Pengaruh Kualitas Audit Dan Keefektifan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Pengaruh Kualitas Audit Dan Keefektifan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Pengaruh Kualitas Audit Dan Keefektifan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of audit quality and effectiveness of audit committees on
earnings management. Audit quality is proxied by KAP size, auditor industry specialization, and
tenure audit, while the effectiveness of the audit committee uses the audit committee's financial
expertise and the audit committee's independence as a proxy. This study also uses control
Variabels that are ROA and leverage. The data used is secondary data derived from annual
reports of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2014-2018 period. With the
purposive sampling method, the samples obtained were 300 company samples. The hipotesis test
in this study uses multiple regression with the application of SPSS v.15 software. The results
showed that audit quality Variabels with KAP size proxy have a negative influence on earnings
management, audit tenure can have a positive effect on earnings management, while auditor
industry specialization has no effect on earnings management. Variabel effectiveness of the audit
committee with the audit committee financial sustainability and the independence of the audit
committee as a proxy cannot influence earnings management. Of the two control Variabels, only
ROA can affect earnings management, while the leverage Variabel has no effect on earnings
management.
Keywords: Audit quality, KAP size, auditor industry specialization, audit tenure, audit
committee effectiveness, audit committee financial expertise, audit committee independence,
earnings management.
PENDAHULUAN
Salah satu elemen yang berperan penting dalam perusahaan yakni informasi laporan
keuangan. Kinerja manajemen sering dilihat dari seberapa baik laporan keuangan disajikan.
Manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen yang dilakukan terhadap laporan keuangan
perusahaan dengan cara menaikkan atau menurunkan laba sesuai dengan tujuan tertentu (Darwis,
2012). Tindakan ini muncul karena adanya masalah keagenan yang terjadi antara pemegang saham
dengan manajer yang disebabkan oleh asimetri informasi dimana pihak manajer memiliki informasi
1
yang lebih dibandingkan dengan pemegang saham sehingga manajer memiliki peluang melakukan
manipulasi.
Fenomena manajemen laba pernah terjadi di Indonesia yaitu kejanggalan laporan keuangan
pada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). GIAA mencatat laba bersih pada laporan keuangan 2018
sebesar 11,3 Milyar, padahal pada kuartal III-2018 tercatat bahwa GIAA mengalami kerugian
sebesar 1,66 Triliun. Dalam RUPS, manajemen GIAA mengatakan bahwa mereka mengakui
pendapatan dari PT Mahata Aero Teknologi dan PT Sriwijaya Air yang sebenarnya masih dalam
keuangan yang disajikan. Auditor sebagai pihak ketiga yang independen diharapkan dapat
mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan memberikan jaminan kualitas audit yang tinggi.
Ratmono (2010) mengatakan bahwa auditor yang memiliki kualitas audit yang tinggi dapat
menghambat adanya manajemen laba dan menjadi pihak ketiga yang independen antara pemegang
saham dengan manajer. Kualitas audit dapat diproksikan dengan ukuran KAP, spesialisasi industri
Ukuran KAP diukur dari skala besar (the big four) dan skala kecil (non-big four). Auditor
yang bekerja pada KAP big four memiliki sikap independen, profesional, dan pengalaman yang
lebih sehingga lebih mudah mengungkap adanya praktik manajemen laba. ukuran KAP dapat
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba (Guna dan Herawaty, 2010; Kurniawansyah, 2016;
Dewi dan Ariyanto, 2017). Berbeda dengan hasil penelitian oleh Luhgiatno (2010); Christiani dan
Nugrahanti (2015) tidak menemukan ukuran KAP berpengaruh terhadap manajemen laba.
