Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri: Studi Di Desa Kemadang Gunungkidul

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan

ISSN: 2580-863X (p); 2597-7768 (e);


Vol. 2, no. 1 (2018), hal. 177-198, doi: 10.14421/jpm.2018.021-09
http://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/jpmi/index

Strategi Mempercepat Pembangunan Desa


Mandiri
Studi di Desa Kemadang Gunungkidul

Mir’atun Nur Arifah


Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
Email: [email protected]

Nugrahani Kusumastuti
Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: [email protected]

Abstract
The commitment of the government in developing villages has been implemented in
‘Nawacita Programs’, the theme of Developing Indonesia’s rural areas. For that, the
developing country very impossible can regularly, if the government not prepared
for this program with the excellently. Hence, this research is the goals for knowing
of the strategy which doing of government in the implementation of developing
transformation until making Kemadang Village become an independent rural area
in 2015 old. In addition, this paper aims to explain about developing transformation
form become in Kemadang Village who has an independent rural area. The result
of the research shows to us that in the strategy of implementing, is the government
of Village Kemadang conducted mapping potential area, coaching and mentoring,
building of the network, and implemented of governance village become modern
organizations. Meanwhile, the form of developing transformation is increasing of
services, and health facilities. For the production of livelihood, society is increasingly
in disaster mitigation.
Keywords: developing villages; developing transformation; sustainable livelihood.

Abstrak
Komitmen pemerintahan dalam membangun desa tertuang dalam Nawacita, yakni
“Membangun Indonesia Dari Pinggiran Dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan
Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan”. Sebuah pembangunan suatu daerah tidak
akan terlepas dari campur tangan pemerintah itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah dalam
Creative Commons Non Comercial CC-BY-NC: This work is licensed under a Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (http://
creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/) which permits non-comercial use, reproduction, and
distribution of the work whitout further permission provided the original work is attributed as
spesified on the Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan
and Open Access pages.
Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

melaksanakan transformasi pembangunan hingga menjadikan Desa Kemadang


menjadi desa mandiri pada tahun 2015. Selain itu, kajian ini hendak menjelaskan
bentuk transformasi pembangunan yang terjadi di Desa Kemadang setelah menjadi
desa mandiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal strategi yang
dilakukan, pemerintah Desa Kemdang melakukan pemetaan potensi, pembinaan dan
pendampingan, membangun sinergisitas dan menerapkan tata kelola desa menjadi
organisasi modern. Sedangkan wujud dari transformasi pembangunan itu sendiri
ialah terjadi peningkatan pada pelayanan, sarana dan prasarana kesehatan. Dalam
keragaman produksi masyarakat dan program dalam hal mitigasi bencana juga turut
meningkat.
Kata Kunci: pembangunan desa; transformasi pembangunan; pembangunan
berkelanjutan.

Pendahuluan
Dalam upaya mempercepat pembangunan dari pinggiran, pemerintah
Indonesia melaksanakan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa dengan
pengalokasian dana desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2015
jumlah dana desa sebesar Rp 20,8 triliun, di tahun 2016 Rp 46,8 tiriliun,
di tahun 2017 Rp 60 triliun, di tahun 2018 Rp 111 triliun, dan di tahun
2019 mencapai angka Rp 113 triliun. Dengan jumlah dana yang prestis itu,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Kemendes PDTT) mencanangkan terwujudnya 2.000 desa mandiri pada
akhir tahun 2019.1

Untuk memperkuat upaya pencapaian sasaran pembangunan desa


dan pedesaaan ini, pemerintah mengembangkan Indeks Desa Membangun
(IDM) yang tertuang dalam Buku RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional) 2015-2019. Dari RJPMN ini capaian dari target
strategis adalah mengurangi jumlah desa tertinggal hingga 5000 desa
dan meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2000 desa di tahun
2019. Sasaran pembangunan tersebut memerlukan kejelasan desa dan

1
Suryanto, Strategi Akselerasi Mewujudkan Desa Mandiri Sebagai Manifestasi UU No. 6 Tahun 2014 Tentang
Desa (Jakarta: Bappenas, 2017), hal. 1.

178 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

status perkembangannya. Indeks desa membangun tidak hanya berguna


untuk mengetahui status perkembangan setiap desa yang lekat dengan
karakteristiknya, tetapi juga dapat dikembangkan sebagai instrumen untuk
melakukan targeting dalam pencapaian target RPJMN 2015-2019.2

Dalam upaya mengurangi jumlah desa tertinggal dan meningkatkan


jumlah desa mandiri maka problem yang penting untuk diselesaikan ialah
masalah kemiskinan. Di mana kemiskinan selalu mendapat perhatian lebih
dari pemerintah Indonesia. Hal ini terjadi karena pemerintah sadar akan
pentingnya mengatasi persoalan kemiskinan. Jika gagal mengatasi persoalan
ini maka dapat menimbulkan munculnya berbagai persoalan sosial, ekonomi
dan politik di tengah masyarakat. Menurut Mubyarto yang dikutip oleh
Erwan Agus Purwanto, upaya serius pemerintah terbukti pada tahun 1976-
1996, kemiskinan di Indonesia turun drastis dari 40% menjadi 11%.3

Masyarakat miskin pada umumnya memiiki kelemahan dalam


berusaha karena terbatasnya sarana dan prasarana. Terlebih lagi akses
dalam bidang ekonomi sehingga masyarakat miskin semakin tertinggal
jauh dengan masyarakat yang memiliki akses dan potensi yang lebih tinggi.
Menurut Janianton Damanik, kemiskinan merupakan salah satu indikator
pembangunan yang sangat penting. Seberapa maju dan berhasil pembangunan
akan tampak dari perubahan-perubahan yang signifikan pada besarnya
kemiskinan itu sendiri. Itulah sebabnya pemerintah memiliki kepentingan
yang sangat fundamental dalam mengatasi kemiskinan.4

