3503-Article Text-9572-1-10-20181209

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Urgensi Program Pelatihan Parenting dalam Meningkatkan


Kemampuan Komunikasi Orangtua dengan Anak

Adiyati Fathu Roshonah


Universitas Muhammadiyah Jakarta
Emal : [email protected]

Abstract: This article presents a study of the urgency of parenting training


programs in improving communication skills of parents with children based on the
results of research and literature review. At present in Indonesia parenting training
programs are not yet fully integrated into children's education programs in schools.
The study of parenting training programs has also not been widely carried out in
the context of developing countries. However, empirical evidence from various
results of research and literature studies has proven that parenting training
programs provide significant benefits in improving the quality of childcare
including improving parent-child communication skills. Considering the
importance and benefits, this program needs to be continually initiated and
facilitated as a manifestation of microsystem synergy between home and school to
ensure the optimization of child development.
Keywords: Parenting Training, Parent Communication Ability

Pendahuluan
Mc Kay, et al.1 dan Henderson, et al.2 menyebut It Takes A Village to Raise A
Child, dibutuhkan orang sekampung untuk membesarkan seorang anak. Ini adalah
pepatah Afrika populer dengan pesan yang jelas bahwa seluruh masyarakat memiliki
peran penting untuk berpartisipasi dalam tumbuh kembang anak3, terutama
mikrosistem keluarga dengan ayah dan ibu sebagai aktor utamanya. Apabila dalam
sistem terkecil ini anak memperoleh pengasuhan yang tepat sesuai kebutuhan tumbuh
kembangnya maka hal ini akan menjadi dasar yang baik pada saat ia memasuki sistem

1 Mary M. McKay, Geetha Gopalan, Lydia M. Franco, Kosta Kalogerogiannis, Mari Umpierre,
Orly Olshtain-Mann, William Bannon, Laura Elwyn, Leah Goldstein, 2010, It Takes a Village to Deliver and
Test Child and Family-Focused Services, Res Soc Work Pract ; 20(5): hh. 476–482.
http://doi:10.1177/1049731509360976
2
Karla A. Henderson, Linda J. Neff, Patricia A. Sharpe, Mary L. Greaney, Sherer W. Royce,
Barbara E. Ainsworth, 2001, “It Takes a Village” to Promote Physical Activity: The Potential for Public Park and
Recreation Department, Journal of Park and Recreation Administration Volume 19, Number 1 Spring 2001, h. 23-
41
3 Dennis Van Roekel, 2008, Parent, Family, Community Involvement in Education, An NEA Policy

Brief, (Washington DC : NEA Education Policy and Practice Department, Center for Great Public
Schools), h. 1. Upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh dan berkualitas, diperlukan adanya
usaha yang konsisten dan kontinyu dari orangtua di dalam melaksanakan tugas memelihara, mengasuh dan
mendidik anak-anak mereka secara lahir maupun batin sampai seorang anak tersebut dewasa dan mampu
berdiri sendiri sebagai manusia yang bertanggung jawab, lihat Mahmud, dkk, Pendidikan Agama Islam dalam
Keluarga, (Jakarta: Akademia, 2013), h. 132.

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 121
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

yang lebih kompleks di usia selanjutnya. Hal ini sejalan dengan Hadist Rasulullah SAW
ketika membacakan surat ar Rûm ayat 30 :

َ َ ‫ى ي‬ ُ ِّ ُ َ َّ َ َ ٌ ‫َ َّ َ َ َ ُ ي َ َ َ ي َ َ َ ُ َ ي‬
‫اب يُ َصَّل َلَع ُك َم يولو ٍد ُمتَ َوًّف َوإِن َكن‬ ٍ ‫ه‬ َ ‫اب ُن ش‬
ِ
‫ال ي‬ ‫ان أخَبنا شعيب ق‬ ِ ‫حدثنا أبو اْلم‬
‫اصة َوإ ين ََكنَ ي‬ َ
َ ُ ُ ‫ََ ُ ي َ ي‬
َّ ‫خ‬ َ َ ‫ي‬ َ َّ َ َ ‫ي‬
‫لَع ف يط َرة اْل ي‬ َ َ َ ُ ُ َّ َ ‫َ َّ ي َ ي‬
‫ت‬ ‫وه‬ ‫ب‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫َل‬ ‫س‬ ‫اْل‬
ِ ‫اه‬‫و‬ ‫ب‬ ‫أ‬ ‫ِع‬ ِ ‫د‬ ‫ي‬ ِ‫م‬ ‫َل‬ ‫س‬ ِ ِ ِ ‫لِغي ٍة ِمن أج ِل أنه و ِِل‬
َ‫ُ ِّ َ َ ي َ َ ُ َ َّ َ َ َ ي َ َ ي َ ِ ُّ ي ي‬ َ ‫استَ َه َّل‬‫لَع َغ يْي ياْل يس ََل إ َذا ي‬ َ َ ُ ُّ ُ
‫ِّل علي ِه وَل يصَّل لَع من َل يست ِهل ِمن أج ِل‬ َ ‫ارخا ص‬ ِ ‫ص‬ ِ ِ‫م‬ ِ ِ ‫أمه‬
َّ َ
‫اَّلل َعلييه َو َسل َم َما مني‬ َّ
ُ َّ ‫ِب َصَّل‬ َ َ ُ ِّ َ ُ َ َ ُ ‫َّ َ ُ َ ي َ َ َ َ َّ ُ َ ي‬ َ َ ٌ ‫ي‬ ُ َّ َ
ُّ َّ
ِ ِ ِ ‫ال انل‬ ‫أنه ِسقط فإِن أبا هريرة ر ِِض اَّلل عنه َكن ُيدث ق‬
ُ َ َ‫َ َ ُيَ ُ ي‬
‫ج َسانِ ِه كما تنتج اْل ِهيمة‬
ُ
ِّ ‫ِّصانه أ يو ي َم‬َ َ ِّ َ‫لَع اليف يط َرة فَأَبَ َواهُ ُي َه ِّو َدانه أَ يو ُين‬ َ َ ُ َ ُ َّ ُ ‫َ ي‬
‫مولو ٍد إَِل يوِل‬
ِِ ِِ ِ ِ
َ
َّ َ َ ‫َ َ َ ي َ َ َ ي ُ ُّ َ َ ي َ ي َ َ ُ َّ َ ُ ُ ُ ُ َ ي َ َ َ َ َّ ُ َ ي ُ ي‬
‫اَّلل‬
ِ ‫ِض اَّلل عنه { فِطرة‬ ِ ‫ُتسون ِفيها ِمن جدَعء ثم يقول أبو هريرة ر‬ ِ ‫ب ِهيمة َجعاء هل‬
َ ‫ي‬ َ َ َّ‫الَِّت َف َط َر انل‬
‫اس َعليي َها } اْليَة‬ ِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan
kepada kami Syu'aib berkata, Ibnu Syihab: "Setiap anak yang wafat wajib
dishalatkan sekalipun anak hasil zina karena dia dilahirkan dalam keadaan
fithrah Islam, jika kedua orangnya mengaku beragama Islam atau hanya
bapaknya yang mengaku beragama Islam meskipun ibunya tidak beragama
Islam selama anak itu ketika dilahirkan mengeluarkan suara (menangis) dan
tidak dishalatkan bila ketika dilahirkan anak itu tidak sempat mengeluarkan
suara (menangis) karena dianggap keguguran sebelum sempurna, berdasarkan
perkataan Abu Hurairah radliallahu 'anhu yang menceritakan bahwa Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak ada seorang anakpun yang terlahir
kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang
tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau
Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan
sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?". Kemudian Abu
Hurairah radliallahu 'anhu berkata, (mengutip firman Allah QS Ar-Rûm: 30 yang
artinya: ('Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu").4

Dalam Teori Sistem Ekologi Bronfenbrenner5 disebutkan bahwa di sepanjang


kehidupannya setiap anak berada dalam sistem yang kompleks. Meski perdebatan antara
nature dan nurture masih terus diwacanakan6, namun tak dapat dipungkiri bahwa untuk
anak, sistem terkecil yang pertama berpengaruh adalah sistem keluarga, dimana

4 Shahih al-Bukhari No. 1270


5 Urie Bronfenbrenner, 1993, “Ecological Models of Human Development”, in International
Encyclopedia of Education, Vol. 3, 2nd Ed Oxford, Elsevier, Reprinted in : Gauvin, M & Cole, M. (Eds),
Readings on The Development of Children, 2nd Ed., (NY : Freeman), hh. 37-43
6 Jonathan R. H. Tudge, Irina Mokrova, Bridget E. Hatfield, Rachana B. Karnik, 2009 Uses and

Misuses of Bronfenbrenner's Bioecological Theory of Human Development, Journal of Family Theory and Review,
Volume 1 Issue 4, December 2009. hh. 198-210. https://doi.org/10.1111/j.1756-2589.2009.00026.x

