Pembahasan SOCA III Angkatan 2017 (For Released) - Rev 11 Desember 2020
Pembahasan SOCA III Angkatan 2017 (For Released) - Rev 11 Desember 2020
Pembahasan SOCA III Angkatan 2017 (For Released) - Rev 11 Desember 2020
Untuk:
ZAVIER 2017
ⒸShaolin SOCA
Identitas
Nama: Mrs. A (23 y.o) Education: Senior High School
Status: Single (belum menikah) Ethnic: Javanese
Sex: Female
Anamnesis
Chief complaint: Pain at lower abdomen (Pada keluhan utama, didapatkan nyeri pada regio abdomen
bawah; dapat dipikirkan ke sistem pencernaan, sistem reproduksi, dan sistem tr. urinarius).
Menstruation history
Menarche at 9 years old. Menstrual cycle is 21 days (siklus haid pasien lebih cepat dari normal, siklus
haid normal = 24-35 hari), duration 6-8 days (durasi haid pasien memanjang, durasi haid normal = 3-5
hari) -> karena siklus haid lebih cepat dan durasi haid memanjang -> MENORRHAGIA! First day of
menstruation was 2 days ago (HPHT). Used 5-6 sanitary napkins a day. -> metroragia
Medication history: Mefenamic acid 3 x 500 mg when in great pain
Riwayat Keluarga : Ibu dan kakak perempuannya memiliki kondisi yang sama (faktor risiko: genetik)
Kebiasaan sosial : Terkadang merokok (bisa jadi hal yang memperburuk nyerinya)
Pemeriksaan fisik
KU : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg (dalam batas normal = dbn)
HR : 96x/min (dbn)
RR : 28x/min (takipnea sebagai respons dari nyeri yang dialaminya)
Suhu : 36,7०C (Axila) (dbn)
Kepala dan leher : Batas normal
Dada : Jantung dan paru dalam batas normal
● WD (Diagnosis kerja): Endometriosis. Alasan dipilih: faktor risiko (genetik dan belum menikah),
dismenorea, dyskezia, irregular mestrual period, ada massa di kiri adneksa di hasil USG.
● DD (Diagnosis banding):
○ Kista ovarium.
■ Alasan dipilih: nyeri abdomen, ada perdarahan abnormal uterus, gangguan
berkemih dan defekasi.
■ Alasan disingkirkan: Pada USG, harusnya didapatkan gambaran kistik seperti
kantong).
○ IBS (Inflammatory bowel syndrome).
■ Alasan dipilih: nyeri abdomen, predileksi pada wanita.
■ Alasan disingkirkan: biasa terdapat perubahan defekasi, seperti: diare,
konstipasi.
○ Infeksi saluran kemih (sistitis).
■ Alasan dipilih: sistitis biasa terjadi pada wanita, ada keluhan disuria.
■ Alasan disingkirkan: hasil urinalisis dalam batas normal, tidak ada frekuensi-
urgensi.
● Definisi: kelainan ginekologi jinak yang sering diderita oleh perempuan usia reproduksi yang
ditandai dengan adanya stroma endometrium di luar letaknya yang normal. Endometriosis paling
sering ditemukan pada peritoneum panggul, tetapi dapat juga ditemukan di ovarium, septum
rektovaginal, ureter.
● Tatalaksana:
○ Non-farmakologi
■ Tirah baring.
■ Menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan nyeri.
■ Mengedukasi untuk mulai mengurangi kebiasaan merokok perlahan-lahan.
○ Pembedahan
■ Apabila gejala sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, dapat
dipertimbangkan untuk prosedur pembedahan seperti laparotomi.
■ Metode histerektomi bisa dilakukan, namun pada pasien ini sebaiknya jangan
dikarenakan pasien belum menikah.
Identitas
Name: Mrs. B (44 y.o) Occupation: Housewife Sex: Female
Autoanamnesis
Chief complaint: General weakness worsened over the last 2 weeks
History of present illness
Two weeks before admission, Mrs. B experienced general weakness that does not improved with resting
and exaggerated on moderate home activities. She had diarrhoea (10 times/day) with no difficulty or
abnormality in urinating.
She often felt itch around her groin without any coloured discharge and she usually scratch that area.
She has been losing her weight for 8 kgs this past two months although there were barely changes in
her appetite. She tends to get thirsty (polidipsi : karena poliuri yang disebabkan oleh osmotik diuresis)
and hungry (polifagi : glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel -> otak menginduksi lapar) easily. She also
felt numbness on both hands and feet that occur constantly in the last 2 months and it is not influenced
by activity.
History of past illness: No history of diabetes and hypertension. Patient never sought any medical service
before.
History of social habit: Patient drinks 2-3 glasses of sweet tea per day and often have sweet snacks and
variety of fritters. (riwayat kebiasaan, FR DM) No history of smoking and alcohol drinking
Family history: Her father has diabetes and passed away due to heart problems. Her mother has
hypertension (riwayat keluarga DM)
Treatment history: Currently she consumes vitamins that she bought from pharmacist and never consult
with any medical professional.
Physical examination
General appearance: mildly ill, compos mentis
Vital signs:
BP: 120/80 mmHg, HR: 80x /min; RR: 20 /min; Suhu: 37°C; BMI: 29 kg/m2 (obesitas)
Laboratory result
Hb: 12 g/dL, Haematocrit: 36%, Erythrocytes: 3 millions/uL, (menurun) Leukocyte: 5,500/uL, Platelet
count: 380,000/uL, Diff. Count: 1/2/5/60/24/8, ESR: 15 mm/hr
Random blood glucose: 320 mg/dL Ureum: 22 mg/dL; Creatinine: 0.5 mg/dL (normal 0,7-1,4) (sedikit
turun), Electrolytes: Sodium: 135 mmol/L; Potassium :3.6 mmol/L; Calcium:9 mg/dL
Routine urinalysis: Yellow colour, pH 7, density 1.020, glucose (++) (glukosuria), protein (-), keton (-),
bilirubine (-), occult blood (-), leukocyte esterase (-), nitrite (-), leukocytes sediment: 3-4/field of view,
● WD : DM tipe 2
● DD :
1. DM tipe 1 → faktor genetik, biasanya predileksi pada anak-anak (10-15 thn), defisiensi insulin
akibat autoimun,
2. DM tipe lain (MODY) → onsetnya saat waktu lahir, terdapat riwayat keluarga
● Etiologi : Resistensi insulin di perifer sehingga glukosa tidak bisa masuk ke sel-sel jadinya hiperglikemi
● Faktor risiko :
1. Riwayat keluarga DM
2. Kebiasaan makan dan minum manis
3. Kebiasaan ngemil
4. Sedentari
5. Obesitas
● Manifestasi klinis :
1. Polidipsi, polifagi, poliuri, penurunan BB, kelemahan
2. Keluhan lain berhubungan dengan komplikasi biasanya.
● Pemeriksaan Fisik :
● Tanpa komplikasi → biasanya normal
● Dengan komplikasi
1. Polineuropati → paresthesia keempat ujung ekstremitas
2. Glaukoma → gangguan penglihatan
3. Gejala lain yang berhubungan dengan komplikasi.
● Pemeriksaan Tambahan :
● HbA1C >6.5%
● CBC
● Urinalisis → glukosuria
● GDS → >= 200 mg/dL
● Kolesterol darah
● Tatalaksana :
5 pilar tatalaksana DM 2 (wajib)
1. Edukasi
2. Kontrol kalori/ diet
3. Olahraga → sehari 30 min, 1 mgg 5x, olahraga ringan-sedang (sepeda, berenang, jogging).
Hindari Olahraga berat.
4. Pemeriksaan mandiri
5. Medikamentosa (Kasus ini masih diberikan monoterapi):
■ Metformin → Meningkatkan sensitivitas reseptor insulin perifer dan turunkan
pelepasan glukosa di hati.
● 2x500mg. Maksimal 3x500
■ Tiazolindidion
● Pioglitazon → 15 atau 30mg per hari.
■ Acarbose → inhibisi penyerapan glukosa
● 50 mg per hari. Selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 50 mg, 3 kali
sehari.
Patient Identity
Child.TH (4 y.o), male → aloanamnesis with parents (Mr.PL (30 y.o), S1, employee, Ms. RG (28y.o),
housewife (SMU) (usia 4 tahun ini bisa jadi alasan ntar kenapa pilih GE rotavirus soalnya emg biasa di
anak kecil usia dibawah 5 tahun)
Chief complaint : Experience watery faeces in the last 3 days before admitted to the hospital. (bisa
langsung dipikirin penyakit yg diare-diare: kayak Gastroenteritis, Disentri amoeba, kolera, lactose
intolerant, giardiasis, dll.)
Patient experienced 3-4-times a day of watery diarrhea in the last 3 days (menandakan bahwa ini akut)
before admitted to the hospital. Volume noted roughly 50-70 mL each time, acidic smell (khas untuk GE
rotavirus (karena ada fermentasi laktosa oleh flora normal membentuk as.laktat), bisa jadiin Lactose
intolerant jadi DD), and brown colour without blood and slime (bisa langsung singkirin disentri amoeba,
atau diare e.c bakteri). He vomited and experiences abdominal pain , also has fever as high as 38ºC
(reaksi infeksi) since yesterday. The fever throughout the day and subsides after taking a paracetamol
syrup. He looked weak and feeling of thirst since morning. (tanda abis diare, sudah masuk ke kondisi
dehidrasi ringan). Last urination is recorded at 6 hours (tanda sudah masuk ke kondisi dehidrasi ringan,
normalnya anak BAK bisa 6-7 kali sehari) before admitted to the hospital. His mother is unable to
remember about changing any milk products (bisa jadiin Lactose intolerant jadi DD) nor giving him
antibiotic as he was taken care by his grandmother.
Patient is the second child of two children. During pregnancy, his mother did not experience any severe
pain nor disease nor jaundice. Antenatal cares were regular with a midwife and did not consume any other
drugs besides vitamins from a doctor. No history of smoking, alcohol drinking and severe illness recorded.
Nutritional intake during pregnancy was sufficient. Patient was a spontaneous delivery well-born baby
with sufficient pregnancy month. Weight: 3,250-gram, length: 47 cm, and head circumference: 33 cm.
Immunisation history
Patient has got basic vaccines at primary health care according to the national programme. History of
rotavirus vaccine is absent (bisa memperkuat GE rotavirus jadi WD)
Patient never breast-fed. (salah satu faktor risiko dimana anak tidak mendapat asi eksklusif → turun
imun, dll.) Formula milk is given after the delivery until present. Patient started to have milk cereal at 6
months old and rice at 1 year old. At present time, his menu contains rice, vegetables, fruits and meats.
Patient lives with his mother, father, and an older brother. Medical bills are subjected to the Social
Security Administrator (BPJS). House is owned by his parents.
General appearance : weak (akibat diare, dehidrasi), dyspnea (-), cyanotic (-)
Vital signs:
Heart rate : 100 x/min, regular, strong (normal = anak 70-120 x/menit)
Status Generalis
Eyes : Conjunctivae not pale, sclera not icteric, no conjunctiva injection and sclera
injection. Pupils are round and isochoric, diameter 3 mm, direct and indirect light reflex are normal, eyes
movement is good to all directions, eyes are sunken, minimal tears are recorded. (tanda dehidrasi)
Mouth : Bucal and tongue mucosa are dry, pharynx not hyperemic, T1/T1 not
hyperemic, no debris. No stomatitis.(akibat diare, dehidrasi)
Routine haematology: Hb 12 g/dl (normal = anak 10-16g/dL), leukocytes 8,500/mm3 (normal = anak 4000-
12.000), haematocrit 36% (normal = anak 33-38%), Thrombocytes 270,000/uL (normal = anak 150.000-
450.000) Diff. count: basophils 1, eosinophils 2, band neutrophils 5, segmented neutrophils 40,
lymphocytes 47, monocytes 5 (normal 0,5-1/1-3/3-5/40-70/20-40/3-8 ) → ada sedikit kenaikan limfosit.
Routine Faeces: brown colour, acidic smell, pH 5, (tanda khas pada GE Rotavirus), occult blood (-),
bacteria (-), leukocytes (-), erythrocytes (-)
DD:
- Kolera (dipilih karena: ada karakteristik diare dan dehidrasi, eksklusi: feses air cucian beras,
infeksi bakteri Vibrio cholerae, di feses tidak ada bakteri (-), riwayat lingk tidak kumuh, riwayat
makan bersih)
- Disentri Amoeba/Amoebiasis (dipilih karena: ada karakteristik diare, sering di anak, ada mual
muntah, eksklusi: feses bau busuk ikan, berdarah dan berlendir, biasa ada tenesmus (nyeri saat
BAB), tidak ditemukannya kista/trofozoit E.histolytica, ulkus bergaung)
- Disentri Basiller/Shigellosis: (dipilih karena: ada karakteristik diare, demam, sering di anak, ada
mual muntah, eksklusi: feses red currant jelly, biasa ada tenesmus (nyeri saat BAB), tidak
ditemukannya bakteri di feses)
- Lactose Intolerance (dipilih karena: ada karakteristik diare, ada statement “si Ibu belum cek ganti
susu atau engga”, feses asam, eksklusi: biasa ada bloating (kembung), ada riwayat minum susu
→ selang 30 menit-2 jam lsg diare, hitung kadar H2 di napas, stool analysis as.laktat di feses)
- Giardiasis (sebenernya ini jarang) (dipilih karena: ada karakteristik diare, eksklusi: di feses ada
lemak (steatore) dan ada parasitnya Giardia lamblia)
WD: Gastroenteritis Rotavirus dengan keadaan dehidrasi ringan. (ALASAN DI ELABORASI KASUS)
Fecal-oral → pathogen (virus) masuk ke usus halus → penurunan enz. Maltase dan lactase, produksi
protein NSP 4 → induksi enterosit dan vili usus apoptosis → penurunan absorbsi → induksi enteric
nervous system → sekresi elektrolit ke lumen → diare osmotic (menarik air ke dalam lumen sehingga
diare)
● CBC (untuk lihat leukosit, diffcount, lab elektrolit (untuk mengukur seberapa parah diare dan
dehidrasinya), glukosa)
● Analisis Urin (lihat apakah ada silinder, patogennya, dll.)
