0% found this document useful (0 votes)
205 views20 pages

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Anggota Kepolisian Melalui Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Intervening Di Polres Kerinci

This document summarizes a research paper on the effect of work motivation on the performance of police members through leadership style as an intervening variable in the Kerinci Regional Police Station in Indonesia. The research found that work motivation and leadership styles together have a positive effect on the performance of police officers. Specifically, it was found that work motivation has a positive effect on performance, work motivation has a positive effect through leadership style, leadership style has a positive effect on performance, and work motivation has a positive effect on performance through leadership style. The conclusions indicate that both work motivation and leadership styles are important for improving the performance of police members.

Uploaded by

sri wahyuni
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
205 views20 pages

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Anggota Kepolisian Melalui Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Intervening Di Polres Kerinci

This document summarizes a research paper on the effect of work motivation on the performance of police members through leadership style as an intervening variable in the Kerinci Regional Police Station in Indonesia. The research found that work motivation and leadership styles together have a positive effect on the performance of police officers. Specifically, it was found that work motivation has a positive effect on performance, work motivation has a positive effect through leadership style, leadership style has a positive effect on performance, and work motivation has a positive effect on performance through leadership style. The conclusions indicate that both work motivation and leadership styles are important for improving the performance of police members.

Uploaded by

sri wahyuni
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 20

Jurnal Administrasi Nusantara Mahasiswa (JAN Maha)

Volume 2 No. 1 – 30 Januari 2020

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA


ANGGOTA KEPOLISIAN MELALUI GAYA KEPEMIMPINAN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
DI POLRES KERINCI
EKO FIKRI ADLI, S.A.P1.,
ELIYUSNADI, S.Kom., M.Si2., BENI SETIAWAN, S.Sos., M.A.P3
STIA Nusantara Sakti Sungai
Penuh Email :
[email protected]
[email protected]
[email protected]

ABSTRACT

The Effect of Work Motivation on the Performance of Police Members Through Leadership
Style as an Intervening Variable in the Kerinci Regional Police Station. With the Problem
Formulation Is there an Effect of Work Motivation Influence on the Performance of Police
Members Through the Leadership Style as Intervening Variables in the Kerinci Police Station
either partially or simultaneously. The purpose of this study was to determine the Effect of Work
Motivation Influence on the Performance of Police Members Through Leadership Styles as
Intervening Variables in the Kerinci Police Station.
This research uses a quantitative approach where the research method is to use path analysis
and multiple linear regression analysis. From the Research Results Using multiple linear
regression It is known that Work Motivation has a positive effect on Performance, Work
Motivation has a positive effect through Leadership Style, Leadership Style has a positive effect
on Performance, and Work Motivation has a positive effect on Performance through Leadership
Style on the Kerinci Police Station proven by tcount> tables of 4,727> 1,975 with a significant
level of 0,000 (Significance <5%) Then there is a significant influence between Work
Motivation (X1) on the performance of Police Members in the Kerinci police station (Y),
tcount> table of 3,381> 1,975 with a significant level of 0,001 (Significance <5%) Then there is
a significant influence between the Leadership Style (X2) on the performance of Police
Members in the Kerinci police station (Y), and the fcount value of 44,192 and ftabel 3.05 with a
significance of 0,000 therefore f count> f table (44,192> 3.05) then H0 is rejected and Ha is
accepted. With a significance value less than 0.05 (0,000 <0.05).
Conclusions From This Research Namely Work Motivation and Leadership Styles together have
a positive effect on the performance of police officers at the Kerinci Police Station.

