Keywords: Perceived Risk, Fear of Crime, Coping, Vulnerable of Crime, Different Test
Keywords: Perceived Risk, Fear of Crime, Coping, Vulnerable of Crime, Different Test
Keywords: Perceived Risk, Fear of Crime, Coping, Vulnerable of Crime, Different Test
Oleh
Teuku Fahmi*)
*)
Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung
ABSTRACT
Keywords: Perceived risk, fear of crime, coping, vulnerable of crime, different test
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
94 Perbedaan Tingkat Perceived Risk, Fear of Crime, dan Mekanisme Coping pada …
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Jenis Kasus Laporan Kejahatan Tahun 2013 pada 10 Wilayah Hukum
Kepolisian Resort di Provinsi Lampung
Jenis Kasus Laporan Kejahatan
Wilayah
Hukum Pem- Cu- Per- Pe-
No Ani- Cu- Cu- Jumlah
Kepolisian bunu- ran- ko- me-
Resort rat ras rat
han mor saan rasan
1 Lampung Barat 1 7 7 53 19 4 3 94
2 Tanggamus 1 8 32 73 55 6 7 182
3 Lampung Selatan 3 11 39 181 33 17 3 287
4 Lampung Timur 1 4 63 134 35 8 3 248
5 Lampung Tengah 1 30 70 104 261 7 12 485
6 Lampung Utara 9 4 53 163 398 20 12 659
7 Way Kanan 1 9 66 88 38 14 1 217
8 Tulang Bawang 1 2 68 87 69 1 2 230
9 Bandar Lampung 4 110 102 462 333 10 10 1031
10 Metro 0 0 7 72 81 1 3 164
Jumlah 22 185 507 1417 1322 88 56
Sumber: Lampung dalam Angka 2013
Perlu diketahui bahwa data statistik kriminal menurut kepolisian tidak dapat
mewakili jumlah kejahatan yang ada secara keseluruhan. Tidak semua peristiwa kejahatan
dicatat oleh polisi. Peristiwa kejahatan yang tidak diketahui oleh polisi yang diperkirakan
jumlahnya sangat banyak tidak pernah tercatat dalam statistik kriminal polisi. Data
kriminalitas yang tidak diketahui oleh polisi ini disebut sebagai angka gelap (dark number)
kejahatan (Mustofa, 2007).
Jurnal Sosiologi, Vol. 16, No. 2: 93-102 95
Dalam hal ini, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
statistik kriminal agar tidak menyesatkan, diantaranya: (1) menghindari pernyataan total
kejahatan sebagai tolok ukur tingkat kriminalitas; (2) dalam mengukur kriminalitas akan
lebih baik dikelompokkan menurut klasifikasi kejahatan yang masing-masing klasifikasi
mempunyai kesamaan ciri; (3) fluktuasi kejahatan harus diperhitungkan dengan fluktuasi
populasi penduduk (crime rate), dan; (4) dalam mengukur fluktuasi kejahatan “polisi”
sering mempergunakan “angka indeks kejahatan” dan angka indeks kejahatan inilah yang
digunakan sebagai tolok ukur fluktuasi kejahatan (Mustofa, 2007).
Berangkat dari beberapa kriteria penggunaan statistik kriminal tersebut, maka
analisis crime rate pada 10 wilayah hukum kepolisian resort di Provinsi Lampung akan
dilakukan pada tujuh jenis kasus dengan mempertimbangkan seriusitas kejahatan yang
dilaporkan. Secara rinci Crime Rate tahun 2013 pada 10 wilayah hukum kepolisian resort di
Provinsi Lampung dapat diamati pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Crime Rate (per 10.000 penduduk) Tahun 2013 pada 10 Wilayah Hukum
Kepolisian Resort di Provinsi Lampung
Jumlah
Jumlah
No. Kota/Kab. Laporan Kasus Crime Rate
Penduduk
Kejahatan*)
1 Lampung Barat 427.773 94 2,20
2 Tanggamus 548.728 182 3,32
3 Lampung Selatan 932.552 287 3,08
4 Lampung Timur 968.004 248 2,56
5 Lampung Tengah 1.192.958 485 4,07
6 Lampung Utara 594.562 659 11,08
7 Way Kanan 415.078 217 5,23
8 Tulang Bawang 410.725 230 5,60
9 Bandar Lampung 902.885 1.031 11,42
10 Metro 149.361 164 10,98
*)
Keterangan: Mencakup tujuh jenis kejahatan yang dilaporkan yakni: pembunuhan, penganiayaan
berat, pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, pencurian
kendaraan bermotor, perkosaan, dan pemerasan.