● Stool Analysis (cek PH, bau, konsistensi, parasit/bakterinya, occult blood, dll.)
● Tes Serologi (lihat titer antibodi) dan PCR (tapi ini mahal, jadi jarang dipakai)
Tatalaksana farmakologi :
● Self limited disease (biasa 7 hari sembuh sendiri)
● Suplemen Zinc <= usia 6 bulan kasih 10mg, kalo >6bln kasih 20mg (membantu perbaikan vili yg
rusak agar lebih cepat sembuh)
● Tatalaksana tangani dehidrasi
○ plan A dehidrasi ringan (cairan < 5 % bb hilang)
■ Berikan cairan tambahan setiap kali diare,
■ Tablet zink 10 mg < 6 bln, 20 mg > 6 bulan 14 HARI
■ Tetap dikasih makan
■ Kasih tau kapan harus balik → 3 hari ga ada perbaikan, muntah” terus haus
demam
○ Plan B dehidrasi sedang (cairan <5- 10 % bb)
■ Tentulin jumlah ORSnya 75ml/kg bb
■ SAMA 4 YANG DI A.
○ Plan C dehidrasi berat (cairan <10%BB)
■ IV/NGT Ringer laktat/NACL 0.9%
■ <1 thn 30ml/kg ( dlm 1 jam ) trus 70ml/kg ( dlm 5jam)
■ >1 thn 30ml/kg ( 30menit ) trus 70 ml/kg ( dlm 2.5jam)
Identitas
Name: Mrs. S Age: 35 y.o Occupation: Private worker
Marital Status: Married Educational history: Bachelor Address: West Jakarta
Anamnesis
Main complaint: Headache
History of present illness: Mrs. S comes to the clinic with a headache for the past 6 hours. (karakteristik
durasi TTH = 30 menit-7hari, migraine= 4-72jam, cluster headache= 15-180 menit) The headache is felt
on her forehead, radiating to the both side of her back head. (khas untuk TTH dimana lokasi bilateral
membentuk seperti pakai headband) She began to feel the headache since the last 2 months, more than
10 times, each period is about 12-24 hours. (sudah masuk ke frequent episodic, di antara 1-14 kali
perbulan) It was a pressed-like headache, no pulsating. She still does her daily activities with that
symptoms. No nausea and vomiting occurred. (khas untuk TTH, sifat menekan (pressed), tidak
berdenyut, tidak memengaruhi ADL, tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, tidak ada mual dan muntah)
Physical examination
General condition: Satisfactory/ mild illness, (biasa TTH mild-moderate, Migraine moderate-severe,
Cluster udah masuk ke severe)
Level of consciousness: Compos mentis, GCS 15
Vital signs: BP : 135/85 mmHg, HR: 100 time/minutes, RR: 22 times/minutes
Nyeri tekan pada frontal sampai oksipital, (khas untuk TTH dimana lokasi bilateral membentuk seperti
pakai headband) lainnya normal
DD :
- Migraine (dipilih karena: ada karakteristik pusing dan nyeri kepala juga, eksklusi: pada migraine
nyeri berdenyut, unilateral, diperburuk dengan adanya aktivitas fisik, ada mual, muntah, foto
dan fonophobia)
- Cluster Headache (dipilih karena: ada karakteristik pusing dan nyeri kepala juga, eksklusi: pada
cluster headache lokasi ada di sekitar mata (mata panda), muncul tanda tanda agitasi, dan
kelelahan, nyeri disertai periode bebas)
Faktor risiko :
- wanita
- Usia
- Obesitas
- Kurang aktivitas fisik
- Kurang tidur
- Merokok
- Psikopatologi
Klasifikasi :
- TTH episodik diklasifikasikan menjadi 2 :
- Infrequent (1 serangan per bulan/kurang dari 12 sakit kepala per tahun)
- kriteria sifat nyeri minimal 2 (bilateral, mild-moderate, pressing, non pulsating,
tidak memengaruhi ADL, tidak diperburuk oleh aktivitas fisik),
- tidak ada mual dan muntah,
- phono/fotopobia gaada atau salah satu saja)
- Frequent (1-14x serangan dalam sebulan/12-180x per tahun),
- Kriteria lain sama dengan yang infrequent.
- TTH Chronic (lebih dari 15 serangan/min. 180x per tahun)
Kriteria sama dengan infrequent, namun sudah tidak boleh ada mual, foto/fonophobia.
Manifestasi klinis :
- Nyeri bilateral pada dahi yang menjalar sampai ke belakang kepala dan leher (bentuk headband)
- rasa nyerinya seperti tertekan dan terikat, tidak ada pulsasi.
- Nyeri tidak diperberat dengan aktivitas fisik, dan tidak mempengaruhi ADL
- Tambahan: leher bisa kaku dan nyeri, nyeri bisa menekan atau bertambah berat juga di daerah
pelipis, dahi, dan leher.
Pemeriksaan Fisik :
- TTV, Keadaan umum, Kesadaran
- Funduskopi
- Pemeriksaan saraf (status mental, saraf kranial, respon pupil, kekuatan motorik, fungsi sensorik,
refleks patologis, tanda rangsang meningeal)
Tatalaksana :
Kalo emergency bisa pake Injeksi Ketorolac, loading dose 1x10mg (kalo udah nyeri banget), Ketorolak PO
10-20 mg setiap 4-6 jam (dosis maks 40mg)→ kata dr. Hermawan
Untuk menurunkan sakitnya (analgetik) bisa pake acetaminophen 1000 mg/hari,
Untuk profilaksis bisa diberikan amitriptilin 30-75 mg/hari.
Non farmako: sleep hygiene, meditasi, konseling, dll.
Pertanyaan Tambahan
1. Otot-otot facialis? M.Orbicularis oris, M.Orbicularis oculli, M. Masseter, Buccinator, Zygomaticus
minor,mayor, Temporalis, Temporoparietalis, Nasallis, ya sebutin aja yang sekitar muka
2. PP yang penting apa lagi? Udah ada di penjelasan Pemeriksaan Tambahan
3. Cara pemeriksaan TTH? Udah ada di penjelasan Pemeriksaan Fisik dan Tambahan
4. Obat untuk emergency TTH yang nyeri banget? Injeksi Ketorolac, loading dose 1x10mg
5. Peragain pijet kepala buat pasien TTH? Mungkin di titik titik Head and Neck triggers point
menggunakan jari telunjuk dan tengah.
6. Meditasi bisa ga? bisa , salah satunya ya menghilangkan faktor risiko yaitu stress
Patient Identity
Name : According to the PS's name Address: Muara Karang
Gender: Female Occupation : Employee Age : 28-year-old
History Taking (Autoanamnesis)
Chief Complaint: Palpitations and frequent trembling of both hands (pikirkan ke arah gangguan
simpatis: tirotoksikosis, Grave’s disease, gangguan panik, gangguan jantung), felt to worsen in the last
two months before admission.
History of Present illness
For the last two months, the patient often feels palpitations and trembling in both hands. These
complaints were felt, especially when on the move, and did not get better with rest. Initially, the patient
thought it was because of the stress/workload in his office, which was very hard in the last six months.
The patient has become sweaty more quickly (karena efek peningkatan produksi panas akibat
peningkatan BMR) in hot air and often feels wet hands for the last two months. The patient denied fever.
Weight loss of 8 kg (karena peningkatan basal metabolic rate -> lipolisis) in the last two months, without
a decrease in appetite. Patients complain of frequent defecation 4-5 times/day (peningkatan motililtas
GIT), soft consistency, without complaints of abdominal pain. The urination frequency was also felt more
frequently (the patient did not remember how many times/day). Patients also complain of feeling tired
and sometimes experience shortness of breath while doing strenuous activities (karena peningkatan
kebutuhan oksigen) (such as going up and downstairs, walking long distances, etc.). The menstrual cycle
was also irregular (karena efek peningkatan estrogen) in the last one year, up to 2 months. The patient
feels increasingly anxious and emotionally unstable (efek peningkatan eksitatorik -> peningkatan
mental alertness) because of this complaint.
History of Past illness
No History of DM and Hypertension, patient never went to doctor before.
Physical Examination
Head
Eye: conjunctiva non-anemic, scleras non-icteric, exophthalmos (+) (infiltrasi otot ekstraoklular oleh T
cell -> aktivasi fibroblast dan peningkatan sintesis glikosaminoglikan -> retensi air di jaringan di
belakang mata -> proptosis, diplopia)
Mouth : no abnormality ENT : no abnormality Neck : JVP5 + 1cmH20, lymph nodes are not palpable, the
enlarged thyroid gland is palpable (goiter karena hiperplasia dan hipertropi dari tiroid)
Thorax: normal
Abdomen: normal
Extremities: Warm palpable acral, edema -/ -, CRT <2s, Hyperhidrosis ( keringat berlebihan ) (+) (karena
peningkatan stimulasi simpatis & produksi panas)
WD : Grave’s disease
DD :
● Primary Hyperthyroidism (Toxic Multinodular Goiter / Toxic Adenoma)
○ Alasan dipilih: TSH turun, T4 naik
○ Cara eksklusi: Tidak ada nodul ketika palpasi leher
● Diabetes Mellitus Tipe 2
○ Alasan dipilih: penurunan berat badan, poliuri & lemah
○ Cara eksklusi: GDS normal & tidak ada riwayat
Pemeriksaan Penunjang:
1. Tes hormon thyroid: TSH, FT4, FT3 (Primary tirotoksikosis -> TSH turun, FT4 naik)
2. Nuclear imaging: peningkatan pengambilan tracer (Grave’s, toxic adenomas), kalo turun
thyroiditis
3. Tes TRAb
Tatalaksana :
1. Antithyroid: Thionamide (menghambat fungsi TPO (thyroid peroxidase))
a. Propylthiouracil / PTU (100-200 mg/6-8jam)
■ Bisa hambat deiodinasi T4 -> T3 di perifer
■ Hepatotoksik
b. Methimazole / Carbimazole (10-20 mg/8-12 jam)
c. Dosis tinggi bisa dikombinasikan dengan levothyroxine untuk cegah drug induce
hypotiroid
2. Beta-blocker: Propranolol (20-40mg/6 jam) -> kontrol gejala adrenergic
3. Radioiodine: destruksi progresif sel tiroid (KI: ibu hamil, GFR <60)
Pertanyaan Tambahan:
1. Penanganan pada keadaan thyroid storm?
○ Thyroid storm atau krisis tiroid adalah kondisi hipertiroidisme yang paling berat dan
mengancam nyawa.
○ Pada PF ditemukan:
i. Gejala dan tanda khas hipertiroidisme.
ii. SSP terganggu: delirium, koma.
iii. Demam tinggi sampai 40oC
iv. Takikardia sampai 130-200x/menit.
v. Dapat terjadi gagal jantung kongestif.
vi. Diare, ikterus
○ Penanganan:
i. Suportif: kompres dingin, antipiretik.
ii. Rehidrasi cairan (NaCl, D5%).
iii. Blokade produksi hormon tiroid
5. Syarat ablasi? (tidak hamil & laktasi serta ekskresi ginjal masih baik)
6. Kenapa ibu hamil ga boleh ablasio? (bisa merusak janin)
7. PTU methimazole pemberiannya gimana? Mana duluan?
● Cara pemberian obat antitiroid dapat dilakukan melalui salah satu cara berikut:
Riwayat penyakit sebelumnya: tidak ada penyakit yang memiliki gejala sama (tidak pernah ada riwayat
kejang sebelumnya)
Riwayat keluarga :
Saudara laki dari pasien memiliki keluhan yang sama saat berusia 3 tahun (faktor risiko: genetik)
Riwayat kehamilan dan kelahiran :
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Selama kehamilan, tidak ada penyakit serius, dan
pengecekan secara teratur oleh dokter. Riwayat merokok, minum alkohol, dan menderita penyakit serius
disangkal. Nutrisi yang dikonsumsi selama kehamilan terlihat cukup. Pasien lahir secara spontan dengan
berat badan 3250 gram, panjang 47 cm, dan lingkar kepala 33 cm. (riwayat kehamilan dan kelahiran
dalam batas normal)
Physical Examination :
● KU : lemah, tidak ada kesulitan bernafas maupun cyanosis
● Kesadaran : GCS E4M6V5 (kesadaran intak)
● TTV : TTV dalam batas normal untuk anak 3 tahun
○ HR : 110x/min , regullar, full
○ RR : 30x/min , reguller, cukup dalam
○ Suhu : 36,8०C (suhu axila)
○ Saturasi O2 : 99%
● Status Nutrisi : Baik menurut kurva WHO
● Status Umum : status generalisata dbn
Pemeriksaan gula darah sewaktu : 140 mg/dl (Pemeriksaan GDS dalam batas normal -> rule out kejang
e.c. hipoglikemia)
Elektrolit : Sodium (Na) 135 mEq/L, Potassium(K) 3,5 mEq/l , Chloride(Cl) 90 meq/L
DD :
● Meningitis (kebanyakan disebabkan oleh bakteri)
○ Alasan dipilih: Pada anak, seringkali infeksi SSP menimbulkan kejang. Meningitis
dimasukkan ke dalam DD karena pada kasus belum dilakukan analisis LCS.
