Pengaruh Kualitas Audit Dan Keefektifan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN KEEFEKTIFAN

KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA


(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-
2018)
Dewi Refianingrum Muthmainnah1
Progam Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of audit quality and effectiveness of audit committees on
earnings management. Audit quality is proxied by KAP size, auditor industry specialization, and
tenure audit, while the effectiveness of the audit committee uses the audit committee's financial
expertise and the audit committee's independence as a proxy. This study also uses control
Variabels that are ROA and leverage. The data used is secondary data derived from annual
reports of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2014-2018 period. With the
purposive sampling method, the samples obtained were 300 company samples. The hipotesis test
in this study uses multiple regression with the application of SPSS v.15 software. The results
showed that audit quality Variabels with KAP size proxy have a negative influence on earnings
management, audit tenure can have a positive effect on earnings management, while auditor
industry specialization has no effect on earnings management. Variabel effectiveness of the audit
committee with the audit committee financial sustainability and the independence of the audit
committee as a proxy cannot influence earnings management. Of the two control Variabels, only
ROA can affect earnings management, while the leverage Variabel has no effect on earnings
management.

Keywords: Audit quality, KAP size, auditor industry specialization, audit tenure, audit
committee effectiveness, audit committee financial expertise, audit committee independence,
earnings management.

PENDAHULUAN

Salah satu elemen yang berperan penting dalam perusahaan yakni informasi laporan

keuangan. Kinerja manajemen sering dilihat dari seberapa baik laporan keuangan disajikan.

Manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen yang dilakukan terhadap laporan keuangan

perusahaan dengan cara menaikkan atau menurunkan laba sesuai dengan tujuan tertentu (Darwis,

2012). Tindakan ini muncul karena adanya masalah keagenan yang terjadi antara pemegang saham

dengan manajer yang disebabkan oleh asimetri informasi dimana pihak manajer memiliki informasi

1
yang lebih dibandingkan dengan pemegang saham sehingga manajer memiliki peluang melakukan

manipulasi.

Fenomena manajemen laba pernah terjadi di Indonesia yaitu kejanggalan laporan keuangan

pada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). GIAA mencatat laba bersih pada laporan keuangan 2018

sebesar 11,3 Milyar, padahal pada kuartal III-2018 tercatat bahwa GIAA mengalami kerugian

sebesar 1,66 Triliun. Dalam RUPS, manajemen GIAA mengatakan bahwa mereka mengakui

pendapatan dari PT Mahata Aero Teknologi dan PT Sriwijaya Air yang sebenarnya masih dalam

bentuk piutang (https://keuangan.kontan.co.id diposting pada: jumat, 28 juni 2019).

Dari kasus tersebut menimbulkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap laporan

keuangan yang disajikan. Auditor sebagai pihak ketiga yang independen diharapkan dapat

mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan memberikan jaminan kualitas audit yang tinggi.

Ratmono (2010) mengatakan bahwa auditor yang memiliki kualitas audit yang tinggi dapat

menghambat adanya manajemen laba dan menjadi pihak ketiga yang independen antara pemegang

saham dengan manajer. Kualitas audit dapat diproksikan dengan ukuran KAP, spesialisasi industri

auditor, dan audit tenure (Zgarni dkk, 2016).

Ukuran KAP diukur dari skala besar (the big four) dan skala kecil (non-big four). Auditor

yang bekerja pada KAP big four memiliki sikap independen, profesional, dan pengalaman yang

lebih sehingga lebih mudah mengungkap adanya praktik manajemen laba. ukuran KAP dapat

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba (Guna dan Herawaty, 2010; Kurniawansyah, 2016;

Dewi dan Ariyanto, 2017). Berbeda dengan hasil penelitian oleh Luhgiatno (2010); Christiani dan

Nugrahanti (2015) tidak menemukan ukuran KAP berpengaruh terhadap manajemen laba.

Spesialisasi industri auditor merupakan keahlian yang dimiliki auditor dalam industri

tertentu. Auditor berspesialisasi lebih memahami risiko dan masalah secara mendalam pada industri

tersebut dan mampu mendeteksi error, sehingga dapat membatasi kecurangan manajemen dalam

2
laporan keuangan. Penelitian yang menemukan spesialisasi industri berpengaruh negatif

manajemenen laba berhasil ditemukan oleh Syifaudin (2014); Kurniawansyah (2016). Dilain pihak,

penelitian oleh Kono dan Yuyetta (2013) tidak menemukan spesialisasi industri berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba.

Audit tenure merupakan lamanya pemberian jasa oleh suatu KAP kepada kliennya. Semakin

lama audit tenure mengakibatkan independensi dari auditor akan berkurang. Menurut Nugrahanti

dan Puspitasari (2016) semakin lama auditor memberikan jasa nya kepada klien, semakin besar

kemungkinan auditor menutupi adanya praktik manajemen laba. Audit tenure berpengaruh positif

terhadap manajemen laba (Dinuka dan Zulaikha, 2014; Kurniawansyah, 2016). Penelitian dengan

hasil berbeda ditemukan oleh Kono dan Yuyetta (2013); Hasanudin (2015),

Dalam membatasi perilaku manajemen laba, perusahaan juga menerapkan praktik Good

Corporate Governance (GCG) dengan pembentukan komite audit untuk mengawasi proses

pelaporan keuangan. Kinerja komite audit diukur dari seberapa efektif ia dapat membatasai

tindakan oportunistik manajer. Keefektifan komite audit diproksikan melalui independensi komite

audit dan keahlian keuangan komite audit (Pamudji dan Trihartati, 2010).

