Strategi Kerjasama Pengembangan Institusi Halal: Implementasi Pada Halal Center

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 590-598

Strategi Kerjasama Pengembangan Institusi Halal: Implementasi pada


Halal Center
Poppy Arsil1), Rumpoko Wicaksono2) Hety Handayani Hidayat3), Dian Novitasari4)
1,2,3,4
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto,
Jawa Tengah
*Email korespondensi: [email protected]

Abstract
The halal industry has the potential to grow, supported by a gradual implementation of a mandatory halal
regulation according to Law No 33 the year 2014 regarding Halal Product Guarantee. To support this program,
Halal Product Guarantee Agency (BPJPH) has encouraged universities to establish Halal Centers since 2019.
The goal of this study is to investigate the Halal Center's collaboration strategy with other agencies supporting
halal mandatory programs using the Analytical Hierarchy Process approach. This research interviewed 40 food
and beverage business owners and experts in 2021. Data analysis is divided into three stages: decomposition,
pairwise comparisons, and priority synthesis. The hierarchical structure is comprised of four levels, namely the
variables affecting collaboration, the actors involved, the goals, and the cooperation strategy. The results show
that capital (0.617) and institutional policy (0.30) affect the growth of Halal Center cooperation. While BPJPH
(0.33), the government (0.31), and private institutions (0.12) all contribute to the development of the halal center
collaboration. The purpose of developing the halal center collaboration is to help accelerate MSME to obtain
halal certification (0.67). While the Cooperation strategy suggests the use of government assistance funds (0.46),
as well as collaboration with private institutions (0.34).

Keywords : Analytical Hierarchy Process, BPJPH, halal center, sertifikasi halal, UMKM

Saran sitasi: Arsil, P., Wicaksono, R., Hidayat, H. H., & Novitasari, D. (2022). Strategi Kerjasama
Pengembangan Institusi Halal: Implementasi pada Halal Center. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 590-598.
doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i1.3794