Spesialisasi industri auditor merupakan keahlian yang dimiliki auditor dalam industri
tertentu. Auditor berspesialisasi lebih memahami risiko dan masalah secara mendalam pada industri
tersebut dan mampu mendeteksi error, sehingga dapat membatasi kecurangan manajemen dalam
2
laporan keuangan. Penelitian yang menemukan spesialisasi industri berpengaruh negatif
manajemenen laba berhasil ditemukan oleh Syifaudin (2014); Kurniawansyah (2016). Dilain pihak,
penelitian oleh Kono dan Yuyetta (2013) tidak menemukan spesialisasi industri berpengaruh negatif
Audit tenure merupakan lamanya pemberian jasa oleh suatu KAP kepada kliennya. Semakin
lama audit tenure mengakibatkan independensi dari auditor akan berkurang. Menurut Nugrahanti
dan Puspitasari (2016) semakin lama auditor memberikan jasa nya kepada klien, semakin besar
kemungkinan auditor menutupi adanya praktik manajemen laba. Audit tenure berpengaruh positif
terhadap manajemen laba (Dinuka dan Zulaikha, 2014; Kurniawansyah, 2016). Penelitian dengan
hasil berbeda ditemukan oleh Kono dan Yuyetta (2013); Hasanudin (2015),
Dalam membatasi perilaku manajemen laba, perusahaan juga menerapkan praktik Good
Corporate Governance (GCG) dengan pembentukan komite audit untuk mengawasi proses
pelaporan keuangan. Kinerja komite audit diukur dari seberapa efektif ia dapat membatasai
tindakan oportunistik manajer. Keefektifan komite audit diproksikan melalui independensi komite
audit dan keahlian keuangan komite audit (Pamudji dan Trihartati, 2010).
Komite audit yang independen berarti tidak terikat hubungan apapun dengan pihak
perusahaan. Dalam hal ini, diharapkan komite audit dapat menghindari “hubungan yang erat”
dengan pihak manajemen, sehingga meminimalisir adanya manajemen laba. Terdapat penelitian
menemukan bahwa independensi komite audit berpegaruh negatif terhadap manajemen laba yaitu
Xie dkk (2003) serta Pamudji dan Trihartati (2010). Sedangkan penelitian Guna dan Herawaty
(2010); Christiantie dan Christiawan (2013); Dwikusumowati dan Rahardjo (2013) membuktikan
Dalam proses pengawasan pelaporan keuangan Komite audit dengan keahlian keuangan
akan lebih efektif untuk menemukan kesalahan material dalam pelaporan keuangan, sehingga
3
membatasi manajemen laba. Keahlian keuangan komite audit dapat berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba (Xie dkk, 2003; Bédard dkk, 2004; Badolato dkk, 2014). Namun, ada penelitian
yang menemukan dengan hasil berbeda (Pamudji dan Trihartati, 2010; Dwiharyadi, 2017).
Penelitian ini mengacu pada penelitian oleh Zgarni dkk (2016), tujuan penelitian ini untuk
membuktikan bahwa ukuran KAP, spesialisasi industri, audit tenure, independensi komite audit dan
keahlian keuangan komite audit dapat berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori agensi yang akan dijadikan dasar
referensi akademisi mengenai manajemen laba. meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan
memilih auditor yang berskala besar (the big four) dan memaksimalkan kinerja komite audit. selain
itu, memotivasi KAP untuk selalu meningkatkan kualitas audit dan independensi nya.
Teori Agensi
Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi merupakan sebuah bentuk kesepakatan
yang dilakukan pemegang saham sebagai prinsipal yang memberi pendelegasian untuk mengelola
perusahaan kepada manajer sebagai agen. Kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda
Manipulasi yang dilakukan manajer akibat dari manajer yang mengetahui lebih banyak
informasi mengenai kondisi perusahaan secara keseluruhan daripada pemegang saham, karena
manajer secara langsung mengelola perusahaan, sedangkan pemegang saham mengetahui informasi
perusahaan melalui manajer (Christiani dan Nugrahanti, 2015). Karena kondisi ini, pemegang
saham memberikan kepercayaan kepada auditor sebagai pihak yang independen untuk melakukan
kegiatan investigasi dalam perusahaan sehingga informasi dalam laporan keuangan mencerminkan
4
Manajemen Laba
Darwis (2012) mendefinisikan manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen yang
dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan dengan cara menaikkan atau menurunkan laba
sesuai dengan tujuan tertentu. Manajemen laba biasanya menggunakan accrual basis (Jones, 1991;
Watts dan Zimmerman (1986) dalam Kurniawansyah (2016) terdapat tiga indikasi yang
a. Bonus Plan Hypothesys : Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer akan diberikan
kompensasi berupa bonus apabila mencapai target laba yang diinginnkan, sehingga
b. Debt covenant Hypothesis : Debt covenant merupakan suatu perjanjian hutang antara
c. Political Cost Hypothesis : Hipotesis ini menjelaskan apabila semakin besar biaya
politik yang dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan
Banyaknya klien yang diterima oleh KAP big four membuat auditor memiliki banyak
pengalaman dan pengetahuan sehingga semakin mudah bagi auditor untuk mendeteksi manajemen
laba. KAP big four memiliki reputasi yang tinggi, sehingga akan berupaya memberikan hasil audit
yang baik untuk mempertahankan reputasinya. Sarunggalo dan Siregar (2012) berpendapat bahwa
KAP big four memiliki motivasi yang tinggi untuk melindungi dan menjaga reputasinya, sehingga
mereka akan lebih memilih untuk memberikan hasil audit yang berkualitas. Hal ini akan menekan
5
Guna dan Herawaty (2010); Kurniawansyah (2016); Dewi dan Ariyanto (2017)
membuktikan bahwa ukuran KAP dapat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Auditor dengan spesialisasi industri tertentu memiliki banyak pengetahuan dan informasi
lebih dalam di industri tersebut. Sehingga, auditor berspesialisasi industri mampu menurunkan
tindakan oportunistik manajer. Andreas (2012) mengatakan bahwa auditor berspesialisasi akan
dapat menemukan kesalahan seperti manajemen laba, kesalahan prediksi, dan mampu untuk
Lamanya audit tenure menyebabkan auditor memiliki “hubungan yang nyaman” sehingga
memberi kesetiaan pada klien, dan timbul hubungan emosional antara kedua belah pihak, hal ini
mengancam independensi auditor (Hasanudin, 2015). Semakin lama pemberian jasa audit auditor
kepada klien semakin rendah independensi auditor karena hubungan yang terlalu akrab
mengakibatkan auditor tidak bersikap objektif. Audit tenure memiliki hubungan positif terhadap
manajemen laba.
Penelitian oleh Dinuka dan Zulaikha (2014); Kurniawansyah (2016) membuktikan bahwa
Komite audit yang independen dapat lebih efektif untuk melaksanakan tugasnya karena
tidak terikat hubungan apapun dengan pihak perusahaan, sehingga memiliki independensi tinggi
6
dalam bersikap dan berpendapat. Independensi komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
terhadap manajemen laba (Xie dkk, 2003; Pamudji dan Trihartati, 2010)
Diperlukan komite audit yang memiliki keahlian keuangan untuk dapat mempermudah
melakukan proses pengawasan, sehingga komite audit dapat memberikan jaminan perlindungan atas
kepentingan pemegang saham dan tindakan untuk melakukan “window dressing” pada laporan
keuangan kemungkinan sangat sempit. Komite audit dengan keahlian keuangan akan lebih efektif
dan mudah untuk menemukan kesalahan material dalam proses pelaporan keuangan. dengan
Penelitian yang menemukan hasil keahlian keuangan yang dimiliki komite audit dapat
mempengaruhi manajemen laba (Xie dkk, 2003; Bédard dkk, 2004; Badolato dkk, 2014).
H5: Keahlian keuangan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
RESEARCH METHOD
Obyek penelitian ini menggunakan data dari laporan tahunan (annual report) yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah diaudit. Populasi yang digunakan yaitu seluruh
perusahaan manufaktur. Jenis data pada penelitian ini menggunakan data sekunder dan bersumber
dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan GI BEI Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
7
Tabel 1. Kriteria Populasi
Berdasarkan tabel 1. diatas total perusahaan manufaktur pada tahun 2014-2018 sejumlah
685 perusahaan. Dengan metode purposive sampling total sampel penelitian menjadi 300 sampel.
