315-Article Text-1205-2-10-20220110

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Continuous Education : Journal of Science and Research

Volume 2, Issue 3, November 2021


http://pusdikra-publishing.com/index.php/josr/home-free

Perbedaan Hasil Belajar Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa


Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) Dan Team Games Tournament (TGT) Kelas IX MTS PP.
Tarbiyah Islamiyah Hajoran Tahun Pelajaran 2020/2021

Laroibafihi Tanjung1, Rusydi Ananda2, Reflina3


1,2,3 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Corresponding Author: [email protected]


ABSTRACT
One of the students' mathematics learning outcomes is determined by
the students' mathematical problem solving abilities. Students'
mathematical problem solving abilities can be formed well through the
application of learning models. This study aims to determine the
differences in the results of students' mathematical problem-solving
abilities who are taught using the NHT and TGT cooperative learning
models in the matter of powers and roots. The research method used is
ARTICLE INFO
quasi-experimental. The population in this study were all students of
Article history:
class IX MTs PP. Tarbiyah Islamiyah Hajoran T.P 2020/2021. The
Received
sampling technique in this research is random sampling. The sample in
27 November 2021
this study consisted of two classes, namely IX-A totaling 40 people as
Revised
the experimental class I (Numbered Head Together class) and 40
03 Desember 2021
students from class IX-B as the experimental class II (Team Games
Accepted
Tournament class). The research instrument used consisted of
01 Januari 2021
students' mathematical problem solving ability test questions in the
form of initial tests and final tests. Based on statistical hypothesis
testing with a t-test at a significant level of 0.05, the results obtained -
tcount is smaller than -ttable (-2.7111<-2.0210), so it can be concluded
that the results of this study indicate: there are differences in the type
of cooperative learning model NHT and TGT on students'
mathematical problem solving abilities in grade IX MTs PP. Tarbiyah
Islamiyah Hajoran T.P 2020/2021.

Keywords Hasil Belajar, NHT, TGT, Pembelajaran Koperatif

Laroibafihi Tanjung1, Rusydi Ananda2, Reflina3 (2021). Perbedaan


Hasil Belajar Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
How to cite
Heads Together (NHT) Dan Team Games Tournament (TGT) Kelas IX
MTS PP. Tarbiyah Islamiyah Hajoran Tahun Pelajaran 2020/2021.
Journal Continuous Education, 2(3). 10.51178/ce.v2i3.315

PENDAHULUAN
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada siswa
sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang.
Berbagai pendekatan pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi
pandangan bahwa matematika alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong

16
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

guru bersikap cenderung memberitahu konsep/ teorema dan cara


menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke
pikiran siswa dan siswa menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya
siswa menjawab soal dengan benar namun mereka tidak dapat
mengungkapkan alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan
rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu
digunakan (Zaini, 2019).
Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran
tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-idenya
dan alasan jawaban mereka. Perubahan cara berpikir yang perlu diperhatikan
sejak awal adalah bahwa hasil belajar siswa merupakan tanggung jawab siswa
sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh
karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar
akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat
dari aktifitas belajarnya (Lestari, 2017).
Kenyataannya guru-guru banyak yang menyatakan penyebab rendahnya
hasil pembelajaran matematika di Indonesia ini adalah siswa kurang mampu
memahami materi yang bersifat abstrak, siswa kurang mampu mengaitkan
pengetahuan-pengetahuan yang telah mereka miliki, hal tersebut
mengakibatkan siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran
matematika. Kondisi tersebut menunjukkan perlu adanya perubahan dan
perbaikan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan
meningkatkan kualitas pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
matematika. Dapat dilihat, rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi
proses, adalah adanya anggapan bahwa selama ini proses pendidikan di
Indonesia yang di bangun oleh guru dianggap cenderung terbatas pada
penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada pengembangan aspek
kognitif tingkat rendah, yang tidak mapi mengembangkan kreativitas berpikir
proses pendidikan atau proses belajar mengajar dianggap cenderung
menempatkan siswa sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai informasi
dan bahan-bahan hafalan. Komunikasi terjadi satu arah, yaitu guru ke siswa
melalui pendekatan ekspositori yang dijadikan sebagai alat utama dalam
proses pembelajaran.
Banyaknya masalah matematika di Indonesia merupakan salah satu alasan
untuk mereformasi pendidikan matematika di sekolah. Masalah umum
pendidikn matematika diantaranya rendahnya rata-rata nilai Ujian Nasional
(UN) matematika siswa dibanding dengan pelajaran lain. Rendahnya minat
belajar matematika disebabkan asumsi siswa terhadap pelajaran matematika
terasa sulit, apalagi dengan metode pengajaran guru yang kurang menarik.

