Nilai Historis Komplek Makam Sunan Kudus Sebagai Bahan Pengembangan Sumber Belajar Sejarah Lokal Dedik Agus Indra F, Djono, Isawati
Nilai Historis Komplek Makam Sunan Kudus Sebagai Bahan Pengembangan Sumber Belajar Sejarah Lokal Dedik Agus Indra F, Djono, Isawati
Nilai Historis Komplek Makam Sunan Kudus Sebagai Bahan Pengembangan Sumber Belajar Sejarah Lokal Dedik Agus Indra F, Djono, Isawati
ABSTRACT
The goal in this research to describe and find out: (1) the history of the
establishment of the Tomb complex of Sunan Kudus, (2) the structure and function of
the Building complex of Sunan Kudus, (3) Historical values contained in the Tomb
complex of Sunan Kudus who can serve as learning resources local history, (4) the role
of the Government is to facilitate Students in harnessing the complex of Sunan Kudus
as learning resources local history.
Form of research using qualitative, descriptive, qualitative descriptive is a way
in researching an event by generating descriptive data. The data source used is the
events, places, documents, and informants. Data collection techniques used are
observation, interviews, and analysis of data/documents. The sampling technique used
is purposive and time sampling. This research, to find the validity of data used two
techniques of triangular triangular triangular is a data and methods. Data analysis
technique used is the interactive analysis, is move between three components which
include the reduction of the data, the presentation of data, and verification/withdrawal
of the conclusion.
Based on the results of this research can be drawn the conclusion: (1) the history
of the establishment of the Tomb complex of Sunan Kudus is a business form of Sunan
Kudus to spread islam in the Kudus City that uses how acculturation between Islamic
teachings and Hindhu (2) the structure of the building complex of Sunan Kudus is
composed of several buildings such as Tower, mosques and Tombs contained in one
area and have their respective functions. (3) the values contained in the building
complex of Sunan Kudus have much teaching in various fields including political,
ideological, economic, social and cultural. (4) Kudus County Government has a role in
giving facilities to the learners to utilize complex of Sunan Kudus.
1
Rangkuman penelitian skripsi.
2
Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Sejarah, FKIP UNS Surakarta.
3
Dosen Pembimbing Program Studi PendidikanSejarah, FKIP UNS Surakarta.
77
Jurnal CANDI Volume 15 No. 1
peningkatan pemahaman akan nilai sejarah, khususnya nilai sejarah local komple
kmakam Sunan Kudus.
KAJIAN PUSTAKA
1. NilaiHistoris
Mulyono berpendapat, “Nilai diartikan sebagai rujukan dan keyakinan
dalam menentukan pilihan. Pengertian rujukan dapat diartikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan pilihan dalam masyarakat” (2004: 11). Nilai bagi
orang tidak statis, tetapi selalu berubah-ubah. Setiap orang akan menganggap baik
jika sesuai dengan sudut pandangnya. Oleh sebab itu pendidikan berperan penting
dalam memberi arahan atau binaan untuk membentuk pemahaman nilai peserta
didik (Sanjaya, 2009: 32).Nilai dapat di simpulkan sebagai berikut :
1) Nilai tidak dapat diajarkan tetapi dapat diketahui penampilanya dan
dipahami maknanya.
2) Pengembangan domain afektif pada nilai tidak dapat dipisahkan dari aspek
kognitif dan psikomotorik.
3) Masalah nilai adalah masalah emosional sehingga dapat berubah dan
berkembang, serta dapat dibina.
4) Perkembangan nilai atau moral tidak sekaligus dapat berubah, tetapi
melalui tahapan tertentu.
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia di masa yang
lampau dan memberikan petunjuk dalam mereaksi terhadap masalah-masalah baru
yang ada di masa seakarang. Sejarah memiliki berberapa manfaat bagi kehidupan
manusia pada masa sekarang. Wasino menyebutkan, “ada beberapa guna sejarah
bagi manusia yang mempelajarinya, yakni 1).edukatif (untuk pendidikan), 2).
instruktif (memberikan pengajaran), 3). inspiratif (memberi ilham), serta 4).
rekreatif (memberikan kesenangan)” (2007: 10).