Komite audit yang independen berarti tidak terikat hubungan apapun dengan pihak

perusahaan. Dalam hal ini, diharapkan komite audit dapat menghindari “hubungan yang erat”

dengan pihak manajemen, sehingga meminimalisir adanya manajemen laba. Terdapat penelitian

menemukan bahwa independensi komite audit berpegaruh negatif terhadap manajemen laba yaitu

Xie dkk (2003) serta Pamudji dan Trihartati (2010). Sedangkan penelitian Guna dan Herawaty

(2010); Christiantie dan Christiawan (2013); Dwikusumowati dan Rahardjo (2013) membuktikan

tidak ada pengaruh independensi komite audit terhadap manajemen laba.

Dalam proses pengawasan pelaporan keuangan Komite audit dengan keahlian keuangan

akan lebih efektif untuk menemukan kesalahan material dalam pelaporan keuangan, sehingga

3
membatasi manajemen laba. Keahlian keuangan komite audit dapat berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba (Xie dkk, 2003; Bédard dkk, 2004; Badolato dkk, 2014). Namun, ada penelitian

yang menemukan dengan hasil berbeda (Pamudji dan Trihartati, 2010; Dwiharyadi, 2017).

Penelitian ini mengacu pada penelitian oleh Zgarni dkk (2016), tujuan penelitian ini untuk

membuktikan bahwa ukuran KAP, spesialisasi industri, audit tenure, independensi komite audit dan

keahlian keuangan komite audit dapat berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori agensi yang akan dijadikan dasar

referensi akademisi mengenai manajemen laba. meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan

memilih auditor yang berskala besar (the big four) dan memaksimalkan kinerja komite audit. selain

itu, memotivasi KAP untuk selalu meningkatkan kualitas audit dan independensi nya.

LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

Teori Agensi

Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi merupakan sebuah bentuk kesepakatan

yang dilakukan pemegang saham sebagai prinsipal yang memberi pendelegasian untuk mengelola

perusahaan kepada manajer sebagai agen. Kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda

dan ingin memaksimalkan utilitasnya masing-masing.

Manipulasi yang dilakukan manajer akibat dari manajer yang mengetahui lebih banyak

informasi mengenai kondisi perusahaan secara keseluruhan daripada pemegang saham, karena

manajer secara langsung mengelola perusahaan, sedangkan pemegang saham mengetahui informasi

perusahaan melalui manajer (Christiani dan Nugrahanti, 2015). Karena kondisi ini, pemegang

saham memberikan kepercayaan kepada auditor sebagai pihak yang independen untuk melakukan

kegiatan investigasi dalam perusahaan sehingga informasi dalam laporan keuangan mencerminkan

kondisi perusahaan yang sesungguhnya.

4
Manajemen Laba

Darwis (2012) mendefinisikan manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen yang

dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan dengan cara menaikkan atau menurunkan laba

sesuai dengan tujuan tertentu. Manajemen laba biasanya menggunakan accrual basis (Jones, 1991;

Subramanyam, 1996; Darwis, 2012; Kurniawansyah, 2016; Zgarni dkk, 2016).

Watts dan Zimmerman (1986) dalam Kurniawansyah (2016) terdapat tiga indikasi yang

mendorong perilaku oportunistik manajer:

a. Bonus Plan Hypothesys : Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer akan diberikan

kompensasi berupa bonus apabila mencapai target laba yang diinginnkan, sehingga

manajer cenderung ingin terus meningkatkan laba sesuai target.

b. Debt covenant Hypothesis : Debt covenant merupakan suatu perjanjian hutang antara

manajer dengan kreditor. Manajer cenderung menghindari terjadinya Debt covenant

dengan memilih metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba.

c. Political Cost Hypothesis : Hipotesis ini menjelaskan apabila semakin besar biaya

politik yang dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan

menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba.

Hubungan Ukuran KAP dengan Manajemen Laba

Banyaknya klien yang diterima oleh KAP big four membuat auditor memiliki banyak

pengalaman dan pengetahuan sehingga semakin mudah bagi auditor untuk mendeteksi manajemen

laba. KAP big four memiliki reputasi yang tinggi, sehingga akan berupaya memberikan hasil audit

yang baik untuk mempertahankan reputasinya. Sarunggalo dan Siregar (2012) berpendapat bahwa

KAP big four memiliki motivasi yang tinggi untuk melindungi dan menjaga reputasinya, sehingga

mereka akan lebih memilih untuk memberikan hasil audit yang berkualitas. Hal ini akan menekan

adanya manajemen laba.