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 122
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

berbagai proses internalisasi nilai-nilai dilakukan. Idealnya, rumah adalah sekolah


pertama dan orangtua adalah guru pertama dalam tumbuh kembang anak.
Roadmap Pendidikan Keluarga Kemendikbud RI memaparkan hasil studi World
Bank (2013), bahwa keluarga memiliki manfaat kunci karena intervensi yang dilakukan
terhadap keluarga telah berhasil meningkatkan pencapaian perkembangan peserta didik
sesuai dengan yang diharapkan7. Dari penelitian Yayasan IBU (Indonesia Bhadra Utama)
Foundation dalam program Community Empowering through Early Childhood Development di 8
(delapan) desa Kabupaten Cianjur tahun 2009-2014, diperoleh informasi penting bahwa
dukungan sosial dan lingkungan ternyata bukan jaminan utama untuk optimalisasi
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Bagaimana pun bagusnya pelayanan
PAUD dan Posyandu, tetap saja porsi dan proporsi manfaat mereka tak akan berhasil
apabila secara konsisten tidak dijalankan orangtua8.
IBU Foundation merekomendasikan pentingnya dukungan orangtua, bukan hanya
program di lembaga, karena anak usia dini secara kuantitas hanya menghabiskan waktu
2-3 jam di PAUD, adapun 21-22 jam sisanya di rumah. Banyaknya waktu anak di
rumah sesungguhnya merupakan kesempatan potensial apabila orangtua memerankan
fungsinya dengan baik. Sayangnya fakta di lapangan tidak menunjukkan hal yang
demikian. Contohnya, di sekolah anak dibiasakan berkomunikasi yang benar
menggunakan kata sakti “Maaf”, “Tolong”, dan “Terima kasih”. Jika pembiasaan baik
ini tidak dipraktekkan dan direpetisi di rumah maka tumbuh kembang anak rentan
mengalami gangguan. Konsep Tri Sentra Pendidikan Ki Hajar Dewantara serta Teori
Ekologi Bronfenbrenner yakni sinergitas mikrosistem antara rumah dan sekolah
dibutuhkan untuk memastikan tumbuh kembang anak berlangsung optimal.
Penelitian Korinkova9 menunjukkan urgensi peran orangtua sebagai pendidik
pertama dan utama dalam pengasuhan anak. Sayangnya menjadi orangtua adalah
pekerjaan penting yang paling tidak terpersiapkan10. Saat ini keluarga memiliki mobilitas
lebih tinggi dan banyak keluarga tidak lagi hidup di dekat anggota-orang keluarga besar
yang secara tradisional memberikan dukungan, saran, dan bantuan. Mereka menjadi

7 Kemendikbud Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas, 2015, Roadmap Pendidikan Keluarga,
(Jakarta : Kemendikbud RI), h.1
8 Rika Setiawati, 2014, Mekar Motekar, Panduan Praktis Penerapan Program Pengembangan Anak Usia

Dini Berbasis Penguatan Masyarakat, (Bandung : Yayasan IBU (Indonesia Bhadra Utama)), h.41
9 Martina Korinkova, 2014. Evaluation Of The Project "Community Empowerment Through Early

Childhood Development" In Indonesia. Thesis. Palacky University in Olomoucstscyril and Methodius Faculty of
Theology. Department Of Christian Social Work. International Humanitarian And Social Work.
10 Fery Farhati, Adiyati Fathu Roshonah, Nurbaeti Rachman, 2018, Asah Asuh Menjadi Orangtua

Cerdas, (Jakarta : Yayasan Komunitas Rumah Pencerah), h. 2

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 123
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

keluarga inti yang dipisahkan oleh jarak, sehingga kearifan membesarkan anak
mengalami penurunan. Menurut National Commission on Children’s National Survey, 88%
orang dewasa percaya bahwa lebih sulit untuk menjadi orang tua saat ini dibanding
dulu. Sejak 1980-an, sebagian besar keluarga memiliki kedua orang tua yang bekerja di
luar rumah untuk bertahan hidup secara ekonomi. Hal ini menyisakan sedikit waktu
untuk tanggung jawab keluarga, perawatan diri, atau menemukan dukungan sosial, dan
terjadinya peningkatan tingkat kejahatan, ketersediaan alkohol dan obat-obatan, serta
menurunnya hubungan dengan keluarga dan tetangga. Menurut Komisi Anak ini pula,
sebanyak 86 % dari orang tua melaporkan bahwa mereka sering merasa tidak yakin
apakah mereka telah melakukan hal yang benar dalam pengasuhan anak-anak mereka.
Para orang tua sesungguhnya ingin dan memerlukan bantuan untuk mempelajari cara-
cara yang lebih positif dalam membesarkan anak-anak mereka.
Fakta di lapangan sebagaimana hasil penelitian Sumargi11 (2015) terhadap orang
Indonesia yang tinggal di Australia menunjukkan bahwa banyak orangtua menggunakan
strategi pengasuhan yang tidak efektif seperti berteriak (shouting) saat menghadapi
perilaku anak yang tidak diinginkan. Masih banyak dijumpai para ibu yang belum
memiliki kemampuan berkomunikasi yang benar saat mengasuh anak, sehingga tanpa
sadar melakukan penghalang komunikasi seperti berteriak, membentak, memarahi,
menyalahkan, melarang tanpa penjelasan, membanding-bandingkan, membohongi,
mengancam, menyindir, memberi julukan buruk, menyepelekan anak, tidak memahami
bahasa tubuh atau tidak mendengar aktif. Menghadapi kenyataan ini, menurut Gordon
(2000)12 para ibu tidak bisa hanya disalahkan, akan tetapi mereka perlu dilatih.
Memahamkan orangtua tentang tugas dan perannya dalam pengasuhan anak adalah hal
penting yang perlu dilakukan untuk mengatasi gangguan perilaku dan memastikan
tumbuh kembang anak berlangsung optimal. Upaya ini lazim dikenal dengan istilah
pelatihan parenting, yakni sebuah program untuk mengubah atau meningkatkan
kemampuan perawatan dan pengasuhan anak (Bowman, et al., 2010)13, termasuk
meningkatkan kemampuan orangtua berkomunikasi dengan anak.

11 Agnes Sumargi, Kate Sofronoff, Alina Morawska, A Randomized Controlled Trial Of The Triple P

Positive Parenting Program Seminar Series With Indonesian Parents, Child Psychiatry and Human Development
Vol. 46, Iss. 5, (Oct 2015), hh. 749-761, http://dx.doi.org/10.1007/s10578-014-0517-8
12 Thomas Gordon, Parent Effectiveness Training: The Proven Program for Raising Responsible Children.

(New York : Three Rivers Press, 2000), h. 1


13 Sally Bowman, Clara Pratt, Denise Rennekamp dan Michaella Sektnan. 2000. Should We

Invest in Parenting Education ?. The Ford Family Foundation’s Enhancing the Skills of Parents
Program II, Summary : 2006-2009. Oregon : Oregon State University, hh.1-7

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 124
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Program Pelatihan Parenting


Pelatihan adalah bagian dari pembelajaran. Belajar menurut Gagne14 diartikan
sebagai proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan dan
perilaku seseorang. Sementara Lambert dan McCombs dalam Watkins15 mendefinisikan
belajar sebagai proses konstruktif yang terjadi ketika pembelajar secara aktif terlibat
dalam menciptakan pengetahuan dan pemahamannya sendiri dengan menghubungkan
apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang sudah
dimiliki. American Heritage Dictionary dalam Hergenhahn dan Olson16 mendefinisikan
belajar sebagai “to gain knowledge, comprehension or mastery through experience or study”, atau
sebuah aktivitas untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman atau penguasaan melalui
pengalaman atau studi.
Pengertian parenting menurut Brooks17, adalah the process or the state of being a parent,
sementara itu Morrison18 mendefinisikan parenting sebagai the process of developing and
utilising the knowledge and skills appropriate to planning for, creating, giving birth to, rearing and/or
providing care for offspring atau sebuah proses mengembangkan dan memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk merencanakan, menciptakan,
melahirkan, membesarkan dan atau menyediakan perawatan untuk anak.
Dalam tinjauan psikologi perkembangan, pandangan tentang relasi orang tua-anak
pada umumnya merujuk pada Teori Kelekatan (Attachment Theory) Bowlby19 yang
mengidentifikasikan manfaat perilaku pengasuhan sebagai faktor kunci dalam hubungan
orang tua-anak yang dibangun sejak usia dini. Pada masa awal kehidupannya anak
mengembangkan hubungan emosi yang mendalam dengan orang dewasa yang secara
teratur merawatnya. Jika kelekatan positif dan aman, maka seseorang mempunyai dasar
untuk berkembang menjadi individu yang kompeten, memiliki hubungan sosial positif
dan matang secara emosional. Sebaliknya, jika hubungan kelekatannya negatif dan tidak

14 Robert M. Gagne, et al., 2005, Principle of Instructional Design, (New York : Wadsworth
Publishing), h.1
15 Chris Watkins, 2007, Effective Learning in Classrooms, (London : Sage Publications), h. 72
16 B.R Hergenhahn dan Matthew H. Olson, 2008, Theories of Learning (Edisi 7), (Jakarta : Kencana

Prenada Media), h. 2
17 Jane Brooks, 2011, The Process of Parenting, (New York : Mc. Graw Hill), h. 10
18 George S. Morrison, 1978, Parent Involvement in the Home, School and Community, (UK:Charles

Merrill), h. 15
19 John Bowlby and Mary Ainsworth, “The Origins of Attachment Theory”, Reprinted in from

R. Parke, P. Ornstein, J. Reiser, & C. Zahn-Waxler (Eds.), 1994, A Century of Developmental Psychology.
Chapter 15, hh. 431-471