17
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

Adapun permasalahan lain dalam pembelajaran matematika yaitu dalam


pembelajaran matematika sering terlihat siswa kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Keberanian siswa untuk bertanya kepada guru sangat rendah,
namun kalau guru yang bertanya tidak ada yang bisa menjawab baik itu karena
tidak tau jawabannya maupun tidak ada keberanian.
Tantangan pembelajaran matematika dapat dilihat dari pembelajaran
matematika yang memiliki peran dan fungsi yang penting dalam rangka turut
mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, atau tujuan pendidikan
nasional pada umumnya. Pembelajaran matematika sangat perlu diberikan
kepada semua siswa mulai dari tingkatan terendah untuk membekali siswa
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif. Sejalan dengan dasar pemikiran di atas, pembelajaran matematika
mulai banyak mengalami pergeseran paradigma, salah satunya dari paradigma
teacher centered ke sparadigma student centered. Pergeseran paradigma ini
membawa implikasi terhadap pengelolaan pembelajaran matematika yang
memberi kesempatan lebih luas bagi siswa untuk belajar matematika
Pengalaman dan hasil observasi peneliti terhadap banyak guru mata
pelajaran matematika yang mengelola pembelajaran matematika menunjukkan
beberapa hal yang masih menjadi tantangan dalam mengembangkan
pembelajaran matematika sesuai dengan harapan di atas. Sebagai contoh,
masih banyak siswa yang belum menyenangi matematika atau dengan belajar
matematika. Hal ini terungkap ketika mereka ditanya mengenai mata pelajaran
apa yang paling mereka senangi. Umumnya, mereka tidak mengatakan bahwa
mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling mereka
senangi. Hanya sebagian kecil siswa yang mengatakan bahwa matematika
merupakan mata pelajaran yang mereka senangi. Belum cintanya siswa dengan
belajar matematika juga tampak ketika mereka belajar matematika di sekolah.
Fakta menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum begitu
bersemangat ketika belajar matematika. Sebaliknya, mereka belajar matematika
seolah dalam keadaan takut ataupu segan dan belum menunjukkan perasaan
cinta terhadap matematika sehingga belajar tersebut karena sebuah
keterpaksaan bukan dari hati. Kalaupun ada, mereka yang menyenangi
matematika atau belajar matematika hanyalah mereka yang pandai atau
berkemampuan intelektual di atas rata-rata temannya.
Tantangan lain tampak dari fenomena yang menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika yang haus nilai, pembelajaran matematika hanya