discretionary accruals untuk mengukur manajemen laba dan dihitung menggunakan model
DeAngelo (1986). Cara menghitung discretionary accruals dengan rumus sebagai berikut:
Variabel independen ukuran KAP diukur dengan menggunakan Variabel dummy, yaitu jika
perusahaan di audit oleh KAP big four diberi nilai “1” dan diberi nilai “0” jika tidak (Zgarni dkk,
8
2016). Spesialisasi Industri diukur dengan menggunakan Variabel dummy. KAP yang mengaudit
15% atau lebih dari total perusahaan diberi nilai “1” dan “0” jika tidak (Christiani dan Nugrahanti,
2014). Audit Tenure diukur dengan jumlah tahun berturut-turut suatu KAP yang dipertahankan oleh
perusahaan tertentu dari tahun 2014-2018 (Rohman dan Stevanus, 2013). Independensi Komite
Audit diukur dengan cara membandingkan komite audit yang berasal dari luar terhadap jumlah
anggota komite audit (Amin, 2016). Keahlian Keuangan pada Komite Audit diukur dengan cara
menghitung jumlah anggota komite audit yang berlatar belakang pendidikan akuntansi atau
Variabel ukuran KAP memiliki nilai minimum yaitu 0.00, nilai maksimum 1.00, mean
0.5067, standar deviasi 0.50079. Variabel spesialisasi industri auditor memiliki nilai minimum yaitu
0.00, nilai maksimum 1.00, mean 0.4367, standar deviasi 0.49680. Variabel audit tenure memiliki
nilai minimum yaitu 1.00, nilai maksimum 5.00, mean 2.6100, standar deviasi 1.40397. Variabel
independensi komite audit memiliki nilai minimum yaitu 0.00, nilai maksimum 0.75, mean 0.6053,
standar deviasi 0.13175. Variabel keahlian keuangan komite audit memiliki nilai minimum yaitu
Variabel kontrol penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA) dan leverage. Analisis
statistik deskriptif dari variabel ROA memiliki nilai minimum yaitu 0.00, nilai maksimum 10.95,
9
mean 0.1353, standar deviasi 0.63825. Variabel leverage memiliki nilai minimum yaitu 0.00, nilai
Variabel dependen manajemen laba memiliki nilai minimun -0.25563. nilai maksimum
Pengujian Hipotesis
F Statistic : 3,619
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dirumuskan model regresi sebagai berikut:
MAL = -0,005 - 0,030 UK - 0,010 SPES + 0,011 TENUR - 0,014 IND + 0,002 KEU +
Pada tabel 3. di atas menunjukkan bahwa nilai dari koefisien determinasi (Adjusted R2)
yaitu sebesar 0,058 atau 5,8%, hal ini berarti bahwa kemampuan variabel ukuran KAP, spesialisasi
industri auditor, audit tenure, independensi komite audit dan keahlian keuangan komite audit dapat
menjelaskan secara bersama-sama terhadap manajemen laba sebesar 5,8%. Sedangkan Uji simultan
(Uji F) menunjukkan nilai sig sebesar 0,001 < alpha (0,05), dengan demikian, variabel independen
10
Pengaruh Ukuran KAP terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian statistik t menunjukkan bahwa ukuran KAP memiliki arah koefisien regresi
negatif 0,030 sedangkan nilai sig (0,003) < Alpha (0,05), artinya variabel ukuran KAP berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis pertama (H1) diterima. Didukung
menggunakan uji beda (independent sample t-test) nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,012 < alpha (0,05),
dengan demikian disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata antara KAP big four dengan non-big
Semakin besar ukuran KAP maka semakin kecil kemungkinan terjadinya praktik
manajemen laba. Hasil ini sejalan dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010; Kurniawansyah
(2016); Dewi dan Ariyanto (2017). KAP big four memliki reputasi yang tinggi sehingga banyaknya
klien yang mereka terima meningkatkan kemampuan dan pengalaman auditor untuk mendeteksi
adanya salah saji material laporan keuangan. KAP big four memiliki independensi, kompetensi, dan
profesionalitas yang tinggi karena ketergantungan ekonomi auditor terhadap klien lebih kecil, dan
kemungkinan mengalami kerugian lebih besar jika terdapat kegagalan audit dibandingkan dengan
KAP non big four, sehingga KAP big four senantiasa mengupayakan jaminan atas kualitas audit
yang tinggi.