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i1.3794

1. PENDAHULUAN Indonesia, 2021). Sejalan dengan kebijakan ini,


Industri halal merupakan salah satu penunjang pemerintah telah mengeluarkan UU No. 33 tahun
sektor ekonomi yang sedang berkembang pesat. 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH). UU ini
Berdasarkan data dari (Dinnar Standard, 2021), mengatur bahwa “Produk yang masuk, beredar, dan
muslim di dunia menghabiskan US $ 2,2 triliun pada diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib
tahun 2018 pada sektor halal termasuk pangan, bersertifikat halal” (pasal 4) dan mulai berlaku secara
farmasi, finansial dan gaya hidup yang berbasiskan bertahap sejak 17 Oktober 2019. Penerapan wajib
ekonomi Islam. Ekonomi Islam merujuk kepada halal dimulai dari produk makanan dan minuman,
sektor dimana inti bisnis produk dan jasa berbasis diikuti oleh produk obat-obatan, kosmetik dan
hukum dan etika Islam. Indonesia sendiri menempati lainnya. Data menunjukkan bahwa Usaha Mikro,
peringkat kelima ekonomi halal dunia di berbagai Kecil dan Menegah (UMKM) di bidang makanan dan
sektor pada tahun 2019, naik 5 peringkat dari tahun minuman yang telah memiliki sertifikat halal pada
sebelumnya yang berada pada peringkat 10 (Dinnar tahun 2019 adalah sebanyak 69.577 unit atau setara
Standard, 2020). “Halal Ekonomi Masterplan” dengan 0,11 persen dari sekitar 65 juta UMKM yang
merupakan strategi nasional untuk meningkatkan terdaftar di Kementrian Koperasi dan UKM pada
ekonomi Islam dengan tujuan menjadikan Indonesia tahun 2019. Jumlah ini tentu sangat rendah. Selain itu,
sebagai produsen utama industri halal global pada perpindahan kepengurusan sertifikasi halal dari
tahun 2024 (Kementrian Koperasi Republik LPPOM MUI ke Badan Penyelenggara Jaminan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 591
Produk Halal (BPJPH) ikut menjadi faktor menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy
penghambat proses sertifikasi halal karena perlunya Process (AHP).
regulasi baru dan persiapan sistem yang AHP merupakan suatu model pengambilan
membutuhkan waktu (Malau & Svinarky, 2020). keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty
Untuk mendorong percepatan wajib halal produk pada suatu permasalahan yang kompleks.
yang beredar di Indonesia, maka pemerintah -dalam Permasalahan tersebut diuraikan menjadi beberapa
hal ini BPJPH- mendorong universitas atau lembaga struktur multi-faktor atau kriteria dalam satu hirarki.
pendidikan berbasis agama mendirikan dan Level pertama merupakan tujuan dan diikuti oleh sub-
mengembangkan halal center. Halal center merupakan kriteria seperti faktor, aktor yang berperan hingga
institusi yang terdiri dari penyelia halal dan memiliki alternatif strategi sehingga permasalahan yang
kemampuan untuk melakukan riset maupun kompleks menjadi lebih terstruktur dan sistematis
pendampingan, pembinaan, dan pengawasan Jaminan (Saaty, 1993). Prinsip dari AHP adalah
Produk Halal (JPH) (Sukoso, 2020). Sesuai dengan mengkuantifikasikan kepentingan relatif dari
pasal 28 ayat 1 UU JPH maka Penyelia Halal bertugas: beberapa set prioritas. Preferensi ditentukan oleh
a. mengawasi Proses Produksi Halal (PPH) di perbandingan berpasangan dengan skala rasio
perusahaan, b. menentukan tindakan perbaikan dan tertentu. AHP juga sudah banyak digunakan seperti
pencegahan, c. mengoordinasikan PPH, dan d. dalam perancangan aplikasi tracking kuliner halal
mendampingi Auditor Halal LPH pada saat (Sucipto et al., 2018), prioritas resiko dalam rantai
pemeriksaan. Keberadaan Halal Center memiliki pangan halal (Khan, Khan, Haleem, et al., 2019) dan
peran penting bagi UMKM dalam implementasi PPH evaluasi hambatan dalam mengadopsi sertifikasi halal
dan proses sertifikasi halal sekaligus membantu UMKM (Khan, Khan, & Haleem, 2019). Menurut
pemerintah dalam mensukseskan program wajib halal Lubis et al., (2019) menyatakan bahwa strategi
yang sudah ditetapkan melalui UU JPH. Keberadaan pengembangan oraganisiasi bisnis berbasis pertanian
Halal Center mulai bermunculan pada akhir tahun melibatkan faktor internal dan eksternal dimana
2019 sejalan dengan peralihan pengurusan sertifikasi melibatkan seluruh subsistem industri yakni
halal dari LPPOM MUI ke BPJPH. Sebagai salah satu pemasaran, pengolahan, produksi, kelembagaan