18
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

bermuatan materi ajar matematika. Padahal, salah satu tujuan pembelajaran


matematika adalah agar siswa memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah. Menyimak tujuan pembelajaran matematika di atas dan
mengamati penyelenggaraan pembelajaran matematika selama ini, kebanyakan
guru memang belum begitu optimal dalam mengembangkan sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan. Terkadang sebagian guru masih
terbelenggu oleh kebiasaan yang kurang baik, misalnya mengelola
pembelajaran matematika hanya sekadar mengejar target kurikulum, atau
mengelola pembelajaran matematika cenderung otoriter dan indoktrinatif.
Namun di sisi lain, dalam mengelola pembelajaran matematika masih banyak
guru matematika di sekolah pada jenjang yang lebih tinggi belum dapat
menjadi teladan bagi siswanya. Maksud menjadi teladan dalam hal ini adalah
guru menunjukkan sikap-sikap keteladanan berkaitan dengan matematika atau
pembelajaran matematika, seperti rasa ingin tahu, penuh perhatian dan minat
dalam mempelajari matematika, ulet dan percaya diri. Nyatanya Masih banyak
guru matematika belum menunjukkan sikap sabar dan tekun dalam mengelola
pembelajaran, maupun dalam memecahkan masalah. Bahkan dari hal-hal yang
kecil saja, masih banyak guru matematika kurang disiplin dalam waktu, kurang
rapi dalam menulis, kurang inovasi dan kreasi dalam bekerja, serta kurang
motivasi untuk selalu mengembangkan diri.
Seorang guru matematika juga dituntut untuk mampu mengatasi setiap
tantangan yang ditemuinya dalam pembelajaran matematika menjadi berbagai
peluang yang positif dan produktif. Sebagai contoh, ketika masih banyak siswa
belum cinta dengan matematika atau dengan belajar matematika, guru
matematika dapat mengupayakan beberapa hal seperti mengubah pendekatan
atau model pembelajaran sedemikian hingga memungkinkan lebih
berkembangnya segenap potensi belajar siswa, baik fisik maupun mental.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika dalam standar isi untuk
satuan Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 yaitu :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

19
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,


merancang strategi matematika, menyelesaikan strategi, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengkonsumsi gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(Standar Isi, 2006).
Berdasarkan observasi yang dilakukan siswa MTs PP. Tarbiyah Islamiyah
Hajoranhasil kemampuan pemecahan masalah masih kurang memuaskan.
Berdasarkan indikator dari kemampuan pemecahan masalah yaitu menuliskan
masalah yang diketahui dan menuliskan cara yang digunakan dalam pemecahan
masalah atau soal pun masih kurang maksimal.
Selain itu beberapa permasalahan yang ditemukan peneliti pada saat
melakukan observasi yaitu dalam proses pembelajaran guru hanya
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan memberi tugas. Sehingga
terlihat tidak adanya interaksi antara siswa dengan siswa mengenai materi
pelajaran dalam proses pembelajaran sehingga membuat siswa merasa bosan
dan kurang memahami materi yang diajarkan dengan metode pembelajaran
tersebut dan mengakibatkan siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.
Hal ini mengakibatkan aktivitas belajar siswa disekolah yang kurang aktif,
sehingga siswa dikelas dalam proses pembelajaran tidak efektif disebabkan guru
hanya menjelaskan materi, memberikan contoh soal dan tugas. Walaupun
disekolah tersebut sudah diterapkan K13 tetapi tidak sepenuhnya maksimal.
Begitu juga keterbatasan fasilitas seperti proyektor yang jumlahnya masih
sedikit, dan tidak setiap waktu bisa digunakan. Sehingga tidak memfasilitasi
siswa untuk menemukan masalahnya sendiri seperti dengan diskusi kelompok.
Keadaan seperti itu membuat siswa lebih tertarik untuk berbincang-
bincang dengan teman sebangkunya atau melakukan aktivitas yang lain
sehingga ketika diberikan soal mereka tidak mampu untuk menyelesaikannya.
Ketika diberikan tugas dirumah mereka lebih senang untuk mengerjakan
disekolah karena mengaharapkan bantuan atau contekan dari temannya tanpa
ada usaha untuk mengerjakannya sendiri. Sehingga kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dinilai masih rendah.
Cooney mengemukakan bahwa “kemampuan pemecahan masalah
membantu siswa berpikir analitik dalam mengambil keputusan dalam
kehidupan sehari-hari dan membantu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dalam menghadapi situasi baru” (Hendriana & Soemarmo, 2016).

