Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar Dan Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Industri Kecil Dan Menengah
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar Dan Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Industri Kecil Dan Menengah
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar Dan Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Industri Kecil Dan Menengah
Email : [email protected]
Abstraksi Kinerja suatu unit usaha dapat di dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan, orientasi pasar dan
keunggulan bersaing terhadap kinerja usaha kecil dan menengah. Tipe penelitian
ini adalah explanatory research. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel purposive sampling terhadap IKM Furniture di Kota Semarang.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data
menggunakan analisis regresi linier sederhana dan berganda dengan IBM SPSS
20.Hasil analisis statistik diketahui bahwa secara bersama-sama orientasi
kewirausahaan, orientasi pasar dan keunggulan bersaing berpengaruh terhadap
kinerja usaha.Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara orientasi kewirausahaan, orientasi pasar dan keunggulan
bersaing terhadap kinerja usaha IKM Furniture Kayu di Kota Semarang. Peneliti
menyarankan agar IKM senantiasa meningkatkan sifat proaktif dam mencari
peluang dalam berwirausaha, meningkatkan orientasi pasar serta daya saing
sehingga IKM dapat terus bertahan di tengah arus persaingan.
Kata Kunci:
orientasi kewirausahaan, orientasi pasar, keunggulan bersaing, kinerja.
1
Astri Wulaningtyas, Administrasi Bisnis,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Diponegoro, [email protected]
2
Dr. Widiartanto, M.AB, Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Diponegoro
Pendahuluan
Munculnya persaingan dalam dunia bisnis merupakan hal yang tidak dapat
dihindari. Dengan adanya persaingan, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada berbagai
peluang dan ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri. Indonesia
merupakan negara yang memiliki berbagai jenis usaha yang dijalankan oleh
masyarakatnya, salah satunya ialah Industri Kecil Menengah (IKM). Sebagai sebuah
organisasi bisnis yang bersifat mandiri, IKM mempunyai peranan yang penting dalam
pertumbuhan ekonomi dan industri suatu negara. Kontribusi IKM terhadap penyerapan
tenaga kerja, baik di negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia, mempunyai
peranan yang signifikan dalam penanggulangan masalah pengangguran. Meskipun
demikian, potensi yang dimiliki oleh IKM tidak diimbangi dengan kemampuan untuk
bersaing. Tambunan (2008) mengungkapkan suatu fakta bahwa daya saing yang rendah
dari IKM menyebabkan kelompok ini mengalami kesulitan dalam menigkatkan
kinerjanya. Dalam rangka keberlanjutan usaha perlu peningkatan kinerja, peningkatan
kapasitas baik dari segi manajemen, keuangan dan profesionalitas. Sebab baik buruknya
kondisi suatu perusahaan dilihat dari kinerja yang telah dicapai perusahaan.
Kinerja adalah tingkat efektivitas dan efisiensi usaha-usaha yang dilakukan oleh
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Pengukuran kinerja merupakan analisis data
serta pengendalian bagi usaha (Syarifah, 2012). Keberhasilan kinerja tidak lepas dari
peran seorang wirausaha dalam menjalankan aktivitas bisnisnya (Lestari, 2010). Seorang
wirausaha adalah orang yang berani mengambil risiko, mengkoordinasi mengelola
penanaman modal atau sarana produksi, seseorang yang mengenalkan fungsi faktor pro-
duksi baru, atau seseorang yang memiliki respon yang kreatif dan inovatif. Pendekatan
orientasi kewirausahaan dalam pembuatan keputusan adalah sangat penting bagi sukses
organisasi. Proses pembuatan keputusan, mereferensikan penerapan sebuah
“entrepreneurial orientation” seperti yang dikemukakan oleh Lumpkin dan Dess (2008).
Perusahaan yang berorientasi wirausaha adalah perusahaan yang berusaha menjadi yang
pertama dalam inovasi produk pasar, berani mengambil resiko dan melakukan tindakan
proaktif untuk dapat mengalahkan pesaing. Peningkatan kinerja bisnis yang disebabkan
oleh orientasi kewirausahaan perlu didukung dengan orientasi pasar. Perusahaan yang
berorientasi pasar akan memanfaatkan perusahaan tersebut, yang mengarahkan mereka
untuk menghasilkan kinerja usaha dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak
berorientasi pasar. Orientasi pasar merupakan budaya organisasi yang efektif dan efisien
untuk menciptakan nilai yang tinggi bagi pembeli dan kinerja usaha bagi perusahaan.