5
Guna dan Herawaty (2010); Kurniawansyah (2016); Dewi dan Ariyanto (2017)

membuktikan bahwa ukuran KAP dapat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H1: Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Hubungan Spesialisasi Industri Auditor dengan Manajemen Laba

Auditor dengan spesialisasi industri tertentu memiliki banyak pengetahuan dan informasi

lebih dalam di industri tersebut. Sehingga, auditor berspesialisasi industri mampu menurunkan

tindakan oportunistik manajer. Andreas (2012) mengatakan bahwa auditor berspesialisasi akan

dapat menemukan kesalahan seperti manajemen laba, kesalahan prediksi, dan mampu untuk

memprediksi arus kas mendatang.

Syifaudin (2014); Kurniawansyah (2016) berhasil menemukan bahwa spesialisasi industri

auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H2: Spesialisasi industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Hubungan Audit Tenure dengan Manajemen Laba

Lamanya audit tenure menyebabkan auditor memiliki “hubungan yang nyaman” sehingga

memberi kesetiaan pada klien, dan timbul hubungan emosional antara kedua belah pihak, hal ini

mengancam independensi auditor (Hasanudin, 2015). Semakin lama pemberian jasa audit auditor

kepada klien semakin rendah independensi auditor karena hubungan yang terlalu akrab

mengakibatkan auditor tidak bersikap objektif. Audit tenure memiliki hubungan positif terhadap

manajemen laba.

Penelitian oleh Dinuka dan Zulaikha (2014); Kurniawansyah (2016) membuktikan bahwa

audit tenure berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

H3: Audit tenure berpengaruh positif terhadap manajemen laba

Hubungan Independensi Komite Audit dengan Manajemen Laba

Komite audit yang independen dapat lebih efektif untuk melaksanakan tugasnya karena

tidak terikat hubungan apapun dengan pihak perusahaan, sehingga memiliki independensi tinggi

6
dalam bersikap dan berpendapat. Independensi komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Terdapat penelitian menemukan independensi komite audit dapat berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba (Xie dkk, 2003; Pamudji dan Trihartati, 2010)

H4: Independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

Hubungan Keahlian Keuangan Komite Audit dengan Manajemen Laba

Diperlukan komite audit yang memiliki keahlian keuangan untuk dapat mempermudah

melakukan proses pengawasan, sehingga komite audit dapat memberikan jaminan perlindungan atas

kepentingan pemegang saham dan tindakan untuk melakukan “window dressing” pada laporan

keuangan kemungkinan sangat sempit. Komite audit dengan keahlian keuangan akan lebih efektif

dan mudah untuk menemukan kesalahan material dalam proses pelaporan keuangan. dengan

demikian, dapat menekan manajemen laba.

Penelitian yang menemukan hasil keahlian keuangan yang dimiliki komite audit dapat

mempengaruhi manajemen laba (Xie dkk, 2003; Bédard dkk, 2004; Badolato dkk, 2014).

H5: Keahlian keuangan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

RESEARCH METHOD

Obyek dan Jenis Data

Obyek penelitian ini menggunakan data dari laporan tahunan (annual report) yang terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah diaudit. Populasi yang digunakan yaitu seluruh

perusahaan manufaktur. Jenis data pada penelitian ini menggunakan data sekunder dan bersumber

dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan GI BEI Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yang berdasarkan

kriteria tertentu. Kriteria populasi penelitian adalah sebagai berikut:

7
Tabel 1. Kriteria Populasi

No Deskripsi Sampel Penelitian Jumlah


1. Perusahaan manufaktur yang listing di BEI berturut-turut 685
dari tahun 2014-2018
2. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan dalam (130)
bentuk selain rupiah (Rp)
3. Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian selama (235)
periode penelitian
4. Data mengenai variabel tidak tersedia lengkap (20)
Total sampel yang digunakan 300

Berdasarkan tabel 1. diatas total perusahaan manufaktur pada tahun 2014-2018 sejumlah

685 perusahaan. Dengan metode purposive sampling total sampel penelitian menjadi 300 sampel.

Definisi Operasional dan Variabel

Variabel dependen penelitian ini adalah manajemen laba. Peneliti menggunakan

discretionary accruals untuk mengukur manajemen laba dan dihitung menggunakan model

DeAngelo (1986). Cara menghitung discretionary accruals dengan rumus sebagai berikut:

1) Menghitung total Accruals dengan rumus


𝑇𝐴𝐶𝑡 = 𝑁𝐼𝑡 − 𝐶𝐹𝐹𝑂𝑡
Keterangan:
𝑇𝐴𝐶𝑡 = Total accruals pada perioda tahun t
𝑁𝐼𝑡 = Net income pada perioda tahun t
𝐶𝐹𝐹𝑂𝑡 =Cash flow from operation pada perioda tahun

2) Menghitung nilai Nondiscretionary Accruals


𝑁𝐷𝐴𝑡 = 𝑇𝐴𝐶𝑡−1
Keterangan:
𝑁𝐷𝐴𝑡 = Nondiscretionary Accruals pada perioda t
𝑇𝐴𝐶𝑡−1 = Total accruals pada perioda tahun t-1

3) Setelah menghitung 𝑁𝐷𝐴𝑡 , maka dapat dihitung 𝐷𝐴𝑡 dengan rumus:


𝐷𝐴𝑡 = (𝑇𝐴𝐶𝑡 − 𝑁𝐷𝐴𝑡 )/ 𝑇𝐴𝑡
Keterangan
𝐷𝐴𝑡 = nilai discretionary accruals pada perioda tahun t
𝑁𝐷𝐴𝑡 = Nondiscretionary Accruals pada perioda t
𝑇𝐴𝐶𝑡 = Total accruals pada perioda tahun t
𝑇𝐴𝑡 = Total asset pada perioda tahun t

Variabel independen ukuran KAP diukur dengan menggunakan Variabel dummy, yaitu jika

perusahaan di audit oleh KAP big four diberi nilai “1” dan diberi nilai “0” jika tidak (Zgarni dkk,

8
2016). Spesialisasi Industri diukur dengan menggunakan Variabel dummy. KAP yang mengaudit

15% atau lebih dari total perusahaan diberi nilai “1” dan “0” jika tidak (Christiani dan Nugrahanti,

2014). Audit Tenure diukur dengan jumlah tahun berturut-turut suatu KAP yang dipertahankan oleh

perusahaan tertentu dari tahun 2014-2018 (Rohman dan Stevanus, 2013). Independensi Komite

Audit diukur dengan cara membandingkan komite audit yang berasal dari luar terhadap jumlah

anggota komite audit (Amin, 2016). Keahlian Keuangan pada Komite Audit diukur dengan cara

menghitung jumlah anggota komite audit yang berlatar belakang pendidikan akuntansi atau

memiliki keahlian keuangan (Sihombing dan Laksito, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Statistik Deskriptif

Tabel 2. Statistik Deskriptif


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
UK (X1) 300 0 1 0.5067 0.50079
TENUR (X2) 300 1 5 2.6100 1.40397
SPES (X3) 300 0 1 0.4367 0.49680
KEU (X4) 300 0 4 1.9467 0.83635
IND (X5) 300 0.00 0.75 0.6053 0.13175
ROA (Z1) 300 0.00 10.95 0.1353 0.63825
LEV (Z2) 300 0.00 4.89 0.4126 0.39506
MAL (Y) 300 -0.25563 0.23819 0.0009241 0.08342952
Sumber: Output SPSS v.15

Variabel ukuran KAP memiliki nilai minimum yaitu 0.00, nilai maksimum 1.00, mean

0.5067, standar deviasi 0.50079. Variabel spesialisasi industri auditor memiliki nilai minimum yaitu

0.00, nilai maksimum 1.00, mean 0.4367, standar deviasi 0.49680. Variabel audit tenure memiliki

nilai minimum yaitu 1.00, nilai maksimum 5.00, mean 2.6100, standar deviasi 1.40397. Variabel

independensi komite audit memiliki nilai minimum yaitu 0.00, nilai maksimum 0.75, mean 0.6053,

standar deviasi 0.13175. Variabel keahlian keuangan komite audit memiliki nilai minimum yaitu

0.00, nilai maksimum 4.00, mean 1.9467, standar deviasi 0.83635.

Variabel kontrol penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA) dan leverage. Analisis

statistik deskriptif dari variabel ROA memiliki nilai minimum yaitu 0.00, nilai maksimum 10.95,

9
mean 0.1353, standar deviasi 0.63825. Variabel leverage memiliki nilai minimum yaitu 0.00, nilai

maksimum 4.89, mean 0.4126, standar deviasi 0.39506.

Variabel dependen manajemen laba memiliki nilai minimun -0.25563. nilai maksimum

0.23819, mean 0.0009241, standar deviasi 0.08342952.

Pengujian Hipotesis

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis


Variabel Unstandardized t Sig. Keterangan
Coefficients (B)
(Constant) -0.005 -0.199 0.843
Ukuran KAP -0.030 -2.959 0.003 Diterima
Spesialisasi Industri
-0.010 -1.023 0.307 Ditolak
Auditor
Audit tenure 0.011 3.317 0.001 Diterima
Independensi Komite
-0.014 -0.390 0.697 Ditolak
Audit
Keahlian Keuangan
0.002 0.333 0.739 Ditolak
Komite Audit
ROA 0.023 2.140 0.033 Ditolak
Leverage -0.005 -0.318 0.751 Ditolak
Adj R Square : 0,058

F Statistic : 3,619

Prob (F-stat) : 0,001

Sumber: Output SPSS v.15

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dirumuskan model regresi sebagai berikut:

MAL = -0,005 - 0,030 UK - 0,010 SPES + 0,011 TENUR - 0,014 IND + 0,002 KEU +

0,023 ROA – 0,005 LEV + ɛ

Pada tabel 3. di atas menunjukkan bahwa nilai dari koefisien determinasi (Adjusted R2)

yaitu sebesar 0,058 atau 5,8%, hal ini berarti bahwa kemampuan variabel ukuran KAP, spesialisasi

industri auditor, audit tenure, independensi komite audit dan keahlian keuangan komite audit dapat

menjelaskan secara bersama-sama terhadap manajemen laba sebesar 5,8%. Sedangkan Uji simultan

(Uji F) menunjukkan nilai sig sebesar 0,001 < alpha (0,05), dengan demikian, variabel independen

dapat mempengaruhi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

10
Pengaruh Ukuran KAP terhadap Manajemen Laba

Tabel 4. Uji Beda (Independent Sample t-test)


Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Manajeme Equal 0.555 0.457 2.534 298 0.012
n Laba variances
assumed
Equal 2.538 295.772 0.012
variances
not
assumed

Hasil pengujian statistik t menunjukkan bahwa ukuran KAP memiliki arah koefisien regresi

negatif 0,030 sedangkan nilai sig (0,003) < Alpha (0,05), artinya variabel ukuran KAP berpengaruh

negatif terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis pertama (H1) diterima. Didukung

menggunakan uji beda (independent sample t-test) nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,012 < alpha (0,05),

dengan demikian disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata antara KAP big four dengan non-big

four, hipotesis pertama (H1) diterima.