20
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

Idealnya mampu mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari tapi


faktanya tidak semua siswa berani mengambil keputusan atas pilihannya dan
keputusan yang diambil pun terkadang belum sesuai dengan seharusnya.
Dapat dilihat dari hasil ulangan tengah semester kelas IX Madrasah
Tsanawiyah Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Hajoran Tahun Pelajaran
2020/2021 dimana standar nilai ketuntasan belajar matematika adalah 70,
ditemukan siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM sebanyak 68 siswa
sedangkan yang mendapatkan nilai di bawah KKM sejumlah 115 orang,
adapun rentang nilai adalah 30-39 sebanyak 25 siswa, 40-49 sebanyak 30
siswa, 50-59 sebanyak 40 siswa, 60-69 sebanyak 20 siswa, 70-79 sebanyak 20
siswa, 80-89 sebanyak 23 siswa, dan nilai 90-99 terdapat 25 siswa, berdasarkan
nilai ini dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai siswa kelas IX MTs PP. Tarbiyah
Islamiyah Hajoran masih rendah. Dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 1. Nilai Ulangan Semester
NO Nilai Ulangan Semester Jumlah Siswa
1 30-39 25
2 40-49 30

3 50-59 40

4 60-69 20
5 70-79 20
6 80-89 23
7 90-99 25
Jumlah siswa 183

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan


menerapkan pembelajaran yang lebih memotivasi dan bisa meningkatkan
aktivitas siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, memberikan
kebebasan pada siswa untuk berdiskusi dan bekerja sama namun tetap berarah
dan bertanggung jawab dalam pembelajaran matematika. Menurut peneliti
upaya yang dilakukan adalah dengan menggunkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan tipe Team Games Tournament
(TGT).
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TGT ini melibatkan siswa
para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Oleh karena itu
lebih lanjut peneliti akan mempelajari tipe ini.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan rangkaian penyampaian
materi dengan menggunakan kelompok sebagai wadah dalam menyatukan

21
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

persepsi/pikiran siswa terhadap pertanyaan yang dilontarkan atau diajukan


guru, yang kemudian akan dipertanggung jawabkan oleh siswa dengan nomor
permintaan guru masing-masing kelompok. Pembelajaran kooperatif model TGT
adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
Dengan teknik ini maka peran guru dalam pembelajaran lebih
memungkinkan terciptanya kondisi belajar yang lebih kondusif seperti
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif bertukar
informasi dalam kelompok, bertanggung jawab, dan berpikir kritis. Dalam
proses pembelajaran yang seorang siswa biasanya memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang berbeda, dimana faktor-faktor
tersebut menunjukkan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, berfikir,
dan menyelesaikan masalah. Dengan demikian teknik pembelajaran NHT
diharapkan menjadi solusi yang menarik untuk dipraktikkan didalam kelas
dalam rangka meminimalkan berbagai hambatan belajar siswa.
Model tersebut baik dalam proses pembelajaran kooperatif. Alasan yang
menjadi dasar peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dan tipe TGT adalah karena ditemukan beberapa penelitian yang relevan
mengenai hasil belajar siswa yang dipengaruhi dengan menggunakan model
tersebut pada kelas yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Perbedaan Model Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bangkinang” menyimpulkan bahwa
adanya pengaruh yang signifikan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika siswsa pada materi
perbandingan dan aritmatika sosial (Astuti, 2017). Dan penelitian yang
dilakukan Ita Susanti dengan judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif tipe NHTTerhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII di Mts
Muhammadiyah 2 Palembang” membuktikan model pembelajaran kooperatif
NHT berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bentuk
aljabar.
Dari kedua penelitian relevan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model
pembelajaran NHT sebagai kelas eksperimen I dan model pembelajaran TGT
kelas eksperimen II.
Dari uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian guna melihat
adakah perbedaan model pembelajaran NHT dan TGT terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Untuk itu peneliti mencoba meneliti

22
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya dengan mengguanakan model


