Strategi Pemerintah Daerah Dalam Mengembangkan Pariwisata Berkelanjutan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan.

Volume 9 Issue 2 (2020)


ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

STRATEGI PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA


DALAM MENGEMBANGKAN PARIWISATA
BERKELANJUTAN DI KAWASAN SEBANGAU
Bhayu Rhama

ABSTRACT
This study is aimed to describe and analyse the strategies of local governments in
developing sustainable tourism in Sebangau Subdistrict, Palangka Raya. This
research is a qualitative research to obtain a comprehensive and in-depth picture
related to the problem and collects primary data from the Culture and Tourism
Office of Palangka Raya City, tourist attractions in Sebangau District, and local
communities around the Sebangau District tourist area. Data sources are also
obtained from secondary data such as archives or library materials that are used as
support. Data collection is done using observation, interviews, and
documentation. Analysis of research data is carried out through stages which
include data reduction, data exposure, and drawing conclusions / verification. The
study shows that the strategy of the local government of Palangka Raya in
developing sustainable tourism in Sebangau District is carried out on the
development of human and natural resources. Human resource development
strategies include education development, health development, improving the
quality of the poor, and suppressing the rate of population growth. One-way
natural resource development strategies include the development of tourism areas
that are only carried out in a small area, tourism development is also carried out
by not changing the landscape base, as well as the construction of tourist
infrastructure in accordance with local identity. Supporting factors for sustainable
tourism development strategies are awareness of the local community about the
importance of the tourism area. The role of relevant parties who participated in
encouraging the development of sustainable tourism. While the inhibiting factors
of the strategy for developing sustainable tourism is to provide a deeper
understanding of tourism to the community. In addition, budget limitations are
also the second limiting factor in sustainable tourism development

Keywords: Sustainable tourism, development, strategy, local government

PENDAHULUAN
Sektor pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang multidimensi dari
rangkaian suatu proses pembangunan di mana sektor pariwisata di dalamnya
menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik. Sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang
menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja.
Pariwisata selama setengah abad terakhir sebagaimana menurut Rhama
(2019: 3) telah muncul sebagai salah satu fenomena sosial dan ekonomi paling

38
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

signifikan dari zaman modern. Pertumbuhan pada sektor pariwisata terus


mengalami peningkatan yang luar biasa dan tumbuh secara konsisten.
Berdasarkan dari data UNWTO (United Nation World Tourism Organization)
jumlah kedatangan wisatawan pada tahun 1950-an mencapai 25,3 Juta dan terus
mengalami peningkatan setiap tahun, hingga tahun 2012 untuk pertama kalinya
jumlah total kedatangan wisatawan internasional melampaui satu miliar orang
(Rhama, 2019:4).
Di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat sungai-sungai besar, Provinsi
Kalimantan Tengah juga memiliki beberapa kawasan taman nasional yang salah
satunya adalah Taman Nasional Sebangau yang berada di wilayah Kota Palangka
Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau.
Sebagai salah satu kawasan wisata yang berbasis pada alam atau ekowisata
di Kota Palangka Raya, wilayah Kecamatan Sebangau sebagai KSP-4 di
dalamnya juga terdapat kawasan yang masuk ke dalam wilayah Taman Nasional
Sebangau. setidaknya dari luas wilayah yang dimiliki Taman Nasional Sebangau,
10 persen wilayahnya ada di wilayah Administratif Kota Palangka Raya.
Sehingga dengan adanya bagian kawasan Taman Nasional Sebangau telah
memberikan kesempatan bagi Pemerintah Kota Palangka Raya untuk membangun
kawasan wisata alam yang tentunya harus dibangun sesuai dengan asas dan
prinsip pariwisata berkelanjutan.
Pariwisata berkelanjutan juga harus memberikan cerminan identitas lokal
dalam pembangunan, sebagaimana menurut Sharpley (2000: 10) bahwa produk
dari pariwisata berkelanjutan harus dilaksanakan secara harmonis dengan
lingkungan lokal yang di antaranya adalah masyarakat lokal dan budaya lokal agar
dapat memberikan keuntungan yang permanen dan tidak menjadi penerima
dampak dari pembangunan pariwisata. Oleh sebab itu, Sharpley menjelaskan
bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan pariwisata berkelanjutan harus
ditekankan ke arah penggunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia
untuk jangka waktu yang panjang.