institusi halal yang baru, maka Halal Center perlu hingga penyediaan sarana dan prasarana produksi.
mengembangkan organisasinya melalui strategi
kerjasama untuk meningkatkan performansi 2. METODE PENELITIAN
organisasi. Hal ini sejalan dengan Dekiawan & 2.1. Pengumpulan data
Subagyo (2018) yang mengatakan kerjasama Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banyumas
merupakan alternatif strategi suatu oraganisasi untuk pada tahun 2021. Terdapat sekitar 66 ribu UMKM di
berkembang termasuk pengembangan institusi Kabupaten Banyumas yang sebagian besar bergerak
pendidikan. Kerjasama ini dapat diinisiasi di dibidang makanan dan minuman. Sebanyak empat
lingkungan sejenis (akademik) maupun antar lembaga puluh pengambil keputusan UMKM makanan dan
non akademik lainnya. Halal Center memiliki minuman, juru sembelih halal dan perwakilan instansi
kapasitas yang terbatas secara finansial untuk inovasi pemerintah terkait dengan kebijakan wajib halal
dan pengembangan sehingga kerjasama dengan seperti Dinas Perindustrian, Dinas Koperasi dan
instusi lain dapat membantu akses kapital, investasi UMK, Kementrian Agama Kabupaten Banyumas
dan peningkatan kredibilitas. Sejauh ini penelitian ditanya mengenai faktor, aktor dan strategi yang tepat
mengenai Halal Center masih sangat jarang dijumpai dalam pengembangan Halal Center dengan metode
karena organisasi ini baru berkembang pada akhir Analytical Hierarchy Proces. Jumlah responden sudah
tahun 2019. Penelitian halal di Indonesia lebih memenuhi persyaratan dengan menggunakan AHP
berfokus kepada potensi pariwisata halal (Jaelani, dengan minimal responden 4 (Sucipto et al., 2018;
2017), perilaku konsumer terkait produk halal (Arsil Maryati et al., 2016). Responden dipilih secara
et al., 2018) dan faktor penghambat dan pendorong purposive yang merupakan pemilik atau pengambil
dalam adopsi sertifikasi halal (Prabowo et al., 2015). keputusan dalam UMKM dan atau memiliki
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah pengetahuan mengenai regulasi kewajiban halal.
mengembangkan strategi kerjasama instusi halal Pertanyaan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
dalam implementasinya pada halal center dengan terkait sosiodemografi responden, pengetahuan dan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 592
persepsi responden mengenai kewajiban halal di perbaikan. Hirarki dibagi menjadi 4 tingkatan
Indonesia. Pada bagian kedua responden ditanya terdiri dari tujuan yaitu strategi pengembangan
mengenai penilaian berpasangan dua elemen pada kerjasama Halal Center, faktor yang
matrik AHP terkait pengembangan strategi kerjasama mempengaruhi strategi kerjasama Halal Center,
Halal Center. Masing-masing responden mendapatkan aktor yang berperan, tujuan kerjasama dan
souvenir sebagai penghargaan terhadap waktu yang alternatif strategi (Gambar 1). Pada kriteria faktor
telah disediakan. yang mempengaruhi kerjasama terdiri dari tiga
2.2. Data analisis elemen yaitu: modal, kebijakan instansi dan pasar
Tahapan analisis AHP dan kepercayaan konsumer. Sedangkan aktor
a. Dekomposisi yaitu mengkonstruksi hirarki yang yang berperan dalam strategi kerjasama Halal
terdiri dari beberapa level atau tingkatan, dimana Center diantaranya BPJPH, pemerintah,
level pertama menunjukkan tujuan dari penelitian. perusahaan swasta, Halal Center, UMKM,
Hirarki yang terdiri dari beberapa kriteria dan sub- konsumer dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
kriteria disusun berdasarkan hasil kajian pustaka Adapun tujuan dari strategi kerjasama terdiri dari
(contoh Sucipto et al., 2018; Silalahi et al., 2021) 3 yaitu: 1) memperkuat Halal Center, 2)
dan Focus Grup Discussion (FGD) yang mempercepat sertifikasi halal UMKM dan 3)
melibatkan 10 peserta terdiri dari UMKM, dosen memperkuat kinerja antar lembaga. Alternatif
dan pemerhati halal. Hasil FGD kemudian disusun strategi dikembangkan menjadi 3 yaitu: 1)
ke dalam satu hirarki dan selanjutnya kerjasama dalam pemanfaatan dana pendamping
dikonsultasikan kepada pakar halal -dalam hal ini pemerintah 2) kerjasama dengan swasta, dan 3)
dosen peneliti halal di kampus Universitas kerjasama dengan LSP.
Jenderal Soedirman- untuk mendapatkan saran
Faktor Modal Kebijakan instansi/Lembaga Pasar dan kepercayaan
konsumer