○ Alasan disingkirkan: Pemeriksaan neurologis menunjukkan tanda rangsang meningeal (-
). Pemeriksaan penunjang menunjukkan tidak ada leukositosis (tidak ada tanda-tanda
terkena infeksi bakteri).
● Ensefalitis (kebanyakan disebabkan oleh virus)
○ Alasan dipilih: Trias ensefalitis adalah demam, kejang, penurunan kesadaran. Pada
kasus,didapatkan kesadaran intak.
○ Alasan disingkirkan: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan diff count dalam batas
normal (jika ada infeksi virus -> limfositosis). Biasa pada pemeriksaan neurologis -> ada
disfungsi neurologis.
● Epilepsi
○ Alasan dipilih: ada keluhan kejang, epilepsi dikaitkan dengan kecenderungan untuk
mengalami bangkitan epileptik berulang. Epilepsi masih dimasukkan ke dalam DD karena
pada kasus ini belum dilakukan pemeriksaan EEG (gold standard) -> untuk melihat adanya
gelombang epileptik.
Definisi: Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun
yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38oC dengan metode pengukuran suhu apapun) yang
tidak disebabkan oleh proses intrakranial.
Klasifikasi:
Etiologi: Pencetus utamanya adalah demam. Demam bisa akibat dari infeksi saluran pernapasan, infeksi
saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, pasca imunisasi.
Faktor risiko:
● Riwayat kejang demam pada saudara
● Suhu demam yang tinggi.
● Bayi yang prematur.
● Paparan terhadap nikotin dan alkohol saat pre-natal.
Pemeriksaan Fisik:
● Terutama pemeriksaan neurologis -> cek tanda-tanda rangsang meningeal (kaku kuduk,
Brudzinski I-IV).
● Memeriksa juga apakah terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (misal: muntah
proyektil).
● Memeriksa apakah ada parese (pemeriksaan nervus kranialis), gangguan kesadaran (GCS
umumnya 15 pada kejang demam).
Tatalaksana Farmakologi:
● Tatalaksana saat kejang
○ Pada umumnya, kejang berlangsung singkat (rata-rata 4 menit) dan pada waktu pasien
datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat
yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 2
mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum,
penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma kejang pada umumnya.
○ Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah (prehospital)adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari
12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.
○ Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian
diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat
diberikan diazepam intravena.
● Pemberian obat pada saat demam
○ Antipiretik = Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan tiap 4-6 jam atau Ibuprofen 5-10
mg/kgBB/kali 3-4 kali sehari.
● Pemberian obat antikonvulsan rumatan seperti: Fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis
atau Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Indikasi pemberian rumatan:
○ Kejang fokal
○ Kejang lama >15 menit
○ Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang (misal: cerebral
palsy, hidrosefalus, hemiparesis).
● Edukasi juga mengenai vaksinasi. Sampai saat ini, tidak ada kontraindikasi untuk melakukan
vaksinasi pada anak dengan riwayat kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi
sangat jarang.
1. Apa definisi meningitis dan ensefalitis? Manifestasi? Kenapa masih tulis di DD? Kan ga ada
rangsang meningeal?
● Meningitis merupakan proses inflamasi pada meningens (duramater, arachnoid,
piamater) yang disebabkan oleh agen infeksius. Trias meningitis: kaku kuduk, demam,
nyeri kepala.
● Ensefalitis merupakan inflamasi dari parenkim otak. Trias ensefalitis: demam, kejang,
penurunan kesadaran.
● Meningitis dan ensefalitis termasuk ke dalam infeksi SSP. Keduanya masih dimasukkan
ke dalam diagnosis banding dikarenakan belum ada pemeriksaan analisis LCS.
2. Patofnya kenapa bisa gangguan elektrolit? Penyebab?
● Karena asidosis dan dehidrasi. Seharusnya juga cek diare dan muntah, turgor kulit. Tapi
ibu ga tau soalnya lagi di rumah nenek.
3. Faktor risiko tersering apa? Riwayat keluarga
4. Cara bedain causa viral dan bacterial?
● Dilihat dari analisis LCSnya.
Identitas
Name: I.X Gender: Female
Address: Penjaringan Education: Bachelor degree
Occupation: Housewife Marital Status: Married
Auto - anamnesis
Chief Complain : Itchy discharge since two weeks ago
History of Present illness
Since two weeks ago, the patient had vaginal discharge (tanda kalau ada infeksi di genital wanita), which
was initially white; few amounts, and did not feel itchy. However, over time it increases a lot and
sometimes itches. The patient also complains that there was a time that this vaginal discharge comes out
very profusely with a white, clotted discharge, and has a bad smell, causes itching on the pubic lips. (khas
pada candida, PH asam sehingga menyebabkan iritasi dan itching pada daerah sekitarnya, biasanya
tidak berbau/baunya asam) The patient performs normal household activities. She always wears tight
pants and leggings every day (faktor risiko dari meningkatnya suhu dan kelembaban) The patient said
she had experienced vaginal discharge several times since the last few years,(riwayat pernah ada vaginal
discharge, yang biaanya rekuren) back and forth, but never experienced this worsen complaint. Every
day the patient cleans the pubic area using feminine cleansing soap. (berhub ama kelembaban, biasa
kalo infeksi disebabkan sama jamur, kalau dibersihin pake sabun, tambah sering dicuci, kalau dia
bersihin/lap gak sampai kering, malah tambah gatal, untuk sabun harus dipastikan bukan sabun basa,
dan kalau dilakukan vaginal douching bisa jadi FR)
History of Medication : The patient has never been treated for this complaint.
History of Past illness : She has no history of hypertension, diabetes, and allergy
Physical Examination
Height: 165 cm, Weight: 85 kg → BMI = 31,22 (Obesitas) (bisa jadi faktor risiko)
Other physical examinations were within normal limits
Localist status (dermatologist):
Vulva : erythema appears with indistinct boundaries (biasa Eritema vulva akibat digaruk)
Introitus Vagina : erythema, edema, lumpy white body, cottage cheese appearance +, sour smell +. (khas
pada Candidiasis VulvoVaginitis ditemukan Cheese-like appearance dan punya Ph yang asam biasa
dibawah 4,5)
Ancillary Examination
Skin scrapings with 10% KOH: blastospores +, pseudohifa + (pemeriksaan khas dilakukan untuk ec.
Fungi, dengan menggunakan KOH bisa didapatkan blastospore dan hifa/pseudohifa)
Etiologi : Yeast infection, most common candida albicans, (varian lain: C.Parapsilosis, C.Tropicalis,
C.Krusei, C.Glabrata,dll. )
Faktor risiko :
● Imunosupresi (HIV, Diabetes, ec.Medical treatments (KS, radioterapi, kemoterapi)
● Penggunaan pakaian ketat → meningkatnya suhu → keringat → lembab.
● iritasi/trauma (Penggunaan Foley Kateter)
● Hormonal (kehamilan, kontrasepsi hormonal, menstruasi)
● Infeksi kandida berulang
Manifestasi klinis :
● Sekret vagina kental,
● Rasa terbakar dan gatal (pruritus) prominen pada daerah genital,
● Dysuria (sakit saat berkemih)
● Tidak berbau/ bisa kadang berbau asam (biasa dari pembentukkan as laktat)
● Gumpalan susu putih (white cheese like) kekuningan pada dinding vagina, Ph<4,5
● Eritema dan dapat meluas ke labia dan perineum, (biasa Eritema vulva akibat digaruk)
● Biasa rekuren >4 episode/tahun
Pemeriksaan Fisik :
● Pemeriksaan genital wanita: pada area vulva dan vagina, ditemukan gatal, kemerahan
(radang), edema (pembengkakan) dan terdapat fisura, Pada vulva terdapat eritema (biasa
Eritema vulva akibat digaruk)
● erythema, edema, lumpy white body, cottage cheese appearance +, sour smell +
1. CBC = untuk menyingkirkan DD, kalo e.c bakteri bisa ada naik PMN dll.
2. Pemeriksaan skin scrapping → pake scalpel → preparat basah (saline, KOH 10%): bisa ditemukan
sel ragi, Blastospora, hifa semu /pseudohifa, kadang hifa asli bersepta
3. Uji Whiff/tes Amin = vaginal discharge ditetesin KOH 10% nanti ada bau atau tidak, biasa kalau
Candidiasis VulvoVaginitis (-) tidak berbau amis
4. Kultur bakteri = singkirkan DD
Tatalaksana :
- Mikonazol 200 mg intravagina/hari slm 3 hari, Klotrimazol 500mg IV SD.
- Kalo rekuren terus (udah lebih dari 3 kali) → Flukonazol 150 mg P.O SD, atau Itrakonazol 200 mg
per oral dosis tunggal (tidak boleh diberikan pada ibu hamil, menyusui, anak <12th)
- Nistatin 100.000 IU intravagina setiap hari selama 7 hari
- Topikal: Clotrimazole 1% cream 5 g intravagina (7-14 hari), Miconazole 2% cream 10 g intravagina
(7 hari), Tioconazole 6.5% ointment 5 g intravagina Single application.
- Edukasi pemeriksaan sex partner, penggunaan kondom, hygiene.
Pertanyaan tambahan
1. Kan kasus ini primary disease, kalau dia secondary, penyakit yang bisa nyebabin apa? Kondisi
immunosupresi (Diabetes, HIV, ec.Medical treatments (KS, radioterapi, kemoterapi)
2. Kenapa pasien diabetes kalau gula tinggi leukorrhea nya banyak, tapi pas udah control terus
gulanya turun, leukorreahnya juga ikut turun? Harusnya iya (coba cari lagi ya gais)
3. Hubungan DM dan kandidiasis? Salah satunya karena sistem imun rendah. Apa lagi? ada
hubungannya aman glikogen gabisa dipecah gitu...harusnya kan lactobacillus yg mecah (coba
cari lagi ya gais)
4. Cara bedain bacterial dan candida vaginosis gimana? Diminta PP hasil pasti, kalau jamur ketemu
hifa dan spora di mikroskop. Bakteri bisa pake pewarnaan gram.
5. Cara periksa bacterial vaginosis? Nanti terlihat apa pada mikroskop? Ada clue cells
6. Cara periksa trikomoniasis? Nanti terlihat apa? Trikomoniasis bentuknya gimana? Trichomonas
vaginalis Bentuknya berflagel dan motil.
7. Fishy odor candidiasis dan bakterialis vaginosis lebih bau mana? Lebih bau BV soalnya BV tuh bau
amis, kalau candidiasis biasanya tidak berbau atau baunya asam bukan fishy odor.
8. Kandidiasis vulvovaginitis Bahasa indonesianya apa? Keputihan
9. Jenis candida lain apa aja? Sudah dicantumkan di Etiologi.
10. PP lain apa? Hasilnya apa? Sudah dicantumkan di PP.
11. Pseudohifa apa? Hifa buat apa?
a. Hifa adalah filamen menyerupai benang (pada jamur berfilamen sebagai alat tumbuh
vegetatif utama), tidak ada penyempitan.
b. Pseudohifa adalah rantai sel jamur yang mudah terganggu yang merupakan perantara
antara rantai sel pemula dan hifa sejati, ditandai oleh konstriksi daripada septa pada
persimpangan. (jamur uniseluler seperti ragi)
Patient Identity
Name : Mrs. P Occupation : Housekeeper
Age : 34 years old Education : Senior High School
Gender : Female Address : Penjaringan
History taking
The patient was brought to the ER with a chief complaint of a gradual loss of consciousness since
yesterday. The symptom was first noticed by the husband yesterday morning when she became drowsy
but still alert. This morning, the symptom worsens. The patient could not be awakened, so the husband
brings her to the ER. The symptom has been accompanied by fever and sore throat since three days ago
(faktor risiko infeksi SSP dari infeksi di tenggorokan) Fever and sore throat slightly got better after taking
fever medication, but persist. The patient also complained of a pulsating headache that started with the
fever (karena edema dan juga peningkatan tekanan intrakranial karena absorbsi CSF di subarachnoid
terganggu)
There is no other complaint such as slurred speech, half sided weakness, seizure, history of head trauma
(eksklusi stroke)
Physical examination
General condition : looks severely ill
Consciousness : inadequate contact, GCS E3M5V4 → Eye, Motor, Vocal normalnya 15
(Mild head injuries = 13-15
moderate head injuries 9-12
severe head injury. = <8 )
Vital signs :
- Blood pressure : 130/80 mmHg
- Pulse rate : 110 bpm Normal 80 - 100 bpm
- Respiratory rate: 22 per minute Normal 16 -20x/menit
- Temperature : 38,5°C Normal 36.7c - 37.6c, sudah masuk demam febris
Thorax
- Cor :
o Inspection : Ictus cordis at ICS 5 left midclavicular line
Brudzinski II sama seperti kernig sing + ada refleks involunter dari kaki yang satunya
CSF analysis
- Opening pressure : 25 cm H2O(Normal: 12-20 cm H2O)
- Colour : cloudy (Normal: clear) → hasil dari neutrofil ?
