Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri: Studi Di Desa Kemadang Gunungkidul
Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri: Studi Di Desa Kemadang Gunungkidul
Strategi Mempercepat Pembangunan Desa Mandiri: Studi Di Desa Kemadang Gunungkidul
Nugrahani Kusumastuti
Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstract
The commitment of the government in developing villages has been implemented in
‘Nawacita Programs’, the theme of Developing Indonesia’s rural areas. For that, the
developing country very impossible can regularly, if the government not prepared
for this program with the excellently. Hence, this research is the goals for knowing
of the strategy which doing of government in the implementation of developing
transformation until making Kemadang Village become an independent rural area
in 2015 old. In addition, this paper aims to explain about developing transformation
form become in Kemadang Village who has an independent rural area. The result
of the research shows to us that in the strategy of implementing, is the government
of Village Kemadang conducted mapping potential area, coaching and mentoring,
building of the network, and implemented of governance village become modern
organizations. Meanwhile, the form of developing transformation is increasing of
services, and health facilities. For the production of livelihood, society is increasingly
in disaster mitigation.
Keywords: developing villages; developing transformation; sustainable livelihood.
Abstrak
Komitmen pemerintahan dalam membangun desa tertuang dalam Nawacita, yakni
“Membangun Indonesia Dari Pinggiran Dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan
Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan”. Sebuah pembangunan suatu daerah tidak
akan terlepas dari campur tangan pemerintah itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah dalam
Creative Commons Non Comercial CC-BY-NC: This work is licensed under a Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License (http://
creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/) which permits non-comercial use, reproduction, and
distribution of the work whitout further permission provided the original work is attributed as
spesified on the Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan
and Open Access pages.
Mir’atun Nur Arifah; Nugrahani Kusumastuti
Pendahuluan
Dalam upaya mempercepat pembangunan dari pinggiran, pemerintah
Indonesia melaksanakan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa dengan
pengalokasian dana desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2015
jumlah dana desa sebesar Rp 20,8 triliun, di tahun 2016 Rp 46,8 tiriliun,
di tahun 2017 Rp 60 triliun, di tahun 2018 Rp 111 triliun, dan di tahun
2019 mencapai angka Rp 113 triliun. Dengan jumlah dana yang prestis itu,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Kemendes PDTT) mencanangkan terwujudnya 2.000 desa mandiri pada
akhir tahun 2019.1
1
Suryanto, Strategi Akselerasi Mewujudkan Desa Mandiri Sebagai Manifestasi UU No. 6 Tahun 2014 Tentang
Desa (Jakarta: Bappenas, 2017), hal. 1.
2
Hanibal Hamidi and et.al, Indeks Desa Membangun 2015 (Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2015), hal. 1.
3
Erwan Agus Purwanto, “Mengkaji Potensi Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Untuk
Pembuatan Kebiiakan Anti Kemiskinan Di Indonesia,” Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 10, no. 2 (2007).
4
Janianton Damanik, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata (Yogyakarta: Penerbit Kepel
Press, 2005), hal. 17.
5
Alfian, Transformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 3.
6
Badan Pusat Statistik, “Statistik Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta 2017”
(Yogyakarta, 2017), hal. 3.
7
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2016 Pasal 1 Ayat 2 Tentang Indeks Desa Membangun.
menyandang status sebagai desa mandiri dan satu-satunya desa mandiri yang
ada di Kecamatan Tanjungsari.
Berangkat dari realitas ini, oleh karena artikel ini adalah ringkasan
tugas akhir atau skripsi, maka saya akan memposisikan diri sebagai
pengamat dari berjalannya pembangunan di Desa Kemadang yang sudah
berjalan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif sehingga mendeskripsikan dan menjelaskan secara rinci mengenai
transformasi pembangunan di Desa Kemadang dalam mewujudkan desa
mandiri. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kemadang, Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Gunugkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Subjek penelitian ditentukan berdasarkan kriteria, sedangkan dalam hal
pengambilan informan menggunakan teknik purposive yang meliputi Camat
Tanjungsari, Staf Kesejahteraan Sosial Kecamatan Tanjungsari, Sekretaris
Desa Kemadang dan Kepala Dukuh. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumnentasi, sedangkan
dalam analisis data mencakup tiga kegiatan yakni reduksi data, penyajian
data dan verifikasi.