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang berkelanjutan
dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang
dianggap lebih baik. Pembangunan terdiri dari pembangunan fisik dan non fisik.
Pembangunan fisik adalah pembangunan yang dapat di rasakan langsung oleh
Masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh mata (Kuncoro, 2010: 20)
pembangunan fisik misalnya berupa Infrastruktur, bangunan, fasilitas umum.
Sedangkan pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang tercipta oleh
dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama
(Wresniwiro, 2012). Sebagai contoh dari pembangunan non fisik adalah berupa
peningkatan perekonomian rakyat desa, peningkatan kesehatan masyarakat
(Wresniwiro, 2012).
Pengertian pembangunan berkelanjutan sejak diperkenalkan oleh World
Commission on Environment and Development (WCED) sebagaimana tertuang
dalam Our Common Future atau laporan Brundtland, sampai saat ini masih masuk
dalam ranah perdebatan antar para ahli lingkungan. Hal ini menimbulkan banyak

39
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

interpretasi definisi mengenai pembangunan berkelanjutan. Undang–Undang


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa
depan.
Cronin dalam Sharpley (2000: 17) menyatakan bahwa konsep
pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan terfokus pada dua
hal, yaitu fokus pada keberlanjutan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi di satu
sisi dan disisi yang lainnya mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen
kebijakan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas. Produk pariwisata
berkelanjutan harus dioperasikan secara harmonis dengan lingkungan lokal,
masyarakat dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima keuntungan yang
permanen dan bukan korban pembangunan pariwisata. Dalam hal ini kebijakan
pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan agar terarah pada
penggunaan sumber daya alam dan penggunaan sumber daya manusia untuk
jangka waktu yang panjang (Sharpley, 2000: 10).
Pengembangan strategi dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan dan
memperbaiki konsep perencanaan strategi sebelumnya, dari beberapa rencana
yang telah tersusun perlu diperhatikan kembali efektivitas dan efisiensi dalam
penerapan pelaksanaan rencana strategi tersebut. Pengembangan strategi dalam
pembangunan pariwisata berkelanjutan yang dalam hal ini adalah pembangunan
pariwisata berkelanjutan di Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya, asas dan
nilai keberlanjutan jangka panjang harus diperhatikan. Selain terfokus pada
pariwisata sebagai aktivitas ekonomi dan elemen kebijakan pembangunan yang
lebih luas, kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber daya alam
harus benar-benar diperhatikan, sebagaimana menurut Sharpley (2000: 10) bahwa
dalam hal kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan harus terarah pada
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk jangka panjang. .

Strategi pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia)


SDM di bidang pariwisata yang menguasai, memanfaatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi dalam pengelolaan pariwisata
sebagaimana menurut Bhayu Rhama (2013) sangat dibutuhkan karena tuntutan
globalisasi yang sudah diambang pintu. Lebih lanjut dijelaskan oleh Rhama
(2013) bahwa Kalimantan Tengah memiliki potensi yang luar biasa untuk
pariwisata khususnya yang berhubungan dengan alam / Eco-tourism, namun share
holder yang terlibat dalam pembangunan tersebut masih sangat minim mulai dari
penyedia informasi hingga operator wisata. Penyebab dari minimnya hal tersebut
dikarenakan minimnya wawasan masyarakat lokal ataupun lapangan pekerjaan
yang memberikan hasil secara instan bagi masyarakat masih mudah diperoleh
(Rhama, 2013).
Pengembangan kualitas sumber daya manusia adalah upaya
pengembangan manusia menyangkut pengembangan aktivitas dalam bidang
pendidikan, pelatihan, kesehatan dan gizi. Pengertian ini memusatkan pada