Semakin besar ukuran KAP maka semakin kecil kemungkinan terjadinya praktik

manajemen laba. Hasil ini sejalan dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010; Kurniawansyah

(2016); Dewi dan Ariyanto (2017). KAP big four memliki reputasi yang tinggi sehingga banyaknya

klien yang mereka terima meningkatkan kemampuan dan pengalaman auditor untuk mendeteksi

adanya salah saji material laporan keuangan. KAP big four memiliki independensi, kompetensi, dan

profesionalitas yang tinggi karena ketergantungan ekonomi auditor terhadap klien lebih kecil, dan

kemungkinan mengalami kerugian lebih besar jika terdapat kegagalan audit dibandingkan dengan

KAP non big four, sehingga KAP big four senantiasa mengupayakan jaminan atas kualitas audit

yang tinggi.

Penelitian ini bertentangan dengan Christiani dan Nugrahanti (2014); Luhgiatno (2010) yang

menemukan hasil ukuran KAP ternyata belum bisa menghambat adanya manajemen laba. Menurut

11
Luhgiatno (2010) kemungkinan besar karena manajemen laba terjadi saat IPO dan mengabaikan

keberadaan KAP big four.

Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap Manajemen Laba

Tabel 5. Uji Beda (Independent Sample t-test)


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Manajemen Equal
Laba variances 5.553 0.019 1.453 298 0.147
assumed
Equal
variances 1.495 297.821 0.136
not assumed

Hasil uji statistik t diatas memperlihatkan bahwa variabel spesialisasi industri auditor

memiliki arah koefisien regresi negatif 0,010 sedangkan nilai sig (0,307) > Alpha (0,05), artinya

variabel spesialisasi industri auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Dengan demikian, hipotesis ketiga (H2) ditolak. Selain itu, didukung menggunakan uji beda

(independent sample t-test) nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,136 > alpha (0,05), dengan demikian

disimpulkan tidak terdapat pernedaan rata-rata antara auditor spesialisasi dengan non spesialisasi,

hipotesis kedua (H2) ditolak.

Penelitian ini memberikan hasil variabel independen spesialisasi industri auditor tidak dapat

mepengaruhi varabel dependen manajemen laba. Artinya, walaupun KAP yang memiliki

spesialisasi dibidang industri tertentu sebagai pihak yang ahli, namun auditor yang memiliki

spesialisasi dan pangsa pasar dalam suatu industri tertentu tidak dapat menghambat adanya praktik

manipulasi yang dilakukan manajer.

Hasil ini didukung penelitian oleh Luhgiatno (2010); Kono dan Yuyetta (2013) yang

memberikan bukti bahwa variabel spesialisasi industri auditor belum mampu membatasi praktik

manajemen laba. Hal ini disebabkan karena hukum di Indonesia yang masih lemah dan kurang yang

12
membuat auditor tidak dapat mengembangkan kemampuannya dalam mendeteksi praktik

penyimpangan yang dilakukan manajer terhadap laporan keuangan. Menurut Kono dan Yuyetta

(2013) spesialisasi industri yang dimiliki auditor belum mampu mengurangi adanya manajemen

laba karena objek dari manipulasi tidak dari laporan keuangan, tetapi pengurangan terhadap biaya

discretionary yang sebenarnya belum tentu merupakan pelanggaran standar akuntansi umum.

Hasil ini juga bertentangan dengan penelitian Syifaudin (2014); Kurniawansyah (2016)

menurutnya auditor yang berspesialisasi memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga mudah

untuk mendeteksi salah saji pada laporan keuangan industri tersebut dibandingkan auditor non

spesilisasi. Maka dari itu, laporan keuangan memiliki integritas dan kualitas yang tinggi.

Pengaruh Audit Tenure terhadap Manajemen Laba

Hasil pengujian satistik t menunjukkan variabel audit tenure memiliki arah koefisien regresi

positif 0,011 sedangkan nilai sig (0,001) < Alpha (0,05), artinya variabel Audit tenure berpengaruh

positif terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis kedua (H3) diterima

Semakin lama audit tenure suatu KAP maka akan semakin meningkatkan terjadinya praktik

manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Dinuka dan Zulaikha (2014);

Kurniawansyah (2016) yang membuktikan adanya pengaruh positif audit tenure terhadap

manajemen laba. Selain itu penelitian Tussiana dan Lastanti (2016) yang menunjukkan Audit tenure

dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan.

Semakin lama suatu KAP memberikan jasanya kepada klien maka hubungan emosional

antara auditor dengan klien akan semakin erat, sehingga independensi dan profesionalitas yang

dimiliki oleh auditor akan berkurang, hal ini memudahkan upaya manajemen dalam melakukan

praktik yang menguntungkan manajemen.