Selain dua faktor tersebut, unsur persaingan usaha yang semakin kompetitif pun
tidak jarang menjadi salah satu penyebab bangkrutnya suatu usaha. Persaingan antar
produk sejenis maupun persaingan dengan industri yang lebih besar, tidak jarang
menjadikan usaha kalah dalam bersaing. Cool et al (1999) dalam Hitt et al (2001)
menjelaskan bahwa keunggulan bersaing dapat berpengaruh besar terhadap profitabilitas
dan kinerja usahanya. Ketika persaingan dalam industri meningkat, rata-rata profitabilitas
perusahaan yang bersaing di industri menurun. Dari aspek pemasaran, komponen produk
(output) yang dihasilkan industri menjadi unsur yang penting untuk diperhatikan oleh
pelaku industri. Mereka yang mampu menyajikan produk yang lebih unggul melalui
inovasi – inovasi baru dapat memperoleh peluang yang besar untuk mendapatkan
perhatian dari konsumen. Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui betapa
pentingnya orientasi kewirausahaan, orientasi pasar, dan keunggulan bersaing guna
menunjang kinerja perusahaan sehingga kelangsungan bisnis tersebut dapat berlanjut dan
terus bersaing di pasar.
Selama empat tahun terakhir yaitu tahun 2013-2016, kapasitas produksi furniture
di Kota Semarang mengalami penurunan. Sektor usaha ini diduga masih terkendala
sejumlah hambatan dalam hal pemasaran produk, rendahnya kewirausahaan para pemilik
ikm, serta keunggulan bersaing IKM yang belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan, orientasi pasar dan keunggulan bersaing
terhadap kinerja usaha kecil dan menengah, studi pada IKM Furniture di Kota Semarang.
Kajian Teori
Orientasi pasar (market orientation= MO) merupakan ukuran perilaku dan aktivitas
yang mencerminkan implementasi konsep pemasaran. Menurut Narver dan Slater (1990)
mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya organisasi yang paling efektif dalam
menciptakan perilaku penting untuk penciptaan nilai unggul bagi pembeli serta kinerja
dalam bisnis. Sedangkan Jaworski & Kohli, 1993(dalam Tjiptono et al., 2008:89),
menyatakan bahwa orientasi pasar berpotensi meningkatkan kinerja bisnis. Selain itu,
orientasi pasar diyakini pula memberikan manfaat psikologis dan sosial bagi para
karyawan, berupa perasaan bangga dan sense of belonging yang lebih besar, serta
komitmen organisasional yang lebih besar pula. Narver & Slater(1990:21) menyatakan
bahwa orientasi pasar terdiri dari tiga komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan,
orientasi pesaing dan koordinasi interfungsional. Orientasi pelanggan dan orientasi
pesaing termasuk semua aktivitasnya dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang
pembeli dan pesaing pada pasar yang di tuju dan menyebarkan melalui bisnis, sedangkan
koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing dan terdiri
dari usaha bisnis yang terkoordinasi. Jadi dapat dipahami, bahwa penerapan orientasi
pasar memerlukan kemampuan perusahaan dalam mencari berbagai informasi pasar
sehingga dapat dijadikan dasar bagi perusahaan untuk melakukanlangkah atau strategi
selanjutnya.
Menurut Suntoro kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi
dalam periode waktu tertentu. Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan,visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu
organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan
telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh
organisasi. Apabila tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam pengukuran, maka
kinerja pada seseorang atau perusahaan tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada
tolak ukur keberhasilannya (Moeheriono,2014). Kinerja di dalam suatu organisasi
dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan
maupun pekerja. Banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi sumber daya manusia
dalam menjalankan kinerjanya. Terdapat faktor yang berasal dari dalam diri sumber daya
manusia sendiri maupun dari luar dirinya. Namun, kinerja dalam suatu organisasi tidak
hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia didalamnya saja, akan tetapi juga oleh
sumber daya lainnya seperti modal, bahan, peralatan, teknologi, volume penjualan, dan
mekanisme kerja yang berlangsung dalam organisasi (Wibowo,2013). Menurut Lee dan
Tsang (2001) indicator kinerja usaha adalah peningkatan volume penjualan, peningkatan
aset perusahaan dan profitabilitas usaha.