Pemerintah memiliki tanggungjawab yang besar dalam memberantas


kemiskinan. Usaha pemerintah ini terwujud dalam bentuk program-
program pembangunan yang sudah direncakan sebelumnya. Program
pembangunan ini dibuat guna meningkatkan kesejahteraan, taraf hidup

2
Hanibal Hamidi and et.al, Indeks Desa Membangun 2015 (Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2015), hal. 1.
3
Erwan Agus Purwanto, “Mengkaji Potensi Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Untuk
Pembuatan Kebiiakan Anti Kemiskinan Di Indonesia,” Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 10, no. 2 (2007).
4
Janianton Damanik, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata (Yogyakarta: Penerbit Kepel
Press, 2005), hal. 17.

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 179


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

serta peningkatan kualitas hidup masyarakat. Semenjak sidang MPR bulan


Maret 1978, Indonesia mulai mengenal dan memasuki strategi baru melalui
pembangunan nasional yang dikenal dengan sebutan trilogi pembangunan.
Strategi terbaru ini bercirikan pemerataan pendapatan, peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan pemantapan kestabilan nasional yang dinamis.5
Hakekat tujuan pembangunan adalah terciptanya kesejahteraan rakyat yang
berkeadilan. Upaya tersebut ditempuh dengan melakukan berbagai program
pembangunan yang menyentuh semua masyarakat dan wilayah. Hasil-hasil
pembangunan juga diharapkan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh
lapisan masyarakat.6

Dengan kita melihat seberapa meningkat kesejahteraan dan


pembangunan di suatu daerah perlu adanya tolok ukur. Peningkatan ini
dapat ditandai dengan adanya perubahan struktur di beberapa bidang seperti
bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik maupun budaya. Di Indonesia
khususnya di desa untuk melihat seberapa maju dan berkembangnya suatu
desa dapat dilihat dari statusnya. Status desa ini dapat diketahui melalui
kemajuan dan kemandirian desa yang ditetapkan berdasar indeks desa
membangun, klasifikasi status desa tersebut meliputi desa mandiri, desa
maju, desa berkembang, desa tertinggal dan desa sangat tertinggal.7

Desa mandiri merupakan status desa tertinggi diantara empat status


lainnya, dimana desa mandiri memliki tingkat kesejahteraan masyarakat
yang meningkat dan jumlah kemiskinan yang rendah. Pada umummnya,
desa yang jauh dari pusat pemerintahan tingkat kemiskinannya masih tinggi.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari,
Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak
tempuh dari Desa Kemadang menuju kecamatan adalah 3 km, sedangkan
menuju kabupaten berjarak 16 km. Meski demikian, Desa Kemadang ini sudah

5
Alfian, Transformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 3.
6
Badan Pusat Statistik, “Statistik Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta 2017”
(Yogyakarta, 2017), hal. 3.
7
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat 2 Tentang Indeks Desa Membangun.

180 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

menyandang status sebagai desa mandiri dan satu-satunya desa mandiri yang
ada di Kecamatan Tanjungsari.

Desa Kemadang sendiri termasuk ke dalam desa pesisir karena


berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Tak heran juga jika pantai,
tebing dan gua menjadi salah satu potensi wisata yang ada di desa tersebut.
Desa yang awalnya tidak terlalu dilirik wisatawan, sekarang mulai banyak
didatangi pelancong dari berbagai daerah untuk melihat keindahan alam
di Desa Kemadang. Fenomena ini dilihat oleh pemerintah sebagai peluang
dalam memajukan desanya. Pada gilirannya, Desa Kemadang menjadi desa
sejahtera dengan tingkat kemiskinan yang menurun dari tahun ke tahun.
Kemajuan Desa Kemadang tidak bisa terlepas dari penggunaan strategi yang
tepat oleh pemerintah setempat sehingga apa yang ada di desa saat ini sudah
sesuai dengan IDM. Berdasarkan pemaparan tersebut, artikel ini hendak
menjelaskan strategi yang dilakukan pemerintah desa dalam mewujudkan
trasformasi pembangunan Desa Kemadang menuju desa mandiri serta untuk
menilik hasil transformasi pembangunan Desa Kemadang setelah menjadi
desa mandiri. Dalam rangka memudahkan saya untuk menjawab dua
pertanyaan tersebut maka akan digunakan dua teori; teori yang pertama akan
berisi mengenai stategi dalam pembangunan dan teori kedua merupakan
indikator dalam desa mandiri.

Pembangunan perdesaan adalah suatu strategi yang memungkinkan


kelompok masyarakat miskin di desa, memperoleh apa yang mereka
inginkan dan perlukan bagi drinya maupun anak-anaknya. Strategi ini
merupakan upaya untuk menolong golongan di antara mereka yang mencari
kehidupan di daerah perdesaan untuk menguasai lebih banyak manfaat dari
hasil pembangunan.8 Rahardjo Adisasmita mengemukakan bahwa dalam
pembangunan suatu wilayah, terdapat beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan, yaitu:
“Pertama pemanfaatan sumber daya alam dan sektor-sektor potensial secara
produktif, efisien dan efektif. Kedua, pembangunan infrastruktur dan sarana
8
Robert Chambers, Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang, ed. Pepep Sudrajat (Jakarta: LP3ES,
1987), hal. 188.

