anak. Para
Hasil dan Pembahasan Penggugat (pemberi hibah) selaku
orang tuanya merasa sikap Tergugat
Berdasarkan penelitian yang (penerima hibah) sangat tidak terpuji
telah dilakukan, penulis menemukan dan tidak melaksanakan
salah satu kasus perdata tentang kewajibannya sebagai seorang anak
pembatalan akta otentik. Kasus terhadap orang tuanya. Berdasarkan
pembatalan akta itu berupa hal tersebut, maka para Penggugat
pembatalan akta otentik berupa akta (pemberi hibah) menghendaki untuk
hibah berdasarkan perkara perdata membatalkan Akta Hibah yang telah
Nomor 143/Pdt.G/05/PN.Ska. dibuat. Dalam Hukum Perdata
Berdasar perkara No. terdapat teori mengenai kewajiban
143/PDT.G/05/PN.Ska mengenai anak terhadap orang tuanya yang
pembatalan Akta Hibah, perkara ini diatur dalam Pasal 46 Undang-
bermula dari Penggugat I (pemberi Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
hibah) memberikan tanah dengan luas Perkawinan, selanjutnya akan disebut
dengan UUP. Menurut Pasal 46 UUP,
seorang anak wajib menghormati
6Subekti. Hukum Perjanjian, orang tuanya dan mentaati kehendak
Jakarta : PT Intermasa, 2002, Hlm mereka yang baik. Seorang anak yang
20 telah dewasa maka wajib memelihara
7

sesuai kemampuan orang tua dan Suatu akta dapat dibatalkan apabila
keluarga dalam garis lurus ke atas syarat subyektif sudah tidak
apabila mereka memerlukan bantuan. terpenuhi, sedangkan apabila syarat
Berdasar ketentuan Pasal 46 UUP obyektif sudah tidak terpenuhi maka
maka tindakan Tergugat (penerima akta itu batal demi hukum. Dalam
hibah) sudah melanggar ketentuan perkara No. 143/Pdt.G/05/PN.Ska
Pasal 46 UUP dimana ia tidak syarat subyektif sahnya perjanjian
memelihara pemberi hibah selaku sudah tidak terpenuhi, yaitu para
orang tuanya ketika tertimpa Penggugat (pemberi hibah) merasa
musibah. sudah tidak sepakat lagi dengan apa
Alasan pembatalan suatu hibah yang dituangkan dalam Akta Hibah
diatur dalam Pasal 1688 KUHPerdata dan para Penggugat (pemberi hibah)
yang menyatakan bahwa suatu hibah merasa dirinya dirugikan, oleh karena
dapat dibatalkan apabila memenuhi itu para Penggugat (pemberi hibah)
syarat-syarat sebagai berikut: menghendaki pembatalan Akta
a. Karena tidak dipenuhinya Hibah. Pembatalan akta itu sendiri
syarat-syarat dengan mana sebenarnya terdapat dua cara, yaitu
penghibahan telah oleh para pihak itu sendiri dan dengan
dilakukan. Dengan syarat cara mengajukan suatu gugatan
di sini yang dimaksud apabila terbukti terdapat pelanggaran
adalah beban; hukum didalamnya. Dalam perkara
b. Jika si penerima hibah No. 143/PDT.G/05/PN.Ska ini
telah bersalah melakukan terdapat suatu pelanggaran hukum
atau membantu melakukan berupa tindakan Tergugat (penerima
kejahatan yang bertujuan hibah) telah memenuhi ketentuan
mengambil jiwa si Pasal 1688 KUHPerdata dimana
penghibah, atau berupa Tergugat (penerima hibah)
kejahatan lain terhadap si menelantarkan orang tuanya selaku
penghibah yang diancam para Penggugat (pemberi hibah)
undang-undang dengan disaat orang tuanya tertimpa musibah.
hukuman pidana baik yang Berdasar hal tersebut maka para
berupa kejahatan atau Penggugat (pemberi hibah) dalam hal
pelanggaran; ini selaku orang tua Tergugat
c. Jika ia menolak (penerima hibah) menghendaki
memberikan tunjangan pembatalan Akta Hibah No.
nafkah kepada si 136/Laweyan/1997 dengan
penghibah, setelah jatuh mengajukan gugatan di Pengadilan
dalam kemiskinan. Negeri Surakarta.
Akta hibah tersebut merupakan Berdasar putusan hakim yang
suatu perjanjian, dimana semua membatalkan hibah berdasar Akta
perjanjian mengacu pada Pasal 1320 Hibah tersebut membawa akibat
KUHPerdata mengenai syarat sahnya hukum bagi para pihak yang ada
suatu perjanjian yang terdiri dari dalam akta tersebut, yaitu :
syarat subyektif dan syarat obyektif.
8