Model Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini :
Gambar 1
Model Hipotetik Penelitian
Orientasi
Kewirausahaan X1 H1
H4 Kinerja
Orientasi Pasar X2 H2
Usaha (Y)
Keunggulan Bersaing H3
X3
METODE
HASIL
Tabel 1. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Variabel Orientasi Kewirausahaan terhadap
Kinerja Usaha
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1(Constant) 6.338 4.420 1.434 .000
orientasi kewirausahaan .587 .169 .548 3.468 .000
a. Dependent Variable: kinerja usaha
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 1 di atas. dapat diketahui bahwa koefisien
regresi untuk variabel orientasi kewirausahaan (X1) adalah sebesar 0,587 dan untuk nilai
konstantanya adalah 6,338. Dari keterangan tersebut maka dapat terbentuk persamaan
regresi sebagai berikut :
𝒀 = 𝟔, 𝟑𝟑𝟖 + 𝟎, 𝟓𝟖𝟕 𝑿𝟏
Dari persamaan tersebut dapat diasumsikan bahwa koefisien regresi untuk variabel
orientasi kewirausahaan (X1) adalah sebesar 0,587. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
orientasi kewirausahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja usaha sebesar
0,587. Artinya, apabila variabel orientasi kewirausahaan ditingkatkan satu satuan, maka
kinerja usaha akan meningkat sebesar 0,587. Berdasarkan hasil penelitian, untuk
meningkatkan variabel kinerja usaha dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel
orientasi kewirausahaan. Semakin baik orientasi kewirausahaan yang dibangun oleh ikm
maka kinerja usaha mereka akan semakin baik.
Koefisien korelasi merupakan ukuran yang kedua yang dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain
(Algifari,1997:36). Nilai koefisien korelasi antara variabel orientasi kewirausahaan (X1)
dan kinerja usaha (Y) yang dapat dilihat pada tabel 2 (nilai R) adalah sebesar 0,548.
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara
kedua variabel tersebut adalah sedang karena terletak pada interval nilai 0,40 - 0,599
Hasil pengujian regresi linear sederhana variabel orientasi pasar dan kinerja usaha
dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Variabel orientasi Pasar terhadap
Kinerja Usaha
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11.788 3.278 3.597 .001
Orientasi pasar .472 .156 .495 3.017 .005
a. Dependent Variable: Kinerja Usaha
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3dapat diketahui bahwa koefisien regresi
untuk variabel orientasi pasar (X2) adalah sebesar 0,472 dan untuk nilai konstantanya
adalah 11,778. Dari keterangan tersebut maka dapat terbentuk persamaan regresi sebagai
berikut :
Koefisien korelasi merupakan ukuran yang kedua yang dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain
(Algifari,1997:36). Nilai koefisien korelasi antara variabel orientasi pasar (X2) dan
kinerja usaha (Y) yang dapat dilihat pada tabel 2 (nilai R) adalah sebesar 0,495.
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara
kedua variabel tersebut adalah sedang karena terletak pada interval nilai 0,40 - 0,599
Hasil pengujian regresi linear sederhana variabel keunggulan bersaing dan kinerja
usaha dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 7.822 3.743 2.090 .046
Keunggulan Bersaing .638 .173 .573 3.700 .001
a. Dependent Variable: Kinerja Usaha
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa koefisien
regresi untuk variabel keunggulan bersaing (X3) adalah sebesar 0,638 dan untuk nilai
konstantanya adalah 7,822. Dari keterangan tersebut maka dapat terbentuk persamaan
regresi sebagai berikut :
𝒀 = 𝟕, 𝟖𝟐𝟐 + 𝟎, 𝟔𝟑𝟖 𝑿𝟑
Dari persamaan tersebut dapat diasumsikan bahwa koefisien regresi untuk variabel
keunggulan bersaing (X3) adalah sebesar 0,638. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
keunggulan bersaing mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja usaha sebesar
0,638. Artinya, apabila variabel keunggulan bersaing ditingkatkan satu satuan, maka
kinerja usaha akan meningkat sebesar 0,638. Berdasarkan hasil penelitian, untuk
meningkatkan variabel kinerja usaha dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel
keunggulan bersaing. Semakin baik keunggulan bersaing yang dibangun oleh ikm maka
kinerja usaha mereka akan semakin baik.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,328 atau 32,8%. Artinya persentase sumbangan variabel
keunggulan bersaing terhadap variabel kinerja usaha sebesar 32,8%, sedangkan sisanya
sebesar 67,2% dipengaruhi oleh faktor lain selain keunggulan bersaing.
Koefisien korelasi merupakan ukuran yang kedua yang dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain
(Algifari,1997:36). Nilai koefisien korelasi antara variabel keunggulan bersaing (X3) dan
kinerja usaha (Y) yang dapat dilihat pada tabel 2 (nilai R) adalah sebesar 0,573.