40
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

pemerataan dalam meningkatkan kemampuan manusia dan pada pemanfaatan


kemampuan tersebut (Sein, 2009). Menurut Mulyadi (2003: 2) kebijakan dalam
meningkatkan kualitas hidup antara lain meliputi:
a. Pembangunan pendidikan akan memperhatikan arah pembangunan ekonomi
di masa yang akan datang. Dalam membangun kualitas pendidikan sendiri
pada dasarnya tidak terfokus hanya pendidikan formal saja, salah satu upaya
selain pendidikan formal adalah pendidikan informal, yaitu dalam bentuk
pelatihan-pelatihan atau kursus. Kebijakan terkait pembangunan pendidikan
dan pariwisata, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 27 Tahun 2017
tentang “Standar Kompetensi Lulusan Kursus Dan Pelatihan Bidang
Keterampilan Kepemanduan Wisata, Pemeliharaan Taman, Pekarya
Kesehatan, Petukangan Kayu Konstruksi, Pemasangan Bata, Perancah,
Pemasangan Pipa, Mekanik Alat Berat, Bahasa Indonesia Bagi Penutur
Asing, Pembuatan Batik Dengan Pewarna Ramah Lingkungan, Pembuatan
Malam Batik, Pembuatan Batik Dengan Pewarna Sintetis, Pembuatan Alat
Canting Tulis, Dan Pembuatan Canting Cap”. Artinya bahwa strategi
pengembangan sumber daya manusia melalui pembangunan pendidikan
dapat dilakukan melalui pemberian pelatihan terkait kepariwisataan.
b. Pembangunan kesehatan mendapat perhatian dengan menanamkan budaya
hidup sehat serta memperluas cakupan pelayanan kesehatan terutama pada
penduduk terpencil. Dalam hal ini pembangunan kesehatan tidak terlepas
daripada lingkungan yang bersih, tentunya dalam masyarakat budaya hidup
sehat tidak hanya terbatas pada kesehatan individual saja. Menjaga
kebersihan lingkungan juga dapat dikatakan sebagai budaya hidup sehat.
c. Peningkatan kualitas bagi penduduk miskin dilakukan dengan memberikan
keterampilan praktis, menumbuhkan sikap produktif serta mendorong
semangat keswadayaan dan kemandirian untuk bersama melepas diri dari
kemiskinan. Dengan terbukanya suatu sektor wisata di suatu wilayah
tertentu pastinya akan membuka peluang pula bagi masyarakat dalam
mengembangkan dunia usaha atau wiraswasta.
d. Menekan laju pertumbuhan penduduk dengan meningkatkan pelaksanaan
gerakan keluarga berencana, serta meningkatkan keseimbangan kepadatan
dan penyebaran penduduk antara lain melalui transmigrasi dan industri di
pedesaan.

Strategi pengembangan SDA (Sumber Daya Alam)


Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, seluruh aspek mengenai
sumber daya alam menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh seluruh
stakeholder. Bagaimana mengelola, menjaga serta melestarikan sumber daya alam
pada sektor pariwisata adalah bagian utama yang harus disusun dan direncanakan
kebijakannya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dijelaskan bahwa prinsip-prinsip

41
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

pengembangan wisata alam dan kriteria-kriteria pengembangan


dioperasionalisasikan dalam pengembangan pariwisata alam yang diarahkan pada:
a. Pengusahaan/pengembangan pariwisata alam dilaksanakan pada sebagian
kecil areal blok pemanfaatan, dan tetap memperhatikan pada aspek
kelestarian.
b. Pengusahaan/pengembangan wisata alam tidak dibenarkan melakukan
perubahan mendasar pada bentang alam dan keaslian habitat.
c. Pembangunan sarana dan prasarana pariwisata harus didasarkan pada
identitas lokal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis strategi pemerintah
daerah dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Kecamatan Sebangau,
dalam hal ini peneliti ingin menggali permasalahan dan gejala dari aspek-aspek
pengembangan pariwisata di kawasan Sebangau. Jenis penelitian menggunakan
metode penelitian kualitatif serta dipaparkan secara deskritif. Penggunaan data
yang diperoleh berupa jenis data primer dan data sekunder. Narasumber yang
diwawancarai yaitu Kepala Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Kota Palangka
Raya, pengunjung objek pariwisata Sebangau, dan masyarakat lokal yang tinggal
di lingkungan objek Wisata Sebangau. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan pengumpulan data, reduksi data, dan kategori data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Strategi Pemerintah Kota Palangka Raya dalam Membangun Pariwisata
Berkelanjutan di Kecamatan Sebangau
Keterkaitan antara aktivitas pariwisata dan konsep pembangunan
berkelanjutan sebagaimana dijelaskan oleh Cronin dalam Sharpley (2000: 17)
terfokus pada dua hal, yaitu keberlanjutan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi di
satu sisi dan disisi yang lainnya mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen
kebijakan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas. Stabler & Goodall dalam
Sharpley (2000: 1) pembangunan pariwisata berkelanjutan haruslah konsisten
pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Produk daripada pariwisata
berkelanjutan harus sejalan dengan lingkungan, masyarakat dan budaya lokal
selaku penerima manfaat berkelanjutan dari adanya pariwisata. Menurut Sharpley
(2000: 10) kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan harus menekankan
pada arah pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk jangka
waktu yang panjang yang akan didiskusikan sebagai berikut.