Berdasarkan berbagai kajian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
dalam sebuah kehidupan terdapat nilai-nilai tertentu yang harus dianut oleh semua
anggota. Nilai-nilai tersebut dimiliki dan dikembangkan oleh seseorang. Nilai
tersebutakan menjadi pegangan dan sekaligus pedoman bagi seseorang dalam berfikir
dan bertindak, Salah satu nilai yang ada dalam masyarakat adalah nilaisejarah yang
sebenarnya telah ada bersamaan dengan keberadaan masyarakat itu sendiri. Nilai
79
Jurnal CANDI Volume 15 No. 1
4. Sejarah Lokal
Sejarah lokal adalah suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yangterbatas,
yang meliputi suatu lokalitas tertentu (Abdullah,2010 :21). Lingkup yang
dimaksudkanterbatas ini terutama dihubungkan dengan unsur wilayah dan komunitas
yang ada didalamnya, bukan kepada masalah waktu (lingkup temporal) maupun
peristiwa(tema) tertentu dari masa lampaunya.Sejarah lokal sangat erat kaitanya dengan
tradisi lisan. Tradisi lisan menyangkut pesan-pesan yang berupa pernyataan-pernyataan
lisan yang diucapkan, dinyanyikan atau disampaikan lewat musik (alat bunyi-bunyian).
Hal yang perlu diperhatikan dari tradisi lisan adalah tradisi yang
berasaldarigenerasisebelumnya paling sedikitsatugenerasisebelumnya.
Sejarah dalam konteks pembelajaran sejarah lokal diperlukan untuk
membangkitkan kesadaran sejarah nasional serta menghindarkan siswa tidak tahu atau
tidak mengenal nilai sejarah yang ada di sekitarnya. “Pembelajaran sejarah hendaknya
dimulai dari fakta-fakta sejarah yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal peserta
didik, baru kemudian pada fakta-fakta yang jauh dari tempat tinggal peserta didik”
(Wasino, 2005:1). Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa sejarah
lokal adalah bidang kajian mengenai masa lalu dari suatu kelompok atau masyarakat
yang mendiami unit wilayah yang terbatas.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian
Kualitatif. Jenis penelitian kualitatif atau disebut penelitian naturalistik, dimana data
pada penelitian kualitatif didasarkan pada peristiwa–peristiwa yang terjadi secara
alamiah, dilakukan dalam situasi yang wajar tanpa dipengaruhi dengan sengaja oleh
peneliti. Penelitian deskriptif kualitatif sangat tepat terhadap hal yang diteliti dengan
tujuan agar mendapat gambaran yang jelas tentang deskripsi tentang obyek Komplek
Makam Sunan Kudus. Dalam penelitian ini data yang terkumpul terdiri atas data primer
dan data sekunder. Dalam penelitian ini data primer, merupakan informasi utama dalam
penelitian, meliputi seluruh data kualitatif yang diperoleh melalui kegiatan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Yang menjadi data penelitian adalah sejarah berdirinya
Komplek Makam Sunan Kudus, serta struktur dan nilai-nilai historis yang dapat
dijadikan sebagai bahan pengembangan sumber belajar sejarah lokal dan yang menjadi
2. Wawancara
Wawancara sebagai alat penilaian digunakan untuk mengetahui pendapat,
aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan proses belajar siswa. Kegiatan
wawancara dilakukan secara langsung yaitu mengadakan tanya jawab dengan
responden seperti guru, siswa dan ditunjang dari berbagai data lainnya. Instrumen
pedoman wawancara dilakukan secara terstruktur untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Dokumen diartikan sebagai suatu catatan tertulis/gambar yang tersimpan
tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumentasi merupakan bukti fisik berupa foto
yang diambil pada saat mengadakan penelitian, dalam kegiatan observasi, wawancara,
dan pengamatan proses pembelajaran. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini,
Milles dan Hubberman (dalam Tohirin, 2012 : 141) menjelaskan bahwa analisis data
merupakan langkah-langkah untuk memproses temuan penelitian yang telah ditranskripkan
melalui proses reduksi data, yaitu data disaring dan disusun lagi, dipaparkan, diverifikasi