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 125
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

aman, menurut Bowlby saat seseorang tumbuh mungkin dirinya akan menghadapi
kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam penanganan emosi. Selanjutnya, merujuk
pada Teori Sistem Ekologi Bronfenbrenner, mikrosistem bagi anak usia dini adalah
keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga teman sepermainan di lingkungannya.
Sistem yang pertama kali dikenal oleh anak usia dini dan yang paling dominan
mempengatuhi adalah sistem keluarga, dengan ayah ibu sebagai aktor utamanya.
Idealnya, rumah adalah sekolah pertama dan orangtua adalah fasilitator pertama, bahkan
menurut Basha Lesedi Project20 orangtua adalah fasilitator terbaik bagi anak. Di dalam
Teori Sistem Ekologi ini keluarga adalah tempat bagi anak untuk memperoleh
internalisasi nilai-nilai dalam kehidupan.
Gambar 1.
Sistem Ekologi Urie Bronfenbrenner21

Berkaitan dengan hal tersebut maka orangtua perlu memiliki keterampilan


pengasuhan memadai, yang menurut Farhati, et al.22 keterampilan menjadi orangtua
sesungguhnya bisa dipelajari. Apabila dijumpai kegagalan dalam pengasuhan anak maka
hal tersebut terjadi karena orangtua belum tahu bagaimana mendidik dan mengasuh
dengan baik dan benar, bukan karena kurangnya kasih sayang orangtua kepada anak.
Oleh karena itu orangtua harus memiliki ilmu mendidik anak agar mampu mencetak

20 Basha Lesedi Project, Parent-Child Communication Tool, Family Health International’s (FHI 360),
(Gaborone : Botswana Road Main Mall, 2014), h.2
21 http://fosteringandadoption.rip.org.uk/, diakses 9 Oktober 2018 pukul 17.43 wib
22 Fery Farhati, Adiyati Fathu Roshonah dan Nurbaeti Rachman, 2014, Menjadi Orangtua Cerdas,

(Jakarta : Komunitas Rumah Pencerah, 2014), hh. 1-5

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 126
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

generasi yang kuat, bukan generasi yang lemah yang akan menjadi beban bagi bangsa
dan negaranya.
Program pelatihan parenting merupakan intervensi yang dirancang untuk
meningkatkan atau memperbaiki peran orang tua dalam pengasuhan anak melalui
pelatihan, dukungan atau pendidikan dengan tujuan utama mereka adalah untuk
memperbaiki kesejahteraan anak.
Program pelatihan parenting menurut Scott dan Gardner23 adalah a specific intervention
designed to improve the overall quality of parenting that a child receives. Parenting programs aim to help
the way mothers and fathers relate to their child. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan
Program Pelatihan Parenting adalah sebuah intervensi spesifik yang dirancang untuk
meningkatkan kualitas keseluruhan dari orangtua yang bertujuan untuk membantu para
ibu dan ayah berhubungan dengan anak mereka. Adapun Child Welfare Information
Gateway24 mendefinisikan pelatihan parenting sebagai setiap pelatihan, program, atau
intervensi lainnya yang membantu orang tua memperoleh pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan pengasuhan mereka serta meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan komunikasi dengan anak-anak mereka untuk mengurangi risiko
penganiayaan anak dan atau mengurangi perilaku anak-anak yang mengganggu.
California Evidence-Based Clearinghouse [CEBC] & Centers for Disease Control and
Prevention (2009)25 menyebutkan bahwa kegiatan parenting dapat disampaikan secara
individu atau dalam kelompok di rumah, ruang kelas, atau pengaturan lainnya.
Pengaturan pelaksanaan dapat dilakukan secara fleksibel. Media yang dipergunakan bisa
dalam bentuk tatap muka atau online, termasuk metode ceramah, instruksi langsung,
diskusi, pemutaran video, perstrategian, atau format lain.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disintesakan bahwa yang
dimaksud dengan program pelatihan parenting adalah setiap pelatihan, program, atau
intervensi lainnya yang membantu orang tua memperoleh pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan serta kemampuan dan
keterampilan berkomunikasi dengan anak-anak mereka untuk mengurangi risiko
penganiayaan anak dan atau mengurangi perilaku anak-anak yang mengganggu.

23 Stephen Scott and Frances Gardner, Parenting Program, on Rutter’s Child and Adolescent Psychiatry,
SixthEdition, Edited by AnitaThapar et al, (London : John Wiley & Sons, Ltd., London, 2015), h. 465
24 Child Welfare Information Gateway, Parent Education to Strengthen Families and Reduce the Risk of

Maltreatment, (Washington : Children’s Bureau, Maryland Avenue, 2013), h. 2


25 Ibid, h.2

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 127
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Materi pelatihan parenting dalam hal ini meliputi aspek mempromosikan interaksi
keluarga yang positif, mengikutsertakan ayah, menggunakan tehnik pelatihan yang
interaktif, menyediakan kesempatan untuk orangtua berlatih keterampilan yang baru,
mengajarkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan orangtua berkomunikasi
dengan anak, dan menggali dukungan kelompok orangtua. Pelatihan parenting sangat
penting karena orangtua adalah mikrosistem pertama dan terdekat dengan anak. Selain
itu karena orangtua memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan dalam mempengaruhi
anak-anaknya dibandingkan fasilitator atau temannya, sehingga jika orangtua
mengetahui, memahami, dan menjalankan peran pengasuhannya dengan baik maka
akan memberikan dampak yakni anak akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk
mendapatkan stimulasi tumbuh kembang yang tepat dari orangtuanya.

Kemampuan Berkomunikasi
Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu”, yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, memiliki arti kuasa, bisa, sanggup26. Adapun kata “kemampuan”
sendiri sebagai kata benda didefinisikan sebagai “kesanggupan, kecakapan, kekuatan”.
Berkomunikasi terdiri dari kata dasar “komunikasi” yang diberi awalan ber-. Kata
“komunikasi” secara bahasa dimaknai sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antara dua orang atau lebih sehingga pesam yang dimaksud dapat dipahami.
Adapun kata “berkomunikasi” dimaknai sebagai kata kerja mengadakan komunikasi atau
berhubungan27.
Pengertian “komunikasi” dapat ditinjau dari dua sudut pandang yakni dalam
pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik . Dalam pengertian umum
istilah komunikasi dapat dilihat dari dua segi yakni pengertian secara etimologis dan
secara terminologis. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari Bahasa Latin communication, yang bersumber dari kata communis, yang
bermakna sama, dalam arti sama makna mengenai suatu hal. Komunikasi berlangsung
apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal
yang dikomunikasikan.
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian atau pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain, jadi yang dimaksudkan komunikasi disini adalah human

26 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama), hh. 869
27 Ibid, hh. 721-722

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 128
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

communication atau social communication, bukan komunikasi hewan, bukan komunikasi


transendental dan bukan komunikasi fisik. Adapun pengertian komunikasi secara
paradigmatik mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara
tertulis, secara tatap muka atau melalui media massa seperti surat kabar, radio, televisi
atau film atau media non massa misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster,
dan sebagainya. Jadi komunikasi dalam pengetian paradigmatik bersifat intensional,
mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan perencanaan.
Meski mudah didefinisikan secara bahasa namun Littlejohn28 menyatakan bahwa
komunikasi sulit didefinisikan. Menurutnya kata “komunikasi” bersifat abstrak, seperti
kebanyakan istilah, komunikasi memiliki banyak arti. Communication is difficult to define. The
word is abstract, and, like most term. Kesulitan dalam mendefinisikan kata “komunikasi” baik
bagi kepentingan akademiki maupun penelitian, menurut Morissan29 disebabkan oleh
kata kerja “to communicate” (berkomunikasi) sudah sangat mapan sebagai kosa kata yang
sangat umum dan karenanya tidak mudah ditangkap maknanya untuk keperluan ilmiah.
Membangun suatu definisi tunggal mengenai komunikasi terbukti tidak mungkin
dilakukan dan juga tidak terlalu bermanfaat.
Berdasarkan pemaparan teori dan pendapat para ahli di atas maka yang dimaksud
dengan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,
baik secara lisan maupun tak langsung melalui media.

Komunikasi Keluarga
Komunikasi yang dimaksud dalam artikel ini adalah komunikasi orangtua dengan
anak yang berada di dalam lingkup keluarga. Sebagai sebuah teori, komunikasi keluarga
(family communication) bukan merupakan domain eksklusif dari ilmu komunikasi. Menurut
Littlejohn & Foss (2009)30 teori komunikasi keluarga tidak berdiri sendiri melainkan ada
di dalam sejumlah disiplin ilmu, seperti psikologi, sosiologi, perkembangan anak dan
lain-lain. Sebagai sebuah disiplin, komunikasi merupakan pendatang baru dibandingkan
dengan disiplin ilmu lainnya. Kebanyakan teori komunikasi keluarga berasal dari luar
disiplin komunikasi sehingga sering harus berbagi asumsi dan bias dari disiplin ilmu lain.