Pembangunan Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia dalam pembangunan khususnya pariwisata berkelanjutan
merupakan bagian terpenting dalam menentukan keberhasilan daripada
pembangunan pariwisata. Pengembangan kualitas sumber daya manusia menurut
Sein (2009) adalah upaya pengembangan manusia yang menyangkut
pengembangan aktivitas dalam bidang pendidikan, pelatihan, kesehatan dan gizi.
Sebagai strategi dalam membangun SDM, Mulyadi (2003: 2) menyebutkan bahwa
kebijakan dalam meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia meliputi

42
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

pembangunan pendidikan, pembangunan kesehatan, peningkatan kualitas bagi


penduduk miskin, dan menekan laju pertumbuhan penduduk.
a. Pembangunan Pendidikan
Pendidikan memiliki peran dalam meningkatkan kemampuan dan keahlian
sumber daya manusia termasuk dalam pembangunan pariwisata
berkelanjutan. Pendidikan khususnya yang menyangkut tentang
pendidikan kepariwisataan merupakan salah satu kunci dalam membangun
dan mengembangkan pariwisata, dimana bidang ini memerlukan tenaga
kerja yang terampil yang secara terus menerus harus dikembangkan.
Pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah pemerintah Kota Palangka
Raya dalam membangun sumber daya manusia melalui pendidikan masih
belum ada upaya dan perhatian yang dilakukan oleh pemerintah. Temuan
hasil penelitian lebih lanjut, pendidikan dibidang pariwisata di Kecamatan
Sebangau pada dasarnya masih kurang diminati oleh masyarakat.
Mengenai pendidikan informal dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa
masyarakat di Kawasan Wisata Sebangau belum menyediakan kerajinan-
kerajinan tangan atau yang menjadi ciri khas yang dapat dijual kepada
wisatawan. Namun hal ini sebenarnya juga sudah dilakukan upaya oleh
Pemerintah Kota Palangka Raya atau pihak-pihak terkait dengan
memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan praktis terkait hal tersebut
(membuat souvenir-souvenir dan benda-benda yang memiliki ciri khas
tersendiri.
b. Pembangunan Kesehatan
Salah satu indikator mengenai kualitas sumber daya manusia adalah
kondisi kesehatan baik sehat secara lahir maupun batin setiap orang.
Menurut Todaro (2005), kesehatan dapat dilihat sebagai komponen
pertumbuhan dan pembangunan yang vital dan merupakan input fungsi
produksi yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Hal ini
diperkuat dengan sebagaimana disebutkan dalam Indonesian Human
Development Report (2004) bahwa pembangunan manusia sangat
berkepentingan dengan kapabilitas manusia termasuk di dalamnya adalah
peningkatan dalam kesehatan dan pendidikan
Pembangunan kesehatan menjadi perhatian penting dalam pembangunan
sumber daya manusia khususnya pembangunan pariwisata berkelanjutan di
Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya. Sebagai salah satu strategi
pemerintah dalam membangun kesehatan sebagaimana temuan dalam hasil
penelitian adalah dengan memberikan edukasi mengenai pentingnya
menjaga kesehatan dengan menanamkan pola budaya hidup sehat bagi
masyarakat di Kelurahan Kereng Bangkirai.
c. Peningkatan Kualitas Bagi Penduduk Miskin
Peningkatan kualitas bagi penduduk miskin dilakukan dengan memberikan
keterampilan praktis, menumbuhkan sikap produktif serta mendorong
semangat keswadayaan dan kemandirian untuk bersama melepas diri dari
kemiskinan. Dengan terbukanya suatu sektor wisata di suatu wilayah
tertentu pastinya akan membuka peluang pula bagi masyarakat dalam