12
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa Membangun.
13
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
14
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
15
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
16
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
desa dalam aspek sosial budaya. Hal ini dibutikan dengan adanya tertib
administrasi, pelatihan-pelatihan untuk kelompok guna meningkatkan
keterampilan serta peningkatan kapasitas dalam pengalaman agama. Bukti
lainnya adalah terciptanya status desa budaya di Desa Kemadang.
Surat Edaran Kepala Desa No. 1 Tahun 2015 tentang Layanan Internet Gratis.
Pada startegi terakhir, yang keempat, yaitu membangun tata kelola desa
menjadi organisasi modern yang berbasis kultural desa. Pada penerapannya
Pemerintah Desa Kemadang terus berupaya melakukan penataan menjadi
lebih baik, yang mana tata kelola yang dilakukan sudah sesuai zaman dan
tidak lagi secara manual, seperti adanya website desa. Dengan adanya website
desa ini masyarakat bisa dengan mudah mengetahui berita terbaru yang
sedang terjadi di Desa Kemadang. Meski perkembangan teknologi sudah
maju, pemerintah beserta masyarakat Desa Kemadang tetap melestarikan
budaya dan tradisi yang ada.
5 Posyandu 17
6 Posyandu lansia 7
7 Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu untuk 1
Penyakit Tidak Menular)
17
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
18
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
Status desa mandiri dan desa wisata ini berdampak pada sektor
ekonomi masyarkat Desa Kemadang, terbukti dengan berkurangnya angka
pengangguran dan meningkatnya mata pencaharian di sektor wisata. Untuk
penguatan ekonomi kelembagaan masyarakat, pemerintah Desa Kemadang
telah memfasilitasinya dengan membangun sarana penunjang ekonomi
masyarakat seperti koperasi dan BMT. Sedangkan untuk akses masyarakat
merasa mudah dalam mengakses pelayanan ekonomi.
beraneka ragam.
Penutup
Gelar sebagai desa mandiri merupakan kebanggaan tersendiri bagi
Desa Kemadang. Kesuksesan ini tidak bisa lepas dari upaya pemerintah desa
dalam melakukan pembangunan yang terwujud dalam strateg-strategi yang
telah dilakukan dan bisa dikatakan berhasil karena dapat membawa desa
kemadang menjadi satu-satunya desa mandiri di Gunungkidul. Keberhasilan
ini dapat dibuktikan dengan apa yang terjadi di Desa Kemadang saat ini sudah
sesuai dengan indikator desa mandiri berdasarkan Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia No.
2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa Membangun menguraikan mengenai
Indeks Desa Membangun (IDM).
19
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018
ada baiknya dilakukan secara berkala dan lebih teliti ketika memasukan
data atau laporan. Inilah yang menurut hasil observasi saya perlu dilakukan
perbaikan. Hal ini guna untuk meningkatkan pertumbuhan pembangunan di
Desa Kemadang.
Daftar Pustaka
Adisasmita, R. (2004). Pertumbuhan Wilayah dan Wilayah Pertumbuhan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Alfian. (1986). Transformasi Sosial Budaya Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta:
UI Press.
Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Kesejahteraan Rakyat Daerah Istimewa
Yogyakarta 2017. Yogyakarta.
Chambers, R. (1987). Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang. (Pepep Sudrajat,
Ed.). Jakarta: LP3ES.
Damanik, J. (2005). Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta:
Penerbit Kepel Press.
Dokumen Desa Kemadang Tahun 2018.
Hamidi, H., & et.al. (2015). Indeks Desa Membangun 2015. Jakarta: Kementrian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi Perencanaan,
Strategi dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Indeks Desa
Membangun.
Purwanto, E. A. (2007). Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
untuk Pembuatan Kebiiakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, 10(2).
Suryanto. (2017). Strategi Akselerasi Mewujudkan Desa Mandiri sebagai Manifestasi
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jakarta: Bappenas.