28 Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss., Theories of Human Communication, 9th Edition,
(Belmont ; Thomson Wadsworth, 2008), h.2
29 Morissan, Teori Komunikasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h.5
30 Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss, Encyclopedia of Communication Theory, (California : Sage

Publication Inc., 2009), hh. 381-384

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 129
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Bahkan di antara teori-teori yang digunakan dalam penelitian komunikasi keluarga yang
berasal dari dalam disiplin komunikasi, mayoritas tidak dikembangkan secara eksplisit
dengan komunikasi keluarga melainkan komunikasi interpersonal yang lebih umum.
Salah satu teori yang menarik dari komunikasi keluarga yang berasal dari disiplin
lain adalah Strategi Circumplex Fungsi Keluarga yang dipopulerkan Olson dan rekan-
rekannya. Kohesi keluarga, fleksibilitas dan komunikasi adalah tiga dimensi Circumplex
Strategi31. Komunikasi Keluarga dari Circumplex Strategy dari Olson sebagaimana
dipaparkan dalam gambar di bawah ini :
Gambar 2
Komunikasi Keluarga Circumplex Strategi Olson32

Komunikasi yang dimaksud dalam Strategi Circumplex ini difokuskan pada


keluarga sebagai sebuah grup yang memiliki kecakapan mendengar (listener skill),
kecakapan bertutur kata (speaker skill), keterbukaan (self-disclosure), kejelasan (clarity),
keajegan/konsisitensi (continuity/tracking) dan sikap menghormati dan menghargai (respect
and regard).

31 David H. Olson, Circumplex Model of Marital & Family Systems, (Minnesota : Family Social
Science, University of Minnesota, 1999), h.3
32 Ibid, hh. 21-22

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 130
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Komunikasi orangtua dengan anak merujuk kepada komunikasi antar pribadi


yang mana menurut De Vito33, komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication)
dapat diartikan ”is the communication that takes place between two person who have an established
relationships. Komunikasi antar pribadi mengandung ciri keterbukaan (openness), empati
(emphaty), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan atau kesamaan
(equality). Adapun menurut Sarwono34, komunikasi antar pribadi adalah sebagian dari
hubungan atau hal yang membentuk hubungan antar pribadi dimana dalam komunikasi
antar individu ini diperlukan saling percaya, saling terbuka dan saling suka antara kedua
belah fihak. Aspek lainnya yakni adanya hubungan dua arah, adanya pertukaran pesan,
menekankan pentingnya makna dan adanya kehendak atau intensi dari kedua belah
fihak.
Komunikasi adalah salah satu fungsi bahasa yang paling penting. Komunikasi
efektif menurut Dore dalam Mussen et.al35, bukan hanya mensyaratkan pengetahuan
akan kaidah gramatika (sintaksis) dan makna kata (semantik), melainkan juga
kemampuan untuk mengatakan hal yang tepat pada waktu dan tempat yang tepat serta
kepada pendengar yang tepat dan berhubungan dengan topik yang tepat. Dengan kata
dan kalimat, anak dapat berkomunikasi dengan jauh lebih efisien dan bercakap-cakap
secara lebih efektif.
Kompetensi dalam percakapan menarik banyak keterampilan sosial, berbicara,
dan mendengarkan, bergiliran, mengetahui giliran untuk berbicara, menahan diri untuk
tidak mendominasi interaksi atau menginterupsi percakapan teman bicara, mengetahui
kapan sebuah pesan tidak dimengerti dan menjelaskan pernyataan yang mendua arti,
mengisyaratakan perhatian dan keinginan untuk melanjutkan interaksi melalui sarana
non verbal seperti kontak mata dan lebih banyak lagi.
Tehnik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang
dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak
tertentu pada komunikan. Yang penting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya
agar suatu pesan yang disampaikan komunikator menimbulkan dampak atau efek
tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut
kadarnya yakni dampak kognitif, dampak afektif dan dampak behavioral (perilaku). Selain
mempergunakan lambang yakni pada umumnya berupa bahasa, ada juga lambang lain

33Joseph A. De Vito, The Interpersonal Communication Book, (New Jersey : Pearson, 2012), h. 4
34Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta : Balai Pustaka, 1997), hh. 193-195
35 Paul Henry Mussen, John Janeway Conger, Jerome Kagan dan Aletha Carol Huston,

Perkembangan Kepribadian Anak Terj. Child Development and Personality, (Jakarta : Arcan, 1992), hh. 213-215

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 131
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

yang dipergunakan dalam berkomunikasi antara lain gerakan anggota tubuh seperti
melambaikan tangan, mengedipkan mata, mencibirkan bibir atau menganggukkan
kepala. Ketika berkomunikasi dengan anak-anak dan keluarga, menurut Lambert, et al36
harus dipastikan pendekatan yang dipakai sesuai dengan usia masing-masing anak dan
kebutuhan perkembangannya. Gunakan kalimat singkat, jelas dan lugas. Salah satu
tehnik komunikasi yang penting dilakukan oleh para orangtua adalah bagaimana
kekuatan memilih kata-kata positif. Kata-kata memiliki manfaat besar karena tiap kata
atau istilah yang diucapkan di depan seorang anak akan membawa pula pesan tersirat
mengenai anak yang bersangkutan dan hubungannya dengan dunia. Bloch (2006)37
mengemukakan arti penting memperkenalkan percakapan positif pada anak-anak. Yang
didengar oleh anak maka akan menjadi seperti itulah mereka kelak.
Kata-kata memiliki manfaat besar karena tiap kata yang diucapkan di depan
seorang anak akan membawa pesantersirat mengenai si anak yang bersangkutan dan
hubungannya dengan dunia. Begitu si anak menyimpan pesan ini di dalam batinnya,
maka pesan tersebut menjadi suatu “keyakinan” yang mengatur pengalamannya di masa
depan. Bahkan seandainya pun ia tidak menyadarinya, hal itu tetap saja memmanfaati
semua aspek kehidupannya.
Berkata dengan menggunakan bahasa yang mulia penuh penghormatan (Qaulan
Kariima)38, berkata yang baik, pantas dan sesuai dengan norma (Qaulan Ma’ruufa)39,
berkata lemah lembut (Qaulan Layyina)40, berkata jelas, jernih, terang (Qaulan Syadiida)41,
perkataan yang sampai (komunikatif) dan meninggalkan bekas di dalam jiwa (Qaulan
Baliigha)42, perkataan yang mudah, ucapan yang lunak dan baik atau ucapan janji yang
tidak mengecewakan (Qaulan Maysura)43, keseluruhannya telah menjadi pedoman atau
acuan berkomunikasi yang baik dan benar, termasuk komunikasi antara orangtua dengan
anak. Perihal perkataan (Qaulan) dalam konteks komunikasi sedemikian penting untuk
dimanajemen dengan baik, karena perkataan dapat membangun, atau sebaliknya dapat
merusak atau menghancurkan. Kekuatan kata-kata positif penting diperhatikan terlebih

36 Veronica Lambert, Tony Long & Deirdre Kelleher, Communication Skills for Children’s Nurses,
(Mc. Graw-Hill Education, 2012), h. 8
37 Douglas Bloch & Jon Merritt, The Power of Positive Talk, (Batam : Karisma Publishing Group,

2006), h.29
38 Al Qur’an Surah Al Isra’ 23 (17:23)
39 Al Qur’an Surah An Nisa 4 (4:4)
40 Al Qur’an Surah Thaha 44 (20: 44)
41 Al Qur’an Surah An Nisa 9 (4:9) dan Al Qur’an Surah Al Ahzab 70 (33:70)
42 Al Qur’an Surah An Nisa 63 (4:63)
43 Al Qur’an Surah Isra 28 (17:28)

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 132
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

dalam komunikasi orangtua-anak. Tuntunan ini diperkuat pula dalam Al Qur’ȃn Surah
Ali Imrȃn 159 yang secara lugas menjelaskan tentang urgensi perilaku lemah lembut dan
menjauhi kekerasan serta kekasaran, sebagai berikut :
ُّ َ ‫َ َ ي ُ ي َ َ ى َ َ ي َ ي َ ي‬ ‫َ َّ ي َ َ ُ ي‬ َ‫َ َ َ ي‬
‫ب َل ن ف ض وا ِم ين‬ ِ ‫ف ب ِ م ا رْح ٍة ِم ن اَّلل ِ ِنل ت ل ه م ۖ و ل و ك ن ت ف ظ ا غ ل ِ يظ ال ق ل‬
‫ت‬ َ ‫اْل َ يم ر ۖ ف َ إ ذَ ا عَ َز مي‬
‫ي‬
‫ف‬ ‫اس ت َ غي ف ير ل َ ُه يم وَ َش او ري ُه ي‬
‫م‬
َ ُ ‫َ ي‬
‫ع ن ي ُه يم َو ي‬ ‫ف‬ ‫اع‬ ‫ف‬
َ ‫َ ي‬
‫ك‬
ِ ِ ِ ِ ِ ۖ ِ‫حول‬
َ ‫ب ال ي ُم ت َ َو ِِّّك‬
‫ي‬ ُّ ‫اَّلل َ ُُي‬
َّ َّ َّ َ ‫َ َّ ي‬
‫ف ت َ َو ّك َلَع اَّلل ِ ۖ إ ِ ن‬
ِ ِ
“Maka berkat Rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka akan menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakkal”.