atau dibuat kesimpulan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
81
Jurnal CANDI Volume 15 No. 1
A. Sejarah berdirinya Komplek Makam Sunan Kudus.
Sejarah berdirinya Komplek Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus yang
terletak di desa Kauman, kecamatan Kudus Kota, Kabupaten Kudus tidak bisa terlepas
dari peran Sunan Kudus dalam menyiarkan ajaran agama Islam di Kabupaten Kudus
dan disekitarnya. Sunan Kudus merupakan putera dari Raden Usman Haji yang
bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan (Kabupaten Blora). Sunan Kudus lahir pada
tahun 1400M/ 808 Hijriah dengan nama asli Ja’far Shodiq. Menurut silsilahnya Sunan
Kudus masih mempunyai hubungan keturunan dengan Nabi Muhammad SAW. Said
(2010) menjelaskan:
Silsilah lengkapnya adalah: Nabi Muhammad SAW - Ali bin Abi Thalib r.a –
S. Husein - S. Zaenal Abidin – Syekh Mahmudi Nil Kabir – S. Dulnapi
menikah dengan putri dari Brawijaya V – mendapat putera Kanjeng Sunan
Ampel – Nyi Ageng Manyuro menikah dengan S. K. Ngusman melahirkan
Kanjeng Sunan Ngudung – Kanjeng Sunan Kudus ( Ja’far Shodiq ) (hlm.29).
Banyak versi yang menjelaskan tahun berdirinya Komplek Menara, Masjid dan
Makam Sunan Kudus, tetapi dalam inskripsi yang tertulis dalam batu didalam Masjid
tertulis jelas tahun pendirian bangunan, yaitu pada tahun tahun 956 H bertepatan
dengan 1549 M. Batu tersebut didapatkan Sunan Kudus saat belajar ditanah Arab untuk
menyempurnakan ilmu yang dipelajarinya, Sunan Kudus menuntut ilmu di tanah Arab
(Timur tengah) sambil melakukan ibadah haji, selain itu Sunan Kudus juga mengajar
tentang ajaran Islam di tanah Arab. Menurut Salam (1977) di tanah Arab terjadi wabah
penyakit yang membahayakan dan berkat bantuan Sunan Kudus maka wabah penyakit
tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu seorang Amir di tanah Arab memberi Sunan
Kudus sebuh hadiah tetapi ditolak oleh Sunan kudus dan sebagai kenang-kenangan
untuk dibawanya kembali ke Tajugatau Kota Kudus, Sunan Kudus meminta sebuah
batu yang berasal dari Baitul Makdis atau Jeruzzalem (Al-Quds) sebagai batu yang
akan di letakkanya untuk pembuatan Masjid (Said, 2013:15). Sehingga setelah selesai
dibangun dengan menggunakan batu yang dibawanya dari tanah Arab sebagai prasasti
untuk menuliskan tahun berdirinya masjid. Masjid tersebut diberi nama masjid Al-
Aqsha atau masjid Al-Manar. Nama Masjid Al Aqsha dalam sejarahnya juga tidak
lepas dari eksistensi jaringan Sunan Kudus di Tanah Arab. Masjid Al Aqsha adalah
83
Jurnal CANDI Volume 15 No. 1
pemeluk agama antara lain seperti melarang jama’ahnya untuk menyembelih sapi,
meski dalam Islam hal tersebut diperbolehkan. Hal ini juga sebagai wujud strategi
untuk menarik simpatik masyarakat Kudus yang menganggap binatang sapi adalah
suci.
Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M / 968 H. Setelah wafat Sunan Kudus
dimakamkan tepat di belakang masjid Al-Aqsa atau Masjid Menara Kudus. Makam
Sunan Kudus terbagi-bagi dalam beberapa blok, dan tiap blok merupakan bagian
tersendiri dari hubungannya terhadap Sunan Kudus. Ada blok para putera dan puteri
Kanjeng Sunan, ada blok para Panglima perang dan blok paling besar adalah makam
Sunan Kudus sendiri. Uniknya adalah semua pintu penghubung antar blok berbentuk
seperti gapura candi. Tembok-tembok yang mengitarinya juga dari bata merah yang
disusun berjenjang, ada yang menjorok ke dalam dan ke luar seperti layaknya bangunan
candi. Panorama yang nampak adalah kompleks bangunan Islam namun bercorak
Hindu.