Sumber: Olahan data sekunder, 2014
Tampilan tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum crime rate tahun 2013 pada
10 wilayah hukum kepolisian resort di Provinsi Lampung menunjukkan variasi nilai yang
cukup berbeda. Bila ditelusuri berdasarkan besaran angka crime rate, terdapat tiga wilayah
dengan nilai tertinggi yakni Bandar Lampung (11,42), Lampung Utara (11,08), dan Metro
(10,98). Dapat dinyatakan bahwa tiga wilayah tersebut merupakan daerah dengan angka
kriminalitas tertinggi di Provinsi Lampung. Pada akhirnya, wilayah Bandar Lampung dan
Lampung Utara menempati posisi tertinggi dalam nilai crime rate di Provinsi Lampung. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa kedua wilayah ini (untuk konteks Provinsi Lampung)
angka kriminalitas yang terjadi tergolong tinggi. Pada tahap selanjutnya, dua wilayah ini
ditetapkan menjadi lokasi pengumpulan data kuesioner guna memperoleh gambaran fear of
crime pada wilayah tersebut.
96 Perbedaan Tingkat Perceived Risk, Fear of Crime, dan Mekanisme Coping pada …
Persepsi Responden perihal Tingkat Risiko, Tingkat Kekhawatiran, dan Tingkat
Kesesuaian ketika Melakukan Aktivitas di Ruang Publik pada Wilayah Rawan
Tindak Kejahatan
Pengukuran persepsional responden pada tiap variabel yang diteliti disesuaikan
dengan konsepsi dan indikator yang dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan. Dalam
mengukur perceived risk, indikator yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut
adalah persepsi responden mengenai risiko potensi bahaya (potential danger) sebagaimana
yang diungkapkan oleh Ferraro (1995). Dalam hal ini, responden diminta pendapatnya
perihal risiko ketika melakukan aktivitas di ruang publik; baik ketika dalam keadaan malam
hari, siang hari, dan pada situasi yang sepi. Dari penilaian risiko yang telah responden
berikan, untuk selanjutnya dilakukan interpretasi deskriptif pada tiap item pertanyaan
sebagai indikator dari variabel perceived risk.
Adapun pada variabel fear of crime, responden diminta pendapatnya tentang
kekhawatiran mereka atas beberapa situasi yang ditanyakan ketika beraktivitas di ruang
publik diantaranya; (1) menjadi korban penyerangan; (2) seseorang yang menggunakan
senjata mengancam dan mengambil barang pribadi Anda; (3) bahwa pencuri (begal) akan
menghadang kendaraan Anda pada saat melakukan perjalanan, dan; (4) Seseorang akan
merampok Anda atau melakukan penyerangan di jalan. Sedang pada variabel mekanisme
coping merujuk pada strategi yang digunakan untuk mengurangi kemungkinan mereka
menjadi korban (mencegah/ menimimalisir kemungkinan terjadinya tindak kejahatan) ketika
beraktivitas di ruang publik.