- Cells : 1500 cells/µL, neutrophil dominant (Normal: < 5 cells/µL) → infeksi
bakteri
- Protein : 150 mg/dL (Normal: < 40 mg/dL)
- Glucose : 25 mg/dL (Normal: 45-80 mg/dL) → karena dipake oleh bakteri
untuk metabolismenya jadinya turun
Head CT scan with contrast : diffuse brain edema with leptomeningeal (lapisan meninges yang
lunak) arachnoid,piamater pachymeninges → meninges yang keras (duramater) contrast enhancement
● WD : Meningitis Bakterial
● DD :
○ Meningitis viral → lihat dari CSFnya ,
○ Encephalitis :
■ gangguan neurologisnya : disfungsi otonom,ataksia,hemiparesis,kejang,defek
nervus kranialis
■ Gejala awal : penurunan kesadaran,demam,nyeri kepala, perubahan perilaku,
kejang muntah, hemiparesis
● Etiologi :
○ Infeksi bakteri dari tempat lain ( Otitis media akut, sinusitis,nasofaring)
○ Komplikasi pengobatan intrathecal
○ Autoimun ( lupus )
● Faktor risiko : kalo dari kasus ada infeksi nasofaring sebelumnya,
Pertanyaan Tambahan
1. bedanya sama encephalitis apa? Encephalitis kena dimana? -> di parenkim otak.
2. kalo encephalitis dia bisa ada kelainan apa lagi? -> gangguan neurologis
3. ggn neurologis nya sesuai apa -> sesuai lobus
4. kalau orang dewasa pakai apa obat nya -> kombinasi Ceftriaxone 2x2 gr IV + Vancomycin 2x1 gr
IV + ampicillin 2 gr IV
5. kenapa lansia pake ampicillin? Broad sprectum, terutama untuk listeria
monocytogenes,Haemophilus influenzae tipe B
6. bakteri yg menyebabkan meningitis di anak sama di orang dewasa apa dan beda nya apa (sumber
AAFP)
a. Neonatus <1 bulan: Group B streptococcus, Listeria monocythogenes
b. Anak 1-23 bulan: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis
c. Usia 2-50 tahun: Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae
d. Dewasa >50 tahun: Streptococcus pneumoniae, N. meningitidis
7. selain bakteri dan virus yg bisa nyebabin meningitis apa lagi? Fungal (ex: Cryptococcus
neoformans).
8. selain fungi bakteri dan virus -> TBC
9. kalo ada cedera kepala jadi nya gmn -> traumatic brain injury
10. selain antibiotik? dikasih manitol dan steroid untuk menurunkan tekanan intrakranial
11. steroid dikasih buat apa -> buat nurunin inflamasi dan dalam jangka lama buat nurunin sistem
imun
12. perbedaan CSF analysis pada penyebab meningitis viral, fungi, tuberkulosis
Patient Identity:
Name : Girl B
Sex : Female
Address : Teluk Gong
Age : 5 years old (anak-anak dan neonatus riskan karena duktus eccrine yang masih imatur)
Education : Kindergarten student
Alloanamnesis with patient’s mother
Chief complaint: red bumps and vesicles on frontal head, neck, chest, and back in the last 2 days. (ciri
khas malaria rubra: papulovesikel eritem)
She has no history of fever. The weather was hot in the past few days with no rain. There was another
student in her school who suffered nodules and vesicles five days ago. Her friend had the nodules on
fingers and toes – confirmed as scabies. However, they were not in the same class and never played
together. No information regarding her friend treatment. Patient lived with her father, mother, and older
sister. He slept in same bed room with her older sister. A week ago, her older sister suffered from
chickenpox and was treated five days ago. At this time, the vesicles around her older sister’s face, chest,
abdomen, and back had dried out and no new lesion was found. Patient usually takes bath twice a day
with baby soap and cold water, sometimes warm water. No history of skin illness and drug therapy.
Family history: Since last week her older sister suffered from chicken pox.
Physical Examination
General condition : Fussy and scratching her neck
Vital signs
DD:
● Varicella Zoster
➔ Alasan dipilih: pasien belum vaksin varicella sebelumnya dan kakaknya ada riwayat terkena cacar
air dari minggu lalu. Pada varicella, bentuk lesi kulitnya juga ada eritema papulovesikel dan krusta
➔ Alasan disingkirkan: Pada varicella lesinya polimorfik (ada staging yang berbeda-beda →
makula, papul eritem, vesikel (tear drops), pustul, krusta; dan biasanya didahului oleh gejala
prodromal (demam, malaise, nyeri kepala)
● Miliaria pustulosa
➔ Alasan dipilih: memiliki gejala khas dari lesi miliaria, yang diperberat waktu berkeringat
➔ Alasan disingkirkan: merupakan perkembangan lanjutan dari miliaria rubra dan terjadi jika
mengalami peradangan. Biasanya didahului oleh infeksi kulit lain, sehingga lesi berupa bintil
merah yang terisi nanah (pustule)
WD:
Miliaria rubra
● Alasan: bentuk lesi kulit sesuai dengan Miliaria rubra. Dan kondisi lesi kulit akan memburuk ketika
pasien melakukan aktivitas fisik dan berada di ruangan yang panas, dan akan membaik jika mandi
dengan sabun, juga berada di lingkungan yang dingin.
● Arti: kelainan pada kelenjar keringat eccrine yang disebabkan oleh tersumbatnya duktus/saluran
keringat sehingga menyebabkan terjadinya leakage keringat ke epidermis/dermis
● Khas: ruam kecil yang menonjol, eritematosa, terasa gatal, ada sensasi menyengat/perih di kulit
Faktor risiko:
1. Usia (>> pada neonatus)
2. Oklusi pada kulit (berpakaian ketat, pakaian tebal non-breathable, tirah baring dalam waktu lama,
atau penggunaan transdermal patch)
3. Berpindah domisili dari daerah beriklim dingin ke daerah beriklim tropis
4. Aktivitas fisik yang menyebabkan keringat berlebih
5. Hiperpireksia
6. Obat-obatan
Manifestasi klinis :
MIliaria Rubra (prickly heat) → jenis miliaria yang paling sering
● Ruptur terjadi di stratum spinosum
● Biasanya ada bayi usia 1 - 3 minggu / dewasa yang tinggal di daerah panas dan lembab
● Lesi dapat timbul pada penggunaan transdermal patches medication
● Lesi cenderung muncul setelah berbulan-bulan paparan (tapi bisa juga beberapa hari)
● Lesi sembuh dalam beberapa hari setelah menghindari panas
● Lesi menyebabkan pruritus yang hebat dan menyengat → diperburuk dengan demam, panas, dan
aktivitas fisik berlebihan
● Pasien dapat mengeluhkan: kelelahan/fatigue, intoleransi panas, ↓ keringat pada daerah lesi
Pemeriksaan Fisik :
Gambaran lesinya:
● Lesi uniform/seragam, papul eritem, kecil, bisa tampak ada vesicular papul kemerahan
● Diskrit → tidak ditembus rambut
● Lesi bisa tampak “patches” eritem yang mirip seperti kulit terbakar
● Pada tahap lanjut: bisa tampak anhidrosis
Pemeriksaan Tambahan :
1. Dermoscopy: tampak gumpalan putih besar, dikelilingi halo (lebih gelap) “white-bull’s eye” → D/:
Miliaria rubra
2. Pemeriksaan sitologi: infiltrasi limfositik inflamasi yang mengelilingi duktus dan PD superfisial
Pertanyaan Tambahan
1. Klasifikasi miliaria?
2. Kasus ini yang tipe apa? Rubra, pustulosa istilah jadul sudah tidak dipakai.
3. Kenapa ga scabies? Gatalnya scabies terus menerus atau ada waktunya?
Patient identity
Name : Mr. C
Occupation : College student
Age : 20 years old
Address : Jakarta
Sex : Male
Auto-anamnesis
Chief complaint: yellowish discharge from his left ear. (keluar nanah di telinga kiri)
Additional complaint : ear pain and hearing loss. (otalgia dan tuli) tuli konduksi karena membran
timpani engga bisa bergerak dengan bebas -> ada fluid di telinga tengah
Physical examination
- General condition : mild sick appearance
- Consciousness : full alert
- Vital signs :
Blood pressure (BP) 120/80 mmHg
Respiratory Rate (RR) 20 x/minutes
Pulse Rate(PR) 80 x/minutes
Body Temperature (BT) 38.3oC
- Head : none anemic conjunctiva, none icteric scleral
Thoraks, Abdomen, & Extremities: No abnormalities
Otorhinolaryngology
Otoscopy examination:
● Left : No ear pulling pain, no ear tragus pain, normal external acoustic canal, hyperemic
tympanic membrane, centered-small perforation with profuse mucopurulent secrete. (pasien
berada di staging perforasi, nanti dijelaskan di patof lebih lanjut stagingnya)
Figure 1. Otoscopy
WD : Otitis Media supuratif akut, stadium perforasi (ALASAN ADA DI ELABORASI KASUS)
DD :
- Otitis media kronis (eksklusi: onset biasa sudah >3bulan ottorhea, otoskopi biasa sudah
berkembang jadi koleastoma/aural polip, hasil audiometri bisa jadi tuli sensorik+konduktif
(campur)
- Otitis media efusi. (eksklusi: banyak di anak kecil <1tahun, tidak ada tanda inflamasi akut, efusi
cairan non purulen, ada “glue ear”, membran timpani biasa kayak melekat gitu, bisa ada gg
bicara dan bahasa)
Epidemiologi:
● Sering pada bayi dan anak-anak karena faktor anatomi tuba eustachius yang pendek dan lebih
landai.
FR:
● Bayi dan anak kecil
● Tidak vaksinasi PCV, HiB
● Polusi udara, asap rokok
● Riwayat ISPA dalam waktu dekat
● Imunitas rendah
● Tinggal di pemukiman padat
Etiologi:
Seringnya bakteri yg menyerang pernapasan
● Streptococcus penumonia
● Haemophilus influenza
● Staphylococcus
Patofisiologi
Pahami dulu anatomi telinga tengah dan hubungannya dengan saluran napas atas
Tuba eustachius nyambungin antara telinga tengah ( timpani, tulang” pendengaran ) dengan nasofaring
Pemeriksaan tambahan:
1. CBC
2. Rinne (gambar lihat google)
a. Pada pasien ini→ negatif sebelah kiri menandakan tuli konduksi telinga kiri
3. Weber(gambar lihat google)
a. Pada pasien ini → Lateralisasi ke kiri → tuli konduksi sebelah kiri
4. Schwabah (gambar lihat google)
a. Pada pasien ini → Tuli konduksi akan ada perpanjangan bunyi
Tatalaksana:
1. Antipiretik → parasetamol 3x1000 mg
2. Dekongestan untuk hidung
3. Antibiotik
a. Amoksisilin-clavalunate 3x500 mg/ hari selama 10-14 hari
4. Edukasi
Aural toilet bila ada sekret yang keluar → wicking (membuat sumbu yang lancip dari tisu
kering/kain)
Patient’s identity
Name : Mr. C
Occupation : employee
Age : 30 years old
Marital status : single
Address : Cengkareng
Sex : Male
Anamnesis
Chief complaint : dysuria (terjadi respon iritasi/inflamasi pada urethra yang menyebabkan nyeri saat
berkemih, biasa disertai tanda inflamasi : kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)
Physical Examination
Abdomen
Inspection : flat, no skin lesion, no venectation
Palpation : soft, no hepatosplenomegaly, no muscular defense
Percussion : tympani on all area, no pain on costovertebral angle
Auscultation : normal bowel sounds
Extremities : Normal
Neurologic examination : Normal
Ancillary Examination
Hematology examination
Hemoglobin 14 g/dl (normalnya cowo 14-18) hematocrit 48% (normalnya cowo 40-48), leucocyte
11.000/microliter, (normalnya 4500-10.000= terjadi leukositosis) diff count 0/1/23/58/13/5 (terjadi
peningkatan dari neutrofil batang yang memungkinkan terjadinya infeksi bakteri = shift to the left
(akut)), thrombocyte 230.000/microliter. (normalnya 150.000-400.000)
Gram stain
Diplococcus intracellular and extracellular Gram-negatice bacteria (GO mempunyai bentuk diplokokus
dan ber gram (-)) polymosphonucelar lymphocyte >5/high power field (normal <5, bukti ada urethritis
(PMN>5)). No pseudo-hyphae, no trichomonas. (bukan fungi, bukan Trichomonas)
Urine test
Yellow, cloudy, specific gravity 1,010, pH 7, leucocyte esterase negative, nitrite negative, protein negative,
blood negative, sedimentation: erythrocyte 0-2/HPF, leucocyte 30/HPF (normal 0-4, bukti ada peny.
Urologi = PYURIA), cylinder negative, epithelial 5-10/HPF, bacteria negative, crystal negative.
DD
- Urethritis non GO (e.c Chlamydia thracomatis, Candida dll.) (eksklusi: onset lebih lama biasa
sekitar 2-3 minggu, secret seropurulen, bisa dilakukan Gram Stain (-), ada pseudohifa,
trichomonas)
- Prostatitis (dipilih karena ada disuria, eksklusi: pasien tidak mengeluh adanya demam, malaise,
obstipasi, dan rasa tidak enak di daerah suprapubis, bisa dilakukan eksklusi apabila dilakukan
Rectal Touche)
Etiologi
Infeksi Neisseria Gonorrhoeae, bakteri gram (-), diplokokus, non-motil, anaerob obligat
Faktor risiko
● Memilki riwayat STD
● Riwayat bergonta-ganti pasangan sex, punya pasangan lebih dari 1
● Berhubungan sex tidak menggunakan kondom
● Trauma mekanik (kateter berulang)
Manifestasi klinis :
- OUE: eritema, edema, gatal dan panas
- Disuria (rasa sakit saat berkemih)
- discharge urethra (yellow-greenish mukopurulen)
- Limfadenopati regional
- Nyeri saat ejakulasi
- Morning drops warna kuning di pagi hari menempel di CD
- Bisa jadi ada Testicular pain (Orchalgia)
Pemeriksaan Fisik :
- Inpeksi genital : OUE: eritema, edema, gatal dan panas
- Palpasi nyeri suprapubik.