Hasil dari pengujian ini bertentangan dengan Kono dan Yuyetta (2013); Hasanudin (2015)

tidak menemukan audit tenure dapat berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Dalam

memahami karakteristik perusahaan dan mempelajari secara mendalam membutuhkan waktu yang

13
lama, sehingga bila ada pembatasan masa penugasan (tenure) maka auditor akan kesulitan

mengenal karakteristik perusahaan tersebut.

Pengaruh Independensi Komite Audit terhadap Manajemen Laba

Dari hasil uji statistik t memperlihatkan independensi komite audit memiliki arah koefisien

regresi negatif 0,014 sedangkan nilai sig (0,697) > Alpha (0,05), artinya variabel independensi

komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian,

hipotesis keempat (H4) ditolak.

Semakin tinggi jumlah komite audit yang berasal dari luar perusahaan maka semakin rendah

tingkat pengawasan komite audit. Pertama, komite audit dibutuhkan perusahaan untuk

meningkatkan kualitas serta mengawasi proses pelaporan keuangan, jika anggota komite audit

memiliki jabatan pada banyak perusahaan, maka pengawasan semakin berkurang. Kedua, banyak

nya komite audit yang berasal dari luar menyebabkan anggota komite audit kurang memahami isu-

isu pada perusahaan. Semakin tinggi proporsi anggota komite audit dari luar, maka menurunkan

kualitas laba sebab anggota yang berasal dari luar belum tentu memahami secara mendalam

karakteristik perusahaan (Amin, 2016).

Hasil pengujian diatas sejalan dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010); Christiantie

dan Christiawan (2013); Dwikusumowati dan Rahardjo (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh independensi komite audit terhadap manajemen laba.

Namun, penelitian oleh Pamudji dan Trihartati (2010); Sihombing dan Laksito (2017)

menunjukkan bahwa independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Komite audit yang bersikap independen akan lebih efektif dalam menjalankan tugasnya karena

tidak memiliki hubungan khusus dengan perusahaan.

Pengaruh Keahlian Keuangan Komite Audit terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji statistik t variabel keahlian keuangan komite audit memiliki arah

koefisien regresi positif 0,002 sedangkan nilai sig (0,739) > Alpha (0,05), artinya variabel keahlian

14
keuangan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dengan

demikian, hipotesis kelima (H5) ditolak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Pamudji dan Trihartati (2010); Eka

Lestari dan Murtanto (2016); Dwiharyadi (2017); Sihombing dan Laksito (2017). Kesimpulan dari

penelitian diatas yaitu walaupun komite audit memiliki keahlian atau latar belakang di bidang

keuangan atau akuntasi ternyata belum dapat mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan

dikarenakan pembentukan anggota komite audit ahli dibidang keuangan yang seharusnya dapat

membantu mengawasi proses pelaporan keuangan hanya bersifat mandatory saja. Selain itu,

penelitian ini juga mempertimbangkan komite audit yang berasal dari luar perusahaan, sehingga

berdampak pada kurangnya pemahaman aktivitas operasi dan bisnis perusahaan (Sihombing and

Laksito, 2017). Artinya, komite audit yang memiliki keahlian keuangan saja belum tentu dapat

menekan manajemen laba, apabila tidak didukung dengan pengawasan dan pemahaman yang lebih

mendalam.

Hasil penelitian ini bertentangan Xie dkk (2003); Bédard dkk (2004); Dwikusumowati dan

Rahardjo (2013); Badolato dkk (2014). Penelitian mereka menemukan adanya pengaruh negatif

kehalian keuangan komite audit terhadap manajemen laba. Menurut penelitian tersebut, anggota

komite audit yang memiliki pemahaman dan latar belakang yang mumpuni di bidang keuangan

dapat dengan mudah mendeteksi adanya praktik kecurangan pada laporan keuangan, sehingga dapat

menghambat manajemen laba.

Adapun hasil pengujian terhadap variabel kontrol adalah sebagai berikut:

Pengaruh ROA terhadap Manajemen Laba

Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kontrol Return on Asset (ROA) memiliki

arah koefisien regresi positif sebesar 0,023 sedangkan nilai sig (0,033) < Alpha (0,05), artinya ROA

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dapat disimpulkan bahwa variabel ROA

15
dapat mengontrol variabel manajemen laba. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Kurniawansyah, 2016).

Semakin tinggi aset yang perusahaan, semakin tinggi pula laba yang dimiliki perusahaan,

sehingga menciptakan respon positif dari pelaku pasar (Kurniawansyah, 2016). Laba yang tinggi

akan menghasilkan dividen yang tinggi bagi para pemegang saham. Sehingga, manajer akan

mendapatkan suatu rewards dari para pemegang saham yang dapat berupa bonus. Oleh karena itu,

manajer akan termotivasi untuk terus mencapai target laba, dan manajer cenderung menggunakan

metode tertentu agar laba sesuai dengan ekspektasi.

Sejalan dengan teori dari Watts dan Zimmerman dalam Kurniawansyah (2016) indikasi

manajer melakukan tindakan oportunistik salah satunya yaitu bonus plan hyphotesis yang

menyatakan bahwa manajer akan menggunakan metode akuntansi tertentu untuk meningkatkan

nilai laba berjalan sesuai dengan target. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan bonus yang

akan diterima.

Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 5. menunjukkan variabel kontrol yaitu leverage memiliki

arah koefisien regresi negatif sebesar 0,005 sedangkan nilai sig (0,752) > Alpha (0,05), artinya

variabel leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dapat disimpulkan

bahwa variabel Leverage tidak terbukti dapat mengontrol variabel manajemen laba.

Leverage merupakan hutang perusahaan yang dapat dibiayai oleh aset. Perusahaan dengan

tingkat leverage yang tinggi akan terancam tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya. Artinya,

manajemen laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindari kewajiban tersebut.

Pemenuhan kewajiban tetap harus dilakukan dan tidak dapat dihindarkan melalui manajemen laba.

Hasil ini mendukung penelitian oleh (Christiani dan Nugrahanti, 2014). Menurut penelitian

tersebut, variabel leverage tidak dapat memengaruhi manajemen laba dimungkinkan karena untuk

keamanan perjanjian hutang, perusahaan tidak harus bergantung pada manajemen laba.

16
KESIMPULAN, SARAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN

Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh kualitas audit dan keefektifan komite audit terhadap

manajemen laba pada perusahaan manufaktur tahun 2014-2018. Kualitas audit yang diukur

menggunakan ukuran KAP, spesialisasi industri auditor, dan Audit tenure, Sedangkan keefektifan

komite audit diukur dengan kehalian keuangan komite audit dan independensi komite audit. Dari

hasil pengujian menunjukkan variabel yang diterima yaitu ukuran KAP dan Audit tenure,

sedangkan variabel spesialisasi industri auditor, keahlian keuangan komite audit dan independensi

komite audit ditolak.

Saran

1. Penelitian berikutnya menggunakan rentang waktu yang lebih panjang, sehingga hasil

penelitian lebih mencerminkan kondisi yang lebih konkret.

2. Penelitian berikutnya diharapkan menambahkan industri lain, baik dari industri keuangan

maupun non keuangan. Tujuannya untuk melihat kondisi manajemen laba dari berbagai

industri dan melihat konsistensinya.

3. Penelitian berikutnya dapat menambahkan pengukuran keefektifan komite audit lain nya,

seperti kompetensi komite audit, dan keaktifan pertemuan komite audit.

Implikasi

1. Implikasi teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

pengaruh kualitas audit dan keefektifan komite audit terhadap manajemen laba.

Berdasarkan hasil pengujian dari proksi kualitas audit, ukuran KAP dan audit tenure

diterima. Hal ini menunjukkan variabel ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba, sedangkan audit tenure berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

17
2. Implikasi Praktis:

a) Dampak Ekonomi: Penelitian ini dapat memengaruhi para pelaku pasar modal untuk

lebih berhati-hati menanamkan modalnya pada suatu perusahaan. Sebaiknya dapat

mempertimbangkan dari berbagai aspek seperti ukuran KAP dan audit tenure.

b) Dampak Masyarakat: Fenomena manajemen laba dapat mengurangi kepercayaan

masyarakat terhadap laporan keuangan. Untuk mengembalikan kepercayaan tersebut

dibutuhkan kualitas audit yang baik. Dalam penelitian ini, proksi kualitas audit yang

diterima yaitu ukuran KAP dan audit tenure. Masyarakat dapat melihat kedua aspek

tersebut untuk meyakinkan laporan keuangan tersebut dilaporkan dengan baik.

Keterbatasan

1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan industri manufaktur saja, sehingga tidak

dapat melihat tingkat manajemen laba dari industri lainnya.

2. Jumlah sampel penelitian ini hanya menggunakan rentang waktu 5 tahun saja dari tahun

2014-2018

3. Keefektifan komite audit yang digunakan hanya diukur dengan dua variabel, yaitu keahlian

keuangan komite audit dan independensi komite audit.