B. Struktur BangunandanFungsi Komplek Makam Sunan Kudus.
Struktur Bangunan dan Fungsi Komplek Makam Sunan
Kudusmenggambarkan adanya sebuah akulturasi yang unik dan menarik, karena
merupakan perpaduan antara budaya Islam dan Hindhu. Akulturasi yang tampak
mencolok terdapat pada struktur bangunan yang terdapat dalam Komplek Makam
Sunan Kudus sendiri terdiri dari:Menara Kudus, Masjid Al Aqsa, Makam Sunan
Kudus, Gapura Gerbang Tajug, Pancuran Wudlu, Gapura Samping, Gapura Padureksan
Kidul Menara, Gapura Kembar. Setiap bagian bangunan dihubungkan oleh gapura dan
tembok tinggi yang berfungsi untuk melindungi setiap bangunan. Bangunan-bangunan
dalam komplek memiliki fungsi sendiri-sendiri tetapi tetap memiliki simbol-simbol
yang khas dan berhubungan dengan ajaran agama Islam, seperti Mahkota yang berada
di puncak atap Menara yang hanya satu sebagai simbol ke-Esaan Allah, yaitu hanya
satu yang wajib disembah. Fungsi menara digunakan sebagai tempat adzan dan
menaruh bedhug. Setelah itu Masjid memiliki 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah
pintu sebelah kiri. Penggunaan pintu berjumlah 5 pada Masjid merupakan simbol
ajaran dalam islam yaitu “RukunIslam”dan fungsinya tetap sebagai tempat beribadah
umat Islam, Selanjutnya adalah adanya pancuran yang berjumlah delapan buah yang
mengadopsi delapan ajaran kebaikan dalam agama budha. Pancuran tersebut berbentuk
85
Jurnal CANDI Volume 15 No. 1
masyarakat dan kelompok sosial sebagai instrumen ruang pertahanan, baik pertahanan
secara fisik maupun secara ideologis. Dengan keterbukaan ruang tersebut dapat
menumbuhkan rasa kepemilikan dari masyarakat maupun kelompok sosial terbuka
yang merasa memiliki komplek Masjid, Menara dan Makam Sunan Kudus, karena
walau dikelilimgi pagar kuno yang tinggi tetap masih ada akses masuk kedalam
komplek. Dengan demikian ekpresi teritorialitas pada komplek menara Kudus semakin
kuat karena memiliki dua instrumen sekaligus yaitu ; pertamaadalah ekpresi
teritorialitas yang teraga (tangible) berupa pagar kuno pendek yang mengelilingi
menara dan gapura tersebut tanpa pintu. Meskipun tanpa pintu namun mampu
membangun kesadran imaginer yang memperkuat rasa memiliki karena keterbukaan
komplek menara untuk siapapun. Kedua , berupa kelompok sosial yang memiliki rasa
kepemilikan yang tinggi karena mereka juga merasa mendapatkan akses yang sama
serta nilai fungsional dan kehadiran menara dengan segala keunikan sejarahnya
melibatkan walisanga.
C. Nilai-nilai Sejarah yang terkandung dalam Komplek Makam Sunan Kudus
yang dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal.
Menurut Mustaufan, Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus terdapat makna-
makna filosofis yang mengadung nilai-nilai moral (nilai-nilai pedagogis), perjuangan
dan keteladanan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengembangan materi
pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas karena memiliki nilai-nilai yang
meliputi: ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya yang erat kaitanya dengan
kondisi lokal didaerah tempat berdirinya komplek makam Sunan Kudus ( Wawancara,
17 Januari 2015).
Nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam Komplek Makam Sunan Kudus
yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal terlihat jelas pada struktur
bangunan komplek yang juga memiliki akulturasi budaya antara Islam dan Hindhu.
Nilai-nilai historis dalam komplek makam Sunan Kudus banyak mengandung nilai
keislaman. Nilai-nilai yang terdapat pada Komplek Menara, Masjid dan Makam Sunan
Kudus terdiri dari beberapa bidang yaitu 1). Bidang ideologi yaitu ajaran agama Islam
yang terdapat dalam bentuk bangunan Menara dan Masjid yang dapat mengajarkan
peserta didik untuk memiliki tauhid, keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT,
2).Bidang politik, bidang ini dicontohkan dari sikap Sunan Kudus yang bijaksana dan
87
Jurnal CANDI Volume 15 No. 1
Relevansi nilai-nilai yang terdapat dalam Komplek Menara, Masjid dan Makam
Sunan Kudus dengan pendidikan khususnya untuk pengembangan sumber belajar mata
pelajaran sejarah berbasis lokal tidak terlepas dari karakter Sunan Kudus sebagai
pendiri Komplek bangunan nilai-nilai pendidikan karakter yang diajarkan oleh Sunan
Kudus yang juga adalah pendidikan yang dijiwai ketulusan dan keihlasan yang tinggi,
berorientasi pada transformasi diri yang berpihak pada nilai- nilai islam serta disertai
sistem evaluasi yang membangun objektivitas dan kejujuran dimana semua hal tersebut
dapat tercermin dari karakter kepribadian yang dimilikinya seperti pecinta ilmu, ulet
dalam bekerja, sosok yang pluralis dan multikulturalis, filosofis, patriotis, kreatif, x
populis, sufistik, serta arsitek. Selain itu Sunan Kudus juga menggunakan konsep
“SANTRI-PLUS Leadership” sebagai mode of leaderhip bagi para calon pemimpin
masa mendatang khusunya bagi tenaga pendidik yakni menyatukan visi, beradaptasi,
networking, transendensi, respek, berilmu amaliah, berkepribadian, liberasi, kerja
keras, serta sistemik.