- Pemeriksaan genital: tarik kulup, pijat apabila keluar discharge, perabaan pembesaran KGB
sekitar alat kelamin, perabaan testis (ada rasa nyeri/tidak).
- Memeriksa ekstragenitalia (kulit, mata, dll.) → curiga STD.
Tatalaksana :
- Sefixime 400 mg p.o, Levofloksasin 500mg SD/ Azitromycin 1gr PO SD. (kalo non GO: Doksisiklin
2x100 p.o/ Azitromycin 1gr PO SD.)
- Koinfeksi chlamydia → kombinasi dengan azithromycin 1 gram p.o selama 7 hari
- Edukasi penggunaan kondom, penjelasan faktor risiko “jajan”, treat pasangan
Pertanyaan Tambahan
1. Faktor risiko yang mendukung? Sudah ada di penjelasan faktor risiko
2. Patofnya selain dari uretra bisa dari mana lagi? Cewek bisa kena ga? Bisa dari orogenital, rektogenital
; wanita bisa kena tpi biasanya asimptomatik (cewe banyaknya di serviks)
3. Protein virulensinya ada pili, pilinya ada berapa macam yang kamu tau?
- (Pili di permukaan bakteri Neiserria gonorhoeae ditemukan pada tipe 1 dan 2, dimana pilinya
bersifat virulen, pili bantu patogen menempel di sel epitel uretra, hambat fagositosis, bisa
dipakai jadi alat konjugasi untuk replikasi sesama gonokokus atau dengan E.coli, dan ganti DNA,
pada tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili)
- Banyak variasi pili?? Ada juga yang bilang 4 macem?? (cari lagi ya!!, kalo salah maap) → tapi
yang dipakai dan sering disebut sebut di jurnal biasanya yg type IV pili → bantu bakteri untuk
adhesi dan penetrasi mukosa sel epitel.
4. Protein Opa dan LOS itu apa? Apa mereka juga termasuk pili dari bakteri ini? Bukan pili..
- LOS (Lipooligosakarida) : salah satu fragmen komponen membran luar N.gonorhoeae, yang
akan dilepaskan sebagai “blebs” selama pertumbuhan bakteri → bersifat sebagai endotoksin
yang menstimulasi produksi TNF dan menyebabkan kerusakan sel, membantu perforasi dan
membuat adanya sepsis.
- OPA (Opacity-associated protein) = fragmen komponen membran luar bakteri N.gonorhoeae
yang membantu dalam penetrasi patogen ke sel epitel uretra.
5. Antigen pili berubah maksudnya apa? (coba cari lagi ya!! kalo salah maap)
- Conjugation pili → misal bakteri A resisten, dia akan kasi materi genetik ke bakteri B supaya
ikut resisten bareng.
- type IV pili bisa exchange DNA terus jadi buat protein spesial mis: PilQ, PilT yang bisa buat
prevent development of immunological memories (jadinya gak dikenalin ama APC dll.) →
jadinya bakteri bisa terus menginfeksi disana.
- Selain itu bisa juga memecahkan enzim h202 yang ada di neutrofil supaya bisa kabur tidak
termakan.
- Mengeluarkan sialic acid = supaya tidak ketahuan hostnya → demam subfebris/tidak demam.
Anamnesis
Chief complaint: Feeling fatigue for the past two days (bisa dikarenakan adanya mual, muntah, nafsu
makan menurun/semua makanan keluar semua, badan gak dapet asupan makanan yang cukup)
History of present illness:
Patient came to the outpatient department clinic due to fatigue since 2 days before hospital admission.
He had fever lasting for 2 days 1 week ago.(ada infeksi akut) Patient has not visited any doctor, but he
already took “over the counter” medicines. Nausea and epigastric pain were present. (hepar membesar
mendesak gaster ada gejala mual muntah, ada rangsangan Glisson’s capsule → nyeri ulu hati) Three
days after hospital admission, patient experienced yellowish color on both eyes, dark yellow urine, and
acholic stool. (ada gangguan metabolisme bilirubin, biasa terlihat kalau bilirubin >2/3 → menyebabkan
sklera ikterik, tea-coloured urin, claystool ) He has a habit of consuming meals at street hawkers, without
paying attention to meal hygiene. (riwayat sanitasi buruk)
Physical examination:
General conditions : Weak, moderately ill.
Consciousness : Compos mentis
Vital signs : Blood Pressure (BP) 120/70 mmHg, Pulse rate (PR) 92
x/minute, Respiratory Rate (RR) 20 x/minute, Body Temperature (BT) 37.6oC
(demam subfebris)
Head and Face:
• Eyes : icteric scleral, (karena jaringan elastin banyak, jadinya yang pertama terlihat ikterik di
sklera dan frenulum linguae) pink conjunctiva, conjunctival injection -/-, ciliary injection: -/-,
exoftalmus -/-, pupil Ф 3mm/3mm, direct and indirect light reflex +/+, eye movement in all
direction (+).
• Mouth : Frenulum linguae appears icteric (karena jaringan elastin banyak, jadinya yang pertama
terlihat ikterik di sklera dan frenulum linguae)
• Neck : Lymph nodes not palpable, jugular venous pressure 5+2 cm H2O.
Thorax:
Heart: (normal)
o Inspection : Ictus cordis observed at ICS V left midclavicular line.
o Palpation : Ictus cordis palpated at ICS V left midclavicular line.
o Percussion :
● Upper border : ICS II left parasternal line.
DD:
- Hepatitis B, C, E (dipilih karena: ada karakteristik hepatitis yang sama, eksklusi:transmisi melalui
blood-borne, melihat dari titer serologi)
- Leptospirosis (dipilih karena: ada gangguan GIT (mual, muntah,dll.), riwayat makan sembarangan
(sanitasi dan hygiene buruk), eksklusi: menyerang manusia melalui kontak langsung (air banjir,
kolam,dll.) atau tanah yang sudah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira
(hewan pengerat))
- Penyakit saluran dan kantung empedu (Choledocolithiasis, Cholangitis) (dipilih karena: ada
gangguan GIT (mual, muntah,dll.), jaundice, tea-coloured urine, claystool feses, eksklusi: PP: USG
(ditemukan batu), ERCP, MRCP)
Etiologi :
HAV (Hepatitis A Virus), SSRNA (+), Hepatovirus, Picornaviridae, tidak punya selubung, tahan asam
Faktor risiko :
- Sanitasi dan hygiene yang buruk
- Kurangnya ketersediaan air bersih
- Mengonsumsi makanan mentah
- Kontak langsung dengan penderita HAV, misal hidup serumah
- Berhubungan seks → terutama seks anal.
Manifestasi klinis :
- Gejala prodromal (demam, malaise, nausea, nyeri kuadran kanan atas, muntah)
- Jaundice (sklera dan kulit ikterik)
- Hepatomegali → nyeri kuadran kanan atas
- Gangguan pencernaan
- Penurunan berat badan
- Tea-coloured urine, Clay stool
Pemeriksaan Fisik :
- Inspeksi: sklera ikterik, frenulum linguae ikterik
- Palpasi : hepatomegali, nyeri tekan
Pemeriksaan Tambahan :
- Pemeriksaan fungsi hati : ast, alt, ggt, alp.
- Kadar bilirubin total, direct, indirect
Tatalaksana :
● Penyakit ini self limiting disease, mungkin untuk terapinya bisa terapi supportif, memonitor
kebutuhan gizi dan status rehidrasi
○ Terapi supportif
■ Analgetik + Antipiretik: Ibuprofen 200-400mg 3-4 kali sehari.
■ Antiemetik: Metaklopramid 10 mg 1-3 kali sehari.
■ Banyak beristirahat → penderita keluhan utama pasti fatigue.
■ Bisa diberikan suplemen hepatoprotektor, seperti: curcumin
● Jangan mengkonsumsi minuman keras atau obat yang hepatotoksik (misal: Parasetamol)
Pencegahan:
● Ig Hepatitis A IM SD 0,02-0,06 ml/kg, vaksinasi HAV IM (2x selang 6-18 bulan)
● Edukasi mengenai sanitasi dan hygiene (sesuai faktor risiko)
Pertanyaan Tambahan
1. makanan terkontaminasi maksudnya apa? Bisa terkontaminasi virusnya melayang apa gimana
jelasin? Bisa terkontaminasi dengan debu, tanah, dll.
2. itu pembentukan bilirubin gimana? Bilirubin→ hasil penghancuran katabolisme heme dari RBC,
normalnya bilirubin akan terkonjugasi di liver lalu jadi water soluble → dieksresi via empedu
jadi urobilinogen dan stercobilin.
3. fase infeksiusnya dimana? Plg infeksius preikterik --> bisa dikasih antiviral ga? Gausa, self limited
4. pemeriksaan penunjang selain yg dikasus bs apa lagi? Titer antibodi. Kalo xray bisa buat apa? Buat
singkirin DD, misal batu empedu
Post-hepatik: Ada batu atau obstruksi di duktus empedu → CB banyak pol nyumbet, akibatnya
pressure bile duct menngkat!! → jadi bisa leak out tuh cairan empedu lewatin tight junction
masuk ke pembuluh darah → di cairan empedu ada garam empedu dan kolesterol yang kalo
deposit di kulit nyebabin PRURITUS , Koleterolemia dan xanthomas → + urin gelap karna sifat
CB yang water soluble
6. gimana cara bedainnya berdasarkan klinis aja? tanpa PP apapun? Biasa orang dengan hepatitis A
mengalami jaundice (kuning) dan riwayat makan-makanan di jalan yang tidak diketahui
higienitasnya.
7. apa itu fulminant hepatitis? seberapa sering hepatitis a jadi komplikasi ke fulminant? gejalanya
gimana? Rapid progression dalam kegagalan hati, banyak di hepatitis A, SS: severe prodromal
sympromn, penurunan kesadaran (disorientasi/coma/somnolen), edema, fetor hepatic (nafas
bau amonia), flapping/tremor (asterixis)
8. kenapa lebih berat klinis nya pada dewasa? Mungkin nih, kan emg seringnya kena anak-anak,
jadi kalau kena orang dewasa imunnya kurang jadi klinisnya lebih berat?? Tapi kaga tau haha
9. kenapa gaperlu antiviral agent (simptomatik aja)? Gausa, self limited
10. penularan faecal oral, kalo pasien mau dirawat di rumah, apa edukasi untuk keluarga? gimana
biar ga ketularan? Paling utama mengenai sanitasi dan hygiene
11. fasenya apa aja? Ada di penjelasan patof, Sekarang dia fase apa? pre-ikterik.
Riwayat keluarga : -
Physical Examination
Appearance
Behavior and psychomotor activity : keep moving on his seat. He looks well dressed.
Blood counts
Haemoglobin : 12,7 g/dl
Haematocrit : 37%
Erythrocytes : 5x106/microliter
Leucocytes : 8.000/microliter
Thrombocytes : 290.000/microliter
CRP : 2 mg/l
Imaging
Chest X-ray : no abnormalities
Electrocardiogram : no abnormalities
DD :
1. Fibromyalgia
Adalah disorder of pain regulation yang ditandai dengan nyeri otot seluruh tubuh, fatigue,
anxiety, depression (pada status mental ada penurunan mood), gangguan tidur, Namun
disingkirkan karena nyeri otot baru 2 hari (fibromyalgia minimal 12 minggu) dan di skenario
terbukti gejala pasien membaik saat konsumsi heroin kembali yang dimana etiologi fibromialgia
itu unknown (firbomialgia mungkin dipicu atau diperparah oleh berbagai stressor fisik dan / atau
emosional yang mencakup infeksi serta trauma emosional dan fisik)
2. Penggunaan zat yang merugikan
Kriteria diagnosis:
● Adanya pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan dapat berupa fisik atau
mental
● Pola penggunaan yang merugikan sering dikecam oleh pihak lain dan seringkali disertai
berbagai konsekuensi sosial yang tidak diinginkan
● Tidak ada sindrom ketergantungan
Mengapa DD ini? pada kasus dia tau bahwa jika ia berhenti konsumsi akan nyeri”. Namun
disingkirkan karena harus eksklusi sindrom ketergantungan sedangkan kasus memenuhi kriteria
sindrom ketergantungan
3. Anemia
Karena ada keluhan low energy, Hb 12,7 = rendah (buat cowo Hb 14+-2), disingkirkan
karena tidak ada riwayat trauma, riwayat keluarga yg anemia, perlu pemeriksaan lebih lanjut.
Definisi
Opiat/opioid adalah bahan kimia psikoaktif yang bekerja dengan mengikat reseptor opioid, yang
ditemukan terutama di sistem saraf pusat, sistem perifer dan saluran cerna yang mengakibatkan depresi
susunan saraf pusat (SSP), analgesik, dan euforia.
Etiologi :
Pasien berhenti mengkonsumsi zat sehingga muncul gejala klinis yang bertentangan/berlawanan dengan
efek zat yang sebenarnya.
Faktor risiko :
● Faktor pekerjaan : bekerja sebagai seorang Dj
● Faktor lingkungan (lingkungannya dunia malam yg negatif)
→ sebagai seorang Dj erat juga dengan konsumsi rokok dan alkohol, STD, kemudian juga perlu di
assess adakah penggunaan zat psikoaktif lain.