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 181


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

pembangunan secara merata ke seluruh bagian wilayah. Ketiga, peningkatan


kemampuan sumberdaya manusia sebagai insan pembangunan. Keempat,
penataan dan pemanfaatan tata ruang pembangunan secara optimal.”9

Dalam menentukan strategi pembangunan suatu daerah, perlu


penyesuaian dengan program-program yang akan dilaksanakan. Dengan
demikian, strategi yang digunakan oleh satu daerah dengan daerah lainnya
berbeda karena menyesuaikan program dan potensi yang ada. Menurut
Blakely dikutip oleh Mudrajad Kuncoro, mengatakan bahwa “dalam memilih
strategi pembangunan daerah harus memperhatikan tiga aspek berikut yaitu penentuan
tujuan dan kriteria, penentuan kemungkinan-kemungkinan tindakan strategi penyusunan
target strategi.”10

Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang tepat dalam pembangunan


demi terwujudnya daerah yang mandiri. Terdapat sejumlah alternatif yang
dapat ditempuh untuk mewujudkan desa mandiri sebagai manifestasi UU
No. 6/2014 tentang Desa, yaitu pertama, melaksanakan pemetaan potensi
desa dan jaringan pasar yang dapat dikelola untuk menjadi sumber ekonomi
desa dan ekonomi masyarakat. Kedua, menerapkan metode pembinaan
dan pembimbingan atau pendampingan langsung untuk melaksanakan
percepatan pembangunan dalam aspek sosial budaya, penguatan kapasitas
pemerintah desa dan penataan administrasi pemerintah desa. Ketiga,
membangun sinergitas antara perencanaan pembangunan desa dengan
perencanaan daerah, dan perencanaan nasional. Keempat, membangun tata
kelola desa menjadi organisasi modern yang berbasis kultural desa.11

Jikalau sebuah strategi dalam pembangunan ini berhasil dilaksanakan,


maka akan berdampak pada pertumbuhan pembangunan berbagai sektor di
dalamnya. Untuk melihat seberapa besar keberhasilan sebuah pembangunan
maka perlu adanya tolok ukur dari indikator yang telah ditetapkan. Menurut
9
Rahardjo Adisasmita, Pertumbuhan Wilayah Dan Wilayah Pertumbuhan (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004), hal. 116.
10
Mudrajad Kuncoro, Otonomi Dan Pembangunan Daerah: Reformasi Perencanaan, Strategi Dan Peluang
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), hal. 49.
11
Suryanto, Strategi Akselerasi Mewujudkan Desa Mandiri Sebagai Manifestasi UU No. 6 Tahun 2014 Tentang
Desa, hal. 2.

182 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi


Republik Indonesia No. 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa Membangun
menguraikan mengenai Indeks Desa Membangun (IDM) untuk mewujudkan
desa mandiri. Sebuah desa, dapat dikatakan desa mandiri apabila memilki
tiga indeks di dalamnya, yakni indeks ketahanan sosial, ketahanan ekonomi
dan ketahanan ekologi. Setiap indeks ini memiliki dimensi dan indikatornya
masing-masing.12

Berangkat dari realitas ini, oleh karena artikel ini adalah ringkasan
tugas akhir atau skripsi, maka saya akan memposisikan diri sebagai
pengamat dari berjalannya pembangunan di Desa Kemadang yang sudah
berjalan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif sehingga mendeskripsikan dan menjelaskan secara rinci mengenai
transformasi pembangunan di Desa Kemadang dalam mewujudkan desa
mandiri. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kemadang, Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Gunugkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Subjek penelitian ditentukan berdasarkan kriteria, sedangkan dalam hal
pengambilan informan menggunakan teknik purposive yang meliputi Camat
Tanjungsari, Staf Kesejahteraan Sosial Kecamatan Tanjungsari, Sekretaris
Desa Kemadang dan Kepala Dukuh. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumnentasi, sedangkan
dalam analisis data mencakup tiga kegiatan yakni reduksi data, penyajian
data dan verifikasi.

Strategi Transformasi Pembangunan Desa


Kemadang Menuju Desa Mandiri
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Desa
Kemadang melakukan 4 strategi untuk membangun desa menuju desa
mandiri yang meliputi; pertama, melaksanakan pemetaan potensi desa dan
jaringan pasar yang dapat dikelola untuk menjadi sumber ekonomi desa

12
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa Membangun.

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 183


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

dan ekonomi masyarakat. Desa Kemadang merupakan desa yang memiliki


banyak potensi wisata, diantaranya ada wisata pantai, gua, air terjun dan lain
sebagainya. Diantara banyak wisata yang disuguhkan, wisata pantai yang
jumlahnya paling banyak— kurang lebih ada 14 pantai. Pantai–pantai itu
antara lain ada Pantai Baron, Sepanjang, Kukup, Sangken, Watu Kodok dan
masih banyak terdapat pantai lainnya. Dengan demikian, tidak dipungkiri
bahwa Desa Kemadang termasuk ke dalam desa wisata.

Dilihat dari letak geografisnya yang berbatasan langsung dengan


Samudra Indonesia dan juga merupakan daerah pegunungan, tidak heran
jika desa ini memiliki begitu banyak sumber daya alam seperti wisata alam.
Kepemilikan potensi yang melimpah ini, dijadikan peluang oleh pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakatnya.
Wujud dari peningkatan kesejahteraan ekonomi melalui pemanfaatan potensi
yang ada adalah dengan membentuk BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).
Salah satu stratregi yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan Tanjungsari
untuk mensejahterakan masyarakatnya adalah dengan mewajibkan
pembuatan BUMDes oleh setiap desa. Hal ini berguna untuk meningkatkan
kemandirian serta perekonomian masyarakat setempat.