43
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

mengembangkan dunia usaha atau wiraswasta. Seiring dengan


berkembangnya sektor pariwisata di suatu wilayah tertentu.
Peningkatan kualitas baik dari segi keahlian, peran pemerintah dalam
memberikan pelatihan-pelatihan meningkatkan keterampilan bagi
masyarakat yaitu dengan memberikan pelatihan-pelatihan kecil khususnya
bagi ibu-ibu rumah tangga. Berkembangnya suatu wilayah menjadi
kawasan wisata tentunya akan membuka peluang dan kesempatan bagi
masyarakat untuk membangun usaha, semakin banyaknya jenis usaha
maka akan tercipta juga peluang lapangan kerja bagi penduduk yang lain.
d. Menekan Laju Pertumbuhan Penduduk.
Menekan laju pertumbuhan penduduk dengan meningkatkan pelaksanaan
gerakan keluarga berencana, serta meningkatkan keseimbangan kepadatan
dan penyebaran penduduk antara lain melalui transmigrasi dan industri di
pedesaan. Namun mengenai pertumbuhan penduduk dalam hal ini yaitu
masuknya penduduk luar daerah ke kawasan wisata adalah sebagai
dampak dari pertumbuhan sektor industri pariwisata yang tentunya
menciptakan peluang-peluang membuka usaha.
Pertumbuhan penduduk meningkat karena tingginya perpindahan
penduduk dari luar daerah yang masuk ke wilayah ini, karena melihat
peluang-peluang usaha dan kesempatan kerja, masyarakat dari luar daerah
kemudian tinggal menetap dan membuka usaha atau mencari kerja di
wilayah yang menjadi kawasan wisata tersebut.
Pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Sebangau khususnya Kelurahan Kereng Bangkirai adalah dengan
sosialisasi dari BKKBN tentang program keluarga berencana (KB) kepada
masyarakat. Namun dalam hal penekanan laju pertumbuhan penduduk
yang disebabkan oleh adanya penyebaran penduduk dari wilayah lain
sebagaimana disampaikan Syamsurizal selaku Lurah di Kereng Bangkirai
bahwa terkait hal tersebut masih belum ada upaya dari pemerintah untuk
menekan laju pertumbuhan tersebut

Pembangunan Sumber Daya Alam


Pada pembahasan mengenai pembangunan sumber daya alam sebagai strategi
pemerintah dalam membangun pariwisata berkelanjutan di Kecamatan Sebangau,
peneliti dalam hal ini mengadopsi prinsip-prinsip pengembangan wisata alam dan
kriteria-kriteria pengembangan yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Berdasarkan PP Nomor 18 Tahun 1994 tersebut terdapat 3 syarat yang harus
dipenuhi dalam mengembangkan kawasan pariwisata alam yang dalam hal ini
digunakan peneliti untuk mendeskripsikan pembangunan sumber daya alam
pariwisata berkelanjutan di Kecamatan Sebangau. Berdasarkan hal tersebut,
pembangunan sumber daya alam pariwisata berkelanjutan di Kecamatan
Sebangau, yaitu:
a. Pengembangan Pariwisata Pada Sebagian Areal pemanfaatan