Penelitian ini bertentangan dengan Christiani dan Nugrahanti (2014); Luhgiatno (2010) yang
menemukan hasil ukuran KAP ternyata belum bisa menghambat adanya manajemen laba. Menurut
11
Luhgiatno (2010) kemungkinan besar karena manajemen laba terjadi saat IPO dan mengabaikan
Hasil uji statistik t diatas memperlihatkan bahwa variabel spesialisasi industri auditor
memiliki arah koefisien regresi negatif 0,010 sedangkan nilai sig (0,307) > Alpha (0,05), artinya
variabel spesialisasi industri auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Dengan demikian, hipotesis ketiga (H2) ditolak. Selain itu, didukung menggunakan uji beda
(independent sample t-test) nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,136 > alpha (0,05), dengan demikian
disimpulkan tidak terdapat pernedaan rata-rata antara auditor spesialisasi dengan non spesialisasi,
Penelitian ini memberikan hasil variabel independen spesialisasi industri auditor tidak dapat
mepengaruhi varabel dependen manajemen laba. Artinya, walaupun KAP yang memiliki
spesialisasi dibidang industri tertentu sebagai pihak yang ahli, namun auditor yang memiliki
spesialisasi dan pangsa pasar dalam suatu industri tertentu tidak dapat menghambat adanya praktik
Hasil ini didukung penelitian oleh Luhgiatno (2010); Kono dan Yuyetta (2013) yang
memberikan bukti bahwa variabel spesialisasi industri auditor belum mampu membatasi praktik
manajemen laba. Hal ini disebabkan karena hukum di Indonesia yang masih lemah dan kurang yang
12
membuat auditor tidak dapat mengembangkan kemampuannya dalam mendeteksi praktik
penyimpangan yang dilakukan manajer terhadap laporan keuangan. Menurut Kono dan Yuyetta
(2013) spesialisasi industri yang dimiliki auditor belum mampu mengurangi adanya manajemen
laba karena objek dari manipulasi tidak dari laporan keuangan, tetapi pengurangan terhadap biaya
discretionary yang sebenarnya belum tentu merupakan pelanggaran standar akuntansi umum.
Hasil ini juga bertentangan dengan penelitian Syifaudin (2014); Kurniawansyah (2016)
menurutnya auditor yang berspesialisasi memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga mudah
untuk mendeteksi salah saji pada laporan keuangan industri tersebut dibandingkan auditor non
spesilisasi. Maka dari itu, laporan keuangan memiliki integritas dan kualitas yang tinggi.
Hasil pengujian satistik t menunjukkan variabel audit tenure memiliki arah koefisien regresi
positif 0,011 sedangkan nilai sig (0,001) < Alpha (0,05), artinya variabel Audit tenure berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis kedua (H3) diterima
Semakin lama audit tenure suatu KAP maka akan semakin meningkatkan terjadinya praktik
manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Dinuka dan Zulaikha (2014);
Kurniawansyah (2016) yang membuktikan adanya pengaruh positif audit tenure terhadap
manajemen laba. Selain itu penelitian Tussiana dan Lastanti (2016) yang menunjukkan Audit tenure
Semakin lama suatu KAP memberikan jasanya kepada klien maka hubungan emosional
antara auditor dengan klien akan semakin erat, sehingga independensi dan profesionalitas yang
dimiliki oleh auditor akan berkurang, hal ini memudahkan upaya manajemen dalam melakukan
Hasil dari pengujian ini bertentangan dengan Kono dan Yuyetta (2013); Hasanudin (2015)
tidak menemukan audit tenure dapat berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Dalam
memahami karakteristik perusahaan dan mempelajari secara mendalam membutuhkan waktu yang
13
lama, sehingga bila ada pembatasan masa penugasan (tenure) maka auditor akan kesulitan
Dari hasil uji statistik t memperlihatkan independensi komite audit memiliki arah koefisien
regresi negatif 0,014 sedangkan nilai sig (0,697) > Alpha (0,05), artinya variabel independensi
komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian,
Semakin tinggi jumlah komite audit yang berasal dari luar perusahaan maka semakin rendah
tingkat pengawasan komite audit. Pertama, komite audit dibutuhkan perusahaan untuk
meningkatkan kualitas serta mengawasi proses pelaporan keuangan, jika anggota komite audit
memiliki jabatan pada banyak perusahaan, maka pengawasan semakin berkurang. Kedua, banyak
nya komite audit yang berasal dari luar menyebabkan anggota komite audit kurang memahami isu-
isu pada perusahaan. Semakin tinggi proporsi anggota komite audit dari luar, maka menurunkan