● Heroin adalah agonis reseptor opioid (mu, kappa, dan delta) di SSP
○ Tubuh kita punya reseptor Mu1 (efek analgesik) dan reseptor Mu2 (efek depresi
pernapasan dan euforia, juga dapat menyebabkan miosis, penurunan motilitas GIT shg
menyebabkan konstipasi dan ketergantungan fisiologis)
○ Reseptor kappa : analgesik, reseptor delta : fenomena spinal analgesia
● Di CNS heroin dimetabolisme menjadi → monoacetylmorphine (merupakan agonis reseptor-mu
yang lebih kuat daripada morfin), sedangkan di jaringan perifer heroin dimetabolisme jadi → 6-
Patofisiologi Withdrawal:
Withdrawal : memberikan efek berkebalikan dengan efek zat yang dipakai
Penggunaan zat psikoaktif mempengaruhi kerja amygdala (emotional and behavioral function) → jika
digunakan kronis → Tubuh akan mengkompensasi dan terbiasa → ketika penggunaan dihentikan = tidak
“high” menyebabkan sinyal dopamine rendah → penurunan reward system (reward system berperan
dalam memproduksi a pleasant or positive affective experience) → aktivasi hormon stress → produksi
Corticotropin Releasing Factors oleh Hipotalamus → negative emotion.
Klinis Pasien :
● Nyeri otot seluruh tubuh sejak 2 hari lalu (akut)
● Demam
● Penurunan nafsu makan
● Mual
● Diare
● Low energy
● Gangguan tidur
● Mata dan hidung berair (withdrawal opioid khasnya Lakrimasi dan rhinorrhea)
● Susah konsentrasi
● Cemas
● Tremor → Opioid memblokir interneuron GABA di ventral tegmental area (VTA) untuk
meningkatkan dopamine (biar euforia), hal ini menyebabkan aktivasi mesocorticolimbic
dopaminergic neurons.
*Gejala berhenti saat konsumsi heroin kembali
● Blood counts
○ Haemoglobin : 12,7 g/dl (menurun)
○ Haematocrit : 37% (menurun)
○ Erythrocytes : 5x106/microliter (normal)
○ Leucocytes : 8.000/microliter (normal)
○ Thrombocytes : 290.000/microliter (normal)
○ Blood viscosity : 4 mm/hours
○ Anti-streptolysin O titre
: normal
○ CRP : 2 mg/l (normal)
● Imaging
○ Chest X-ray : no abnormalities
○ Electrocardiogram : no abnormalities
Status Mental :
General description : looked in pain (kesakitan → tadi kan ada nyeri otot
seluruh tubuh)
Behavior and psychomotor activity : keep moving on his seat (tidak bisa diam, karena
cemas). He looks well dressed
Mood : low mood (penurunan mood → karena putus zat, yg muncul efek kebalikannya
→ harusnya heroin menyebabkan euforia)
Pertanyaan tambahan:
•Stimulan : zat adiktif yang merangsang sistem saraf pusat. gejala yang muncul
meningkatnya denyut jantung,frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
•Halusinogen : zat adiktif yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat ,sehingga pengguna
mengalami halusinasi dengan melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata atau khayal .
Berdasarkan kerjanya:
Patient Identity
Feeding History
He had formula milk from birth to 5 y.o (tidak ada riwayat pemberian ASI). Milk porridge between 4 to 7
months old, then rice porridge until 1 y.o. Now he eats the same meal as his family. For each meal, the
patient usually finished 2 plates of rice, vegetables, and side dishes as eaten by the family.
Developmental history: appropriate for age
Neck : enlargement of neck lymphatic nodes (-), Thyroid gland not palpable, JVP 5+2 cm H2O.
Thorax:
Heart: Pemeriksaan jantung dbn
Faktor risiko:
● Genetik (gen tertentu yang meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 1)
● Riwayat keluarga
Manifestasi klinis:
● Polidipsia
○ Gula darah tinggi -> perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel -> dehidrasi intrasel ->
hipotalamus stimulasi rasa haus
● Poliuria
○ Hiperglikemia -> filtrasi >> reabsorpsi glukosa -> glukosuria -> diuresis osmotik ->
hilangnya air dalam jumlah besar melalui urin.
● Polifagia
○ Penyimpanan karbohidrat, lemak, protein oleh sel << -> cellular starvation -> rasa lapar
meningkat
● Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
○ Hilangnya cairan akibat diuresis osmotik; defisiensi insulin -> penggunaan lemak dan
protein sebagai sumber energi (glukoneogenesis) -> loss of body tissue
Pemeriksaan Fisik:
● BMI normal (18,5-22,9 kg/m2) atau underweight (<18,5 kg/m2).
● Pemeriksaan terkait komplikasi DM
○ Pemeriksaan retina -> diabetic retinopathy.
Pemeriksaan Tambahan:
● C-peptide (0,85 ng/mL) = menggambarkan insulin endogen <<
● Autoantibodi -> ICA, IAA.
● Pemeriksaan fungsi ginjal (kreatinin serum, GFR)
● Pemeriksaan fungsi tiroid
● Bisa ditambah pemeriksaan analisis gas darah.
Tatalaksana Farmakologi: Insulin (seluruh pasien DM tipe 1 perlu insulin seumur hidup)
● Kebutuhan harian insulin pasien DM tipe 1 anak: 0,5-1 unit/kgBB/hari secara injeksi SC.
Penyuntikan di daerah perut sekitar pusar-samping perut; kedua lengan atas bagian luar; kedua
paha bagian luar (dilakukan rotasi secara bergantian).
● DASAR PEMIKIRAN TERAPI INSULIN (TAMBAHAN AJA YA):
○ Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial. TErapi insulin
diupayakan meniru pola sekresi insulin fisiologis.
○ Defisiensi insulin basal timbul hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan defisiensi
insulin prandial timbul hiperglikemia setelah makan.
○ Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah basal adalah insulin
basal (insulin kerja sedang atau panjang).
○ Penyesuaian dosis insulin basal untuk pasien rawat jalan dapat dilakukan dengan
menambah 2-4 unit setiap 3-4 hari bila sasaran belum tercapai.
○ Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah prandial adalah insulin
kerja cepat (rapid acting) atau insulin kerja pendek (short acting).
○ Kombinasi insulin basal dengan insulin prandial dapat diberikan subkutan dalam bentuk
1 kali insulin basal + 1 kali insulin prandial (basal plus) ATAU 1 kali basal + 2 kali prandial
(basal 2 plus) ATAU 1 kali basal + 3 kali prandial (basal bolus).
Pertanyaan tambahan:
1. Etio dan patofisiologi kerusakan sel B gimana?
● HLA DR-3/4 -> sistem imun -> sel sitotoksik T -> sitokin -> sel plasma -> antibodi ->
menyerang sel B -> sel B tidak dapat produksi insulin -> glukosa tidak bisa masuk ke sel -
> glukosa menumpuk di sirkulasi -> hiperglikemia.
2. Jelaskan patof DMT1! Lihat bagian patogenesis.
3. HLA berperan ga dalam patof? Apa itu HLA? Fungsinya apa?
● Human Leukocyte Antigen. Fungsi: berperan dalam sistem pertahanan tubuh manusia.
4. Apa itu honeymoon phase?
● Saat honeymoon phase, orang dengan diabetes melitus tipe 1 merasakan keadaan
tubuhnya lebih baik dan merasa hanya membutuhkan sedikit insulin saja. Beberapa orang
bahkan tidak menggunakan insulin (biasa dialami pada pasien baru).
5. Kenapa HR meningkat?
● Karena glukosa dalam darah tinggi, meningkatkan viskositas darah, jantung harus
memompa lebih cepat (kompensasi).
6. Tanda dehidrasi pada kasus? Kulit kering, HR meningkat, mukosa lidah kering.
7. Cara singkirin DD?
● Lihat usia pasien dulu + lihat faktor risiko seperti pola hidup).
12. Bedain DMT1 dan DKA? Kalau DKA kadar keton dalam darah tinggi, DMT1 tidak. Ingat trias DKA:
hiperglikemia, asidosis, ketosis.
13. PP bedain sama DMT2? C peptide di DMT1 lebih rendah
14. Apa yang bedain DMT1 dan DMT2?
● DMT1 insulin di darah rendah, DMT2 insulin tinggi.
● DMT1 gangguan di produksi insulin, DMT2 = sel tubuh tidak bisa bereaksi dengan insulin.
15. Apa itu C peptide? Asam amino rantai pendek yang dihasilkan dan dilepaskan ke peredaran darah
sebagai hasil samping dari produksi insulin oleh kelenjar pankreas.
16. C peptide tinggi di DM tipe berapa? DMT2.
17. Perbedaan gambaran klinis MODY dan DMT1? Tidak ada.
18. Bagaimana pemberian terapi insulin? Dosis berapa? Lihat di bagian tatalaksana.
19. Perhitungan kalori? Dengan menggunakan berat badan ideal, lihat rumus di bawah ini
Patient Identity
Age : 65 y.o (faktor risiko terjadinya BPH) Occupation: Inter-city bus driver
Anamnesis (Autoanamnesis)
Chief complaint: Difficult and painful urination (khas pada BPH dimana terdapat respon iritasi berupa
DISURIA yang disebabkan pembesaran prostat) (patient has to wait for the urine to come out) (respon
adanya obstruksi dari lumen uretra berupa HESISTENSI)
Additional complaint : Frequent waking up in the evening to urinate. (khas pada BPH yaitu terdapat
gejala NOKTURIA, menandakan bahwa terdapat respon iritasi akibat adanya hiperplasia prostat yang
berujung pada penyempitan lumen)
Patient complained of difficulty and pain in urinating since the past 1 year. (sudah kronik lama →
menandakan kemungkinan sudah gejala Bladder Outlet Obstruction/BOO) He has trouble holding back
as well as starting urination (URGENSI) , with weak urinary stream and reduced flow. He reported a
sensation of the bladder not completely emptied after urination (terdapat INTERMITENSI, PANCARAN
LEMAH, MERASA TIDAK PUAS) Urine stream is uninterrupted, no red discolouration (tidak BAK berdarah
menandakan bukan infeksi saluran kemih atas maupun bawah). Patient only consumes hypertension
and diabetes medicines, no intake of other medications such as for asthma or anxiety. When driving the
bus, he often holds back his pee. (faktor risiko adanya batu di saluran kemih) He reported no shortness
of breath or easily fatigued when walking.
Treatments
Habits: He does not smoke or drink alcohol. He sits a lot due to the nature of his job. (faktor risiko
kurangnya aktivitas)
Vital signs:
- Blood pressure: 140/90mmHg (sudah masuk ke hipertensi stage 1)
- Temperature: 36,8°C
- Heart rate: 84x/minute
- Respiratory rate: 18x/minute
Head : -
Eyes : White sclera +/+, conjunctiva not anemic, conjunctival injection -/-, palpebral edema -/-, no
exophthalmos, isocoric pupil
Tongue : Reddish-pink mucous membrane, coated tongue (-)
Neck : Enlargement of neck lymphatic nodes(-), thyroid gland within normal limits, JVP 5+0 cm H20
Thorax
Heart :
- Inspection : Ictus cordis visible at ICS 5 left midclavicular line
- Palpation : Ictus cordis palpable at ICS 5 left midclavicular line
- Percussion :
Upper border : ICS 2
Right border : Right sternal line
Left border : Left midclavicular line
Lower border : ICS 5
- Auscultation : Murmur -, Gallop -, M1>M2, T1>T2 , A2>A1, P2 > P1
Genitals:
Penis : circumcised, phimosis (-), external urethral sphincter on the tip of glans penis
Scrotum & Perineum : within normal limits
Rectal toucher:
Right medial lobe 3cm, left medial lobe 3cm, lateral lobe 6cm, (pembesaran prostat) median
sulcus not palpable, lateral sulcus not palpable, cranial part not palpable. Prostate consistency is
firm, no tenderness, smooth surface, no nodule palpable. (eksklusi kanker prostat)
Ancillary examinations
Kidney function: Ureum: 10 mg/dL, Creatinin: 0.8 mg/Dl, PSA: 1.5 ng/ml (nilai normal berkisar 1-4 ng/ml,
PSA untuk skrining CA prostat)
Normal laboratory range reference (Ureum: 5-18 mg/dL ; Creatinin: 0.7-1.2 mg/dL, Uroflowmetry:
Qmax (maximum flow): 8 ml/sec)
Radiology
1. Transrectal prostate USG: enlarged in size, heterogenous echostructure with calcification, no
space-occupying lesion. (pembesaran prostat)
2. FPA-IVP: no radiopaque stones
DD :
- CA prostat (dipilih karena: ada karakteristik gangguan akibat adanya respon iritasi dan obstruksi
yang sama, eksklusi: PSA (marker Ca prostat), hasil rektal touche, penurunan BB signifikan tanpa
sebab)
- Prostatitis (eksklusi: dari hasil urinalisis (>>leukosit infeksi, kultur), rasa nyeri massage prostat)
- Ureterolithiasis (eksklusi: hematuria, bisa diagnosis menggunakan cystoscopy, renal imaging)
- Cystitis (eksklusi: dari hasil urinalisis (>>leukosit infeksi, kultur)
Faktor risiko :
- Faktor usia (umum untuk pria >50th)
- DM, Obesitas dan hipertensi
- Riwayat keluarga BPH
- Hormon (berhub dengan hormon estrogen meningkat dan testosteron yang menurun)
- Aktivitas fisik kurang
Manifestasi klinis :
- Respon iritasi
- Urgensi (perasaan sulit untuk menahan BAK)
- Nokturia (peningkatan frekuensi miksi di malam hari)
- Disuria (nyeri saat BAK)
- Polakisuria (anyang-anyangan) (peningkatan frekuensi ingin bermiksi mengosongkan
kandung kemih, disertai rasa panas dan nyeri)
Pemeriksaan Fisik :
- Nyeri tekan suprapubik
- Rectal Touche/Colok Dubur (pemeriksaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, melihat adanya
pembesaran prostat bagian lobus lateral, permukaan licin, tidak teraba adanya nodul)
Pemeriksaan Tambahan :
- PSA Tumor Marker (Untuk tau apakah kanker/bukan)
- Urinalisis (melihat ada infeksi/bukan, kultur urin)
- USG (melihat bentuk, konsistensi dan struktur prostat, buli-buli)
Tatalaksana :
- Alfa blocker (untuk merelaksasikan otot prostat, untuk menurunkan gejala miksi, meningkatkan
aliran urin) = Tamsulosin 0,4-0,8 mg/hari p.o (2-4 minggu)
- 5 ARI (Alpha reduktase inhibitor) (Untuk menurunkan volume dari prostat dengan cara
mengurangi kadar DHT ) = Finaseteride 5mg/hari p.o. (2-6 bulan)
- Operasi (indikasinya bila terapi farmakologi tidak membaik, retensi urin, terdapat batu pada
saluran kemih, ISK berulang)
- PROSTATECTOMY/TURP (TRANS URETHRAL RESECTION OF PROSTATE) = gold standar
- OPEN PROSTATECTOMY (bila ukuran >75 gram)
Pertanyaan Tambahan
1. Kenapa kalo testosteron rendah tapi DHT malah tinggi? karena usia lanjut itu, testor turun tapi
ttp produksi esterogen jd esterogennya tinggi, jd estrogen itu ngerangsang pembentukkan DHT
juga, jadi DHT ikut tinggi walaupun testosteron rendah
2. Gejala khas banget BPH, yang dr anam aja km udah tau itu BPH? Gg. obstruksi dan gg.iritasi (ada
dijelaskan di manifestasi klinis)