Aktor BPJPH Pemerintah Perush. Swasta Halal center UMKM Konsumen LSP

Tujuan Memperkuat Halal Mempercepat sertifikasi Memperkuat kinerja


Center halal UMKM antar lembaga

Strategi Kerjasana dengan swasta Kerjasama dalam pemanfaatan Kerjasama


dana pendampingan pemerintah dengan LSP
Gambar 1. Hirarki pengembangan kerja sama Halal Center.

b. Melakukan perbandingan berpasangan diantara dua elemen baik pada setiap level hirarki dan diantara level
dari keseluruhan hirarki dengan menggunakan nilai yang berkisar antara 1-9 (Tabel 1) (Saaty, 1993).
Tabel 1. Skala penilaian matrik berpasangan
Tingkat kepentingan Deskripsi
1 Sama pentingnya dibandingkan dengan yang lain
3 Lebih penting dibandingkan dengan yang lain
5 Cukup penting dibandingkan yang lain
7 Sangat penting dibandingkan yang lain
9 Ekstrim pentingnya dibandingkan yang lain
2,4,6,8 Nilai diantara dua elemen yang berdekatan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 593
c. Sintesis prioritas untuk menentukan bobot Tabel 2. Nilai RI pada berbagai ukuran matrik
prioritas masing-masing elemen. Nilai eigen n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59
untuk setiap level dihitung dan dikalikan dengan
matriks di atas untuk menghasilkan skala prioritas
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
alternatif perencanaan strategis (Saaty, 1993).
1 𝑎12 3.1. Hasil penelitian
𝑎1𝑛
1
1 ⋯ 3.1.1. Sosio demografi responden
𝑎2𝑛
A = [aij] = 𝑎12 (1) Responden terdiri dari 30 pemilik UMKM dan 10
⋮ ⋮ … ⋮
1 1 pakar yang terdiri dari Dinas Tenaga Kerja, Koperasi
[𝑎1𝑛 𝑎2𝑛 ⋯ 1 ]
dan UMKM, Kementrian Agama, pengelola pasar,
pengelola Rumah Potong Hewan, Dinas Perindustrian
Jika A merupakan matriks yang konsisten, maka dan Perdagangan, LSP dan berbagai bank yang
penilaian komparatif diwakili oleh aij. Jika aij bergerak di ekonomi Islam di wilayah keresidenan
adalah 1, maka aji adalah 1/aij (reciprocal) Banyumas. Secara umum responden berjenis kelamin
dimana, i, j mewakili 1, 2, …, n. Bobot Wi dan aij laki-laki, berpendidikan sarjana, beragama Islam dan
dihitung dengan menggunakan rumus berusia dibawah 40 tahun. Data ini sejalan dengan data
wi
aij = , i, j = 1,2,...,n (2) BPS (2021) yang menunjukkan bahwa Tingkat
wj
Dimana n menunjukkan jumlah kriteria yang Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki di
dibandingkan, wi menunjukkan bobot yang Banyumas lebih besar daripada perempuan yaitu
ditetapkan untuk kriteria-i, dan aij menunjukkan sebesar 81,78%.
rasio bobot yang ditetapkan untuk kriteria i dan j, Merujuk kepada UU Nomor 20 Tahun 2008
masing-masing. Nilai eigen dan vektor eigen tentang Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
untuk setiap matriks yang konsisten kemudian salah satu parameter yang digunakan untuk
dihitung dengan menghitung nilai eigen terbesar mengkategorikan usaha mikro dan kecil adalah jumlah
(Saaty, 1993). pendapatan. Usaha mikro memiliki pendapatan rata-
𝑛 rata usaha/omzet paling banyak Rp. 300 juta per tahun
λmax = ∑ 𝑎𝑖𝑗(𝑊𝑗
𝑊𝑖
) (3) atau sekitar Rp. 25 juta perbulan. Sebanyak 66,7
𝑗=1
Namun, konsistensi dalam menentukan persen UMKM dikategorikan sebagai usaha mikro
kepentingan relatif harus diperiksa, karena proses (Tabel 3). Hanya 10 persen UMKM yang memiliki
pengambilan keputusan bersifat subjektif dan sertifikasi halal. Beberapa kendala UMKM dalam
berulang, yang dapat membuat responden bosan mendapatkan sertifikasi halal diantaranya 1)
dan mengakibatkan inkonsistensi dalam kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai
menetapkan nilai pada kepentingan relatif. Indeks kewajiban sertifikasi halal, 2) biaya yang dikeluarkan
Konsistensi (Consistency Index, CI) menunjukkan dalam pengurusan sertifikasi halal cukup besar, 3)
penilaian konsistensi. Indeks Acak (Random kurangnya SDM yang memiliki kemampuan
Index, RI) menunjukkan indeks konsistensi acak mengenai sistem jaminan halal yang cukup kompleks.
dengan berbagai ukuran matriks prioritas seperti Tabel 3. Sosiodemografi Responden
yang ditentukan pada Tabel 2. Nilai λmax Jumlah (n=40)
Kategori
menunjukkan nilai eigen maksimum yang Frekuensi Presentase
diperoleh dari matriks yang konsisten sedangkan Karakteristik Responden
n menunjukkan ukuran matriks perbandingan. Jenis Perempuan 9 22,5
λmax−n kelamin Laki-laki 31 77,5
𝐶𝐼 = n−1
(4)
Usia (tahun) < 30 14 35
Keputusan konsistensi dinilai dari rasio < 40 22 55
konsistensi (Consistency ratio, CR) yang dihitung ≥40 4 10
dari CI dibagi RI. Nilai CR harus kurang atau Agama Islam 38 95
sama dengan 0,1, menunjukkan konsistensi dan Sarjana 23 58
akuntabilitas penilaian matrik berpasangan oleh Pendidikan SMA 16 40
responden (Saaty, 1993). terakhir SMP 1 2
𝐶𝐼
𝐶𝑅 = 𝑅𝐼 (5) Menikah 35 87,5