kualitas laba sebab anggota yang berasal dari luar belum tentu memahami secara mendalam
Hasil pengujian diatas sejalan dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010); Christiantie
dan Christiawan (2013); Dwikusumowati dan Rahardjo (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada
Namun, penelitian oleh Pamudji dan Trihartati (2010); Sihombing dan Laksito (2017)
menunjukkan bahwa independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Komite audit yang bersikap independen akan lebih efektif dalam menjalankan tugasnya karena
Berdasarkan hasil uji statistik t variabel keahlian keuangan komite audit memiliki arah
koefisien regresi positif 0,002 sedangkan nilai sig (0,739) > Alpha (0,05), artinya variabel keahlian
14
keuangan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Pamudji dan Trihartati (2010); Eka
Lestari dan Murtanto (2016); Dwiharyadi (2017); Sihombing dan Laksito (2017). Kesimpulan dari
penelitian diatas yaitu walaupun komite audit memiliki keahlian atau latar belakang di bidang
keuangan atau akuntasi ternyata belum dapat mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan
dikarenakan pembentukan anggota komite audit ahli dibidang keuangan yang seharusnya dapat
membantu mengawasi proses pelaporan keuangan hanya bersifat mandatory saja. Selain itu,
penelitian ini juga mempertimbangkan komite audit yang berasal dari luar perusahaan, sehingga
berdampak pada kurangnya pemahaman aktivitas operasi dan bisnis perusahaan (Sihombing and
Laksito, 2017). Artinya, komite audit yang memiliki keahlian keuangan saja belum tentu dapat
menekan manajemen laba, apabila tidak didukung dengan pengawasan dan pemahaman yang lebih
mendalam.
Hasil penelitian ini bertentangan Xie dkk (2003); Bédard dkk (2004); Dwikusumowati dan
Rahardjo (2013); Badolato dkk (2014). Penelitian mereka menemukan adanya pengaruh negatif
kehalian keuangan komite audit terhadap manajemen laba. Menurut penelitian tersebut, anggota
komite audit yang memiliki pemahaman dan latar belakang yang mumpuni di bidang keuangan
dapat dengan mudah mendeteksi adanya praktik kecurangan pada laporan keuangan, sehingga dapat
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kontrol Return on Asset (ROA) memiliki
arah koefisien regresi positif sebesar 0,023 sedangkan nilai sig (0,033) < Alpha (0,05), artinya ROA
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dapat disimpulkan bahwa variabel ROA
15
dapat mengontrol variabel manajemen laba. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian yang
Semakin tinggi aset yang perusahaan, semakin tinggi pula laba yang dimiliki perusahaan,
sehingga menciptakan respon positif dari pelaku pasar (Kurniawansyah, 2016). Laba yang tinggi
akan menghasilkan dividen yang tinggi bagi para pemegang saham. Sehingga, manajer akan
mendapatkan suatu rewards dari para pemegang saham yang dapat berupa bonus. Oleh karena itu,
manajer akan termotivasi untuk terus mencapai target laba, dan manajer cenderung menggunakan
Sejalan dengan teori dari Watts dan Zimmerman dalam Kurniawansyah (2016) indikasi
manajer melakukan tindakan oportunistik salah satunya yaitu bonus plan hyphotesis yang
menyatakan bahwa manajer akan menggunakan metode akuntansi tertentu untuk meningkatkan
nilai laba berjalan sesuai dengan target. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan bonus yang
akan diterima.
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 5. menunjukkan variabel kontrol yaitu leverage memiliki
arah koefisien regresi negatif sebesar 0,005 sedangkan nilai sig (0,752) > Alpha (0,05), artinya
variabel leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Dapat disimpulkan
bahwa variabel Leverage tidak terbukti dapat mengontrol variabel manajemen laba.
Leverage merupakan hutang perusahaan yang dapat dibiayai oleh aset. Perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi akan terancam tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya. Artinya,
manajemen laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindari kewajiban tersebut.
Pemenuhan kewajiban tetap harus dilakukan dan tidak dapat dihindarkan melalui manajemen laba.
Hasil ini mendukung penelitian oleh (Christiani dan Nugrahanti, 2014). Menurut penelitian
tersebut, variabel leverage tidak dapat memengaruhi manajemen laba dimungkinkan karena untuk
keamanan perjanjian hutang, perusahaan tidak harus bergantung pada manajemen laba.