Pembahasan
Banyak hal terkait pengasuhan anak yang seharusnya diketahui orangtua, salah
satunya tentang kemampuan berkomunikasi. Penelitian Sumargi, et al (2013)44 pada 273
orangtua Indonesia yang tinggal di Australia menunjukkan bahwa banyak orangtua
menggunakan strategi pengasuhan yang tidak efektif seperti berteriak (shouting) saat
menghadapi perilaku anak yang tidak diinginkan.
Mayoritas orangtua belum memiliki kemampuan berkomunikasi yang benar
saat mengasuh anak. Dalam konteks anak usia dini, program di PAUD juga tidak selalu
sinergi dengan praktek pengasuhan anak di rumah, bahkan tak jarang justru
berseberangan. Misalnya, di sekolah anak-anak dibiasakan mengucapkan kata-kata
positif seperti “tolong, maaf, terima kasih, permisi” dan lain-lain, namun dalam
pengasuhan anak di rumah tidak selalu dibiasakan hal demikian. Fakta ini juga sejalan
dengan hasil observasi terhadap para ibu yang memiliki anak usia dini di Jakarta Selatan
peserta program parenting di Komunitas Rumah Pencerah (KRP), bahwa permasalahan
utama dalam pengasuhan anak terjadi karena keterbatasan kemampuan orangtua dalam
berkomunikasi yang benar sehingga banyak orangtua tanpa disadari melakukan
penghalang komunikasi seperti banyak melarang anak, menyalahkan, membandingkan,

44 Agnes Sumargi, Kate Sofronoff and Alina Morawska, Understanding Parenting Practices and
Parent’s Views of Parenting Programs : A Survey Among Indonesia Parents Resining in Indonesia and Australia,
School of Psychology, (Australia : The University of Queensland, St. Lucia, Brisbane, 2013), h.1

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 133
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

membohongi, mengancam, menyindir, memberi julukan buruk, menyepelekan, tidak


memahami bahasa tubuh dan lain-lain.
Menghadapi permasalahan di atas, orangtua dalam hal ini tidak bisa hanya
disalahkan, akan tetapi menurut Gordon45, mereka perlu dilatih. Dengan kata lain,
orangtua perlu belajar. Memahamkan orangtua tentang tugas dan manfaatnya dalam
pengasuhan anak adalah hal penting untuk mengatasi gangguan perilaku dan
memastikan tumbuh kembang anak berlangsung optimal. Upaya ini lazim dikenal
dengan istilah pelatihan parenting, yakni sebuah program untuk mengubah atau
meningkatkan kemampuan membesarkan anak dan keterampilan dari sistem keluarga
atau sistem perawatan anak (Arcus, Schvanefeldt, dan Moss (1993) dalam Bowman, et.al
(2010)46.
Program parenting ini memperluas pengetahuan tentang perkembangan anak,
membangun keterampilan orangtua, memperkuat hubungan orangtua-anak, dan
mempromosikan perawatan yang sesuai dengan usia dan kegiatan yang meningkatkan
kesehatan, perkembangan anak, dan keterampilan sosial emosional. Efektivitas program
parenting menurut Gordon47 telah dibuktikan selama lebih dari 55 tahun terhadap lebih
dari setengah juta orang sejak tahun 1962 di berbagai negara, bahwa dengan suatu
program tertentu banyak orangtua dapat meningkatkan secara pesat kemampuannya
dalam bertugas sebagai orangtua.
Efektivitas penyelenggaraan program pelatihan orangtua untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan komunikasi, keterampilan pemecahan masalah
dan mendisiplinkan perilaku dilaporkan Leijten, Overbeek dan Jannsens48. Menurut data
World Bank49 studi tentang program parenting masih belum banyak dilakukan di

45 Thomas Gordon, Menjadi Orang Tua Efektif, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1983), h. 1
46 Sally Bowman, Clara Pratt, Denise Rennekamp and Michaella Sektnan, Should We Invest in
Parenting Education ?, The Ford Family Foundation’s Enhancing the Skills of Parents Program II, Summary
: 2006-2009, (Oregon : Oregon State University, 2010), hh. 1-7
47 Thomas Gordon, Menjadi Orangtua Efektif, Petunjuk Terbaru Mendidik Anak yang Bertanggung

Jawab, (Jakarta : Gramedia, Jakarta, 1983), h.2


48 Patty Leijten, Geertjan Overbeek dan Jan M.A.M Janssens, Effectiveness of A Parent Training

Program in (Pre) Adoloscence : Evidence from A Randomized Controlled Trial, Journal of Adoloscence XXX
(2012), www.elsevier.com, hh. 1-10
49 Heather Biggar Tomlinson and Syifa Andina, Parenting Education in Indonesia, Review and

Recommendations oi Strengthen Programs and Systems, (Washington : World Bank Group, 2015), hh. xi-xii

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 134
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Indonesia, namun beberapa penelitian menunjukkan hasil signifikan. Penelitian Murad50


menunjukkan bahwa program parenting terbukti dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan kualitas hubungan dalam keluarga.
Penelitian Wulandari51 tentang intervensi pelatihan komunikasi efektif untuk
para orangtua untuk mengatasi tantrum pada anak usia pra sekolah memberikan
kesimpulan bahwa semua partisipan merasakan manfaat program parenting dan dapat
melakukan komunikasi efektif untuk mengatasi anak tantrum. Terbukti pula pelatihan
parenting bermanfaat positif terhadap kemampuan ibu dalam mengasuh anak. Adapun
penelitian Monikasari52 mencatat adanya perubahan sikap orangtua peserta program
parenting di PAUD Permata Hati Yogyakarta dalam menangani permasalahan anak
dengan cara yang lebih baik. Hal senada juga dipaparkan Sutarti53 yang menyatakan
adanya manfaat program parenting terhadap kemampuan ibu hamil dalam menangani
kehamilannya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun Hardiani54 menemukan
manfaat hasil program parenting terhadap peningkatan motivasi belajar anak usia dini.
Dari berbagai hasil penelitian di tataran regional, nasional hingga internasional tersebut
diperoleh informasi urgensi program parenting dalam meningkatkan kemampuan
pengasuhan anak. Secara signifikan program ini bermanfaat nyata terhadap proses
peningkatan kualitas pengasuhan anak.
Kaminski, et al. (2008)55 telah melakukan analisis komponen menggunakan
teknik meta-analitik untuk mensintesis hasil dari 77 evaluasi yang dipublikasikan dari
program pelatihan parenting, dimana disebutkan bahwa hasilnya efektif dalam
mengubah perilaku pengasuhan dan mencegah atau memperbaiki masalah perilaku anak

50 Jeanette Murad, Program Parent Effectiveness Training (PET) dan Systematic Training foe Effective

Parenting for Teesn (STEP/Teen) Sebagai Sarana untuk Meningkatkan Kualitas Hubungan dalam Keluarga, Disertasi,
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
51 Agustina Wulandari, Pelatihan Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu dalam

Mengatasi Tantrum pada Anak Usia Pra Sekolah, Thesis, Fakultas Psikologi Uiversitas Indonesia, 2013
52 Citra Monikasari, Pelaksanaan Program Parenting bagi Orangtua Peserta Didik di PAUD Permata

Hati Yogyakarta, Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013, (Yogyakarta : FIP Universitas Negeri
Yogyakarta UNY, 2013), hh. 281-291
53 Sutarti, Thesis : Pengaruh Kelas Parenting terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dan

Hipertensi dalam Kehamilan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, (Yogyakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada UGM, 2015), h.1
54 Putri Hardiani, Pengaruh Hasil Program Parenting dan Pola Asuh Orangtua terhadap Peningkatan

Motivasi Belajar Anak Usia Dini, (Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2015), h.1
55 Jenifer Wyatt Kaminski, Valle, Linda Anne Filene, Jill H. Boyle, Cynthia L., A Meta-Analytic

Review Of Components Associated With Parent Training Program Effectiveness, Journal of Abnormal Child
Psychology, 36(4), 567-589. http://dx.doi.org/10.1007/s10802-007-9201-9

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 135
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

usia dini. Selain itu pelatihan parenting juga meningkatkan interaksi positif antara
orangtua dengan anak dan mengatasi gangguan emosional dalam komunikasi Adapun
Mejia et al. (2012)56 dalam tinjauannya tentang program pengasuhan anak di negara
berkembang menyatakan bahwa banyak anak di negara berkembang berisiko mengalami
kesulitan emosi dan perilaku, yang cenderung meningkat karena efek kemiskinan.
Program pelatihan parenting dalam konteks diatas telah terbukti menjadi strategi
pencegahan yang efektif di negara-negara berpenghasilan tinggi, tetapi sampai saat ini
penelitian tentang keefektifan mereka di negara-negara berpenghasilan rendah masih
terbatas. Organisasi internasional seperti WHO telah menyerukan implementasi
program untuk mencegah kesulitan perilaku melalui pengembangan hubungan yang
stabil antara anak-anak dan orang tua mereka.
Penelitian Kim57 terhadap ibu Korea Amerika yang mengikuti program
pelatihan parenting menunjukkan hasil, setelah menyelesaikan program, ibu kelompok
intervensi secara signifikan meningkatkan penggunaan disiplin positif dibandingkan
dengan kelompok control. Setelah follow-up 1 tahun, ibu kelompok intervensi
mempertahankan efek signifikan untuk disiplin positif. Sementara itu JoãoSeabra-
Santos58 dalam penelitiannya tentang pelatihan parenting di Portugis untuk menguji
keampuhan program dan keberlanjutan hasilnya menunjukkan pengurangan signifikan
dalam masalah perilaku dan peningkatan keterampilan sosial, meningkatkan praktik
pengasuhan dan kepercayaan diri59. Adapun Skotarczak dalam meta analisisnya terhadap
11 (sebelas) penelitian tentang efek dari pelatihan manajemen orang tua (PMT; Parents
Management Training) terhadap perilaku mengganggu pada anak-anak dengan gangguan