Diantara lima desa yang ada di Tanjungsari, Desa Kemadang merupakan


satu-satunya desa yang sudah membentuk BUMDes. Dengan demikian, Desa
Kemadang bisa mendapatkan APBDes. Anggaran belanja ini selanjutnya dapat
digunakan untuk membiayai program-program yang telah direncanakan guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satu program yang sedang
direncanakan dalam BUMDes Kemadang adalah pembuatan embung. Selain
itu juga BUMDes dapat mengelola beberapa potensi yang ada seperti pantai.
Pembuatan embung diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar. Karena dari adanya embung ini, nantinya dapat membuka peluang
usaha untuk masyarakat seperti membuka warung makan, masyarakat yang
menjadi juru parkir, tour guide dan sebagainya. Selain itu, pemerintah Desa
Kemadang juga berkeinginan untuk memiliki wisata atau aset lain selain
pantai maka dirancanglah pembuatan embung.

184 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu strategi Desa


Kemadang dalam mewujudkan desa mandiri adalah melihat seberapa besar
potensi yang ada. Selanjutnya dengan adanya potensi tersebut, dibentuk atau
dirancang program yang sekiranya dapat bermanfaat, baik bermanfaat untuk
desa maupun masyarakat sekitar. Adanya program yang sesuai dengan potensi
yang ada maka diharapkan pendapatan, kesejahteraan serta kemandirian
masyarakat dapat meningkat.

Kedua, menerapkan metode pembinaan dan pembimbingan atau


pendampingan langsung untuk melaksanakan percepatan pembangunan
dalam aspek sosial budaya, penguatan kapasitas pemerintah desa
dan penataan administrasi pemerintah desa. Dalam penyelenggaraan
pemerintahan, Pemerintah Desa Kemadang telah menindaklanjuti Peraturan
Daerah Kabupaten Gunungkidul, dengan Peraturan Desa No. 2 Tahun 2017
tentang Susunan Organisasi dan Tenaga Kerja Pemerintah Desa berpedoman
pada Peraturan Bupati Gunungkidul No. 17 Tahun 2015 tentang Disiplin
Perangkat Desa, dalam bentuk absensi harian dan monitoring administrasi
secara berkala dengan kepala desa.13 Desa Kemadang ini telah melaksanakan
tertib administrasi yang ditunjang sistem IT (Teknologi Informasi) yang
terintegrasi SID (Sistem Informasi Debitur). Profil desa tersebut diantaranya
berisi administrasi umum, kependudukan, keuangan, pembangunan, BPD
(Badan Permusyawaratan Desa), BUMDes dan administrasi lainnya.

Selain itu, dalam pelaksanaan ketugasan Pemerintah Desa Kemadang


di bidang pemerintahan, pembinaan masyarakat, pemberdayaan masyarakat
dan pembangunan memiliki tujuan, yakni untuk meningkatkan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan masyarakat ini tertuang dalam
penetapan SOP (Standar Operasional Prosedur) pelayanan, dimana
perencanaan pembangunan dilaksanakan secara partisipatif. Perencanaan
partisipatif di Desa Kemadang dilaksanakan dengan melibatkan semua
komponen masyarakat dalam pengambilan keputusan mulai dari pemerintah
desa, lembaga desa, kelompok-kelompok masyarakat, tokoh agama, tokoh

13
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 185


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

adat dan sebagainya.14

Dalam hal inisiatif dan kreatifitas pemberdayaan masyarakat


untuk meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia), Pemerintah Desa
Kemadang melaksanakan pelatihan pendampingan serta pembinaan kepada
lembaga desa, kelompok masyarakat dan alokasi anggaran untuk program
pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Program yang
dijalankan untuk peningkatan SDM ini dengan melakukan pelatihan serta
pembinaan kepada lembaga desa dan perangkat desa. Selain itu juga ada
pelatihan dan pembinaan kelompok, diantaranya ada kelompok Pokdarwis
(Kelompok Sadar Wisata), pengrajin, kuliner, forum anak, desa siaga dan
lain sebagainya. Dengan adanya pelatihan dan pendampingan ini diharapkan
kualitas SDM di Desa Kemadang semakin meningkat. Dengan begitu akan
muncul jiwa kemandirian mayarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas SDM adalah dengan meningkatkan kapasitas masyarakat.

Peningkatan kapasitas masyarakat merupakan salah satu strategi yang


dilakukan pemerintah desa untuk mewujudkan desa mandiri. Langkah-
langkah Pemerintah Desa Kemadang antara lain; pemberian pelatihan
kelompok tani, nelayan, Pokdarwis serta UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah), peningkatan kapasitas pengalaman agama serta pelatihan
kelompok adat dan budaya.15 Adanya kelompok-kelompok adat dan budaya
ini menjadikan Desa Kemadang menjadi desa budaya. Desa Kemadang
ditetapkan sebagai Desa Budaya berdasarkan SK Gubernur DIY No. 262/
KEP/2016 dan pada pelaksanaannya telah ditindak lanjuti dengan SK Kepala
Desa Kemadang No. 20.A/KPTS/2015 tetang Pembentukan pengurus Desa
Budaya dan SK Nomor 21/KPTS/2015 tentang pembentukan lembaga adat.16

Pada strategi kedua ini, Desa Kemadang lebih menekankan pada


penguatan kapasitas, penataan administrasi desa dan pembangunan

14
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
15
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
16
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018

186 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

desa dalam aspek sosial budaya. Hal ini dibutikan dengan adanya tertib
administrasi, pelatihan-pelatihan untuk kelompok guna meningkatkan
keterampilan serta peningkatan kapasitas dalam pengalaman agama. Bukti
lainnya adalah terciptanya status desa budaya di Desa Kemadang.