NHT dan Team Games Tournament (TGT). Namun terdapat perbedaan dalam
penggunaan materi, kelas, dan sekolah yang akan diteliti.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai “Perbedaan Hasil Belajar Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TGT Kelas IX MTs PP. Tarbiyah
Islamiyah Hajoran T.P 2020/2021”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pondok
Pesantren (PP) Tarbiyah Islamiyah yang beralamat di Hajoran, Kecamatan
Sungai Kanan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara. Kegiatan
penelitian ini dilakukan pada semester I pada tahun pelajaran 2020/2021,
penetapan jadwal penelitian ini disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh
kepala sekolah dan guru bidang studi matematika. Materi pelajaran yang dipilih
dalam penelitian ini adalah Perpangkatan dan Akar yang merupakan materi
pada silabus kelas IX yang sedang berjalan pada semester tersebut.
Desain yang digunakan pada penelitian ini ialah desain faktorial dengan
taraf 2 × 1. Dalam desain penelitian ini terdapat dua variabel. Dengan rincian
satu variabel bebas dan satu variabel terikat. variabel bebas dari penelitian ini
adalah model Numbered Heads Togther (NHT) (A1) dan Team Games Tournament
(TGT) (A2), Sedangkan variabel terikatnya kemampuan pemecahan masalah
(B)(Darwamawan, 2013).
Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas kelompok pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai kelas eksperimen I dan tipe TGT sebagai kelas
eksperimen II. Pada kedua kelas diberikan materi yang sama yaitu
perpangkatan dan akar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Sesudah ditemukan bahwasannya pada data kemampuan komunikasi
matematis kedua sampel mempunyai sebaran data yang berdistribusi normal
juga homogen, berikutnya dilaksanakan uji hipotesis. Kegiatan uji hipotesis
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk memebrikan jawaban
yang diajukan peneliti apakah dapat diterima atau ditolaknya hipotesis yang
diajukan, bahwa:
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Numbered
Head Together terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

23
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

Ha : Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Numbered Head


Together terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Kegiatan uji hipotesis dilaksanakan terhadap data hasil post test dan
dilakukan melalui uji perbedaan dua rata-rata yaitu uji-t dalam taraf signifikan
𝛼=0,05 dan dk = n1+n2−2. Mengenai hipotesis yang hendak diuji dirumuskan
sebagai berikut:
H0 ∶𝜇1= 𝜇2
Ha ∶𝜇1≠ 𝜇2
Terima H0, apabila thitung< ttabel
Adapun hasil pengujian data post test kedua kelas disajikan dalam bentuk
tabel berikut:
Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Nilai Kelas Kelas
No 𝐭𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 𝐭tabel Kesimpulan
Statistika Eksperimen I Eksperimen II
Rata-rata -2,7111 2,0210 H0 diterima
1 68,0541 76,2250

Standar
2 17,0505 4,5034
deviasi
3 Varians 290,719 20,2814
Jumlah
4 40 40
sampel

Tabel 4.11 Di atas memperlihatkan hasil pengujian dalam taraf signifikan


𝛼 = 0,05 dan dk = n1 + n2 −2 = 30 +30 −2 = 58 dengan thitung = -2,7111dan ttabel =
2,0210 ini memperlihatkan ternyata thitung<ttabel (-2,7111 < 2,0210). Berdasarkan
keputusan sebelumnya maka menerima H0 dan menolak Ha
Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis ini memberikan hasilbahwa
Adanya pengaruh secara signifikan antara model pembelajaran Numbered
Head Together Terhadap (NHT) dan TGTterhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika siswa kela IX Mts PP. Tarbiyah Islamiyah Hajoran T.A
2020/2021.
Pembahasan
Pada bagian ini diuraikan deskriptif data hasil penelitian. Penelitian
ekperimen mengenai pengaruh model pembelajaran Numbered Head
Together(NHT) dan TGTterhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas IX MTs PP. Tarbiyah Islamiyah Hajoran. Penelitian ini
melibatkan dua kelas yaitu pada kelas Eksperimen I dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together(NHT) dan kelas Eksperimen II
menggunakan model pembelajaran TGT yang ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.