56 Anilena Mejia, Rachel Calam, Rachel Calam, Matthew R. Sanders, A Review of Parenting Programs

in Developing Countries: Opportunities and Challenges for Preventing Emotional and Behavioral Difficulties in Children,
Clin Child Fam Psychol Rev (2012) 15:163–175, http://doi.org/10.1007/s10567-012-0116-9
57 Eunjung Kim, Kevin C.Cain, Carolynwebster-Stratton, The Preliminary Effect Of A Parenting Program

For Korean American Mothers: A Randomized Controlled Experimental Study. International Journal of Nursing
Studies. Volume 45, Issue 9, September 2008, hh. 1261-1273.
http://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2007.10.002
58 Laura Skotarczak, Gloria K. Lee, Effects Of Parent Management Training Programs On Disruptive

Behavior For Children With A Developmental Disability: A Meta-Analysis, Research in Developmental


Disabilities
Volume 38, March 2015, Pages 272-287, https://doi.org/10.1016/j.ridd.2014.12.004
59 Maria JoãoSeabra-Santos, Maria Filomena Gaspar, Andrei Fernandes Azevedo, Tatiana
Carvalho Homem, JoãoGuerra, Vânia Martin, Sara Leitão, Mariana Pimentel, Margarida Almeida,
Mariana Moura-Ramos, Incredible Years Parent Training: What Changes, For Whom, How, For How Long?,
Journal of Applied Developmental Psychology, Volume 44, May–June 2016, hh. 93-104,
https://doi.org/10.1016/j.appdev.2016.04.004

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 136
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

perkembangan dengan total 540 peserta, dengan 275 di kelompok eksperimen dan 265
pada kelompok kontrol menunjukkan efek PMT pada perilaku disruptif pada anak-anak
dengan cacat perkembangan adalah signifikan (g = 0,39)
Sementara itu tinjauan meta-analitik yang dilakukan Menting60 untuk menguji
keefektifan pelatihan orang tua (IYPT) mengenai perilaku anak yang mengganggu dan
prososial dari 50 penelitian, di mana kelompok intervensi yang menerima IYPT
dibandingkan dengan kelompok pembanding. Hasilnya menunjukkan bahwa IYPT
merupakan intervensi yang efektif. Efek positif untuk hasil yang berbeda dan informan
yang berbeda ditemukan. Temuan menunjukkan bahwa IYPT berhasil meningkatkan
perilaku anak dalam beragam keluarga.
Arti penting pendidikan orangtua ditegaskan Tomlinson dan Andina dalam
studi World Bank61, disebutkan bahwa karena orangtua dianggap memiliki lebih banyak
waktu dan kesempatan dalam memmanfaati anak-anaknya dibandingkan fasilitator atau
temannya, maka apabila orangtua mengetahui, memahami, dan menjalankan manfaat
pengasuhannya dengan baik akan memberikan dampak yakni anak akan memiliki lebih
banyak kesempatan untuk mendapatkan stimulasi tumbuh kembang. Selanjutnya The
Child Abuse Prevention and Treatment Act (CAPTA) mencatat bahwa pendidikan orangtua
(parenting) menjadi layanan atau upaya pencegahan dari kekerasan. Program ini dapat
mempromosikan kesejahteraan dan memperkuat keluarga serta komunitas untuk
melindungi anak dari kekerasan dan pengabaian. Bronfenbrenner dalam Chang, et al62,
berdasar review sembilan studi empiris yang meneliti program intervensi orangtua-anak,
menegaskan bahwa program parenting mendorong keterlibatan orang tua serta
menyebabkan meningkatnya perkembangan kognitif pada balita dan anak-anak
prasekolah.

60 Ankie T.A.Menting, BramOrobio de Castro, WalterMatthy, Effectiveness Of The Incredible Years

Parent Training To Modify Disruptive And Prosocial Child Behavior: A Meta-Analytic Review, Clinical Psychology
Review Volume 33, Issue 8, December 2013, Pages 901-913, https://doi.org/10.1016/j.cpr.2013.07.006
61 Heather Biggar Tomlinson and Syifa Andina, Parenting Education in Indonesia, Review and

Recommendations on Strengthen Programs and Systems, (Washington : World Bank Group, 2015), h.xi
62 Mido Chang, Boyoung Park, and Sunha Kim, “Parenting Classes, Parenting Behavior, and

Child Cognitive Development in Early Head Start: A Longitudinal Mode”l, The School Community Journal,
2009, Vol. 19, No. 1, 2009, hh. 155-156

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 137
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Manfaat keterlibatan orangtua yang diperoleh melalui program parenting


sebagaimana disampaikan Bowman, Pratt, Rennekamp dan Sektnan63 yakni bahwa
orangtua akan dapat (1) Melakukan perubahan dalam menstimulasi perkembangan anak,
(2) Lebih mengetahui pengasuhan yang adaptif terhadap perkembangan zaman, dan (3)
Mengetahui pengasuhan anak yang efektif dan berkualitas tinggi. Adapun Huser, Small
dan Eastman64 menyatakan bahwa program parenting yang efektif akan menyatukan
orangtua dan anak, meningkatkan faktor perlindungan keluarga, mengurangi faktor
resiko yang mungkin terjadi karena ketidaktahuan orangtua dalam hal tumbuh kembang
anak, menggabungkan waktu dan kesempatan yang cukup bagi orangtua berlatih
keterampilan baru dan memberikan kesempatan para orangtua berkolaborasi dengan
komunitas orangtua, serta memperkuat dan melengkapi upaya-upaya pendidikan lainnya
di sekolah, komunitas agama, media dan lembaga masyarakat. Hasil yang signifikan
menurut Goodall and Vorhaus dari program dukungan orangtua antara lain : orangtua
memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola perilaku anak-anak, serta
orangtua memiliki kepercayaan diri dan empati untuk menggunakan keterampilan ini
secara efektif.
Program parenting merupakan salah satu bentuk parental engagement (dukungan atau
keterlibatan orangtua) dalam pendidikan anak, selain program yang lain seperti
kehadiran dalam pertemuan dengan fasilitator pada hari pertama masuk sekolah, hadir
sendiri pada setiap pembagian rapor, hadir sebagai narasumber di kelas anak, hadir dan
terlibat aktif pada acara pentas kelas, terlibat aktif dalam paguyuban orangtua65. Program
ini sangat dibutuhkan orangtua, sejalan dengan hasil survey Zepeda, Varela & Morales
(2004) yang menyatakan bahwa orangtua di Amerika menunjukkan keinginan yang
sangat kuat untuk memperoleh informasi tentang cara membesarkan anak. Sejalan
dengan pendapat Epstein dalam Roekel66 yang mendeskripsikan enam tipe keterlibatan

63 Sally Bowman, Clara Pratt, Denise Rennekamp and Michaella Sektnan, Should We Invest in
Parenting Education ?. The Ford Family Foundation’s Enhancing the Skills of Parents Program II. Summary
: 2006-2009. Oregon : Oregon State University 2010, hh. 1-7
64 Mary Huser, Stephen A. Small and Gay Eastman, What Research Tells Us About Effective

Parenting Education Programs, (Madison : University of Winconsin-Madison,2008), hh. 1-3


65 Sukiman, et.al, Menjadi Orangtua Hebat untuk Keluarga dengan Anak Usia Dini, (Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), h.9
66 Dennis Van Roekel, Parent, Family, Community Involvement in Education, An NEA Policy Brief,

(Washington DC : NEA Education Policy and Practice Department. Center for Great Public Schools,
2008), h.1

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 138
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

orangtua dalam pendidikan anak, salah satunya adalah keikutsertaan orangtua dalam
program parenting :
“A research-based framework, developed by Joyce Epstein of Johns Hopkins University,
describes six types of involvement— parenting, communicating, volunteering, learning at home,
decision making, and collaborating with the community—that offer a broad range of school,
family, and community activities that can engage all parties and help meet student needs.

Mengapa pendidikan orangtua (parenting) perlu diikuti orangtua adalah karena


ternyata pada umumnya orangtua belum mengetahui bagaimana pengasuhan anak yang
baik, benar dan menyenangkan, termasuk dalam hal berkomunikasi dengan anak.
Mayoritas orangtua belum mengetahui bagaimana cara berkomunikasi efektif dengan
anak, serta kecenderungan orangtua melakukan penghalang komunikasi seperti
menyalahkan, meremehkan, mengancam, membandingkan, membohongi,
mengacuhkan, memberi julukan negatif, tidak mendengar aktif, dan lain-lain. Data ini
didukung oleh Thomas Gordon yang sejak tahun 1962 telah melaksanakan pelatihan
Parent Effectiveness Training (PET) terhadap lebih dari setengah juta orangtua di berbagai
penjuru dunia, yang diawali oleh permasalahan meningkatnya anak-anak remaja yang
dirundung masalah emosional yang serius atau melumpuhkan, yang menjadi korban
penyalahgunaan obat bius atau yang melakukan bunuh diri.
Pemimpin-pemimpin politik dan para penegak hukum menyalahkan orangtua
yang mereka anggap telah membesarkan suatu generasi yang tidak tahu berterima kasih,
pemberontak, pembangkang, hippies, perilaku demonstrasi dan pengacau. Apabila anak-
anak gagal di sekolah atau lebih-lebih bila putus sekolah maka para fasilitator dan
penyelenggara sekolah menuduh bahwa orangtualah yang bersalah67. Orangtua
disalahkan, tetapi tidak dilatih. Berjuta-juta kaum ibu dan ayah yang masih muda
menerima tugas yang paling sulit setiap tahunnya, yakni memperoleh bayi, bertanggung
jawab penuh bagi kesehatan badan dan kesehatan jiwa anak itu serta membesarkannya
sehingga ia dapat menjadi warga negara yang produktif, kooperatif serta berguna bagi
masyarakat. Tugas ini menurut Gordon68 bukan tugas yang mudah, melainkan menyita
perhatian, namun belum banyak orangtua yang dilatih untuk melaksanakan tugas
tersebut.