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 594
Jumlah (n=40)
Kategori kepercayaan konsumer
Frekuensi Presentase
dan pasar 0,083
Status Belum
pernikahan Menikah 5 12,5 Kebijakan instansi 0,3
Pekerjaan Pengusaha
(UMKM) 30 75 Modal 0,617
Pakar 0 0,2 0,4 0,6 0,8
(perwakila
n Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi
pemerintah pengembangan kerja sama Halal Center
, bank dan
LSP) 10 25 Aktor yang berperan dalam strategi kerjasama
Pengetahua Tidak tahu 27 67,5 halal center
n tentang
LSP 0,05
UU No 33
Konsumer 0,05
tahun 2014 Sudah tahu 13 32,5
UMKM 0,06
Karakteristik UMKM (n=30)
Halal Center 0,08
Usaha
Perusahaan swasta 0,12
didirikan < 2010 5 16,7
< 2020 23 76,7 Pemerintah 0,31
≥2020 2 6,7 BPJPH 0,33
Apakah 0 0,1 0,2 0,3 0,4
sudah
Gambar 2. Aktor yang berperan dalam strategi
memiliki
kerja sama Halal Center
sertifikasi
halal? Sudah 3 10
Tiga aktor pnting yang berperan dalam strategi
Jumlah
kerja sama Halal Center dengan instansi lain adalah
karyawan
BPJPH (bobot 0,33), pemerintah (bobot 0,31),
(orang) 1-5 20 66,7
perusahaan swasta (bobot 0,12).
6-10 8 26,7
>10 2 6,7
Tujuan strategi kerjasama Halal Center
Luas
Tujuan kerjasama Halal Center yang paling
pemasaran Nasional 1 3,3
utama menurut responden adalah membantu UMKM
Regional 29 96,7
dalam akselerasi sertifikasi halal dengan (bobot 0.67),
Pendapatan
jauh lebih penting dibandingkan dengan memperkuat
rata-rata
kinerja antar lembaga (bobot 0,21) dan memperkuat
usaha (juta
fungsi halal center (bobot 0,11) (Gambar 3).
rupiah) <25 24 80
25-50 6 20
Memperkuat Fungsi
0,11
Halal Center
3.1.2. Strategi Kerjasama Halal Center
Faktor yang mempengaruhi pengembangan Memperkuat kinerja
kerjasama halal center 0,21
antar lembaga
Hasil analisis rasio konsistensi (CR) dari semua
Membantu UMKM
matrik menunjukkan nilai yang konsisten (< 0,1) dan dalam akselerasi 0,67
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Saaty sertifiaksi halal
(1993). Analisa preferensi responden terhadap faktor
0 0,2 0,4 0,6 0,8
yang berperan dalam pengembangan kerjasama Halal
Center dalam mempercepat proses sertifikasi halal Gambar 3. Tujuan pengembangan kerja sama Halal
dapat dilihat pada Gambar 2. Center.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 595
Alternatif strategi kerjasama Halal Center menjembatani UMKM mendapatkan sertifikasi halal
Hasil survei menunjukkan halal center dapat dengan biaya yang seminimal mungkin.
mengembangkan Kerjasama dengan memanfaatkan Kebijakan instansi merupakan faktor kedua
dana pendampingan pemerintah untuk akselerasi halal terpenting dalam strategi kerja sama Halal Center
(bobot 0,46), lebih penting dari kerjasama dengan dengan institusi lain. Kebijakan instansi terkait
perusahaan swasta (bobot 0,34) dan Kerjasama dengan kebijakan Halal Center itu sendiri maupun
dengan LSP (0,2) (Gambar 4). kebijakan lembaga lain di luar Halal Center dalam hal
percepatan wajib halal. Sebagai contoh, pasal 140 UU
Sertifikasi profesi yang Nomor 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
berkaitan dengan 0,2
kehalalan produk
Jaminan Produk Halal mengatakan bahwa
“Penahapan kewajiban bersertifikat halal bagi produk
Kerjasama dengan makanan, minuman, hasil sembelihan, dan jasa
0,34
institusi swasta
penyembelihan dimulai dari tanggal 17 Oktober 20l9
Pemanfaatan dana sampai dengan tanggal 17 Oktober 2024”. Kebijakan