24
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

Pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk


merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau
metode jawaban belum tampak jelas. Dengan demikian ciri suatu masalah
adalah individu menyadari/mengenali suatu situasi (pertanyaan-pertanyaan)
yang dihadapi serta menyadari bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan
(aksi). Dengan kata lain, situasi tersebut menantang untuk diselesaikan.
Adapun langkah dalam pemecahan suatu masalah tidak harus jelas atau
mudah ditangkap orang lain. Maksudnya ialah individu tersebut sudah
mengetahui bagaimana menyelesaikan masalah tersebut meskipun belum jelas
(Lumbangaol, 2020).
Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi
manusia. Kenyataan menunjukkan, sebagian kehidupan kita berhadapan
dengan masalah-masalah. Kita perlu mencari penyelesaiannya. Bila kita gagal
dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, kita harus mencoba
menyelesaikannya dengan cara lain. kita harus berani dalam menghadapi
masalah untuk meyelesaikannya.
Untuk mengetahui hasil kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa sebelum diberi perlakuan, kedua kelas diberikan tes awal untuk
mengetahui hasil belajar awal siswa. Tes ini adalah instrumen soal yang
sebelumnya telah divalidasikan dari pendapat dan saran beberapa validator.
Kemudian khusus soal tes setalah dilakukan validasi oleh beberapa validator,
soal tes tersebut diuji cobakan juga kepada 30 orang siswa kelas IX yang tidak
termasuk dalam sampel yang disimpulkan bahwa keseluruhan instrumen
penelitian dan item soal yang disusun peneliti telah mencapai kategori valid.
Selanjutnya instrumen penelitian tersebut digunakan peneliti dalam
menyampaikan materi ataupun memberi tes. Pada tes ini peneliti mengevaluasi
hasil kemampuan pemecahasan masalah matematika siswa pada beberapa
aspek pengukuran ranah kognitif yaitu aspek pengetahuan, aspek pemahaman,
aspek penerapan dan aspek analisis. Berdasarkan aspek-aspek tersebut maka
disusunlah instrumen soal kemampuan pemecahasan masalah matematika
siswa yang berjumlah 5 soal yaitu untuk soal nomor 1 adalah sebagai berikut:
“Dalam sebuah penelitian diketahui seekor amoeba berkembangbiak dengan
membelah diri sebanyak dua kali tiap 15 menit. Berapa banyak jumlah amoeba
mula-mula hingga dalam 1 jam terdapat minimal 1000 amoeba?” dengan aspek
pengetahuan yaitu kemampuan mengingat kembali tentang penjumlahan pada
perpangkatan . Untuk soal nomor 2 yaitu “Sebidang tanah berbentuk persegi
dengan panajang sisi 15 m. Berapa m2 luas tanah tersebut?” soal ini sesuai
dengan aspek pemahaman yaitu kemampuan menggunakan informasi dalam
situasi yang tepat, mencakup kemampuan untuk membandingkan,

25
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

menunjukkan persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi karakteristik,