a. Akibat hukum terdiri dari Alasan pembatalan akta otentik


akibat hukum pada akta yang berupa Akta Hibah dalam
yang batal demi hukum dan perkara No. 143/Pdt.G/05/PN.Ska
akibat hukum pada akta adalah terdapat suatu bukti bahwa
yang dibatalkan. Perkara Tergugat (penerima hibah)
No. 143/PDT.G/05/PN.Ska menelantarkan kedua orang tuanya
merupakan akta hibah yang selaku para Penggugat (pemberi
dibatalkan, sehingga hibah). Tindakan Tergugat (penerima
akibatnya perbuatan hukum hibah) yang tidak melaksanakan
yang dilakukan tidak kewajibannya selaku anak telah
mempunyai akibat hukum relevan dengan ketentuan Pasal 1688
sejak terjadinya KUHPerdata ayat (3), yang
pembatalan dan dimana menyatakan “Suatu penghibahan
pembatalan atau tidak dapat dicabut dan karena itu
pengesahan perbuatan tidak dapat pula dibatalkan, kecuali
hukum tersebut tergantung dalam hal jika Penghibah jatuh
pada pihak tertentu, yang miskin sedang yang diberi hibah
menyebabkan perbuatan menolak untuk memberi nafkah
hukum tersebut dapat kepadanya”. Berdasarkan hal tersebut
dibatalkan. Akta tersebut maka para Penggugat (pemberi hibah)
tetap berlaku dan mengikat menghendaki pembatalan atas Akta
selama belum ada putusan Hibah itu.
pengadilan yang telah Mengacu pada Pasal 1320
memiliki kekuatan hukum KUHPerdata mengenai syarat sahnya
tetap yang membatalkan suatu perjanjian yang terdiri dari
akta tersebut. syarat subyektif dan syarat obyektif.
b. Akibat hukum yang terjadi Suatu akta dapat dibatalkan apabila
setelah dikeluarkannya syarat subyektif sudah tidak
putusan mengenai terpenuhi. Dalam perkara pembatalan
pembatalan Akta Hibah akta hibah ini syarat subyektif sahnya
tersebut maka Akta Hibah perjanjian sudah tidak terpenuhi,
itu sudah tidak mempunyai yaitu para Penggugat (pemberi hibah)
kekuatan hukum dan tidak merasa sudah tidak sepakat lagi
dapat menjadi alat bukti dengan apa yang dituangkan dalam
yang sempurna bagi para Akta Hibah dan para Penggugat
pihak yang membuatnya. (pemberi hibah) merasa dirinya
Hal ini berakibat sesuatu dirugikan, oleh karena itu para
yang telah dihibahkan ke Penggugat (pemberi hibah)
Tergugat (penerima hibah) menghendaki pembatalan Akta
yaitu akan kembali menjadi Hibah.
milik pemberi hibah. Akibat hukum dari pembatalan
akta otentik yang berupa Akta Hibah :
Penutup a. Akibatnya perbuatan
hukum yang dilakukan
9

tidak mempunyai akibat dan Otentik Menurut Hukum


hukum sejak terjadinya Positif di Indonesia”. Media
pembatalan dan dimana Notariat. No. : 34-35-36-37 Edisi
pembatalan atau April-Juli-Oktober 1995. Jakarta
pengesahan perbuatan : Ikatan Notaris Indonesia.
hukum tersebut tergantung
pada pihak tertentu, yang
menyebabkan perbuatan
hukum tersebut dapat
dibatalkan.
b. Akibat hukum yang terjadi
setelah dikeluarkannya
putusan mengenai
pembatalan Akta Hibah
tersebut maka Akta Hibah
itu sudah tidak mempunyai
kekuatan hukum dan tidak
dapat menjadi alat bukti
yang sempurna bagi para
pihak yang membuat akta
otentik tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad. 2000.
Hukum Acara Perdata. Bandung
: PT. Citra Aditya Bakti.
Habib Adjie. 2009. Hukum Notaris
Indonesia Tafsir Tematik
Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris. Bandung
: PT. Refika Aditama.
Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
Subekti. 2002. Hukum Perjanjian.
Jakarta : PT Intermasa.
Sudikno Mertokusumo. 2002. Hukum
Acara Perdata Indonesia.
Yogyakarta : Liberty.
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
UU Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Jabatan Notaris
Wawan Setiawan. 1995. “Kedudukan
Akta Notaris Sebagai Alat Bukti

You might also like