67 Thomas Gordon, Menjadi Orangtua Efektif, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1983). h. 1
68 Ibid, h. 1

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 139
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Pertanyaan tentang apakah program parenting dapat meningkatkan kualitas


komunikasi dibuktikan melalui sebuah meta-analisis dari program pelatihan orangtua
yang dirancang untuk mengurangi atau mencegah kekerasan fisik, penelantaran anak,
atau pelecehan emosional yang dilakukan pada tahun 2006 oleh Lundahl, Nimer dan
Parsons69, dimana 23 studi diidentifikasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelatihan
orangtua (parenting) telah menjadikan orangtua moderat, namun diperoleh keuntungan
positif yang signifikan dalam keterampilan membesarkan anak, penyesuaian emosional
orangtua dan sikap membesarkan anak. Orangtua yang menyelesaikan program ini
diubah keyakinannya tentang kemanjuran hukuman fisik. Selama ini banyak orangtua
menganggap bahwa hukuman fisik manjur untuk mengubah atau mengendalikan
perilaku anak, tanpa mereka sadari dampak jangka menengah dan jangka panjangnya.
Program pendidikan orang tua yang efektif menurut Bunting (2004), Carter (1996)
dan Small & Mather (2009) dalam Samuelson70, telah dikaitkan dengan tingkat
penurunan kekerasan dan penelantaran anak, baik fisik, kognitif dan perkembangan
emosional pada anak-anak, meningkatkan pengetahuan orangtua tentang pengembangan
keterampilan anak dan orangtua, meningkatkan komunikasi orangtua-anak, mengurangi
penyalahgunaan zat aditif pada remaja, dan lebih efektif memantau anak. Bahkan
Dickson et, al71 dari Bristol University menyatakan bahwa peningkatan pendidikan orang
tua memiliki efek kausal positif yang jelas pada anak-anak sejak usia 4 dan terus terlihat
hingga usia 16 tahun.
Meskipun program pelatihan parenting sudah menjadi hal lazim di dunia
internasional namun menurut data World Bank (2015) studi tentang Program Pelatihan
Parenting masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Program yang selama ini telah
berjalan diimplementasikan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Pemerintah yang dimaksud disini antara lain Kementerian Kesehatan yang menjalankan
Program Kelas Ibu, Program Bina Keluarga Balita oleh BKKBN (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional), Kementerian Sosial dengan program Taman Anak

69 Joann Grayson (Ed.), “Evidence-Based Parent Education Programs”, Virginia Child Protection

Newsletter, Volume 97, 2013 Virginia Departement of Social Service, Virginia, h.2
70 Anne Samuelson, Best Practices for Parent Education and Support Programs, (Madison : University

of Wisconsins-Madison and University of Winconsin-Extension, 2010), h.1


71 Matt Dickson, Paul Gregg, Harriet Robinson, Early, Late or Never? When Does Parental
Education Impact Child Outcomes?, Centre for Market and Public Organisation (CMPO), (Bristol : Institute
of Public Affairs University of Bristol, 2013), hh.1-2

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 140
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Sejahtera (TAS) dan Program Keluarga Harapan (PKH), serta Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga. Adapun program
yang dilakukan oleh lembaga kemasyarakatan non pemerintah sebagaimana studi World
Bank (2015) tercatat Program Kelompok Pengasuhan Anak dari Plan International,
Program BLEND, BISA, SPECIAL, BELAJAR dari Save The Children, dan Wahana Visi
Indonesia dengan Program Wahana Pendidikan Anak Usia Emas. Lebih khusus
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keluarga (Ditbindikkel) telah menginisiasi berbagai program.
Penerbitan dan sosialisasi buku-buku pendamping untuk Pendidikan Orangtua
adalah program yang dilakukan dan terus berjalan hingga saat ini. Program Pendidikan
Orangtua dimaksud mencakup program untuk pendidikan orangtua dengan anak usia
dini, SD, SMP, dan SMA. Sosialisasi Program Pendidikan Orangtua dilakukan dalam
skala nasional di beberapa pilot project. Sosialisasi Program Pendidikan Orangtua juga
menyasar lembaga-lembaga masyarakat sebagai mitra penyelenggara, selain satuan
pendidikan. Langkah awal ini tentu harus diapresiasi dan terus ditingkatkan.

Catatan Akhir
Dari berbagai kajian teoritis, pendapat ahli, hasil penelitian di tataran regional,
nasional hingga internasional tersebut di atas dapat diambil kesimpulan tentang sebuah
gagasan akan arti penting (urgensi) program pelatihan parenting untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahamam, sikap dan perilaku serta keterampilan orangtua dalam
mengasuh anak, termasuk di dalamnya tentang kemampuan orangtua berkomunikasi
dengan anak secara efektif. Secara signifikan program ini telah memberikan manfaat
yang nyata terhadap proses peningkatan kualitas pengasuhan anak.

Daftar Rujukan
Al-Qur’an al Karȋm
Al-Bukhari, Shahih, no. 1270
Allen, Sarah and Kerry Daly. The Effects of Father Involvement: An Updated Research
Summary of the Evidence. Guelph : Centre for Families, Work & Well-Being.
University of Guelph. 2007.
Al Matalka, Faisal Ibrahim Mohammad. “The Influence of Parental Socioeconomic
Status on Their Involvement at Home”. International Journal of Humanities and

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 141
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Social Science Vol. 4 No. 5, 2014. Department of Social Sciences. Ajloun


University College Albalqa Applied University. Yordania
Ambrose, Susan, et.al. How Learning Works. New York : Wiley and Sons Inc. 2010
Bandura, Albert. “Social Learning Through Imitation”, dalam M.R Jones (Ed.).Nebraska
Symposium on Motivation. University of Nebraska Press. Lincoln. 1962.
--------------------- “Analysis of Modelling Processes”. dalam Albert Bandura (Ed.),
Psychological Modeling. Chicago : Atherton Aldine. 1971.
---------------------. Social Learning Theory. New Jersey : Englewood Cliffs. Prentice Hall.
1977.
Bloch, Douglas & Jon Merritt, The Power of Positive Talk. Batam : Karisma Publishing
Group. 2006.
Bowlby, John and Mary Ainsworth. “The Origins of Attachment Theory”.Reprinted in
from R. Parke, P. Ornstein, J. Reiser, & C. Zahn-Waxler (Eds.). 1994. A
Century of Developmental Psychology. Chapter 15.
Bowman, Sally. Clara Pratt. Denise Rennekamp and Michaella Sektnan. Should We Invest
in Parenting Education ?. The Ford Family Foundation’s Enhancing the Skills of
Parents Program II. Summary : 2006-2009. Oregon : Oregon State University
2010.
Brad W. Lundahl, Derrik Tollefson, Heather Risser, M. Christine Lovejoy, “A Meta-
Analysis of Father Involvement in Parent Training”, Research on Social Work
Practice, Vol. 18 No. 2, March 2008, Sage Publications.
Bronfenbrenner. Urie. “Ecological Models of Human Development”. in International
Encyclopedia of Education, Vol. 3, 2nd Ed Oxford, Elsevier, Reprinted in :
Gauvin, M & Cole, M. (Eds), Readings on The Development of Children, 2nd Ed. NY
: Freeman. 1993.
Brooks, Jane. The Process of Parenting. New York : Mc. Graw Hill. 2011.
Chang, Mido. Boyoung Park and Sunha Kim “Parenting Classes, Parenting Behavior,
and Child Cognitive Development in Early Head Start: A Longitudinal
Model”, The School Community Journal. 2009. Vol. 19. No. 1. 2009.
Clinton. Hillary. It Takes a Village: And Other Lessons Children Teach US. New York :
Simon & Schuster. 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2011.
Dubow, Eric F., Paul Boxer and L. Rowell Huesmann. “Long-Term Effect of Parents
Education on Children’s Educational and Occupational Success, Mediation by
Family Interaction, Child Aggression and Teenage Aspirations”. Merrill-Palmer
Quarterly. Vol. 55. No. 3. 2009. Wayne State University Press. Detroit.
Elayati, Nazanin. Zahra Jafari, Hassan Ashayeri, Masoud Salehi, Muhammad Kamali.
“Effects of Parental Education Level and Economic Status on the Needs of
Families of Hearing-Impaired Children in the Aural Rehabilitation Program”.
Iranian Journal of Otorhinolaryngology No.1. Vol.25. Serial No.70, Winter 2013.
Erickson, Erik H. The Life Cycle and Completed. New York : W.W Norton.1982
Ermisch, John & Chiara Pronzato Causal Effects of Parents' Education on Children's
Education.University of Essex : Institute for Social & Economic Research. 2010.
Farhati, Fery, Adiyati Fathu Roshonah dan Nurbaeti Rachman. Asah Asuh Menjadi
Orangtua Cerdas. Jakarta : Yayasan Komunitas Rumah Pencerah. 2018