44
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

Terdapat beberapa zona wilayah pengembangan yang sedang dibangun


oleh Pemerintah Kota Palangka Raya yang selanjutnya disebut dengan
kawasan strategis pariwisata (KSP), sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Palangka Raya
Tahun 2017-2028 pada Pasal 10 Ayat 2 bahwa kawasan strategis
pariwisata terdiri atas KSP 1-KSP Sei Gohong, KSP 2-KSP Tumbang
Tahai, KSP 3-KSP Pahandut, dan KSP 4-KSP Kalampangan.
Membangun destinasi wisata pada sebagian areal pengembangan juga
merupakan pengendalian terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang
dilakukan secara masif dan berlebihan yang kemudian berdampak pada
kerusakan alam serta mengganggu kehidupan flora dan fauna di
dalamnya. Pembangunan pada sebagian areal kawasan juga merupakan
salah satu strategi untuk menjamin adanya prinsip berkelanjutannya dari
sebuah kawasan sumber daya alam Taman Nasional Sebangau di
Kecamatan Sebangau Kota Palangka Raya.
b. Pengembangan Wisata Alam Tanpa Mengubah Dasar Bentang Alam dan
Keaslian Habitat.
Tidak mengubah dasar bentang alam dalam pembangunan kepariwisataan
yang berbasis pada alam merupakan prinsip utama yang harus dipegang
oleh seluruh pihak baik pemerintah maupun swasta dan tidak terkecuali
pula oleh masyarakat lokal sekitar kawasan wisata alam khususnya
masyarakat di Kelurahan Kereng Bangkirai
Pembangunan sarana prasarana serta fasilitas dalam memajukan industri
sektor pariwisata khususnya wisata alam di Kecamatan Sebangau yang
menjadi bagian dari Taman Nasional memang perlu dilakukan oleh
Pemerintah Kota Palangka Raya, dengan mengacu pada rencana induk
pembangunan kepariwisataan, berbagai aspek dan prinsip mengenai
lingkungan hidup dan asas pembangunan berkelanjutan. Maka dasar dari
bentang alam kawasan sebangau tetap dijaga dengan baik, selain itu juga
tetap menjaga keaslian habitat yang tinggal di dalamnya
c. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pariwisata Berdasarkan pada
Identitas Lokal.
Sebuah pendekatan terhadap identitas lokal merupakan bagian penting
dalam membangun pariwisata berkelanjutan. Sebagaimana menurut
Sharpley (2000: 10) bahwa produk dari pariwisata berkelanjutan harus
dijalankan secara harmonis dengan lingkungan lokal, masyarakat lokal,
dan budaya lokal sehingga kemudian mereka inilah yang menerima
keuntungan secara permanen dari adanya destinasi pariwisata, dan bukan
malah sebaliknya mereka menjadi korban dari pembangunan pariwisata.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, identitas lokal dalam
pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kota Palangka Raya
khususnya di Kecamatan Kereng Bangkirai merupakan bagian yang
harus ditonjolkan. Identitas lokal dipandang sebagai warisan budaya yang
harus dijaga dan dirawat dengan baik.

45
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

Pembangunan sarana prasarana pada pembangunan pariwisata


berkelanjutan di Kecamatan Sebangau khususnya yang berkaitan dengan
bangunan Dermaga Kereng Bangkirai oleh pemerintah juga telah dibuat
dengan corak dan ukiran bangunan mencerminkan nilai budaya
masyarakat lokal yaitu identitas Budaya Dayak, seperti Batang Garing,
Rumah Betang, Mandau, dan lain-lain.

Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung


Faktor Pendukung Strategi Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Faktor pendukung dari strategi pemerintah dalam pembangunan pariwisata
berkelanjutan adalah kesadaran masyarakat lokal akan pentingnya pariwisata dan
potensi wisata alam yang tinggi, baik dari segi lanskap, flora, fauna serta
pemandangan alam. Bahwa dengan adanya kawasan pariwisata tersebut dapat
memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal.
Faktor Penghambat Strategi Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Adapun yang menjadi faktor penghambat dari strategi pemerintah dalam
mengembangkan pariwisata berkelanjutan adalah: pertama yaitu dalam hal
mengedukasi masyarakat lebih dalam, kesadaran dan seperti apa kesiapan
masyarakat masih belum sepenuhnya paham akan hal tersebut.
Kemudian faktor yang kedua adalah masalah anggaran, dimana hal ini
merupakan faktor utama dalam menunjang suatu pembangunan diberbagai sektor
tidak terkecuali sektor pariwisata. Pemerintah Palangka Raya sendiri dalam
mengelola sektor pariwisata dengan menggunakan anggaran dari pemerintah pusat
melalui dana DAK.
Faktor berikutnya adalah berkaitan dengan keterbatasan lahan dalam
menyediakan tempat parkir bagi wisatawan lokal yang ingin berkunjung, hal ini
juga berkaitan dengan pemberdayaan bagi masyarakat untuk mengelola areal
parkir di kawasan wisata dermaga kereng. Selanjutnya kurangnya melakukan
promosi wisata alam dengan menonjolkan keunikan dan kepekaan sumber daya
alam. Pihak pengelola wisata di Kota Palangka Raya melakukan promosi dengan
mengangkat atau menonjolkan keunikan dan kepekaan sumberdaya alam yang
ada. Karena potensi wisata di Kota Palangka Raya yang tinggi, baik dari segi
lanskap, flora, fauna dan pemandangan alam.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh
peneliti pada bab sebelumnya, untuk menjawab tujuan dari penelitian maka ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Strategi pemerintah daerah kota Palangka Raya dalam mengembangkan
pariwisata berkelanjutan di Kecamatan Sebangau khususnya strategi pada
pembangunan sumber daya manusia yang meliputi pembangunan pendidikan
masih belum difokuskan oleh pemerintah Kota Palangka Raya, pembangunan
kesehatan dilakukan melalui sosialisasi dan penyuluhan kesehatan melalui
dinas kesehatan, meningkatkan kesadaran mengenai pola hidup sehat dengan
menjaga kebersihan, dan kegiatan-kegiatan sosial dalam bentuk gotong
royong membersihkan kawasan Pariwisata Dermaga Kereng. Peningkatan

46
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

kualitas bagi penduduk miskin seperti memberikan pelatihan-pelatihan


keterampilan dan kerajinan tangan masih belum dilakukan secara optimal, hal
tersebut juga sudah dilakukan oleh pihak-pihak terkait baik pemerintah
maupun swasta. Menekan laju pertumbuhan penduduk dilakukan dalam
bentuk sosialisasi yang dilaksanakan oleh BKKBN tentang pelaksanaan
program Keluarga Berencana (KB) kepada masyarakat di Kereng Bangkirai.
2. Pembangunan sumber daya alam pariwisata berkelanjutan di Kecamatan
Sebangau sesuai prinsip-prinsip pengembangan wisata alam. Pengembangan
kawasan wisata hanya pada sebagian kecil kawasan saja yang dibangun
sarana prasarana wisata agar kelestarian alam di Kecamatan Sebangau tetap
terjaga. Pengembangan wisata juga dilakukan dengan tidak mengubah dasar
bentang alam, keaslian kondisi alam menjamin keberlangsungan habitat di
dalamnya. Sarana prasarana wisata juga dibangun sesuai dengan identitas
lokal yang mencerminkan identitas budaya Adat Dayak seperti ukiran-ukiran
dengan corak Batang Garing, Rumah Betang, Mandau, Talawang, serta model
ukiran lainnya yang menjadikan kawasan wisata memiliki ciri khas tersendiri.
3. Faktor pendukung strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan yang
pertama adalah kesadaran masyarakat lokal akan pentingnya kawasan
pariwisata. Peran pihak-pihak terkait yang ikut serta dalam mendorong
pengembangan pariwisata berkelanjutan. Sedangkan faktor penghambat
strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu untuk memberikan
pemahaman lebih dalam tentang pariwisata kepada masyarakat. Selain itu
keterbatasan anggaran dan kurangnya strategi pemasaran pemerintah daerah
dalam mengenalkan pariwisata juga menjadi faktor penghambat dalam
pembangunan pariwisata berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
A.J. Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Anwar, Arifin, 1984, Strategi Komunikasi, Bandung: Armico
Aronsson, Lars, The Development of Sustainable Tourism (London: Continum,
2000)
Brundtland, G.H., editor. 1987. Report of The World Commission on Environment
and Development. The United Nation
Damanik, Dkk. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi.
Fandeli, Chafid dan Nurdin, Muhammad. 2005. Pengembangan Ekowisata
Berbasis Konservasi Di Taman Nasional. Yogyakarta: Fakultas
Kehutanan UGM
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Haryonto, Joko Tri. 2014. Model Pengembangan Ekowisata Dalam Mendukung
Kemandirian Ekonomi Daerah Studi Kasus Provinsi DIY.
Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo

47
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

Keraf, Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Buku Kompas


Kristiana, Yustisia dan Thedora, Stephanie. 2016. Strategi Upaya Pengembangan
Pariwisata Berkelanjutan Agrowisata Berbasis Masyarakat Kampung
Domba Terpadu Juhut, Provinsi Banten.
Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-dasar Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN
Marrus. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Penerbit PT.
Bumi Aksa.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, .
Mukhlis, Imam. 2009. Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Berkelanjutan dalam Perspektif Teoritis.
Muljadi, A.J, dan Siti Nurhayati 2002. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta:
Rajawali Pers
Mulyadi, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata (Sebuah Pengantar Perdana). Jakarta:
PT. Pradnya Paramita.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan
Taman Wisata Alam
Prajogo, M.J. 1998. Pengantar Pariwisata Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita
Rhama, Bhayu. 2019. Taman Nasional dan Ekowisata. Yogyakarta: PT. Kanisius
Rhama, B. (2020). The Human Resource Policy of Tourism in Indonesia. Opción,
36(26), 3142-3162
Rhama, B. (2020). The meta-analysis of Ecotourism in National Parks. African
Journal of Hospitality, Tourism and Leisure, 9(1), 1-17.
Rhama, B. and Reindrawati, D. Y. (2019). Geotour Guide Competency in the
Context of Safety Management. Opción, 35(24), 885-899. .
Rhama, B. (2019). Psychological Costs on Tourism Destination. Journal of
Advanced Management Science, 7(3), 100-106. doi:
10.18178/joams.7.3.100-106
Rhama, B. (2018). The Analysis of the Central Kalimantan Tourism Development
Plan Based on Ecotourism Policy Perspective. Policy & Governance
Review, 2(3), 204-016. doi:10.30589/pgr.v2i3.110
Rhama, B. (2014). Hubungan Antara Nilai Yang Dimiliki Stakeholder Terhadap
Pengembangan Kebijakan Ekowisata Pada Taman Nasional Di Indonesia.
JISPAR, 3(2), 47-73. doi:10.17605/OSF.IO/3ZYNH
Rhama, B. (2013). Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang
Pariwisata di Kalimantan Tengah. JISPAR, 2(2), 18-23.
doi:10.17605/OSF.IO/27KV5
Rhama, B. (2012). Kebijakan Publik Untuk Ekowisata di Kalimantan Tengah:
Kebijakan Penataan Kawasan Ekowisata Sungai Kahayan di Kota
Palangka Raya. JISPAR, 1(1), 47-51. doi:10.17605/OSF.IO/T4W2U
Salim, Emil. 1990. Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta.

48
JISPAR, Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan. Volume 9 Issue 2 (2020)
ISSN 2089-6123; e-ISSN 2684-9119

Sein, M.T, 2009. Sumber Daya Manusia Konsep yang Berubah Sepanjang
Sejarah. Jakarta: Prisma Vol 11.
Sharpley, Richard. 2000. Tourism and Sustainable Development: Exploring the
Theoretical Divide, Journal of Sustainable Tourism, 8:1, 1-19
Siagan, Sogan P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Sigit, Hananto. 1980. Culture And Fertility The Cast Of Indonesia. Singapore:
Iseas
Steiner, George A. dan Miner, Jhon B. 1997. Kebijakan Dan Strategi Manajemen
Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sugiyono. .2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutamihardja. 2004. Perubahan Lingkungan Global. Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana: IPB.
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Todaro, Michael. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Wresniwiro. 2012. Membangun Republik Desa. Jakarta: Visimedia.
Yaman, Amat Ramsa & A. Mohd, “Community -based Ecotourism: New
Proposition for Sustainable Development and Environment Conservation
in Malaysia,” dalam Journal of Applied Sciences IV (4), 2004:583-589.
Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata Terpadu. Bandung: Angkasa
Yuwono, Teguh. 2001. Manajemen Otonomi Daerah: Membangun Daerah
Berdasarkan Paradigma Baru. Semarang: Ciyapps Diponegoro
University

49

You might also like