pendampingan dari 0,46
ini kurang disosialisasikan dan diedukasi ke UMKM
pemerintah
terkait. Bahkan hasil survei responden mengenai
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 pengetahuan terhadap UU No 33 tahun 2014, yang
Gambar 4. Strategi pengembangan kerjasama Halal sudah enam tahun dikumandangkan masih belum
Center dengan instansi/lembaga otoritas terkait dipahami dengan baik oleh responden (67,5 persen
reponden menjawab belum tahu, Tabel 1). Sosialisasi
3.2. Pembahasan dan edukasi mengenai kebijakan pemerintah dan
Faktor utama yang berpengaruh pada instansi merupakan salah satu faktor kurang efektifnya
pengembangan kerja sama halal center adalah modal penerapan UU JPH (Nukeriana, 2018). Revisi UU
(0,617). Hal ini sejalan dengan penelitian Kamila JPH dalam UU Cipta Kerja (pasal 4A) terkait aturan
(2020) bahwa biaya yang dikeluarkan UMKM untuk self-declare juga belum dipahami dengan baik oleh
pengurusan sertifikasi halal merupakan kendala utama UMKM baik prosedur, persyaratan dan biaya yang
dalam penerapan wajib halal. Pengurusan sertifikasi harus dikeluarkan (komunikasi pribadi). Kebijakan
dianggap berbiaya tinggi, dimulai dari persiapan instansi berperan penting dalam hal memberikan
dokumen, implementasi SJH, perlunya tambahan kepastikan hukum kepada UMKM dalam percepatan
tenaga kerja sebagai penyelia halal, pembayaran sertifikasi halal. Implementasi strategi kerjasama halal
pelatihan eksternal yang merupakan persyaratan jika center dengan institusi lain dapat berkaitan dengan
ingin menggunakan LPH LPPOM MUI, dan biaya sosialisasi dan edukasi kebijakan, prosedur dan
audit eksternal. Berdasarkan komunikasi personal pengetahuan mengenai standar sistem jaminan halal
dengan beberapa UMKM biaya yang dikeluarkan yang sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh
berkisar diantara 2-3 juta rupiah. Hal senada juga BPJPH. Kepercayaan konsumen dan pasar tidak
diungkapkan Suhodo (2015) bahwa sebagian pelaku berpengaruh penting dalam strategi kerjsama ini
UMKM belum sepakat tentang pentingnya sertifikasi karena konsumer bukanlah sasaran utama dalam
halal. Hal ini disebabkan pertimbangan mengenai kewajiban sertifikasi halal.
kesiapan SDM yang memiliki pengetahuan mengenai Tiga aktor yang berperan dalam strategi kerjsama
Sistem Jaminan Halal (SJH), dan prioritas biaya Halal Center adalah BPJPH, pemerintah dan instansi
produksi dan pemasaran yang masih terbatas. Bagi swasta. Sesuai UU No 33 tahun 2014 tentang Jaminan
usaha mikro, biaya sertifikasi halal cukup besar, Produk Halal, BPJPH merupakan lembaga pemerintah
sehingga program kerjasama Halal Center diharapkan di bawah Kementrian Agama yang khusus dibentuk
lebih fokus untuk membantu UMKM dalam untuk menerbitkan sertifikasi halal dan melakukan
pengurusan sertifikasi halal khususnya meringankan pegawasan terhadap jaminan produk halal. BPJPH
beban biaya usaha mikro. Kerjasama halal center dibentuk pada tahun 2017 (Sukoso, 2020).
dengan institusi lain dapat melalui pemanfaatan dana- Sebelumnya, pengurusan sertifikasi halal dikeluarkan
dana pendampingan pemerintah dan swasta (dana oleh LPPOM MUI. Selain BPJPH, pemerintah
CSR). Harapannya dengan terjalinnya kerja sama merupakan aktor penting dalam pengembangan kerja
Halal Center dengan berbagai instansi dapat sama Halal Center. Pemerintah memiliki komitmen