3. Pemeriksaan darah perlu? apa? Perlu, PSA untuk tumor marker, CBC untuk lihat ada infeksi.
normal PSA ? buat apa? 0-4, untuk lihat ada kemungkinan Ca prostat
Identitas Pasien
Wanita, 55 tahun, pegawai, tinggal di Bendungan Hilir
Anamnesis
Keluhan utama : demam tinggi (Tanda infeksi)
Keluhan tambahan : gangguan berkemih, frekuensi meningkat, BAK tidak lampias, urin
terputus-putus, berwarna kuning dan cloudy (khas ISK)
Riwayat penyakit sekarang : demam sejak 2 hari yang lalu hingga menggigil. Terdapat nyeri di tubuh
terutama di pinggang kanan (ginjal dekstra ada peradangan) terus-menerus dan menjalar hingga ke lipat
paha. (Penjalaran ke lipat paha kemungkinan ada batu di ureternya)
Riwayat penyakit dahulu : pasien jarang minum dan pernah ada “sand in the urine” (Ada endapan-
endapan kristal, dugaan kuat ada batu) sebelumnya, tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
Riwayat pengobatan : telah minum parasetamol 500 mg tapi tidak membaik nyerinya
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: kompos mentis
TTV:
TD: 120/80 mmHg
HR 110x/menit
RR 20x/menit
suhu 39°C (demam)
VAS 7 (nyeri berat → susah beraktivitas)
Abdomen:
• Inspeksi normal
• Palpasi: Ballotement + (Terjadi pembesaran ginjal)
• Perkusi: nyeri CVA + (peradangan pada ginjal→ diketok nyeri)
• Auskultasi normal
Jantung, paru, mata, THT normal
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi:
Hb dan Ht normal
RBC 4.000.000
WBC 17.800 (ada peningkatan karena infeksi)
trombosit 250.000,
diff count normal, kecuali neutrophil segmen 70 (hasil dari respons imun yang normal saat
terjadi infeksi bakteri maupun virus, cedera, dan peradangan)
DD:
1. Sistitis (sama-sama ada gangguan perkemihan, namun biasanya tidak ada demam, nyeri ketok
CVA dan, ballottement negatif)
2. Kolesistitis (gejala infeksi dan sering pada wanita)
WD
Pyelonefritis dengan ureterolitiasis
Etiologi
Berdasarkan kasus disebabkan infeksi dari E.coli dan terdapat riwayat kurangnya konsumsi air yang
mungkin dapat meningkatkan faktor risiko terbentuknya batu.
Faktor risiko
● Jenis kelamin wanita → urethra pada perempuan lebih pendek dan jarak antar rektum dan
urethra dekat
● DM
● Penggunaan kateter yang terlalu lama
● Vesikoureter reflux
● Obstruksi traktus urinarius
Patofisiologi dan patogenesis :
1. Riwayat pasien jarang mengkonsumsi air yang menyebabkan peningkatan risiko
terbentuknya batu,
2. karena terjadi pengendapan urin di dalam tubuh terjadi proses supersaturasi, presipitasi,
dan kristalisasi
3. batu tersebut dapat menyebabkan obstruksi sehingga terjadi peningkatan tekanan intra
lumen yang lama-kelamaan dapat menjadikan tekanan balik
4. pada kasus, ginjal mengalami hidronephrosis yang disebabkan obstruksi pada bagian
proksimal dari ureter yang menyebabkan tekanan dalam ginjal meningkat →
hidronephrosis
5. Aliran urin yang tidak lancar memberikan kesempatan bakteri dari bawah perlahan-lahan
naik ke ginjal.
Pemeriksaan Fisik :
Perkusi → CVA (+)
Palpasi → Ballotement (+)
Pemeriksaan Tambahan :
Urinalisis → cek kadar kalsiumnya atau as. Urat urinnya untuk cari etiologi
Kultur urin
Pemeriksaan darah
● serum kreatinin dan BUN → GFR
● Kalsium dan as urat darah untuk mencari etiologi
Tatalaksana :
•Non-farmakologi
•edukasi pasien mengenai penyakitnya
•Edukasi mengenai perubahan kebiasaan minum air
•Hindari makanan penyebab batu
•Keluarkan batu rujuk ke urologist
•Farmakologi
•Antibiotik
•Siprofloksasin atau TMP-SMX
•NSAID --> parasetamol/ ibuprofen
Pertanyaan
1. Penyempitan ureter di mana aja? Ureteropelvic junction, iliac vessels, ureterovesikal junction
2. Faktor risiko pyelonephritis? Penggunaan kateter yang terlalu lama, obstruksi pada ureter.
3. Batu gimana bisa bikin pyelonephritis? Terjadi obstruksi pada jalan urin → reflux urin ke ginjal →
menyebabkan risiko terjadinya peradangan karena stasis urin → media yang baik dalam pertumbuhan
bakteri
4. Hubungan e. coli dan penyakit gimana? Baca di bagian patof
5. E. coli kan flora normal, kenapa bisa positif di kasus? Hubungkan faktor risiko dan
Patofnya? Baca di bagian patof
Untuk memeriksa terjadi pembesaran pda ginjal/tidak, bila terjadi pembesaran ginjal tangan anterior
akan terasa
13. Tes CVA seperti apa?
Pasien duduk membelakangi pemeriksa, pemeriksa mengetuk letak ginjal, bila pasien merasa adanya
nyeri maka terjadi gangguan pada ginjal
14. Tata laksana selain farmako?
Surgery (?) → nephrotectomy
Untuk batunya bisa dilakukan ESWL
15. Bagaimana edukasi ke pasien?
- Meningkatkan konsumsi air
- Jangan sering menahan kencing
- Kurangi konsumsi minuman/ makanan pencetus batu ginjal
Ethnicity : Javanese
Anamnesis
Chief complaint = Abrupt pain in the right eye since 6 hours ago
Additional complaints: Blurred vision accompanied with appearance of rainbow-coloured shapes when
looking at a lamp/light; red and watery eyes; nausea and vomiting; headache.
Patient has been experiencing pain in the right eye which started abruptly last night when he was about
to go sleeping and turn off the light.
The pain radiates to his head resulting headache, nausea, and vomiting.
Patient reported a blurred vision and appearance of glowing rainbow-coloured shapes when looking at
a lamp/light
Physical Examination
General appearance : appears severely ill and restless (ini kayanya karna ga bisa bobo, pusing mulu
lampunya hidup atopun gelap)
Ancillary Examinations
Laboratory
Kidney function: Blood urea nitrogen /Creatinine within normal limits (AMAN)
WD: ACUTE ANGLE CLOSURE GLAUCOMA (INGET GEJALA AKUT : The sudden and severe IOP elevation
(Peningkatan tiba-tiba dan tinggi bgt (sampe 40an-80an)-> damage the optic nerve, resulting -> acute
angle-closure glaucoma
DD:
1. OPEN ANGLE GLAUCOMA (Terjadi nya progresif / pelan” & ada blind spot di perifer)
2. GLAUCOMA NORMOTENSI (Ada gejala glaukoma tapi TIO nya normal)
3. HIPERTENSI OKULER (Terjadi peningkatan TIO, tetapi tidak ada gejala glaukoma kaya
penurunan visus, kerusakan nerve disc, TAPI, perlu diinget ini bisa induksi glaucoma terutama
yang open angle)
ETIOLOGI:
Bisa karena Peningkatan TIO, peningkatan TIO dikarenakan ada pupillary block (antara iris dan kornea)
FAKTOR RISIKO:
● Pasien usia tua (karena semakin tua bisa semakin ada pembesaran lensa)
PATOFISIOLOGI:
Orang normal : Jalan pengeluaran cairan aquoeus humor: Epitel siliaris -> COP -> COA via pupil ->
trabecular outflow / uveoscleral outflow
MANIFESTASI KLINIS:
Efek Peningkatan TIO:
● Onset mendadak dan akut, nyeri mata, kemerehan, pandangan kabur, pusing, mual dan muntah
● Tampak ada pandangan HALO disekitar cahaya -> KARENA EDEM KORNEA -> sensitif terhadap
cahaya / fotofobia
● Merasa kesakitan dan tampak tidak nyaman, tampak restless
PEMERIKSAAN FISIK:
● Dapat dilakukan Gonioscopy -> tampak oklusi anterior chamber
● Tonoscopy -> Peningkatan TIO hingga 40-80an mmHg
● Silt-lamp examination -> bisa dilakukan tapi cukup susah karna pasien biasanya gaenak untuk
melihat cahaya. ( Tampak injeksi konjungtiva, pembengkakan anterior chamber)
Ini gambar optic disc untuk tau mana cup mana discnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Di soal dikasih GDS dan juga BUN, tujuanya mungkin untuk GDS untuk ngelihat apakah ada Diabetes
Melitus yang kemudian akan berkomplikasi ke Diabetes Retinopathy
TATALAKSANA:
Prinsip Tatalaksana:
● Meningkatkan outflow yang mengalami blokade sehingga cairan dapat lebih efektif keluar masuk.
● Menurunkan produksi aquous humor sehingga bisa menurunkan blokade -> menurunkan TIO
Pertanyaan tambahan
1. Faktor risikonya apa aja?Usia, hipermetropia, Riwayat keluarga
2. Glaucoma lebih sering di orang minus/plus? Plus/hipermetropi -> lensanya mencembung-> menekan
3. Paling banyak di ras apa? Asia (PENJELASAN DI FR)
4. Lebih sering di cewek apa cowok? Cewek (PENJELASAN DI ATAS FR)
5. Kenapa hipermetropi ningkatin faktor risiko glaucoma? Berhubungan dengan akomodasi dan refraksi
→ terjadi kontraksi pada lensa → menutup sudut lensa dan iris
6. Hubungan penebalan lensa dengan glaucoma? Sudah dibahas
7. Prinsip tatalaksana apa?
● Prinsip tatalaksana pada glaukoma sudut tertutup adalah meningkatkan outflow aqueous
humor pada jalur uveosklera. Salah satu obat yang dapat digunakan adalah analog
prostaglandin (misal: Latanoprost 0.005% sekali sehari, Bimatoprost 0.01% sekali sehari).
● Selain itu, ada juga agen untuk menurunkan produksi aqueous humor.
8. Laser itu apa? intinya pembuatan lubang untuk dapat membuka aliran dari aqueous humor sehingga
TIO menurun -> gejala meringan
9. Trabekulkoplasty itu kayak gimana? Intinya mirip sama laser, karna dia juga pake laser argon.
Patient’s Details
Name : Mr. Indra Education: university graduate
Marital Status : single Occupation: employee in private sector
Age : 35 years Home address: Jakarta
Ethnicity : Javanese
Anamnesis
Presenting Complaints
● Chief complaint: palpitation since 1 hour ago (palpitasi bisa mengarah ke gangguan psikiatri,
gangguan di sistem kardiovaskular, gangguan sistem endokrin & metabolik, gangguan sistem
pencernaan)
● Additional complaint: chest pain and breathlessness (bisa mengarah ke sistem respirasi)
Family History
His father died of heart attack. The patient is terrified that he will suffer of the same condition (ciri khas
gangguan panik: ansietas antisipatorik/dirinya jadi panik karena menakutkan hal-hal yang belum
terjadi pada dirinya).