Ketiga, membangun sinergitas antara perencanaan pembangunan


desa dengan perencanaan daerah, dan perencanaan nasional. Untuk
membentuk desa yang mandiri diperlukan perencanaan yang matang agar
pembangunan bisa berjalan dengan semestinya dan hambatan yang ada
dapat dikendalikan. Pencapaian Desa Kemadang untuk menjadi desa mandiri
tidak hanya merupakan upaya dari Pemerintah Desa Kemadang semata,
akan tetapi ada campur tangan Pemerintah Kecamatan Tanjungsari dan
Kabupaten Gunungkidul yang ikut andil dalam pencapaian ini. Keberhasilan
pembangunan di Desa Kemadang ini terjadi karena adanya sinergitas antar
pemerintah desa, pemerintah daerah dan pemerintah nasional.

Bentuk dari sinergitas ini ialah saling menjalankan program-


program yang telah direncanakan, baik dari pemerintah daerah maupun
nasioanal. Pemerintah daerah memiliki program yang kemudian dijalankan
oleh pemerintah desa. Begitulah kiranya yang terjadi di Desa Kemadang.
Kecamatan Tanjungsari sendiri telah merencanakan program-program
melalui PIWK maupun program dari PIS. Salah satu program PIWK adalah
pembuatan BUMDes. Ketika desa memasukkan BUMDes dalam program
kerja maka APBDes akan cair. Anggaran dana tersebut kemudian dapat
digunakan untuk biaya program dan kegiatan desa lainnya. Seperti diketahui
sebelumnya, Desa Kemadang sudah memiliki BUMDes dan dimana badan
usaha ini dirasa mampu meningkatkan kas desa.

Meskipun pemerintah desa dengan pemerintah daerah maupun


pemerintah nasional sudah baik dalam sinergitasnya, hal ini tidak akan
cukup jika tidak ada sinergitas dengan masyarakat. Pembangunan akan
berjalan dengan baik dan berhasil apabila pemerintah dapat bekerjasama
dengan masyarakat, karena masyarakat yang menjadi sasaran utama dalam
pembangunan. Dalam hal ini, pemerintah Desa Kemadang telah mampu

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 187


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

menjalankan konsep tersebut. Jika masyarakat tidak mau diajak bekerjasama


dalam pembangunan, maka tidak akan ada status desa mandiri di Desa
Kemadang saat ini. Hal ini dapat dilihat dari program-program yang telah
dijalankan pemerintah desa, dimana masyarakat mau menerima dan
berpartisipasi aktif di dalamnya.

Adanya sinergitas antara pemeritah desa dengan masyarakat akan


memudahkan keberlangsungan dalam pembangunan di Desa Kemadang.
Dengan begitu, tujuan yang dibangun dari awal akan terwujud. Masyarakat
menjadi sejahtera, perekonomian meningkat dan kemandirian desa dapat
tercipta.

Dengan demikian, untuk melakukan sebuah pembangunan akan lebih


berhasil dan berjalan dengan baik apabila bekerjasama dengan beberapa
pihak. Keberhasilan pembangunan di Desa Kemadang saat ini tidak bisa
lepas dari campur tangan pemerintah daerah dan pemerintah nasional. Oleh
karena itu, Desa Kemadang terus membangun sinergitas dengan semua
stakeholder pemerintah dalam menjalankan sebuah program dan perencanaan
pembangunan. Pembangunan daerah pun tidak akan berjalan sempurna tanpa
adanya partisipasi aktif dari masyarakat. Tak hanya pemerintah daerah dan
nasional, pemerintah Desa Kemadang juga terus mengembangkan sinergitas
dengan masyarakat untuk terwujudnya pembangunan sesuai rencana dan
tujuan.

Keempat, membangun tata kelola desa menjadi organisasi modern yang


berbasis kultural desa. Pemerintah Desa Kemadang dalam menjalankan
pemerintahan telah menggunakan sistem teknologi informasi berbasis
internet. Segala macam administrasi desa, kependudukan, keuangan dan
pelayanan masyarakat menggunakan sistem komputerisasi. Desa Kemadang
sendiri sudah memiliki website dengan alamat http://kemadang-tanjungsari.
desa.id/first. Dalam website ini berisi mengenai profil desa, data desa, lembaga
desa, wisata desa, berita terbaru mengenai Desa Kemadang dan sebagainya—
sehingga untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat pemerintah
Desa Kemadang menyediakan fasilitas internet gratis yang ditetapkan dengan

188 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

Surat Edaran Kepala Desa No. 1 Tahun 2015 tentang Layanan Internet Gratis.

Pembangunan di Desa Kemadang meski sudah maju dan telah melek


teknologi namun tidak pernah menggeser budaya asli di desa itu sendiri.
Pemerintah serta masyarakat Desa Kemadang selalu berusaha keras untuk
menjaga tradisi serta budaya yang ada. Salah satu bentuk bahwa Desa
Kemadang masih mempertahankan budaya-budaya lokal adalah dengan
adanya status desa budaya. Banyak budaya yang masih dilestarikan di Desa
Kemadang dengan membentuk lembaga adat, budaya dan kesenian, antara
lain kelompok karawitan, hadroh, sholawatan, jatilan, reog, reog kreasi,
wong ireng, seni tari, ketoprak, seni pedalangan, gejog lesung, doger, bergodo
prajurit dan paduan suara. Adanya status sebagai desa budaya ini juga menjadi
keunikan dan daya tarik tersendiri bagi Desa Kemadang.

Upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Kemadang dalam pelestarian


adat, tradisi dan budaya adalah menjalankan program-progam terkait budaya.
Program tersebut antara lain melakukan pelestarian terhadap upacara
adat dan tradisi yang berkembang di wilayah Desa Kemadang, pembinaan
dan pendampingan terhadap kelompok kesenian yang ada di wilayah Desa
Kemadang serta pengalokasian anggaran pemerintah desa melalui APBDes
dalam pelestarian, pembinaan dan pendampingan adat, tradisi, seni, budaya
dan perilaku ramah tamah. Budaya yang masih terjaga di Desa Kemadang
antara lain sedekah laut, rasulan, wayang, gumreg dan lain sebagainya.

Pada startegi terakhir, yang keempat, yaitu membangun tata kelola desa
menjadi organisasi modern yang berbasis kultural desa. Pada penerapannya
Pemerintah Desa Kemadang terus berupaya melakukan penataan menjadi
lebih baik, yang mana tata kelola yang dilakukan sudah sesuai zaman dan
tidak lagi secara manual, seperti adanya website desa. Dengan adanya website
desa ini masyarakat bisa dengan mudah mengetahui berita terbaru yang
sedang terjadi di Desa Kemadang. Meski perkembangan teknologi sudah
maju, pemerintah beserta masyarakat Desa Kemadang tetap melestarikan
budaya dan tradisi yang ada.

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 189


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

Transformasi Pembangunan Desa Kemadang


Setelah Menjadi Desa Mandiri
Setelah Pemerintah Desa Kemadang dirasa telah berhasil menerapkan
strategi dalam transformasi pembangunan menuju desa mandiri, hal
selanjutnya yang dapat dilakukan adalah melihat bentuk transformasi
pembangunan Desa Kemadang setelah menjadi desa mandiri. Desa Kemadang
telah menjadi desa mandiri pada tahun 2015. Untuk melihat seberapa
berhasilkah Desa Kemadang menjadi desa mandiri serta bagaimana bentuk
transformasi pembangunan yang terjadi setelah menjadi desa mandiri,
maka harus melihat terlebih dahulu indikator keberhasilannya. Indikator
keberhasilan desa mandiri tertuang dalam Indeks Desa Membangun (IDM).

Dimensi Ketahanan Sosial


Dalam indeks ini terdapat empat dimensi yaitu kesehatan, pendidikan,
modal sosial dan permukiman. Akan tetapi, saya tidak menjabarkan keempat
dimensi ini melainkan hanya fokus pada dimensi kesehatan. Dimensi ini
dirasa unik dan ada beberapa fasilitas yang ada di Desa Kemadang yang belum
tentu dimiliki oleh desa–desa lainnya. Hal tersebut yang melatarbelakangi
saya memilih untuk lebih fokus pada dimensi ini.

Sebelum menjadi desa mandiri, Desa Kemadang hanya memiliki 85


kader kesehatan. Kader kesehatan ini belum termasuk dukun pijat, juru
rawat, kader KB maupun juru sembuh non medis. Akan tetapi, setelah
menjadi desa mandiri jumlah tenaga kesehatan di Desa Kemadang semakin
meningkat. Tidak hanya jumlah tenaga kesehatan saja yang meningkat,
namun kualitas pelayanan kesehatan juga turut meningkat. Hal ini dibarengi
juga dengan sarana dan prasarana kesehatan yang semakin baik. Untuk
sampai ke prasarana kesehatan pun tidak membutuhkan waktu lama, kurang
dari 30 menit. Sedangkan untuk tenaga kesehatan sudah cukup lengkap
meski belum ada dokter, karena dokter ditempatkan di puskesmas utama,
yakni Puskesmas Tanjungsari. Berikut adalah fasilitas kesehatan yang ada di

190 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

Desa Kemadang pada tahun 2017.


Tabel 1. Kader atau Tenaga Kesehatan di Desa Kemadang

No Fasilitas Kesehatan Jumlah


1 Dokter 0
2 Bidan 3
3 Juru rawat 7
4 Kader kesehatan/yandu 85
5 Kader KB 58
6 Dukun bayi 0
7 Dukun pijat 14
8 Juru sembuh non medis 3
Sumber: Dokumen Desa Kemandang, 2018.

Di Desa Kemadang fasilitas fisik untuk kesehatan sudah cukup


lengkap meski baru berupa puskesmas dan belum ada rumah sakit. Dulu
sebelum menjadi desa mandiri warga Desa Kemadang masih kesulitan untuk
berobat ke puskesmas dikarenakan tidak adanya transportasi yang memadai.
Namun, sekarang desa ini sudah memiliki ambulan desa yang siap melayani,
mengantar dan menjemput masyarakat yang sedang sakit secara gratis. Selain
memiliki ambulan dan puskesmas pembantu, Desa Kemadang juga memiliki
posyandu dan fasilitas kesehatan lainnya. Untuk posyandu sendiri setiap
dusun memiliki satu posyandu dan semua fasilitas kesehatan yang ada aktif
melayani masyarakat hingga sekarang.

Tebel 2. Fasilitas Kesehatan yang Dapat di Akses Masyarakat Desa


Kemadang

No Fasilitas Kesehatan Jumlah


1 RSU 0
2 RS Swasta 0
3 Puskesmas 1
4 Puskesmas pembantu 1

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 191


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

5 Posyandu 17
6 Posyandu lansia 7
7 Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu untuk 1
Penyakit Tidak Menular)

Sumber: Dokumen Desa Kumandang, 2018.

Dengan adanya fasilitas untuk menunjang peningkatan kesehatan,


masyarakat dapat mengakses BPJS. Warga masyarakat Desa Kemadang
sudah sadar akan pentingnya memiliki asuransi kesehatan. Oleh karena itu,
di desa ini tingkat kepesertaan masyarakat dalam kepemilikan kartu BPJS
sudah cukup banyak.