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 142
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Gordon, Thomas. Menjadi Orangtua Efektif. Petunjuk Terbaru Mendidik Anak yang
Bertanggung Jawab.Jakarta : Gramedia. 1983.
Graetz, George. “Parental Background and the Transition to Secondary School:
Evidence from Germany”. Quantitative Economics Project – DRAFT. 2009.
Grayson, Joann (Ed.). “Evidence-Based Parent Education Programs”. Virginia Child
Protection Newsletter. Volume 97. 2013 Virginia Departement of Social Service.
Virginia.
Hardiani, Putri. Manfaat Hasil Program Parenting dan Pola Asuh Orangtua terhadap
Peningkatan Motivasi Belajar Anak Usia Dini. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
Henderson, Karla A., Linda J. Neff, Patricia A. Sharpe, Mary L. Greaney, Sherer W.
Royce, Barbara E. Ainsworth, 2001, “It Takes a Village” to Promote Physical
Activity: The Potential for Public Park and Recreation Department, Journal of
Park and Recreation Administration Volume 19, Number 1 Spring 2001, hh. 23-41
Bandung. 2015.
Huser, Mary. Stephen A. Small and Gay Eastman. What Research Tells Us About Effective
Parenting Education Programs. Madison : University of Winconsin-Madison.
JoãoSeabra-Santos, Maria, Maria Filomena Gaspar, Andrei Fernandes Azevedo, Tatiana
Carvalho Homem, JoãoGuerra, Vânia Martin, Sara Leitão, Mariana Pimentel,
Margarida Almeida, Mariana Moura-Ramos, Incredible Years Parent Training:
What Changes, For Whom, How, For How Long?, Journal of Applied
Developmental Psychology, Volume 44, May–June 2016, hh. 93-104,
https://doi.org/10.1016/j.appdev.2016.04.004
Kaminski, Jenifer Wyatt Kaminski, Linda Anne Filene, Jill H. Boyle, Cynthia L., A Meta-
Analytic Review Of Components Associated With Parent Training Program
Effectiveness, Journal of Abnormal Child Psychology, 36(4), 567-589.
http://dx.doi.org/10.1007/s10802-007-9201-92008.
Kemendikbud Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas. Roadmap Pendidikan Keluarga.
Jakarta : Kemendikbud RI. 2015
Kim, Eunjung, Kevin C.Cain, Carolynwebster-Stratton, The Preliminary Effect Of A
Parenting Program For Korean American Mothers: A Randomized Controlled
Experimental Study. International Journal of Nursing Studies. Volume 45, Issue 9,
September 2008, hh. 1261-1273. http://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2007.10.002
Kolucki, Barbara and Dafna Lemish. Communicating With Children, Principles and Practices
to Nurture, Inspire, Excite, Educate and Heal. Communication for Development
Unit Gender, Rights and Civic Engagement Section Division of Policy and
Practice. New York : UNICEF. 2011.
Korinkova, Martina, 2014. Evaluation Of The Project "Community Empowerment
Through Early Childhood Development" In Indonesia. Thesis. Palacky
University in Olomoucstscyril and Methodius Faculty of Theology.
Department Of Christian Social Work. International Humanitarian And Social
Work.
Littlejohn, Stephen W. and Karen A. Foss. Encyclopedia of Communication Theory.
California : Sage Publication Inc. 2009.
Mahmud, dkk. 2013. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Jakarta: Akademia, 2013
Mary M. McKay, Geetha Gopalan, Lydia M. Franco, Kosta Kalogerogiannis, Mari
Umpierre, Orly Olshtain-Mann, William Bannon, Laura Elwyn, Leah

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 143
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Goldstein, 2010, It Takes a Village to Deliver and Test Child and Family-
Focused Services, Res Soc Work Pract ; 20(5): hh. 476–482.
http://doi:10.1177/1049731509360976
Mejia, Anilena, Rachel Calam, Rachel Calam, Matthew R. Sanders, A Review of
Parenting Programs in Developing Countries: Opportunities and Challenges
for Preventing Emotional and Behavioral Difficulties in Children, Clin Child
Fam Psychol Rev (2012) 15:163–175, http://doi.org/10.1007/s10567-012-0116-9
Menting, Ankie T.A., BramOrobio de Castro, WalterMatthy, Effectiveness Of The
Incredible Years Parent Training To Modify Disruptive And Prosocial Child
Behavior: A Meta-Analytic Review, Clinical Psychology Review Volume 33, Issue 8,
December 2013, Pages 901-913, https://doi.org/10.1016/j.cpr.2013.07.006
Monikasari, Citra. Pelaksanaan Program Parenting bagi Orangtua Peserta Didik di
PAUD Permata Hati Yogyakarta. Diklus. Edisi XVII Nomor 01. September
2013. Yogyakarta : FIP Universitas Negeri Yogyakarta UNY. 2013
Morrison, George S. Parent Involvement in the Home, School and Community. UK:Charles
Merrill. 1978.
Munzenmaier, Cecelia and Nancy Rubin. Perspectives Bloom’s Taxonomy : What’s Old Is
New Again. Santa Rosa : The e-Learning Guild. 2013.
Murad, Jeannete, Program Parent Effectiveness Training (PET) dan Systematic
Training foe Effective Parenting for Teesn (STEP/Teen) Sebagai Sarana untuk
Meningkatkan Kualitas Hubungan dalam Keluarga, Disertasi, Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, 1992
Olson, David H. Circumplex Model of Marital & Family Systems. Minnesota : Family
Social Science. University of Minnesota. 1999.
Olson, Matthew H. Olson and B.R Hergenhahn. An Introduction to Theories of Learning.
New Jersey : Pearson Prentice Hall. 2009.
Project, Basha Lesedi Project, Parent-Child Communication Tool, Family Health
International’s (FHI 360). Gaborone : Botswana Road Main Mall. 2014
Roekel. Dennis Van. Parent, Family, Community Involvement in Education. An NEA Policy
Brief. Washington DC : NEA Education Policy and Practice Department.
Center for Great Public Schools. 2008.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Sosial, Jakarta : Balai Pustaka, 1997
Scott, Stephen and Frances Gardner. Parenting Program, on Rutter’s Child and Adolescent
Psychiatry, SixthEdition, Edited by AnitaThapar et al. London : John Wiley &
Sons, Ltd. London. 2015.
Setiawati. Rika. Mekar Motekar, Panduan Praktis Penerapan Program Pengembangan Anak
Usia Dini Berbasis Penguatan Masyarakat. Bandung : Yayasan IBU Indonesia
Bhadra Utama. 2014
Skotarczak, Laura, Gloria K. Lee, Effects Of Parent Management Training Programs
On Disruptive Behavior For Children With A Developmental Disability: A
Meta-Analysis, Research in Developmental Disabilities Volume 38, March 2015,
Pages 272-287, https://doi.org/10.1016/j.ridd.2014.12.004
Sumargi. Agnes, Kate Sofronoff and Alina Morawska. Understanding Parenting Practices
and Parents’ Views of Parenting Programs : A Survey Among Indonesia Parents Resining
in Indonesia and Australia. School of Psychology. Australia : The University of
Queensland. St. Lucia. Brisbane 2013

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 144
Adiyati Fathu Roshonah, Urgensi Program Pelatihan Parenting

Sumargi, Agnes, Kate Sofronoff, Alina Morawska, A Randomized Controlled Trial Of


The Triple P Positive Parenting Program Seminar Series With Indonesian
Parents, Child Psychiatry and Human Development Vol. 46, Iss. 5, (Oct 2015), hh.
749-761, http://dx.doi.org/10.1007/s10578-014-0517-8
Sutarti, Thesis : Manfaat Kelas Parenting terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dan
Hipertensi dalam Kehamilan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada UGM. 2015.
Thames, Brenda J. and Deborah J. Thomason. Building Family Strengths Communications.
South Carolina : Clemson University Cooperative Extension Service-Extension
Family Relationship. 2008.
Tomlinson, Heather Biggar and Syifa Andina. Parenting Education in Indonesia, Review and
Recommendations on Strengthen Programs and Systems. Washington : World Bank
Group. 2015.
Tudge, Jonathan R. H., Irina Mokrova, Bridget E. Hatfield, Rachana B. Karnik, 2009
Uses and Misuses of Bronfenbrenner's Bioecological Theory of Human
Development, Journal of Family Theory and Review, Volume 1 Issue 4, December
2009. hh. 198-210. https://doi.org/10.1111/j.1756-2589.2009.00026.x
Vangelisti, Anita L. (Ed.), Handbook of Family Communication. Mahwah New Jersey :
Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2004.
Wulandari, Agustina, Pelatihan Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Pengetahuan
Ibu dalam Mengatasi Tantrum pada Anak Usia Pra Sekolah, Thesis, Fakultas
Psikologi Uiversitas Indonesia, 2013

http://fosteringandadoption.rip.org.uk/, diakses 9 Oktober 2018 pukul 17.43 wib

AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman - Vol 5, No. 2 (2019) 145

You might also like