Keywords: Work Motivation, Performance, and Leadership Style

ABSTRAK

Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Anggota Kepolisian Melalui Gaya Kepemimpinan
sebagai Variabel Intervening di Polres Kerinci. Dengan Rumusan Masalah Apakah terdapat
Pengaruh Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Anggota Kepolisian Melalui Gaya
Kepemimpinan sebagai Variabel Intervening di Polres Kerinci baik secara parsial maupun
simultan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pengaruh Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Anggota Kepolisian Melalui Gaya Kepemimpinan sebagai Variabel
Intervening di Polres Kerinci.
Penelitian Ini Mengunakan Pendekatan Kuantitatif Dimana Metode Penelitiannya adalah

1
mengunakan path analysis dan analisis regresi linear berganda. Dari Hasil Penelitian
Menggunakan regresi linear berganda Diketahui Bahwa Motivasi Kerja berpengaruh positif
terhadap Kinerja, Motivasi Kerja berpengaruh positif melalui Gaya Kepemimpinan, Gaya
Kepemimpinan berpengaruh postif terhadap Kinerja, dan Motivasi Kerja berpengaruh positif
terhadap Kinerja melalui Gaya Kepemimpinan pada Polres Kerinci di buktikan dengan thitung
> tabel sebesar 4.727 >1.975 dengan tingkat signifikan 0,000 (Signifikasi < 5%) Maka terdapat
pengaruh yang signifikan antara Motivasi Kerja (X1) terhadap kinerja Anggota Kepolisian di
polres kerinci (Y), thitung > tabel sebesar sebesar 3.381>1.975 dengan tingkat signifikan 0,001
(Signifikasi < 5%) Maka terdapat pengaruh yang signifikan antara Gaya Kepemimpinan (X2)
terhadap kinerja Anggota Kepolisian di polres kerinci (Y), dan nilai fhitung 44.192 dan ftabel
3,05 dengan signifikasi sebesar 0,000 oleh karena itu f hitung > f tabel (44.192 > 3,05) maka H0
ditolak dan Ha diterima. Dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).
Kesimpulan Dari Penelitian Ini Yaitu Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan bersama-sama
berpengaruh positif terhadap kinerja anggota kepolisian di Polres Kerinci.

Kata kunci : Motivasi Kerja, Kinerja, dan Gaya Kepemimpinan

I. PENDAHULUAN

Motivasi kerja merupakan faktor penting yang mempengaruhi kinerja


seseorang. Seseorang dapat bekerja dengan baik karena adanya motivasi kerja yang
baik. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan diwujudkan dalam suatu tindakan.
Motivasi kerja diberikan untuk mendorong kinerja anggota polisi agar dapat bekerja
secara maksimal dan disiplin dalam mengemban tugas yang diberikan oleh atasan.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang dapat memberikan
pengarahan terhadap kinerja anggota-anggotanya
Kinerja anggota Polri sangat penting dalam upaya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sesuai dengan visi misi kepolisian. Polri menjadikan kinerja sebagai
instrument strategis untuk mengukur kemampuan anggota-anggotanya dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan undang-undang yang telah mengaturnya.
Menurut hasil wawancara dari beberapa anggota polisi di salah satu Polsek
yang ada di Kerinci memang ada beberapa anggota polisi yang bekerja tidak sesuai
aturan sepertinya saja:
1. Bermalas–malasan, dalam hal ini polisi sesungguhnya adalah garda terdepan
dalam penegakan hukum dan pelayanan masyrakat. Selain itu polisi memiliki
tugas pokok yang lagsung berinteraksi dengan masyarakat khususnya diwilayah
Kabupaten Kerinci. Dalam memberikan pelyanan ini anggota polisi dituntut untuk
memberikan pelayanan yang profesional dan memegang kode etik sehingga
memberikan kesan yang baik bagi masyarakat. Namun dalam menjalankan
tugasnya seringkali terdapat anggota polisi yang bermalas-malsan dalam
menjalankan tugasnya, sehingga masyarakat tidak merasa puas dengan kinerjanya.
Sehingga perlu adanya motivasi dan gaya kepemimpinan yang baik agar dapat
membangun semangat kerja dari anggota polisi.
2. Pulang sebelum waktunya dan hal ini sulit diidentifikasi terutama bagi anggota
polisi yang bekerja di lapangan, namun hal ini masih bisa dimaklumi mengingat
tugas seorang polisi tidaklah mudah dan harus siap siaga dalam waktu 24 jam
setiap harinya, sehingga menimbulkan rasa bosan, jenuh dan memicu munculnya
stres pada setiap anggota polisi, oleh sebab itu motivasi dan gaya kepemimpinan
yang baik sangat diperlukan bagi anggota polisi untuk membangun semangat kerja
anggota polisi dan mendorong kinerja anggota polisi agar semakin baik ,produktif,
efektif dan efisien serta mampu mengontrol stres kerja yang dihadapi oleh setiap
anggota polisi.
Berdasarkan uraian mengenai motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan kinerja
anggota Polisi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Anggota Kepolisian Melalui Gaya
Kepemimpinan sebagai Variabel Intervening di Polres Kerinci”