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 596
untuk percepatan sertifikasi halal bagi UMKM. Usaha fungsi Halal Center adalah membantu memperkuat
percepatan ini difasilitasi melalui penandatangan nota BPJPH dalam penerapan kewajiban halal di Indonesia
kerja sama antara 10 pimpinan Kementerian dan sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Lembaga (K/L) Negara di Kementerian Agama, Jaminan Produk Halal (Sukoso, 2020).
Jakarta. Kementrian atau lembaga terkait diantaranya Seperti yang telah disampaikan diatas bahwa
1) Kementerian Agama, 2) Kementerian Koperasi dan pemerintah memiliki komitmen terhadap akselerasi
Usaha Kecil dan Menengah, 3) Kementerian sertifikat halal UMKM dengan membuat nota
Perdagangan, 4) Kementerian Perindustrian, 5) kesepahaman diantara 10 kementrian/Lembaga.
Kementerian Dalam Negeri, 6) Kementerian Pemanfaatan dana pendampingan dari pemerintah
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 7) Badan Pariwisata merupakan strategi terpenting dilakukan dalam
dan Ekonomi Kreatif, 8) Kementerian Badan Usaha pengembangan kerja sama Halal Center. Pemerintah
Milik Negara, 9) Badan Amil Zakat Nasional, Badan telah berkomitmen membebaskan biaya sertifikasi
Wakaf Indonesia, dan 10) Komite Nasional Ekonomi halal bagi pelaku usaha mikro sesuai dengan Peraturan
Dan Keuangan Syariah (KNEKS). Pemerintah juga Menteri Keuangan nomor 57 tahun 2021. Strategi
berencana memberikan sertifikasi gratis bagi UMKM pemanfaatan dana pendampingan pemerintah
dengan omzet dibawah 1 Milyar (Sekertariat Kabinet dianggap lebih efektif dibandingkan dengan strategi
Republik Indonesia, 2020). bekerja sama dengan instansi swasta (bobot 0,34) dan
Perusahan swasta merupaka aktor ketiga bekerjasama dengan sertifikasi profesi terkait
terpenting dalam pengembangan kerjasama Halal kehalalan produk. Skema pembiayan UMKM untuk
Center. Hal ini sejalan dengan pernyataan Plt. Kepala akselerasi sertifikasi halal juga sudah diluncurkan oleh
BPJPH, Mastuki bahwa perkuatan industri halal di berbagai bank perintah seperti Bank Jateng dan Bank
Indonesia perlu adanya kerjasama dari segala pihak Syariah Indonesia (BSI) serta bank swasta seperti
baik pemerintah, instansi swasta, perguruan tinggi, Bank Niaga (Nugu, 2019).
organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan
masyarakat secara umum. Beliau menyadarai bahwa 4. KESIMPULAN
BPJPH tidak bisa berdiri sendiri dalam Faktor yang mempengaruhi kerjasama Halal
menyelenggarakan jaminan produk halal. Sementara Center dengan institusi lain adalah modal dan
itu, Direktur Industri Produk Halal KNEKS, Afdhal kebijakan instansi. Strategi kerjasama utama adalah
mendorong adanya sertifikasi halal gratis bagi pemanfaatan dana pendampingan pemerintah. Halal
UMKM dengan omzet dibawah 1 Milyar. Skema center dapat menjalin kerjasama dengan berbagai
sertifikasi halal gratis dapat melibatkan berbagai pihak kementrian atau lembaga dalam hal perannya sebagai
seperti pemerintah, BUMN, instansi swasta, pendamping, pembina UMKM dalam implementasi
perguruan tinggi, halal center dan lembaga wakaf Sistem Jaminan Halal seperti dengan Kementerian
untuk ikut bekerja mensukseskan wajib sertifikasi Agama, Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, & UMKM,
halal (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2021). Bank Indonesia, Bank Jateng, Dinas Perindustrian dan
Kerja sama dapat berupa bantuan pendanaan dan Perdagangan, dan Bank Syariah Indonesia.
kegiatan sosialisasi kepada UMKM. Pengembangan kerja sama yang dimaksud dapat
Hasil survey menunjukkan Halal Center belum dalam bentuk kerja sama memfasilitasi sertifikasi
berperan sebagai aktor yang dominan dalam halal bagi UMKM, edukasi dan pembekalan mengenai
kewajiban sertifikasi halal. Hal ini wajar, karena sertifikasi halal. Selain itu, Halal Center juga dapat
keberadaan Halal Center baru di dorong setelah tahun menjalin kerja sama dengan perusahaan swasta yang
2019 sehingga belum banyak berkiprah dalam mendukung penerapan kewajiban halal di Indonesia.
masyarakat. Halal Center dapat memperkuat Penelitian ini hanya melibatkan UMKM makanan dan
kerjasama dengan BPJPH, pemerintah dan instansi minuman di kabupaten Banyumas dan beberapa pakar
swasta dalam berbagai skema kerjasama dalam rangka dari pemerintah dan perguruan tinggi. Pengkajian
mendorong percepatan sertifikasi halal. Halal Center lebih lanjut dapat melibatkan UMKM sektor obat dan
yang mempunyai penyelia halal dapat berperan kosmetik diluar Kabupaten Banyumas.
sebagai pendamping UMKM dalam penerapan Sitem
Jaminan Halal (SJH). Hal ini senada dengan
pernyataan ketua BPJPH, Sukoso, bahwa salah satu