Social History
The patient is a smoker and does sport occasionally
Gastrointestinal System: Sistem pencernaan dalam batas normal -> mulai berpikir rule out gangguan
pada sistem pencernaan
Inspection : flat abdomen, no skin lesion
Auscultation : normal bowel sounds
Palpation : liver and spleen are not palpable, no tenderness
Percussion : no ascites
Extremity: no oedema
Mental State Examination (yang text color merah = pemeriksaan mental yang mendukung ke arah
diagnosis)
Appearance:
General Description: well personal care, tidy hair
Behaviour and psychomotor activity: nervous, anxious, holding his chest
Attitude towards the examiner: cooperative
Speech: normal, clear, fluent, answering questions appropriately
Thought:
● Process: coherent
● Content: he is terrified of dying, no other abnormalities
Impulse control: good
Judgement: normal
Reality Testing Ability: normal
Insight: level 5
Diagnostic Investigations
Laboratory
Routine blood count: Pemeriksaan darah lengkap dalam batas normal
Haemoglobin : 14 g/dl
Haematocrit : 36 %
Erythrocytes : 5 x 106/µL
Thrombocytes : 221.000/µL
Leukocytes : 7.500/µL
Differential count: 0/8/5/60/25/2
Blood viscosity: 15 mm/hours
Imaging
Chest X-ray: no abnormalities (Pemeriksaan CXR dalam batas normal -> bisa menyingkirkan gangguan
pada sistem respirasi)
Electrocardiogram: no abnormalities
Echocardiogram: no abnormalities
Pemeriksaan EKG dan Echo dalam batas normal -> bisa menyingkirkan gangguan pada sistem KV
Etiologi: Etiologinya sendiri belum diketahui secara pasti, namun dikaitkan dengan ketidakseimbangan
neurotransmitter serotonin dalam otak.
● Neurotransmitter utama yang berperan dalam gangguan panik adalah serotonin. Pada gangguan
panik, terjadi underactivation dari serotonin pada jalur cortico-striato-thalamo-cortical. Makanya
pada tatalaksana farmakologi, obat yang dipakai adalah golongan SSRI yang berfungsi untuk
mencegah agar serotonin tidak diserap oleh sel saraf -> peningkatan konsentrasi serotonin).
● Selain itu, ada beberapa neuroanatomi yang berperan dalam gangguan panik; seperti:
○ Amygdala = salah satu bagian dari sistem limbik -> berperan dalam respons terhadap
ketakutan.
○ Locus coeruleus = berperan dalam memproses stimulus yang berkaitan dengan ketakutan
(fear).
○ Thalamus, hippocampus
○ Hipotalamus = berperan dalam aktivasi sistem saraf simpatis.
Manifestasi klinis: Manifestasi klinis yang dapat terjadi bervariasi antara orang satu dengan lainnya. Pada
kasus, didapatkan pasien mengalami palpitasi, shortness of breath, feelings of choking, chest pain, fear of
dying -> sudah ada 5 gejala.
Pemeriksaan Tambahan:
● Pemeriksaan neurologis seharusnya dilakukan.
● Pemeriksaan elektrolit -> untuk rule out hal-hal yang berkaitan dengan gangguan elektrolit.
● Bisa ditambahkan pemeriksaan T4 dan TSH untuk rule out diagnosis hipertiroidisme.
● Pemeriksaan toksikologi untuk rule out diagnosis gangguan mental dan perilaku dikarenakan
penggunaan zat psikoaktif (terutama stimulan).
● Radiologis (CT scan atau MRI) jika diperlukan -> untuk rule out yang berkaitan dengan gangguan
neurologis (misal: gangguan pada serebrovaskular dll)
Tatalaksana:
● Non farmakologi
○ Psikoedukasi: Memberitahu pasien mengenai gangguan yang dialami pasien agar pasien
mengerti dan menerima keadaan mereka. Selain itu, memberitahu mengenai hal-hal yang
perlu dilakukan seperti: mulai kurangi kebiasaan merokok dan berolahraga secara rutin.
○ Breathing exercises: Teknik ini dapat membuat otot-otot rileks dan mengurangi pikiran
negatif.
○ Cognitive Behavioural Therapy (CBT): Membuat perilaku baru yang bisa membuat pasien
lebih bisa menerima keadaan yang ada.
○ Sleep hygiene = dapat merubah pola pikir negatif tentang kekhawatiran berlebihan.
Pertanyaan tambahan
1. Hasil anamnesis yang menunjang WD? Lihat alasan pilih WD di atas
2. DD lain? Angina pectoris, gangguan cemas organik. Ditanya penyakit organik apa yang bisa bikin
gangguan cemas organik.
● Gangguan vaskular lalu menjadi iskemik dan menyebabkan lesi otak, hipertiroid.
3. DD berdasarkan anamnesis aja.
● Penyakit pada sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem endokrin & metabolik.
4. DD lain organik selain penyakit jantung koroner?
● Hipertiroidisme, gangguan irama jantung (aritmia), asma.
5. Terapi SSRI obatnya apa aja?
● Fluoxetine 20-40 mg/hari.
● Sertraline 50-100 mg/hari.
● Lainnya: Escitalopram, Citalopram.
6. Terapi non-medikamentosa apa? Lihat tatalaksana non-farmakologi.
7. Nonfarmako selain CBT dan psikoterapi? Psikoedukasi, breathing relaxation therapy.
Identitas pasien
Nama : Mr. Andi Pendidikan : lulusan Sarjana
Status : Menikah Pekerjaan : tidak bekerja (bisa f.risiko)
Usia : 29 tahun Alamat : Jakarta barat
Etnis : Jawa
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -
Anamnesis
Chief Complain :
Annoyed because his father had lied to him. (tidak ada support dari keluarga) He brought him to the
hospital, instead of a mall, as he was previously told. He doesn't feel the need to visit the hospital only
because he was angry. (tilikan 1: dia tidak menyadari kondisinya)
Additional Complain :
Patient is sad and annoyed because he hears voices of his neighbours. They always mock and laugh at
him. He has been experiencing this complaint for two months. (adanya halusinasi auditorik dan waham
paranoia/curiga pada pasien → sudah berlangsung selama > 1 bulan)
Family History :
The patient’s uncle and cousin from his father side are being treated by psychiatrists but they don't
know the disease (faktor risiko → GENETIK)
Pemeriksaan Fisik
General Inspection : mildly ill, anxious, nervous
Vital signs :
BP 110/70
HR 96
RR 20
Temp 36,5
Berat 89 kg, Tinggi 155 cm (BMI → Obesitas)
Ancillary Examinations
LAB AMAN
Routine blood count
HB 14 g/dl
Ht : 36%
Eritrosit : 5 x 10^6
Trombosit : 221.000
Leukosit : 7500
Diffcount : 0/8/5/60/25/2
Blood Viscosity : 15mm/hours
Liver Function : SGOT/SGPT normal
Urinalisis : no abn
Electrocardiogram : no abn
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DD:
1. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
● Alasan pilih: Pasien mengalami episode depresif berupa sedih dan juga ada gejala skizofrenia
● Alasan disingkirkan: Episode depresif nya tidak terlalu menonjol dan skizofrenia lebih menonjol
pada kasus
2. Gangguan Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
● Alasan pilih: memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
● Alasan disingkirkan: tidak ada afek dangkal dan gangguan proses pikir kurang menonjol, biasa suka
cekikikan sendiri
WD:
Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0)
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia:
Harus ada sedikitnya 1 gejala yang amat jelas atau 2 gejala/> bila gejalanya kurang jelas
a. Gangguan isi pikir (thought of...)
b. Gangguan persepsi (delusion of...)
c. Halusinasi auditorik
d. Waham menetap
ATAU paling sedikit 2 gejala yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
f. Arus pikiran yang terputus
g. Perilaku katatonik
h. Gejala-gejala negatif
2. Khusus buat skizo.paranoid: Halusinasi dan atau waham harus menonjol
a. Suara-suara halusinasi
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau visual
c. Waham
Etiologi:
1. Gangguan regulasi neurotransmitter
2. Abnormalitas pada otak (pembesaran ventrikel lateral dan volume hipokampus, abnormalitas white
matter)
Faktor risiko:
1. Bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal.
2. Faktor genetik dari orangtua.
3. Kekurangan oksigen, kekurangan nutrisi dan terkena virus saat didalam kandungan.
Patofisiologi
1. Aktivitas hiperdopaminergik pada jalur mesolimbik sehingga muncul gejala positif → delusi,
halusinasi.
2. Penurunan dopamine di jalur mesokortikal sehingga muncul gejala negatif.
Manifestasi klinis:
● Gejala Positif Skizofrenia :
1) Delusi atau Waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun telah dibuktikan secara
objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
2) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan.Misalnya penderita mendengar
bisikan - bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari bisikan itu.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau,
sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira
berlebihan.
5) Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan
● Gejala negatif skizofrenia :
1) Alam perasaan “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya
yang tidak menunjukkan ekspresi.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka
melamun.
3) Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5) Sulit dalam berfikir abstrak.
6) Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif dan serba malas
Diagnosis:
● Minimal 2 dan salah satu masuk 3 teratas (>1 bulan)
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Disorganized speech
4. Katatonik
5. Gejala (-)
PF:
Inspeksi general: mildly ill, anxious nervous
TTV: normal
Terapi:
● Antipsikotik gen.1: Chlorpromazine 100 mg, Haloperidol HCl 5 mg I.M (dalam keadaan agresifitas dan
agitatif).
● Antipsikotik gen.2: Risperidone 2 mg 1x1 p.o.
● Psikoterapi: CBT, t.suportif (edukasi keluarga)
Pertanyaan
1. Faktor risiko skizo pada pasien? Harus konkret.
- Genetik: paman dan sepupu dari pihak ayah pasien sedang dalam perawatan oleh psikiatri
meski belum diketahui penyakitnya apa
- Lingkungan (support keluarga)
2. Ditanyain etiologi berkali-kali harus konkret. Sudah di atas
3. Komplikasi? Menyakiti diri, orang lain, pemikiran bunuh diri, pemakaian obat”an terlarang
4. Arti RTA? Reality Test Ability: kemampuan untuk menilai situasi secara apa adanya, bukan seperti
yang kita inginkan atau takuti
5. Tilikan 1 apa artinya? Penyangkalan total terhadap penyakitnya
6. Gejala + dan -? Sudah di atas
7. Apa yang menunjang WD? Sesuai dengan kriteria diagnostik Skizofrenia Paranoid
8. Alasan pilih DD? Sudah di atas
9. DD penyalahgunaan zat lain (karena pasien ga mau minum obat yang dipreskrisikan lalu mencari cara
penenang zat lain).
10. Cara menegakkan kasus dilihat dari anamnesis, PF, PP gimana? Sudah di atas
11. Cara membedakan skizofrenia paranoid dengan skizoafektif tipe depresi?
- Skizofrenia paranoid memiliki gejala halusinasi dan waham yang sangat menonjol, sedangkan
pada skizoafektif tipe depresi gejala skizofrenia dan depresi harus sama-sama menonjolnya
12. Onset waktu skizo? Minimal 1 bulan
13. Apa itu perilaku bizzare? Perilaku yang aneh, asing, atau tak terduga terutama jika tidak biasa bagi
orang tertentu
14. Apa itu waham dan halusinasi?
- Waham: keyakinan seseorang yang tidak sesuai kenyataan, yang tetap dipertahankan dan tidak
dapat diubah secara logis oleh orang lain. Tidak sesuai dengan budaya setempat
- Halusinasi: gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, mencium, merasa,
meraba, dan melihat sesuatu yang kenyataannya tidak ada
Patient’s identity
Nama : Mr. S
Age : 41 y.o
Status : menikah
Pekerjaan : guru sekolah
Alamat : tanah pasir, penjaringan
Anamnesis
Chief Complain : swelling around the anus (peningkatan tekanan pada pembuluh Darah di dalam pleksus
hemoroidalis yang ada di bagian distal kanalis analis )
Family History
His mother has hypertension and DM. No family member has ever experienced similar symptoms as the
patient’s
Social History
The patient has three meals a day and drinks 1-2 litre of water daily. However, his diet is lack of fruits and
vegetables. (FR : Kurangnya mengonsumsi makanan tinggi serat) He eats vegetables only about five
Physical Examination
General Inspection : looks in pain, he is standing with his legs widely open
Consciousness : Compos mentis ( GCS : E4M6V5 )
Vital Signs : BP 110/80 | HR 92 | RR 20 | Temp 36,5 | VAS : 7-8 ( NYERINYA BERAT SUSAH
BERAKTIVITAS )
Weight : 76 Kg
Height : 155 cm
BMI : 27,9 kg/m^2 (over weight)
● WD : HEMOROID GRADE IV
● DD :
○ Anal Cancer
■ SINGKIRKAN : PF → tidak dapat ulcer disekitar anus, terjadi penurunan BB,
PP → Pemeriksaan tumor marker CEA (Carcinoembryonic
antigen)
○ IBD
■ SINGKIRKAN : Tidak ada Bloody Diarrhea, Abdominal Pain
○ Crohn Disease
■ SINGKIRKAN : Tidak ada pendarahan rektal dan lebih berhubungan dengan diare
dari pada sembelit. Riwayat penyakit radang usus dalam keluarga juga sering
ditemukan.
● Etiologi
○ Excessive Straining (contoh : konstipasi kronik, bowel movement sering, angkat beban
berat, BPH)
○ Kelamaan duduk
○ Connective Tissue disorders (Scleroderma)
○ Pregnancy
● Patofisiologi
○ Perilaku dan Kecendrungan Genetik → Melemah/hancurnya jaringan pendukung dinding
anal/ anal cushion → Anal Cushion prolaps ke rektum
○ Meningkatnya tekanan Intra Abdominal → Anal cushion prolaps ke rektum
Pertanyaan dokter
1. Diare bisa menyebabkan hemoroid ? Ya
2. Kenapa vena bisa pecah, hubungannya dengan tekanan mengejan apa?
○ Vena bisa pecah karena ada gesekan antara skibala dengan vena hemoroidalis
○ Saat mengedan, tekanan intra-abdominal tinggi sehingga gesekan makin berat → vena
ruptur → bleeding → anemia
3. Hubungan serat dengan BAB keras ?
○ Serat memiliki aksi untuk mengikat air di dalam kolon → volume feses jadi lebih besar
4. Bagaimana mengejan dapat menjadi wasir ?
○ Hipervaskularisasi sphincter ani eksterna (volunter) dan sphincter ani interna
(involunter)