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara
kedua variabel tersebut adalah sedang karena terletak pada interval nilai 0,40 - 0,599.
Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih
variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan hasilnya).
Analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua
(Sugiyono, 2010:277). Hasil pengujian regresi linear berganda variabel orientasi
kewirausahaan (X1), orientasi pasar (X2), dan keunggulan bersaing (X3) terhadap variabel
kinerja usaha (Y) terdapat pada tabel 7 di halaman berikut ini.
Tabel 7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Variabel Orientasi Kewirausahaan,
Orientasi Pasar dan Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Usaha
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.845 4.530 .407 .687
Orientasi Kewirausahaan .346 .200 .324 1.733 .095
Orientasi Pasar .084 .193 .088 .437 .666
Keunggulan Bersaing .416 .204 .374 2.045 .051
a. Dependent Variable: Kinerja Usaha
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Variabel kedua yaitu orientasi pasar mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini sesuai dengan penelitian Surata (2008) yang
mengemukakan temuan bahwa orientasi pasar dan inovasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Orientasi pasar merupakan budaya organisasi yang paling
efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk
menciptakan superior value bagi pembeli dan menghasilkan superior performance bagi
perusahaan (Naver dan Slater,1990:34). Menurut Uncles (2000) orientasi pasar sebagai
suatu proses dan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan dan pemuasan pelanggan
dengan cara terus menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan. Penerapan orientasi pasar
akan membawa peningkatan kinerja bagi perusahaan tersebut. Berdasarkan penilaian
responden IKM Furniture di Kota Semarang melakukan orientasi pasar nya dengan baik,
dapat dilihat dari memberikan pelayanan yang baik kenapa konsumen maupun pelanggan
dan melibatkan para pelanggan dalam menentukan desain produk.
Berdasarkan hipotesis yang kedua, dapat diketahui bahwa semakin baik orientasi
pasar di IKM Furniture Kota Semarang maka dapat pula meningkatkan kinerja usaha di
IKM Furniture Kota Semarang, begitu pun sebaliknya. Responden menyatakan bahwa
orientasi pasar di IKM Furniture Kota Semarang termasuk dalam kategori baik namun
masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan kembali oleh para responden yaitu
mencari informasi tentang selera konsumen, mencari informasi mengenai strategi pesaing
dan mengadakan diskusi rutin dengan karyawan.
Berdasarkan hipotesis yang ketiga, dapat diketahui bahwa semakin baik keunggulan
bersaing di IKM Furniture Kota Semarang maka dapat pula meningkatkan kinerja usaha
di IKM Furniture Kota Semarang, begitu pun sebaliknya. Responden menyatakan bahwa
keunggulan bersaing di IKM Furniture Kota Semarang termasuk dalam kategori sangat
baik namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan kembali oleh para responden
yaitu melakukan pengecekan harga dengan produk pesaing dan menyesuaikan harga yang
ada di pasaran.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut, (a) Orientasi kewirausahaan (X1) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja usaha (Y) IKM Furniture di Kota Semarang dengan nilai
koefisien determinasi sebesar 30,1%. (b) Orientasi pasar (X2) berpengaruh signifikan
terhadap kinerja usaha (Y) IKM Furniture di Kota Semarang dengan nilai koefisien
determinasi sebesar 24,5%. (c) Keunggulan bersaing (X3) berpengaruh signifikan
terhadap kinerja usaha (Y) IKM Furniture di Kota Semarang dengan nilai koefisien
determinasi sebesar 32,8%. (d) Terdapat pengaruh yang signifikan antara orientasi
kewirausahaan (X1), orientasi pasar (X2)dan keunggulan bersaing (X 3) terhadap kinerja
usaha (Y) IKM Furniture di Kota Semarang dengan nilai koefisien determinasi sebesar
43,5%. (e) Dalam penelitian ini variabel keunggulan bersaing lebih dominan terhadap
kinerja usaha IKM Furniture di Kota Semarang dibanding orientasi kewirausahaan dan
orientasi pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. (1997). Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi Pertama. Yogyakarta :
BPFE- Yogyakarta
Covin, J & D, Slevin. 1989. Strategic Management of Small Firms in Hostile &
Benign Environments. Strategic Management Journal.
Naver, John C. & Stanley F. Slater. 1990. The Effect of a Market Orientation on
Business Profitability. Journal of Marketing. Vol.54, No.04, Hal-20-35.
Tambunan, Tulus.2008. “Ukuran Daya Saing Koperasi dan UKM”. Jurnal Pusat
Studi Industri dan UKM.