menganalisis dan menyimpulkan. Pada soal ini untuk menentukan luas tanah
yeng berbentuk persegi harus dilakukan dengan menganalisis soal dan cara
penyelesaiannya. Dan untuk soal nomor 3 yaitu “Gery mempunyai kertas
persegi panjang dengan panjang sisi 12 cm. Tony juga mempunyai kertas
persegi dengan panjang sisi 14 cm, berapa cm2 selisih luas kertas yang dimiliki
Gery dan Tony?” dengan aspek penerapan yaitu kemampuan mengaplikasikan
atas pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki untuk dapat
menghitung selisih luas dari kertas tersebut. Selanjutnya untuk soal nomor 4
dengan aspek analisis adalah “Lantai ruang tamu pak dato berbentuk persegi
dengan panjang sisi 6 m. Akan dipasang keramik yang berbentuk persegi
dengan panjang sisi 30 cm.berapa banyak keramik yang dibutuhkan untuk
menutupi lantai?” pada soal ini diperlukan penganalisisan terhadap soal
terlebih dahulu untuk mengatahui banyak keramik yang dibutuhkan.
Kemudian untuk soal nomor 5 yaitu “Bu Titi seorang pembuat kue. Bu Titi
mendapat pesanan 24 kotak kue donat. Setiap kotak berisi 2 lusin donat. Berapa
buah donat yang harus dibuat bu Titi?soal ini sesuai dengan aspek analisis
yang sama dengan soal nomor 4.
Sebelum diberi perlakuan nilai rata-rata hasil belajar awal siswa (pre-test)
pada kelas eksperimen I diperoleh sebesar68,054 sedangkan nilai rata-rata hasil
belajar awal siswa (pre-test) pada kelas eksperimen II diperoleh sebesar75,65.
Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa hasil kemampuan pemecahan Masalah
matematika siswa awal kedua kelompok masih tergolong rendah.
Model pembelajaran NHTyang dilakukan pada kelas eksperimen I pada
materi perpangkatan dan akar terlihat bahwa siswa dapat mengekspresikan
dirinya bersama kelompoknya untuk mengembangkan materi yang dikaji
dengan menggunakan berbagai sumber atau referensi.
Model pembelajaran NHTdilaksanakan dalam bentuk kelompok yang
heterogen dengan mengkombinasikan keunggulan pembelajaran koopertif dan
individual. Adanya kombinasi pembelajaran kooperatif dan individual siswa
akan lebih tertarik dalam pembelajaran dimana siswa akan mendapatkan
bantuan dan informasi dari kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan
yang tidak diketahuinya dan menumbuhkan sikap mandiri pada saat
mengumpulkan informasi untuk dikomunikasikan saat nomornya dipanggil
untuk menyimpulkan kepada siswa lainnya.
Berdasarkan uraian di atas hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together(NHT)
dan siswa yang diajar dengan model Team Games Tournament (TGT). Pada

26
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

hasil analisa penelitian ini dengan uji-t diperoleh nilai thitung = -2,7111 dan nilai
ttabel = -2,0210. Dari kedua nilai tersebut dapat diketahui bahwa nilai -thitung <-
ttabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran NHTdan siswa yang diajar dengan model TGTpada materi
perpangkatan dan akar.
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran NHTlebih tinggi dari pada model pembelajaran Team Games
Tournament (TGT). Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan nilai rataan hitung
hasil belajar matematika siswa dikelas eksperimen I dengan perolehan nilai
rataan nilai rata-rata = 68,0541 dan kelas eksperimen II dengan perolehan nilai
rata-rata = 76,2250.
Hasil temuan seperti diuraikan di atas sejalan dengan temuan-t terdahulu
seperti yang dikutip oleh Ita Susanti (2015) yang melakukan penelitian pada 30
siswa kelas VIII MTs pada materi bentuk aljabar yang memperoleh nilai rata-
rata post-test hasil belajar sebesar 81,16. Astuti (2015) dalam penelitiannya pada
32 siswa kelas VII SMP pada materi perbandingan dan aritmatika sosial
memperoleh nilai rata-rata post-test hasil belajar sebesar 71. Hal ini
disimpulkan bahwa model pembelajaran NHTmemperoleh nilai lebih tinggi
dari pada model pembelajaran Team Games Tournament (TGT).
Ditambah dengan beberapa penelitian relevan yang membuktikan bahwa
NHT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, diantaranya yaitu penelitian
yang dilakukan Astuti dengan judul penelitian “Perbedaan Model Kooperatif
Tipe NHTTerhadap Hasil belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Bangkinang” menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar
matematika siswsa pada materi perbandingan dan aritmatika sosial. Begitu
juga penelitian yang dilakukan Ita Susanti dengan judul penelitian “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHTTerhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VIII di Mts Muhammadiyah 2 Palembang” membuktikan model
pembelajaran kooperatif NHT berpengaruh terhadap hasil belajar matematika
siswa pada materi bentuk aljabar.
Hal ini sejalan dengan tujuan dari NHT yaitu memberi kesempatan
kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran NHT, antara lain :
1. Hasil belajar akademik struktural.
2. Pengakuan adanya keragaman.