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 597
5. UCAPAN TERIMA KASIH Khan, S., Khan, M. I., & Haleem, A. (2019).
Ucapkan terimakasih ke Rahajeng Aina atas Evaluation of barriers in the adoption of halal
bantuan pengambilan data di lapangan. Penelitian ini certification: a fuzzy DEMATEL approach.
Journal of Modelling in Management, 14(1),
didanai oleh dana BLU Universitas Jenderal
153–174. https://doi.org/10.1108/JM2-03-2018-
Soedirman skema Riset Dasar Unggulan (Perjanjian 0031
Kontrak Nomor T/705/UN23.18/PT.01.03/2021). Khan, S., Khan, M. I., Haleem, A., & Jami, A. R.
(2019). Prioritising the risks in Halal food supply
chain: an MCDM approach. Journal of Islamic
6. REFERENSI
Marketing, ahead-of-p(ahead-of-print).
Arsil, P., Tey, Y. S., Brindal, M., Phua, C. U., & https://doi.org/10.1108/JIMA-10-2018-0206
Liana, D. (2018). Personal values underlying Lubis, F. A., Harisudin, M., & Fajarningsih, R. U.
halal food consumption: evidence from Indonesia (2019). Strategi Pengembangan Agribisnis Cabai
and Malaysia. British Food Journal, 120(11), Merah di Kabupaten Sleman dengan Metode
2524–2538. https://doi.org/10.1108/BFJ-09- Analytical Hierarchy Process. AGRARIS:
2017-0519 Journal of Agribusiness and Rural Development
BPS Kabupaten Banyumas. (2021). Jumlah Penduduk Research, 5(2).
Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis https://doi.org/10.18196/agr.5281
Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis M Nugu. (2019). CIMB Niaga-BPJPH Bersinergi
Kelamin di Kabupaten Banyumas, 2020. In BPS Dorong Industri Halal. Republika.
Kab. Banyumas. https://www.republika.co.id/berita/pzchks383/ci
Dekiawan, H., & Subagyo, H. (2018). Simulasi Model mb-niagabpjph-bersinergi-dorong-industri-halal
Swot-Ahp Dalam Penentuan Pilihan Alternatif Malau, P., & Svinarky, I. (2020). Analisis Perspektif
Strategi Pengembangan Perguruan Tinggi Vokasi Hukum Pengurusan Sertifikasi Halal Dalam
D3. Erudio Journal of Educational Innovation, Upaya Perlindungan Konsumen. JUSTITIA:
5(1), 19–34. https://doi.org/10.18551/erudio.5- Jurnal Ilmu Hukum Dan Humaniora, 7(3), 547–
1.3 559.
Dinnar Standard. (2020). State of the global islamic Maryati, T., Syarief, R., & Hasbullah, R. (2016).
economy report: Driving the islamic economy Analisis Faktor Kendala dalam
revolution 4.0. In Dubai International Financial PengajuanSertifikat Halal. (Studi Kasus: Pelaku
Centre. https://cdn.salaamgateway.com/special- Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Makanan
coverage/sgie19-20/full-report.pdf Beku diJabodetabek). Jurnal Ilmu Produksi Dan
Dinnar Standard. (2021). State of the global islamic Teknologi Hasil Peternakan, 4(3), 364–371.
economy report: Driving the uncertainty. https://doi.org/10.29244/jipthp.4.3.364-371
Jaelani, A. (2017). Halal Tourism Industry in Nukeriana, D. (2018). Implementasi Sertifikasi Halal
Indonesia: Potential and Prospect. International pada Produk Pangan di Kota Bengkulu. Qiyas
Review of Management and Marketing, 7(3), 25– Jurnal Hukum Islam Dan Peradilan, 3(2), 154–
34. 166.
Kamila, N. (2020). Respon Pedagang Bakso terhadap Prabowo, S., Abd Rahman, A., Ab Rahman, S., &
Kewajiban Sertifikasi Halal di Kabupaten Samah, A. A. (2015). Revealing factors hindering
Bureuen, Aceh. Universitas Islam Indonesia, halal certification in East Kalimantan Indonesia.
Yogyakarta. Journal of Islamic Marketing, 6(2), 268–291.
Kementrian Agama Republik Indonesia. (2021). Ini https://doi.org/10.1108/JIMA-05-2014-0040
Enam Upaya Kemenag Dorong Halal Indonesia Saaty, T. L. (1993). Pengambilan keputusan bagi para
untuk Masyarakat Dunia. pemimpin. PT. Pustaka Binaman Pressindo,
https://kemenag.go.id/read/ini-enam-upaya- Jakarta.
kemenag-dorong-halal-indonesia-untuk- Sekertariat Kabinet Republik Indonesia. (2020).
masyarakat-dunia-8npw4 Pemerintah Percepat Fasilitasi Sertifikasi Halal
Kementrian Koperasi Republik Indonesia. (2021). Usaha Mikro dan Kecil.
https://setkab.go.id/pemerintah-percepat-
Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil
fasilitasi-sertifikasi-halal-usaha-mikro-dan-
Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 5
kecil/
Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Silalahi, S. A. F., Fachrurazi, F., & Fahham, A. M.
Mentri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(2021). Factors affecting intention to adopt halal
Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis
practices: case study of Indonesian small and
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan medium enterprises. Journal of Islamic
Menengah Tahun 2020u20132024. In Marketing, ahead-of-p(ahead-of-print).
Kementrian Koperasi RI (Nomor 5 Tahun 2021). https://doi.org/10.1108/JIMA-05-2020-0152

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(01), 2022, 598
Sucipto, S., Effendi, M. ud, Khilmi, M. U., Arif, M., Suhodo, D. S. (2015). Sertifikasi Halal: Modal untuk
Kamal, Pinandito, A., & Tolle, H. (2018). Halal Produk yang Terpercaya. LIPI, Jakarta.
Culinary Tracking Application at Food Sukoso. (2020). LPH dan Halal Center. BPJPH,
Souvenirs Center Based on Analytical Hierarchy Jakarta.
Process ( AHP ) Method. Pertanika Journal of
Social Sciences & Humanities, 25(S), 51–64.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

You might also like