Kajian Teknis Sistem Penimbunan Dan Pola Penimbunan Batubara Di PT - Semen Baturaja (Persero) TBK
Kajian Teknis Sistem Penimbunan Dan Pola Penimbunan Batubara Di PT - Semen Baturaja (Persero) TBK
Kajian Teknis Sistem Penimbunan Dan Pola Penimbunan Batubara Di PT - Semen Baturaja (Persero) TBK
net/publication/353395595
CITATIONS READS
0 87
3 authors, including:
Safar Uddin
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Indonesia
150 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 23 July 2021.
Abstract
Coal is a fossil fuel. The general definition is a sedimentary rock that can be burned, formed from
organic deposits, mainly plant remains and formed through the coalification process. The main
elements consist of carbon, hydrogen and oxygen. Coal is also an organic rock that has complex physical
and chemical properties that can be found in various forms. Elemental analysis provides empirical
formulas such as C137H97O9NS for bituminous and C240H90O4NS for anthracite.
Coal stockpiling is one of the important stages of coal handling activities. If the stockpiling system is
inadequate, it can interfere with the unloading of coal stockpiles at the landfill, especially for coal that
is flammable by itself. So that with efforts to improve stockpile management, efforts to avoid symptoms
of self-burning and efforts to avoid and overcome the emergence of puddles, the process of self-burning
and pooling of water in coal stockpiles can be prevented as little as possible.
In the storage process, it is expected that the period of time is not too long, because it will result in a
decrease in coal quality. The process of quality degradation is usually more influenced by the oxidation
process and natural factors. The basic principle of stockpile management is the application of the FIFO
(First In First Out) system, where the coal that was previously entered must be removed first. Stockpile
management serves as a buffer between shipping and processing. Also as a strategic stockpile against
short-term or long-term disturbances.
Abstrak
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki
sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus
dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan penting dari kegiatan penanganan
batubara. Apabila sistem penimbunan kurang memadai maka dapat mengganggu kegiatan
pembongkaran timbunan batubara di tempat penimbunan, terutama bagi batubara yang
mudah terbakar dengan sendirinya. Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen
timbunan, upaya menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi
Muhammad Randi, Safaruddin, Melody Lingua Franca
timbulnya genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan
batubara dapat dicegah sekecil mungkin.
Dalam proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan
berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih
dipengaruhi oleh proses oksidasi dan faktor alam. Prinsif dasar pengelolan stockpile adalah
penerapan sistem FIFO ( First In First Out ), dimana batubara yang terdahulu masuk,
harus dikeluarkan terlebih dahulu. Manajemen Stockpile berfungsi sebagai penyangga
antara pengiriman dan proses. Juga sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang
bersifat jangka pendek atau jangka panjang.
Pendahuluan
PT. Semen Baturaja (persero), tbk. Merupakan produsen semen Nasional
yang berlokasi di Sumatera selatan, Adalah salah satu perusahaan yang
menggunakan batubara (end user) sebagai bahan bakar utamanya. Ini didasarkan
pertimbangan bahwa batubara memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bahan bakar minyak (industry diesel oil).
Pada proses produksi semen portland yang dilakukan oleh PT.Semen
Baturaja (Persero) Tbk. Digunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya pada
sistem kiln (tanur putar), Batubara diperoleh dari perusahaan penambangan
batubara didaerah sumatera selatan diangkut menggunakan alat angkut berupa
dump truck dan kereta api menuju pabrik baturaja, selanjutnya dilakukan
pembongkaran selanjutnya batubara ditumpuk dalam dome storage, atau tempat
penimbunan (stock pile).
Penimbunan batubara merupakan salah satu tahapan penting dari kegiatan
penanganan batubara (coal handling) Apabila sistem penimbunan kurang memadai
maka dapat mengganggu kegiatan pembongkaran timbunan batubara di tempat
penimbunan, terutama bagi batubara yang mudah terbakar dengan sendirinya.