27
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

3. Pengembangan keterampilan sosial.


Selain dari perhitungan di atas dapat juga dilihat pada uji hipotesis
dengan menggunakan uji ANAVA. Setelah dilakukan pengujian data, ternyata
hasil perhitungan uji ANAVA nilai post-test hasil belajar pada materi
perpangkatan dan akar pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen I terlihat
bahwa -thitung< -ttabel yaitu -2,7111 < -2,010. Dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
menggunakan model pembelajaran NHTdan model pembelajaran TGT pada
kelas IX di MTs PP. Tarbiyah Islamiyah Hajoran.
Berdasarkan temuan penelitian di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar
pada materi perpangkatan dan akar yang diajarkan dengan model
pembelajaran NHT lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Team Games Tournament (TGT). Hal ini membuktikan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran NHTdan model
pembelajaran TGTterhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas IX di MTs PP. Tarbiyah Islamiyah Hajoran.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, serta permasalahan
yang telah dirumuskan, peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Belajar Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang
diajar dengan model pembelajaran NHT yaitu pada nilai pretest didapat
nilai rata-rata = 68,0541 dengan varians =290,719 dan standar deviasi =
17,0505. Sementara pada nilai postest didapat nilai rata-rata = 68,1622
dengan varians = 291,806 dan standar deviasi = 17,0823. Berdasarkan
perhitungan nilai rata-rata terlihat bahwasanya siswa yang dilakukan
pembelajaran menggunakan Model pembelajaran NHT mengalami
peningkatan dari pretest ke postest.
2. Hasil Belajar Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang
diajar dengan model pembelajaran TGT yaitu pada nilai pretest didapat
nilai rata-rata = 75,65 dengan varians = 19,4641 dan standar deviasi =
4,4118. Sementara pada nilai postest didapat nilai rata-rata = 76,225 dengan
varians = 20,2814 dan standar deviasi = 4,5034. Berdasarkan perhitungan
nilai rata-rata terlihat bahwasanya siswa yang dilakukan pembelajaran
menggunakan Model pembelajaran TGT mengalami peningkatan dari
pretest ke postest.
3. Terdapat perbedaan antara hasil belajar kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe
NHT dengan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

28
Journal Continuous Education
Volume 2, Issue 3, November 2021
Page 16-29

yang diajar dengan model pembelajaran TGT pada materi perpangkatan


dan akar di Kelas MTs PP. Tarbiyah Islamiyah T.P 2020/2021. Hal ini
dinyatakan berdasarkan hasil uji t hasil kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran NHT dengan
nilai thitung > ttabel atau -2,7111< -2,010 di mana nilai signifikansinya 0,000 <
0,05. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT lebih baik daripada siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran TGT terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswapada materi
perpangkatan dan akar di Kelas MTs PP. Tarbiyah Islamiyah T.P
2020/2021.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti. (2017). Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Number Head
Together (NHT) Terhadap Hasil belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Bangkinang. Lemma : Letters of Mathematics Education, 3(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.22202/jl.2017.v3i2.1902
Darwamawan, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitafif. Rosdakarya.
Hendriana, H., & Soemarmo, U. (2016). Penilaian Pembelajaran Matematika.
Refika Aditama.
Lestari. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran
True or False pada Siswa Kelas V SDN Purworejo 01 Wates Blitar. Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Lumbangaol, T. (2020). Penerapan Strategi Pembelajaran Mind Mapping Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi “Teks Panjang” Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 173346 Dolok Martumbur Kecamatan
Muara Kelas IV T.P 2018/2019. Journal Of Education And Teaching Learning
(JETL), 2(2), 27–34. https://doi.org/10.51178/jetl.v2i2.62
Standar Isi, Pub. L. No. 22, 346 (2006).
Zaini, M. F. (2019). The Implementation Of Learning Management In Class VIII
Madrasa Tsanawiyah Islamiyah (MTS) YPI Batangkuis. International
Conference on Islamic Educational Management (ICIEM).
https://scholar.google.co.id/citations?user=9xE516oAAAAJ&hl=id#d=gs_
md_cita-
d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Did%26user%3
D9xE516oAAAAJ%26citation_for_view%3D9xE516oAAAAJ%3Au5HHmV
D_uO8C%26tzom%3D-420

29

You might also like