Eksekusi Fiducia Pasca Putusan MK
Eksekusi Fiducia Pasca Putusan MK
Eksekusi Fiducia Pasca Putusan MK
Joni
Joni Alizon, Dosen Pada Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam
Negeri Sultan SyarifKasim Riau.
Email: [email protected]
Abstract
The implementation of Article 15 paragraph (2) and paragraph (3) of the
Fiduciary Security Act relating to the execution of fiduciary guarantees in
practice raises the creditor's arbitrariness when collecting, withdrawing
fiduciary collateral objects (movable objects) under the pretext of the
debtor in breach of promise. at the time of the breach of promise there was
no explanation in Article 15 of the Fiduciary Security Act. In consideration
of the Constitutional Court Decision Number 18 / PUU-XVII / 2019 it was
explained that the breach of the promise must be made agreed by the
parties. If the parties do not have an agreement, then the execution of the
execution through a court decision in accordance with HIR and RBg. Thus,
the issue of breach of contract in the execution of fiduciary guarantees is
not immediately resolved through the court. However, the parties'
agreement must be preceded to determine when the alleged breach of the
allegation occurred. If there is an agreement between the parties, the
creditor can immediately execute. The Constitutional Court further stated
that Article 15 paragraph (2) of the Fiduciary Guarantee Law on the phrase
"executive power" and the phrase "equals a court decision that has
permanent legal force" is unconstitutional as long as it does not mean
fiduciary guarantees for which there is no breach of agreement (default
agreement) and the debtor object to objection voluntarily surrender the
object of fiduciary guarantee, then all the legal mechanisms and
procedures for the execution of the execution of the Fiduciary Guarantee
Certificate must be carried out and in effect the same as the execution of a
court decision that has permanent legal force.
Keywords: Execution, Guarantee, Fiduciary
Abstrak
Implementasi Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Jaminan
Fidusia terkait eksekusi jaminan fidusia dalam praktiknya menimbulkan
kesewenang-wenangan kreditur ketika menagih, menarik objek jaminan
fidusia (benda bergerak) dengan dalih debitur cidera janji. waktu terjadinya
cidera janji tersebut tidak ada penjelasan dalam Pasal 15 Undang-undang
Jaminan Fidusia itu, Dalam pertimbangan Putusan Mahkamah Konstitusi
58
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
1. Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia, adanya hak eksekusi atau kekuatan eksekutorial adalah
pelaksananaan eksekusi yang langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui
pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk
melaksanakan putusan tersebut. Tentunya mengenai aturan tersebut
banyak masyarakat belum mengetahui dan hanya pasrah jika pelaku
usaha atau debt collector mengambil kendaraannya secara paksa. Disisi
lain Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
menyatakan konsumen berhak mendapatkan perlindungan hukum jika
terjadi cidera janji yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam hal ini atas
pengambilan paksa kendaraan konsumen yang belum jatuh tempo.
Mengenai permasalahan tersebut bentuk perlindungan konsumen atas
eksekusi kendaraan yang belum jatuh tempo yakni diatur berdasarkan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsemen.
Bahwa Konsumen dilindungi oleh ketentuan Undang-Undang No. 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pemerintah memiliki tugas untuk
membina dan melakukan pengawasan terhadap perlindungan konsumen,
59
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
1
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 96.
2
Khotibul Umam, , Hukum Lembaga Pembiayaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2010. hlm. 2.
60
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
61
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
2. Kajian Pustaka
Istilah fidusia berasal dari Bahasa Belanda, yaitu fiducie,
sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of ownership,
yang artinya kepercayaan Fidusia merupakan istilah yang sudah lama
dikenal dalam bahasa Indonesia. Undang-undang Jaminan Fiidsia No. 42
Tahun 1999 sudah menggunakan istilah “fidusia”. Dengan demikian,
istilah “fidusia” sudah merupakan istilah resmi dalam dunia hukum, akan
tetapi, kadang-kadang untuk fidusia ini dalam bahasa Indonesia disebut
juga dengan istilah “penyerahan hak milik secara kepercayaan”.
Dalam terminologi Belandanya sering disebut dengan istilah lengkapnya
yaitu fiduciare eigendom overdracht, sedangkan dalam bahasa Inggrisnya
secara lengkap sering disebut fiduciary transfer of ownership.3
Cirikhas dari Jaminan fidusia adalah dengan adanya tindakan
eksekutorial melalui proses parate eksekusi yaitu kewenangan yang
dimiliki kreditur untuk menjual barang jaminan dimuka umum bila debitur
wanprestasi tanpa ada fiat atau ijin Ketua Pengadilan Negeri. Dengan
adanya ketentuan tersebut memberikan kemudahan kepada kreditur
dibandingkan cara eksekusi dengan cara lain dan tentunya memberikan
perlindungan hukum terhadap hak-hak kreditur penerima fidusia apabila
debitur cidera janji.4 Sebagaimana diatur dalam pasal 15 undang-undang
Jaminan Fidusia yang menyatakan:
3
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2008, hlm. 23
4
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta Sinar Grafika, 2008.
hlm. 229.