16
KESIMPULAN, SARAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN
Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh kualitas audit dan keefektifan komite audit terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur tahun 2014-2018. Kualitas audit yang diukur
menggunakan ukuran KAP, spesialisasi industri auditor, dan Audit tenure, Sedangkan keefektifan
komite audit diukur dengan kehalian keuangan komite audit dan independensi komite audit. Dari
hasil pengujian menunjukkan variabel yang diterima yaitu ukuran KAP dan Audit tenure,
sedangkan variabel spesialisasi industri auditor, keahlian keuangan komite audit dan independensi
Saran
1. Penelitian berikutnya menggunakan rentang waktu yang lebih panjang, sehingga hasil
2. Penelitian berikutnya diharapkan menambahkan industri lain, baik dari industri keuangan
maupun non keuangan. Tujuannya untuk melihat kondisi manajemen laba dari berbagai
3. Penelitian berikutnya dapat menambahkan pengukuran keefektifan komite audit lain nya,
Implikasi
pengaruh kualitas audit dan keefektifan komite audit terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil pengujian dari proksi kualitas audit, ukuran KAP dan audit tenure
diterima. Hal ini menunjukkan variabel ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba, sedangkan audit tenure berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
17
2. Implikasi Praktis:
a) Dampak Ekonomi: Penelitian ini dapat memengaruhi para pelaku pasar modal untuk
mempertimbangkan dari berbagai aspek seperti ukuran KAP dan audit tenure.
dibutuhkan kualitas audit yang baik. Dalam penelitian ini, proksi kualitas audit yang
diterima yaitu ukuran KAP dan audit tenure. Masyarakat dapat melihat kedua aspek
Keterbatasan
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan industri manufaktur saja, sehingga tidak
2. Jumlah sampel penelitian ini hanya menggunakan rentang waktu 5 tahun saja dari tahun
2014-2018
3. Keefektifan komite audit yang digunakan hanya diukur dengan dua variabel, yaitu keahlian
4. Penelitian ini membatasi pengukuran manajemen laba dalam bentuk akrual saja.
18
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A. (2016) ‘Independensi Komite Audit , Kualitas Audit dan Kualitas Laba : Bukti Empiris
Perusahaan dengan Kepemilikan Terkonsentrasi’, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 18(1),
pp. 1–14.
Andreas, H. H. (2012) ‘Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Prediktor Earnings Response
Coefficient Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia’, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, 14(2), pp. 69–80..
Badolato, P. G., Donelson, D. C. and Ege, M. (2014) ‘Audit committee financial expertise and
earnings management: The role of status’, Journal of Accounting and Economics. Elsevier,
58, pp. 208–230.
Bédard, J., Chtourou, S. M. and Courteau, L. (2004) ‘The Effect of Audit Committee Expertise,
Independence, and Activity on Aggressive Earnings Management’, Auditing: A Journal of
Practice & Theory, 23(2), pp. 13–35.
Christiani, I. and Nugrahanti, Y. W. (2014) ‘Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba’,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(1), pp. 52–62.
Christiantie, J. and Christiawan, Y. J. (2013) ‘Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
dan Reputasi Kantor Akuntan Publik terhadap Aktivitas Manajemen Laba’, Business
Accounting Review, 1, pp. 1–10.
Darwis, H. (2012) ‘Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance
Sebagai Pemoderasi’, Jurnal Keuangan dan Perbankan, 16(1), pp. 45–55.
Dewi, N. P. A. P. and Ariyanto, D. (2017) ‘Fee Audit Memodrasi Pengaruh Kualitas Audit
Terhadap Manajemen Laba Dan Biaya Modal Ekuitas’, E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, Vol 20(No 3), p. Hal 2244-2272.
Dinuka, V. K. and Zulaikha (2014) ‘Analisis Pengaruh Audit Tenure , Ukuran Kap Dan
Diversifikasi Geografis Terhadap Manajemen Laba’, Diponegoro Journal of Accounting,
3(3), pp. 1–11.
Dwiharyadi, A. (2017) ‘Pengaruh Keahlian Akuntansi Dan Keuangan Komite Audit Dan Dewan
Komisaris Terhadap Manajemen Laba’, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 14(1),
pp. 75–93.