Sehingga dengan adanya upaya perbaikan manajemen timbunan, upaya
menghindari gejala swabakar dan upaya menghindari dan mengatasi timbulnya
genangan air, proses terjadinya swabakar dan genangan air pada penimbunan
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 23 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
Metode Penelitian
Penelitian laporan akhir ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu mulai tanggal 26
november 2015 sampai dengan tanggal 26 Desember 2015. Dalam penelitian ini
dilakukan analisa masalah dan pembahasan menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif
yaitu penyajian pembahasan masalah dengan cara menjelaskan berbagai data kuantitaif
(data berupa angka-angka) yang tersedia dengan dilengkapi beberapa data kualitatif (data
dalam bentuk gambar, simbol-simbol dan sejenisnya)dalam proporsi tertentu (Dwiloka dan
Riana, 2005).
Pembahasan dipusatkan pada pembahasan masalah-masalah yang ada dengan
mencatat data yang dibutuhkan, kemudian data tersebut disusun atau diklasifikasikan
selanjutnya dianalisis, dideskripsikan dan ditarik suatu kesimpulan.
memisahkan batubara (screening) dengan ukuran yang relatif kecil dengan batubara
yang berukuran lebih besar, batubara dengan ukuran yang lebih kecil akan di
angkut langsung menuju /ditumpuk dalam dome storage, sedangkan batubara
dengan ukuran yang lebih besar akan dimasukkan kedalam crusher untuk direduksi
menjadi ukuran yang lebih kecil, produk dari reduksi crusher selanjutnya dibawa
dengan belt conveyor menuju /ditumpuk dalam dome storage. selanjutnya reclaimer
akan menggaruk batubara untuk dijatuhkan dalam belt conveyor. Kemudian oleh
bucket elevator material dibawa ke raw coal silo.
Penggilingan Raw Coal Proses diawali dengan pemanasan sistem (heating up),
yang bertujuan untuk mempersiapkan kondisi operasi coal mill dengan cara
memasukkan gas panas dari kiln hingga mencapai temperatur tertentu dan harus
dilakukan dengan benar hingga tidak membahayakan system sebelum dimasuki
batubara. Setelah kondisi panas memenuhi persyaratan segera raw coal dimasukkan
ke dalam coal mill melalui twin paddle. Di dalam coal mill, raw coal masuk di antara
table dan roller membentuk ketebalan tertentu bed contact dengan gas panas
mengalami proses pengeringan. Selain hasil penggilingan dihisap oleh jet pulse filter
untuk dipisahkan antara coal halus dari gas panas. Coal halus ditangkap oleh filter
kemudian disimpan dalam bin sebagai produk coal mill yang siap untuk digunakan
pada proses pembakaran, sedangkan gas panasnya dibuang melalui stack (prinsip
kerjanya sama dengan raw material semen pada vertical mill). Keberhasilan proses
penggilingan batubara selain dari segi kuantitas juga ditinjau dari kualitasnya, yaitu
kadar air dan kehalusan fine coal produk coal mill standar air maksimal 9 %, agar
tidak merugikan proses pembakaran, sedangkan kehalusan batubara dibatasi
maksimum 20 % yang lolos ayakan 90 µ. Tingkat kehalusan yang berlebihan akan
merugikan dalam proses pembakaran. Agar sistem tetap bertekanan negative dan
tidak adanya batubara yang berhamburan, maka digunakan jet pulse dengan ukuran
kecil.
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 23 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
b. Coal Crusher
Coal crusher adalah peralatan yang dipakai untuk mereduksi / memperkecil ukuran
batubara yang meiliki ukuran diatas 8 cm (berbentuk bonkahan) atau fragmentasi
yang dimensinya melampaui ketentuan ukuran yang diizinkan dalam proses
transporting menuju stockpile. Dengan alat ini diharapakan ukuran raw coal yang
di timbun dalam stock pile memiliki ukuran yang relatif seragam dengan ukuran
butiran tidak melampaui 8 cm
c. Coal Screen
Coal screen adalah peralatan yang berfungsi untuk memisahkan material yang
memiliki bongkahan melebihi 8 cm dengan material dengan bongkahan yang lebih
halus, dimana untuk material yang tidak lolos screen (diatas 8 cm) akan di alirkan
kedalam coal crusher untuk direduksi/ dihaluskan.
e. Stacker Belt
Stacker belt adalah peralatan yang berada didalam stockpile batubara yang
terintegrasi dengan reclaimer dirancang untuk mengatur tumpukan atau timbunan
batubara didalam stockpile secara mekanis sehingga memudahkan pengaturan pola
penyusunan penimbunan batubara
f. Reclaimer
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 23 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
Gambar 6. Reclaimer
e. Coal Bin
Coal bin adalah bejana berbentuk kerucut yang digunakan untuk menampung
batubara sebelum digiling didalam coal mill, fungsi dasarnya adalah tempat
pengaturan (regulator) agar raw coal yang masuk ke coalmill dapat diatur sedemikian
rupa sehingga raw coal yang digiling cenderung stabil atau kontinyu.