62
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
5
Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No.130 / PMK.010 / 2012 menyatakan “
Perusahaan pembiayaan dilarang melakukan penarikan objek jaminan fidusia berupa
kendaraan bermotor apabila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat
fidusia dan menyerahkan kepada perusahaan pembiayaan”.
63
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
6
Pasal 30 Undang-undang jaminan Fidusia “pemberi fidusia ( berhutang) wajib
menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan
eksekusi”, selanjutnya penjelasan pasal 30 “ dalam hal pemberi fidusia tidak
menyerahkan objek jaminan fidusia pada eksekusi dilaaksanakan, penerima fidusia
berhak mengambil benda yang menjadi objek jaminan fidusia, apabila perlu dapat
meminta bantuan pihak berwenag”
7
Shavira Ramadhanneswari, “Penarikan Kendaraan Bermotor Oleh Perusahaan
Pembiayaan Terhadap Debitur Yang Mengalami Kredit Macet (Wanprestasi) Dengan
Jaminan Fidusia Ditinjau Dari Aspek Yuridis” Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum, Universitas
Diponegoro, 2017,hlm.3.
8
Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan, Yogyakarta:
Laksbang Pressindo, cetakan. II, 2008, hlm. 125.
64
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan sosio legal studies.
Sosio legal studies mempunyai tujuan akhir yang berkaitan dengan tujuan
esensi hukum, melalui peninjauan kembali atau penemuan baru norma
hukum yang seharusnya berlaku dan yang seharusnya tidak berlaku.
Dalam penelitian ini nantinya, peneliti ingin menemukan esensi keadilan
dan ketertiban hukum yang seharusnya dihadirkan dalam hukum di
Indonesia yang berkaitan erat dengan masalah hukum pelaksanaan
eksekusi jaminan fidusia pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
18/PUU-XVII/2019.
9
Etto Sunaryantocs, 2006, Panduan Lelang PUPN, Jakarta, hal.5.
65
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
10
Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia, suatu kebutuhan yang didambakan,
Alumni, Bandung, 2014, hlm. 45.
11
Sri Soedewi,HukumJaminandi Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan
Jaminan Perorangan, BadanPembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman,
Liberty, Yogyakarta, hlm.31.
66
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
12
ibid
13
ibid
67
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
68
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
14
Djazuli Bachar, Eksekusi Putusan Perkara Perdata, Segi Hukum dan
Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 6.
15
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1
angka 2
69
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
70
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
71
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
16
Salim HS, Op.Cit., hlm.89
72
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
73
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
19
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang
Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 1
20
Marulak Pardede, Laporan Akhir Penelitian Hukum Tentang Implementasi
Jaminan Fidusia Dalam Pemberian Kredit di Indonesia, Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2006, hlm. 41
74
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
21
Tan Kamello, Op.Cit., hlm. 358
22
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata Hak-Hak Yang
Memberi Jaminan, Indhill, Jakarta, 2009, hlm. 87
23
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001, hlm. 159
75
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
24
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-XVII/2019
25
Ibid
76
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
77
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
78
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
d. Penetapan eksekusi
Setelah adanya permohonan sita eksekusi maka tahap selanjutnya
adalah dikeluarkannya Penetapan Eksekusi yang berisi perintah Ketua
Pengadilan Negeri kepada Panitera dan juru sita untuk menjalankan
eksekusi.
e. Lelang
Setelah Pengadilan mengeluarkan Penetapan Eksekusi berikut
Berita Acara Eksekusi maka tahap selanjutnya adalah lelang. Lelang
merupakan penjualan di muka umum harta kekayaan termohon yang telah
79
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
disita eksekusi atau menjual di muka umum barang sitaan milik termohon
yang dilakukan di depan juru lelang atau penjualan lelang dilakukan
dengan perantaraan atau bantuan kantor lelang dan cara penjualannnya
dengan jalan harga penawaran semakin meningkat atau semakin
menurun melalui penawaran secara tertulis (penawaran dengan
pendaftaran). Tujuan lelang ini adalah untuk pemenuhan kewajiban si
tergugat. Penggunaan kantor lelang dimaksudkan agar harga yang
didapat tidak merugikan si tergugat dan sesuai dengan harga yang
sewajarnya di pasaran. Hasil lelang digunakan untuk membayar kewajiban
yang telah ditetapkan dalam putusan hakim.
80
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
Saran
Pemerintah ke depan mesti melakukan penataan dengan segera
untuk memberikan kepastian terhadap dunia usaha dengan membawa
konsep baru menyusul terbitnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
18/PUU-XVII/2019. Kemudian dengan terbitnya putusan ini, dunia usaha
akan menemukan hambatan mengingat proses untuk mengeksekusi dan
menjual benda yang merupakan Jaminan Fidusia, tidak semudah sebelum
keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-XVII/2019.
81
Eksekusi, Vol. 2 No. 1. Juni 2020 Rekonstruksi…………..……..Joni
DAFTAR PUSTAKA
82