Dwikusumowati, M. Z. and Rahardjo, S. N. (2013) ‘Pengaruh Karakteristik Komite Audit Dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba’, Diponegoro Journal of Accounting,
2(4), pp. 1–14.
Eka Lestari dan Murtanto (2016) ‘Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris dan Komite Audit ,
Struktur Kepemilikan, Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba’, Jurnal Media Riset
Akuntansi, Auditing & Informasi, 17(September 2013), pp. 1576–1608.
Guna, W. I. and Herawaty, A. (2010) ‘Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance,
Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba’,
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 12(1), pp. 53–68.
Hasanudin (2015) ‘Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Diversifikasi
Geografis, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba’, JOM. FEKON, 2(2), pp. 1–15.
Jensen, C. and Meckling, H. (1976) ‘Theory Of The Firm : Managerial Behavior , Agency Costs
19
and Ownership Structure’, Journal of Fnancial Economics, 3, pp. 305–360.
Jones, J. J. (1991) ‘Earnings Management During Import Relief Investigations’, Journal of
Accounting Research, 29(2), pp. 193–228.
Kono, F. D. P. and Yuyetta, E. N. A. (2013) ‘Pengaruh Arus Kas Bebas , Ukuran KAP , Spesialisasi
Industri KAP , Audit Tenur dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba’,
Diponegoro Journal of Accounting, 2(3), pp. 1–9.
Kurniawansyah, D. (2016) ‘Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Auditor, Spesialisasi Audit dan Audit
Capacity Stress Terhadap Manajemen Laba’, Junal Riset Akuntansi dan Bisnis Airlangga,
1(1), pp. 1–25.
Luhgiatno (2010) ‘Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Pada
Perusahaan Yang Melakukan IPO di Indonesia’, Fokus Ekonomi, 5(2), pp. 15–31.
Nugrahanti, Y. W. and Puspitasari, A. (2016) ‘Pengaruh Hubungan Politik , Ukuran Kap , dan
Audit Tenure Terhadap Manajemen Laba Riil’, Journal Akuntansi dan Keuangan, 18(1),
pp. 27–43.
Pamudji, S. and Trihartati, A. (2010) ‘Pengaruh Independensi dan Efektivitas Komite Audit
Terhadap Manajemen Laba’, Jurnal Dinamika Akuntansi, 2(1), pp. 21–29.
Ratmono, D. (2010) ‘Manajmen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor Yang
Berkualitas Mendeteksinya?’, Simposium Nasional Akuntansi XIII, purwokerto, 1, pp. 1–
23.
Rohman, A. and Stevanus (2013) ‘Pengaruh Audit Tenure dan Reputasi Kap terhadap Penerbitan
Opini Going Concern ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bei)’,
Diponegoro Journal of Accounting, 2, pp. 1–8.
Sarunggalo, M. K. S. and Siregar, S. V. (2012) ‘Hubungan Kualitas Audit Dengan Peluang
Investasi dan Manajemen Laba’, Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 16(1), pp. 33–47.
Sihombing, M. A. R. and Laksito, H. (2017) ‘Pengaruh Karakteristik Komite Audit dan Kualitas
Auditor Eksternal terhadap Manajemen Laba’, 6, pp. 1–10.
Subramanyam, K. R. (1996) ‘The pricing of discretionary accruals’, Journal of Accounting and
Economics, 22, pp. 249–281.
Syifaudin, A. (2014) ‘Peran Auditor Spesialisasi Industri dalam Menurunkan Praktik Manajemen
Laba’, Jurnal Grage Akuntansi, 2(1), pp. 1–14.
Tussiana, A. A. and Lastanti, H. S. (2016) ‘Pengaruh Mekanisme Corporate Governance ,
Pergantian Auditor , dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap Integritas Laporan
Keuangan’, Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 16(1), pp. 69–78.
Xie, B., Davidson III, W. N. and DaDalt, P. J. (2003) ‘Earnings Management and Corporate
Governance: the Role of the Board of Directors and Audit Committee’, Journal of
Corporate Finance, 9(3), pp. 295–316.
Zgarni, I., Hlioui, K. and Zehri, F. (2016) ‘Effective audit committee, audit quality and earnings
management’, Journal of Accounting in Emerging Economies, 6(2), pp. 138–155.
20
21