Nilai-nilai tersebut juga terdapat pada struktur bangunan Komplek yang
mengajarkan peserta didik tentang akulturasi dan makna dari ajaran Islam. Selain
mendapat pemahaman tentang ajaran Islam peserta didik juga dapat memahami tentang
sejarah berdirinya Komplek bangunan yang memiliki banyak nilai-nilai perjuangan
masa lalu dalam menyebarkan agama Islam di pulau jawa khususnya di Kota Kudus.
D. PeranPemerintahuntukmemfasilitasiPesertaDidikdalammemanfaatkanKompl
ek Makam Sunan Kudus sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal.
Peran Pemerintah dalam memfasilitasi peserta didik untuk memanfaatkan
Komplek Makam Sunan Kudus sebagai Sumber belajar sejarah lokal sangat diperlukan
agar dapat tercapai kondisi yang baik dan diinginkan, maka pemerintah dalam hal ini
pemerintah Kabupaten Kudus melalui dinas pendidikan dan dinas pariwisata juga
memberikan fasilitas guna menunjang pemanfaatan Komplek Menara, Masjid dan
Makam Sunan Kudus sebagai sumber belajar sejarah lokal.Fasilitas yang disediakan
antara lain pembuatan buku, blog, museum dan tour guide yang bersedia memberikan
informasi yang dibutuhkan saat berkunjung ke Komplek Menara, Masjid dan Makam
Sunan Kudus, selain itu pemerintah juga bekerja sama dengan dinas lain yang terkait
dengan pemanfaatan Komplek Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus yaitu dinas
pendidikan Kabupaten Kudus untuk menggalakan kunjungan ke-lokasi komplek,
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku:
Abdullah, T. (2010). Sejarah Lokal di Indonesia. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
89
Jurnal CANDI Volume 15 No. 1
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudono. A.(2000).Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta : PT Grasindo.
Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wasino. (2007). Dari Riset Hingga Tulisan Sejarah. Semarang: UNNES Press
Yunanto, S. J.(2004). Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo.
Daftar Skripsi :
Adnyani, S. (2013). Makam Keramat Agung Pemecutan Di Kelurahan Pemecutan, Kota
Denpasar (Studi Tentang Latar Belakang Sejarah, Struktur, Fungsi dan Potensinya
Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas
Pendidikan Ganesha. Singaraja
Suwoto. (2009). Folklor Menara, Masjid, Dan Makam Sunan Kudus sebagai Pengayaan
Materi Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus Di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama
Banat Kudus). Tesis Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Marzuki, M. (2009). Akulturasi Islam dan Budaya Jawa (Studi terhadap “Laku
Spiritual”Kadang Padepokan Gunung Lanang di Desa Sindutan Kecamatan Temon
Kabupaten Kulon Progo. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Daftar Jurnal :
Abdullah, R. (2012). Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar.Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA. 12 (2), 216-231.
Asnawan. (2011). Islam Dan Akulturasi Budaya Lokal Di Indonesia. Jurnal Falasifah. 2 (2),
85-95.
Nuha, U. (2016). Tradisi Ritual Buka Luwur (Sebuah Media Nilai-Nilai Islam dan Sosial
Masyarakat Kudus). Jurnal SmaRT. 2 (1), 55-65.
Said, N. (2006).Urgensitas Culture Sphere dalam Pendidikan Multikultural (Rekronstruksi
Semangat Multikulturalisme Kanjeng Sunan Kudus bagi Pendidikan Multikultural
di STAIN Kudus).ADDIN. 7 (1), 21-39.