4. Penelitian ini membatasi pengukuran manajemen laba dalam bentuk akrual saja.

18
DAFTAR PUSTAKA

Amin, A. (2016) ‘Independensi Komite Audit , Kualitas Audit dan Kualitas Laba : Bukti Empiris
Perusahaan dengan Kepemilikan Terkonsentrasi’, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 18(1),
pp. 1–14.
Andreas, H. H. (2012) ‘Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Prediktor Earnings Response
Coefficient Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, 14(2), pp. 69–80..
Badolato, P. G., Donelson, D. C. and Ege, M. (2014) ‘Audit committee financial expertise and
earnings management: The role of status’, Journal of Accounting and Economics. Elsevier,
58, pp. 208–230.
Bédard, J., Chtourou, S. M. and Courteau, L. (2004) ‘The Effect of Audit Committee Expertise,
Independence, and Activity on Aggressive Earnings Management’, Auditing: A Journal of
Practice & Theory, 23(2), pp. 13–35.
Christiani, I. and Nugrahanti, Y. W. (2014) ‘Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba’,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(1), pp. 52–62.
Christiantie, J. and Christiawan, Y. J. (2013) ‘Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
dan Reputasi Kantor Akuntan Publik terhadap Aktivitas Manajemen Laba’, Business
Accounting Review, 1, pp. 1–10.
Darwis, H. (2012) ‘Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance
Sebagai Pemoderasi’, Jurnal Keuangan dan Perbankan, 16(1), pp. 45–55.
Dewi, N. P. A. P. and Ariyanto, D. (2017) ‘Fee Audit Memodrasi Pengaruh Kualitas Audit
Terhadap Manajemen Laba Dan Biaya Modal Ekuitas’, E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, Vol 20(No 3), p. Hal 2244-2272.
Dinuka, V. K. and Zulaikha (2014) ‘Analisis Pengaruh Audit Tenure , Ukuran Kap Dan
Diversifikasi Geografis Terhadap Manajemen Laba’, Diponegoro Journal of Accounting,
3(3), pp. 1–11.
Dwiharyadi, A. (2017) ‘Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keuangan Komite Audit Dan Dewan
Komisaris Terhadap Manajemen Laba’, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 14(1),
pp. 75–93.
Dwikusumowati, M. Z. and Rahardjo, S. N. (2013) ‘Pengaruh Karakteristik Komite Audit Dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba’, Diponegoro Journal of Accounting,
2(4), pp. 1–14.
Eka Lestari dan Murtanto (2016) ‘Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris dan Komite Audit ,
Struktur Kepemilikan, Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba’, Jurnal Media Riset
Akuntansi, Auditing & Informasi, 17(September 2013), pp. 1576–1608.
Guna, W. I. and Herawaty, A. (2010) ‘Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance,
Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba’,
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 12(1), pp. 53–68.
Hasanudin (2015) ‘Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Diversifikasi
Geografis, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba’, JOM. FEKON, 2(2), pp. 1–15.
Jensen, C. and Meckling, H. (1976) ‘Theory Of The Firm : Managerial Behavior , Agency Costs

19
and Ownership Structure’, Journal of Fnancial Economics, 3, pp. 305–360.
Jones, J. J. (1991) ‘Earnings Management During Import Relief Investigations’, Journal of
Accounting Research, 29(2), pp. 193–228.
Kono, F. D. P. and Yuyetta, E. N. A. (2013) ‘Pengaruh Arus Kas Bebas , Ukuran KAP , Spesialisasi
Industri KAP , Audit Tenur dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba’,
Diponegoro Journal of Accounting, 2(3), pp. 1–9.
Kurniawansyah, D. (2016) ‘Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Auditor, Spesialisasi Audit dan Audit
Capacity Stress Terhadap Manajemen Laba’, Junal Riset Akuntansi dan Bisnis Airlangga,
1(1), pp. 1–25.
Luhgiatno (2010) ‘Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Pada
Perusahaan Yang Melakukan IPO di Indonesia’, Fokus Ekonomi, 5(2), pp. 15–31.
Nugrahanti, Y. W. and Puspitasari, A. (2016) ‘Pengaruh Hubungan Politik , Ukuran Kap , dan
Audit Tenure Terhadap Manajemen Laba Riil’, Journal Akuntansi dan Keuangan, 18(1),
pp. 27–43.
Pamudji, S. and Trihartati, A. (2010) ‘Pengaruh Independensi dan Efektivitas Komite Audit
Terhadap Manajemen Laba’, Jurnal Dinamika Akuntansi, 2(1), pp. 21–29.
Ratmono, D. (2010) ‘Manajmen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor Yang
Berkualitas Mendeteksinya?’, Simposium Nasional Akuntansi XIII, purwokerto, 1, pp. 1–
23.
Rohman, A. and Stevanus (2013) ‘Pengaruh Audit Tenure dan Reputasi Kap terhadap Penerbitan
Opini Going Concern ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bei)’,
Diponegoro Journal of Accounting, 2, pp. 1–8.
Sarunggalo, M. K. S. and Siregar, S. V. (2012) ‘Hubungan Kualitas Audit Dengan Peluang
Investasi dan Manajemen Laba’, Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 16(1), pp. 33–47.
Sihombing, M. A. R. and Laksito, H. (2017) ‘Pengaruh Karakteristik Komite Audit dan Kualitas
Auditor Eksternal terhadap Manajemen Laba’, 6, pp. 1–10.
Subramanyam, K. R. (1996) ‘The pricing of discretionary accruals’, Journal of Accounting and
Economics, 22, pp. 249–281.
Syifaudin, A. (2014) ‘Peran Auditor Spesialisasi Industri dalam Menurunkan Praktik Manajemen
Laba’, Jurnal Grage Akuntansi, 2(1), pp. 1–14.
Tussiana, A. A. and Lastanti, H. S. (2016) ‘Pengaruh Mekanisme Corporate Governance ,
Pergantian Auditor , dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap Integritas Laporan
Keuangan’, Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 16(1), pp. 69–78.
Xie, B., Davidson III, W. N. and DaDalt, P. J. (2003) ‘Earnings Management and Corporate
Governance: the Role of the Board of Directors and Audit Committee’, Journal of
Corporate Finance, 9(3), pp. 295–316.
Zgarni, I., Hlioui, K. and Zehri, F. (2016) ‘Effective audit committee, audit quality and earnings
management’, Journal of Accounting in Emerging Economies, 6(2), pp. 138–155.

20
21

You might also like