Dalam dimensi kesehatan ini, bentuk transformasi pembangunan


yang dilihat berupa peningkatan sarana dan prasarana penunjang kesehatan.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah kader kesehatan dan fasilitas
kesehatan seperti ambulan desa, yang mana tak semua desa dapat memiliki
ambulan sendiri. Dengan banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan di Desa
Kemadang, diharapkan masyarakat semakin peduli dan lebih rajin memeriksa
kesehatannya. Adanya ambulan desa juga memudahkan masyarakat dalam
mengakses fasilitas kesehatan.

Dimensi Ketahanan Ekonomi


Jika sebelum memiliki status menjadi desa mandiri mata pencaharian
utama warga masyarakat Desa Kemadang adalah bertani, tapi sekarang
mata pencaharian mereka lebih beragam. Inovasi Teknologi Tepat Guna
(TTG) dilakukan secara sederhana dan jenis teknologi yang di desain dan
diperuntukkan bagi kelompok kerja masyarakat (pokmas). Pemerintah Desa
Kemadang berkomitmen dalam merencanakan dan mengembangkan produk
inovasi unggulan desa yang bersinergi. Sejauh ini, pemerintah desa telah
merealisasikan jenis kegiatan inovasi produk unggulan, diantaranya adalah
inovasi masak serba ikan, pengrajin kerang, bambu, pandan, spon, produksi
garam rakyat, penangkaran udang lobster dan pembesaran abalon serta

192 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

inovasi peralatan pertanian.17

Selama ini, pelaku wisata di Desa Kemadang rata-rata menjadi pedagang


hasil laut dan nelayan, setelah pemerintah turun tangan memberikan
bantuan berupa pelatihan kepada masyarakat maka jenis pekerjaan pelaku
wisata semakin bertambah. Pelatihan yang dilakukan ini berguna untuk
meningkatkan keterampilan serta keahlian masyarakat dalam mengolah hasil
laut, baik diolah sebagai makanan maupun kerajinan. Walhasil, masyarakat
mampu meningkatkan kesejahteraan serta perekonomiannya. Dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, maka Pemerintah Desa Kemadang menjalankan beberapa
program, antara lain mengembangkan produk unggulan desa. Di mana
pemerintah Desa Kemadang memberikan pendampingan terhadap kelompok
masyarakat, individu maupun kelompok UMKM baik dari sisi kualitas
produk, kreatifitas, inovasi maupun pemasaran hasil produksi. Selain itu, ada
pula program untuk mendukung pengembagan inovasi UMKM Pemerintah
Desa Kemadang telah merencanakan RPJMDes Desa Kemadang pada tahun
2015-2020.18

Pendampingan dan pelatihan yang diberikan oleh pemerintah ini


dilakukan oleh beberapa instansi seperti Disperindag (Dinas Perindustrian
dan Perdagangan), Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa
Yogyakarta dan instansi lainnya. Pelatihan ini langsung diberikan kepada
kelompok seperti kelompok Pokdarwis. Sselain diberikan pelatihan juga
bantuan berupa pemberian peralatan dan modal usaha. Setelah diberi
pelatihan tersebut anggota kelompok kemudian mempraktikkannya di
rumah untuk kemudian menjual hasil kerajinan tersebut di pantai. Salah Satu
kerajinan yang banyak di jual di pantai-pantai adalah kerajinan dari kerang.
Kerajinan ini ada berupa tirai, tempat tisu, bros, gantungan kunci, hiasan meja
dan lain sebagainya. Kerajinan yang dijual berkisar dari harga Rp. 2.000,00
sampai dengan Rp. 130.000,00.

17
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
18
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 193


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

Selain pembuatan kerajinan ada juga pelatihan pengolahan hasil pantai


menjadi makanan. Di pantai-pantai yang ada di Kemadang, hasil pantai yang
di peroleh nelayan berupa ikan laut seperti bawal dan kakap, lobster, udang
dan sebagainya. Selanjutnya hasil tangkapan nelayan ini akan diolah menjadi
ikan bakar atau goreng, ikan crispy dan aneka makanan lainnya.

Mengingat bahwa Desa Kemadang merupakan desa wisata, maka


tidak dipungkiri jika disana terdapat banyak sektor perdagangan seperti
warung-warung maupun pasar. Selain itu, di Desa Kemadang juga banyak
terdapat usaha restoran, kedai makanan, hotel maupun penginapan. Dengan
tersedianya pelayanan perdagangan ini memudahkan warga masyarakat
dalam mengakses pelayanan perdagangan. Di Desa Kemadang juga ada
beberapa kelompok usaha yang menjadi motor penggerak roda ekonomi
masyarakat, antara lain kelompok usaha pedagang, kelompok pengolah dan
pemasar hasil laut, perhimpunan hotel dan restoran Indonesia dan masih
banyak lagi.

Status desa mandiri dan desa wisata ini berdampak pada sektor
ekonomi masyarkat Desa Kemadang, terbukti dengan berkurangnya angka
pengangguran dan meningkatnya mata pencaharian di sektor wisata. Untuk
penguatan ekonomi kelembagaan masyarakat, pemerintah Desa Kemadang
telah memfasilitasinya dengan membangun sarana penunjang ekonomi
masyarakat seperti koperasi dan BMT. Sedangkan untuk akses masyarakat
merasa mudah dalam mengakses pelayanan ekonomi.