Merujuk pada hasil olahan data lapangan, untuk variabel perceived risk, bila dilihat
berdasarkan kategori wilayah, terdapat perbedaan yang mencolok diantara kedua wilayah
yang menjadi lokasi penelitian. Pada umumnya, responden untuk wilayah Bandar Lampung
menilai tidak terlalu berisiko ketika beraktivitas pada siang hari. Namun berbeda dengan
Lampung Utara, responden menilai bahwa ketika beraktivitas pada siang hari pun cukup
berisiko atau bahkan berada pada kategori yang tinggi. Berbeda dengan analisis
sebelumnya, untuk aktivitas pada malam hari, terdapat kecenderungan yang sama diantara
kedua wilayah tersebut. Hampir secara keseluruhan responden dalam penelitian ini menilai
bahwa tingkat risiko ketika beraktivitas pada malam hari itu cenderung tinggi atau sangat
tinggi. Lebih lanjut, responden yang beraktivitas di Lampung Utara cenderung lebih
khawatir dibandingkan dengan responden yang beraktivitas di Bandar Lampung ketika
harus beraktivitas pada malam hari.
Pada variabel fear of crime, terlihat bahwa mayoritas responden dikedua wilayah
memberikan penilaian tingkat khawatir pada rentang yang tinggi. Terlebih untuk responden
yang beraktivitas di Lampung Utara, mereka cenderung memiliki penilaian kekhawatir yang
lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang beraktivitas di Bandar Lampung. Hal ini
dapat dipahami, bila melihat beragam pemberitaan tindak pencurian kendaraan bermotor di
wilayah Lampung Utara, baik dari segi intensitas dan seriusitas kejahatan yang terjadi,
cenderung lebih tinggi. Pada akhirnya, kekhawatiran yang dialami sebagian besar responden
pada wilayah tersebut menjadi sesuatu yang lumrah.
Dalam hal tingkat kesesuaian pada variabel strategi coping, terdapat perbedaan
persepsional penilaian antara responden di wilayah Lampung Utara dan Bandar Lampung.
Dalam hal ini, responden yang beraktivitas di Lampung Utara memberikan penialaian
tingkat kesesuaian yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang beraktivitas di Bandar
Lampung. Hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian yang dilakukan akan sangat ditentukan
dengan penilaian pada dua variabel yang sebelumnya, yaitu perceived risk dan fear of crime.
Fear of Crime
4 21 17 40
Bandar Lampung
(10%) (52,5%) (37,5%) (100%)
0 0 40 40
Lampung Utara
(0%) (0%) (100%) (100%)
4 21 55 80
Jumlah
(5%) (26,3%) (68,8%) (100%)
Strategi Coping
7 28 5 40
Bandar Lampung
(17,5%) (70%) (12,5%) (100%)
5 14 21 40
Lampung Utara
(12,5%) (35%) (52,5%) (100%)
12 42 26 80
Jumlah
(15%) (52,5%) (32,5%) (100%)
Sumber: Olahan data primer, 2014
Berdasarkan tingkat kategori pada tiap variabel, secara keseluruhan ada perbedaan
tingkat kategori antara variabel perceived risk dan fear of crime serta strategi coping.
Sebagai gambaran, untuk variabel perceived risk sebaran yang hampir merata ada pada
tingkatan rendah dan tinggi (masing-masing sebesar 46,3 persen dan 42,5 persen),
98 Perbedaan Tingkat Perceived Risk, Fear of Crime, dan Mekanisme Coping pada …
sedangkan untuk variabel fear of crime dan variabel strategi coping didominasi dengan
tingkat tinggi dan sedang (masing-masing 68,8 persen dan 52,5 persen).
Bila dilakukan pemilahan berdasarkan kategori wilayah tempat responden
beraktivitas, terdapat perbedaan diantara kedua wilayah tersebut. Kategori ditiga variabel
pada Kabupaten Lampung Utara cenderung berada pada tingkatan yang tinggi, sedangkan
untuk Bandar Lampung berada pada tingkatan yang sedang. Hasil tingkatan ini selaras
dengan hasil persepsional responden ditiap variabel pada bahasan sebelumnya.
Uji Beda Tingkat Kategori pada Variabel yang diteliti (Perceived Risk, Fear of Crime,
dan Strategi Coping)
Uji beda dilakukan dengan two independent samples test guna mengetahui ada
tidaknya perbedaaan tingkat kategori pada variabel yang diteliti. Adapun pengujian Mann-
Whitney dipilih karena dua kelompok data yang akan dilakukan uji beda diambil dari dua
sampel yang tidak saling terkait. Uji beda yang dilakukan berdasar pada tingkat kategorisasi
tiga variabel sebelumnya, yakni rendah, sedang, dan tinggi.