f. Coal Mill
Coal mill adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menghaluskan raw coal
menjadi fine coal (batubara halus)
peralatan ini berfungsi sebagai pemisah antara batubara halus dan gas panas dalam
proses penggilingan di coalmill dimana fine coal akan dialirkan ke fine coal bin dan
udara panas akan dilepas ke stack (cerobong asap)
Fine Coal Bin adalah bejana berbentuk kerucut yang digunakan untuk menampung
batubara yang telah digiling didalam raw mill (fine coal) sebelum digunakan dalam
proses pembakaran di kiln dan kalsiner, fungsi dasarnya adalah tempat pengaturan
(regulator) agar fine coal yang masuk ke burner gun dapat diatur sedemikian rupa
sehingga fine coal yang dihembuskan dalam proses pembakaran menjadi stabil atau
kontinyu.
5. Pola Penggarukan
Ket :
N = Jumlah tumpukan
Kesimpulan
Pada proses produksi semen portland yang dilakukan oleh PT.Semen
Baturaja (Persero) Tbk. Digunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya dalam
sistem kiln (tanur putar) dan kalsiner. Sebelum batubara dapat digunakan sebagai
bahan bakar pada sistem kiln (tanur putar) dilakukan tahapan berupa Penggilingan
Batubara . batubara dengan ukuran yang lebih kecil akan di angkut langsung
menuju /ditumpuk dalam dome storage, sedangkan batubara dengan ukuran yang
lebih besar akan dimasukkan kedalam crusher untuk direduksi menjadi ukuran
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 23 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index
yang lebih kecil, produk dari reduksi crusher selanjutnya dibawa dengan belt
conveyor menuju /ditumpuk dalam dome storage.
Keberhasilan proses penggilingan batubara selain dari segi kuantitas juga
ditinjau dari kualitasnya, yaitu kadar air dan kehalusan fine coal produk coal mill
standar air maksimal 9 %, agar tidak merugikan proses pembakaran, sedangkan
kehalusan batubara dibatasi maksimum 20 % yang lolos ayakan 90 µ. Tingkat
kehalusan yang berlebihan akan merugikan dalam proses pembakaran. Agar sistem
tetap bertekanan negative dan tidak adanya batubara yang berhamburan, maka
digunakan jet pulse dengan ukuran kecil.
Pada stockpile batubara di PT.Semen Baturaja (Persero) Tbk diterapkan
sistem penimbunan batubara dengan sistem sircular (melingkar), disesuaikan
dengan konstruksi dan rancang bangun stocpile building yang berbentuk lingkaran
(dome storage). System penimbunan dilakukan secara sirkular simultan mengikuti
pergerakan reclaimer yang menggaruk material dalam proses selanjutnya. Ini
dilakukan untuk menghindari penumpukan material yang terlalu lama sehingga
kualitas batubara dapat terjaga dengan peluang terjadinya swa bakar amat minimal.
Pola penimbunan batubara pada stockpile batubara di PT.Semen Baturaja (Persero)
Tbk. Menggunakan pola gundukan bertumpuk dengan ketinggian tidak melebihi
belt stacker yang dimaksudkan agar jatuhan material pada lereng tumpukan tidak
keluar dari zona penimbunan.
Daftar Pustaka
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010, Modul Teori Peledakan. Bandung.
Skripsi Syatria tito, 2014, Analisis Fragmentasi Untuk Memperkecil Lemparan Batuan
(Flying Rock) pada Tambang Terbuka PT. Bukit Asam (Persero),Tbk. Tanjung
Enim.
https://www.google.co.id/gws_rd=ssl#q=analisis+ground+vibration.
http://www.slideshare.net/ipungji/dasar-dasar-peledakan.
Muhammad Randi, Safaruddin, Melody Lingua Franca
Jurnal Kotamo
Volume 1 No. 23 (2021)
E-ISSN: 9677-0962
Website: https://jurnal.smbr.co.id/index.php/kotamo/index