Pada dimensi ekonomi ini, bentuk transformasi pembangunan yang


dapat dilihat adalah semakin beragamnya mata pencaharian masyarakat di
Desa Kemadang, terlebih pada aspek produk unggulan. Masyarakat yang
awalnya mayoritas sebagai petani, kini mulai menambah pekerjaannya sebagai
pelaku usaha. Hal ini tak lepas dari usaha pemerintah untuk mengembangkan
keterampilan masyarakat melalui pelatihan dan bantuan berupa pemberian
alat atau modal usaha. Harap dengan adanya bantuan pemerintah, kualitas
SDM masyarakat Desa Kemadang semakin membaik sehingga masyarakat
mampu meningkatkan taraf hidup dan mata pencaharian yang ada semakin

194 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

beraneka ragam.

Dimensi Ketahanan Ekologi


Desa Kemadang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Hal
ini menyebabkan Desa Kemadang memiliki potensi besar dalam hal bencana
alam seperti gempa bumi maupun tsunami. Oleh karena itu, dirancanglah desa
yang tanggap dan siaga bencana. Untuk meningkatkan kesiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana, Pemerintah Desa Kemadang telah membentuk
Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) yang ditetapkan dengan SK
Kepala Desa No. 20/KTSP/2015 tentang pembentukan Forum Pengurangan
Resiko Bencana (FPRB). Pada tahun 2017 Pemerintah Desa Kemadang telah
melakukan kerjasama antara Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten
Gunungkidul tentang fasilitas penguatan kelembagaan daerah bidang
pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan kegiatan pengembangan
Desa Tanggap Bencana (Destana). Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
Desa Tangguh Bencana, Pemerintah Desa Kemadang telah menganggarkan
dalam APBDes.

Ada beberapa langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah Desa


Kemadang dalam mendukung ketahanan ekologi ini, antara lain melakukan
kerjasama dengan SAR (Search and Rescue), FPRB, TAGANA (Taruna Siaga
Bencana) dan POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) dalam
rangka pengawasan pantai dan pariwisata, mengingat Desa Kemadang
sebagai daerah tujuan wisata dan rawan bencana. Selain itu, ada pula langkah
dalam penyediaan fasilitas ruang kerja bagi Babinsa (Bintara Pembina
Desa), Bhabinkamtibnas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat) dan FPRB, menjalankan program penerangan jalan dengan
swadaya masyarakat, melakukan pembentukan dan pembinaan kelompok
Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) serta Linmas (Perlindungan
Masyarakat), perencanaan kontingensi dan mitigasi bencana di wilayah Desa

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 195


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

Kemadang, dan lain sebagainya.19

Sebelum menjadi desa mandiri, Desa Kemadang belum ada program


khusus dalam hal tanggap bencana. Setelah menjadi desa mandiri, program
mengenai ketahanan ekologi mulai banyak dilaksanakan. Oleh karena itu,
dibentuklah desa tanggap dan siaga bencana. Ini semua dilakukan guna
untuk mengantisipasi jika suatu saat ada bencana maka masyarakat bisa
merasa terlindungi karena sudah ada kelompok-kelompok tanggap bencana.
Hal inilah yang dapat dilihat dari bentuk transformsi pembangunan Desa
Kemadang menuju desa mandiri dalam dimensi ketahanan ekologi.

Penutup
Gelar sebagai desa mandiri merupakan kebanggaan tersendiri bagi
Desa Kemadang. Kesuksesan ini tidak bisa lepas dari upaya pemerintah desa
dalam melakukan pembangunan yang terwujud dalam strateg-strategi yang
telah dilakukan dan bisa dikatakan berhasil karena dapat membawa desa
kemadang menjadi satu-satunya desa mandiri di Gunungkidul. Keberhasilan
ini dapat dibuktikan dengan apa yang terjadi di Desa Kemadang saat ini sudah
sesuai dengan indikator desa mandiri berdasarkan Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia No.
2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa Membangun menguraikan mengenai
Indeks Desa Membangun (IDM).

Kendati demikian, masih perlu adanya peningkatan sarana dan


prasarana di beberapa sektor agar masyarakat semakin mudah dalam
mengakses pelayanan umum tersebut, seperti perlu adanya tenaga kesehatan
dokter untuk menunjang kelengkapan pelayanan fasilitas yang ada. Selain
itu juga dalam akses pendidikan non formal, perlu lebih ditingkatkan lagi
mengenai pendidikan keterampilan atau kursus. Selanjutnya dalam hal
aspek distribusi, perlu dibentuk atau dibangun kantor pos karena di Desa
Kemadang belum ada kantor pos. Sedangkan dalam hal sensus penduduk,

19
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018

196 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198


Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri

ada baiknya dilakukan secara berkala dan lebih teliti ketika memasukan
data atau laporan. Inilah yang menurut hasil observasi saya perlu dilakukan
perbaikan. Hal ini guna untuk meningkatkan pertumbuhan pembangunan di
Desa Kemadang.

Daftar Pustaka
Adisasmita, R. (2004). Pertumbuhan Wilayah dan Wilayah Pertumbuhan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Alfian. (1986). Transformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta:
UI Press.
Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa
Yogyakarta 2017. Yogyakarta.
Chambers, R. (1987). Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang. (Pepep Sudrajat,
Ed.). Jakarta: LP3ES.
Damanik, J. (2005). Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta:
Penerbit Kepel Press.
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018.
Hamidi, H., & et.al. (2015). Indeks Desa Membangun 2015. Jakarta: Kementrian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi Perencanaan,
Strategi dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa
Membangun.
Purwanto, E. A. (2007). Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
untuk Pembuatan Kebiiakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, 10(2).
Suryanto. (2017). Strategi Akselerasi Mewujudkan Desa Mandiri sebagai Manifestasi
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jakarta: Bappenas.

Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198 197


Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti

198 Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, no. 1 (2018): 177-198

You might also like