Tabel 4. Hasil Uji Beda Tingkat Kategori pada Variabel yang diteliti antara
Responden yang Beraktivitas di Bandar Lampung dengan Lampung Utara
Asymp. Sig.
Variabel Kategori Responden Mean Rank
(2-tailed)
Perceived risk Bandar Lampung 28.73 .000
Lampung Utara 52.28
Fear of crime Bandar Lampung 28.00 .000
Lampung Utara 53.00
Strategi coping Bandar Lampung 33.03 .001
Lampung Utara 47.98
Sumber: Hasil olahan data Statistik, 2014
100 Perbedaan Tingkat Perceived Risk, Fear of Crime, dan Mekanisme Coping pada …
Merujuk pada teori aktivitas rutin yang dikembangkan oleh Marcus Nelson terlihat
bahwa terjadinya tindak kejahatan merupakan akumulasi dari tiga proses yang saling
bertautan (Wortley and Mazerolle, 2008). Nelson mengungkapkan bahwa peningkatan
kesejahteraan masyarakat kontemporer menawarkan lebih banyak kesempatan untuk
kejahatan terjadi; ada banyak kesempatan untuk melakukan pencurian. Tiga komponen yang
dimaksudkan Nelson, yakni ada kesempatan, adanya niat si-pelaku, dan tidak adanya
pengawasan.
Pada akhirnya, integrasi upaya pencegahan kejahatan pada dua wilayah tersebut
diperlukan sinergitas yang lebih masif dengan melibatkan pihak terkait. Hal ini diperlukan
guna mewujudkan situasi dan kondisi rasa aman ditengah masyarakat. Implikasi positif dari
penciptaan rasa aman ini akan langsung berkenaan dengan aktivitas masyarakat yang lebih
produktif.
KESIMPULAN
Hasil uji beda (two independent samples test – Mann Whitney) yang dilakukan
terhadap tiga variabel menunjukkan bahwa bahwa terdapat perbedaan tingkat perceived risk,
fear of crime, dan mekanisme coping yang signifikan antara persepsional responden yang
beraktivitas di Bandar Lampung dengan Lampung Utara (hasil perhitungan pada tiga varibel
Asymp Sig < 0,05). Merujuk pada gambaran deskriptif tentang respons penilaian diketiga
variabel menunjukkan bahwa responden yang beraktivitas di Lampung Utara memberikan
penilaian kategori yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang beraktivitas di
Bandar Lampung. Dalam hal ini, situasi dan kondisi di Bandar Lampung cenderung lebih
kondusif dari segi aspek keamanannya bila dibandingkan dengan Lampung Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Ferraro, Kenneth F. 1995. Fear of crime interpreting victimization risk. New York: State
University of New York Press.
Grabosky, P. N. 1995. Fear of crime and fear reduction strategies. Australian Institute of
Criminology. Tanggal Akses: 05 Maret 2014. http://www.aic.gov.au/
documents/7/1/F/%7B71F8B743-15AF-459F-B4F8-58BC330796DB%7Dti 44.pdf
Ministry of Social Development New Zeland. 2010. The social report 2010. 08 Maret 2014.
http://socialreport.msd.govt.nz/documents/the-social-report-2010.pdf
National Campaign Against Violence and Crime. 1998. Fear of Crime - audit of the
literature and community programs. Criminal Research Council. 05 Maret
2014.www.criminologyresearchcouncil. gov.au/reports/1998-foc1.pdf
Supranto, J. 2000. Statistik: teori dan aplikasi (edisi keenam) jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Wortley, Richard and Mazerolle, Lorraine. 2008. Environmental criminology and crime
analysis. Devon UK: Willan Publishing.
102 Perbedaan Tingkat Perceived Risk, Fear of Crime, dan Mekanisme Coping pada …