1. Tinjauan Pustaka
1.2 Kinerja
1.2.1 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata job perfomance atau actual perfomance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Prawirosentono dalam
Pasolong (2007:176) lebih cenderung menggunakan kata performance dalam menyebut
kata kinerja. Menurut Prawirosentono performance atau kinerja adalah hasil yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Mangkunegara (2015:67) pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya..
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa kinerja adalah hasil kerja yang
telah dicapai oleh seseorang secara kualitas dan kuantitas sesuai dengan peraturan,
kamampuan, target, dan tanggung jawab yang telah ditentukan.
1.3 Manajemen Sumber Daya Manusia
1.3.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan aset penting dan berperan sebagai faktor
penggerak utama dalam pelaksanaan seluruh kegiatan atau aktivitas instansi, sehingga
harus dikelola dengan baik melalui Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).
Menurut para ahli manajemen sumber daya manusia adalah sebagai berikut: Menurut
Handoko (2011:3), manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai
baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.
Menurut Desseler (2015:3), manajemen sumber daya manusia adalah proses
untuk memperoleh, melatih, menilai, dan mengompensasi karyawan dan untuk
mengurus relasi tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan, serta hal-hal yang
berhubungan dengan keadilan.
1.4 Administrasi Publik
1.4.1 Pengertian Administrasi Publik
Menurut Pfiffner dan Presthus yang dikutip Syafei (2003: 31) memberikan
penjelasan mengenai administrasi negara sebagai berikut:
1. .Administrasi Negara meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah yang
ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik.
2. Administrasi Negara dapat didefinisikan sebagai koordinasi usahausaha perorangan
dan kelompok untuk melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Hal ini terutama
meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah.
3. Secara ringkas, Administrasi Negara adalah suatu proses yang bersangkutan dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan dan teknik-teknik
yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap ejumlah
orang.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian tentang administrasi
publik adalah kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang atau lembaga dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintah untuk mencapai tujuan pemerintah secara efektif
dan efisien guna memenuhi kebutuhan publik.
1.5. Motivasi Kerja
1.5.1 Pengertian Motivasi Kerja
Menurut Robbin (2003) Motivasi adalah keinginan untuuk berusaha sekuat
tenaga untuk mencapai tujuan organisasi yang dikondisikan atau ditentukan oleh
kemampuan usaha untuk memenuhi suatu kebutuhan individu.
Menurut Rivai (2003: 89) Motivasi adalah sesuatu di dalam diri manusia yang
memberi energi, yang mengaktifkan dan menggerakkan ke arah perilaku untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
adalah suatu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk mengarahkan perilakunya
pada pencapaian tujuan organisasi dimana yang menjadi pendorong adalah keinginan
dan kebutuhan seseorang.
1.6 Gaya Kepemimpinan
1.6.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor yang menentukan dalam suatu perusahaan.
Menurut Nawawi (2011:15) Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih
dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku
para anggota organisasi atau bawahannya.
Menurut Rivai dan Sagala (2013:42) Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan
ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan
strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Berdasarkan semua pengertian dari para ahli diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan adalah salah satu strategi yang digunakan oleh
seorang pimpinan dalam mempengaruhi, mengarahkan, dan mengendalikan perilaku
orang lain untuk mencapai suatu tujuan.
1.7 Kerangka Pemikiran

Menurut Mangkunegara (2011:75) terdapat 5 (lima) poin yang digunakan sebagai


indikator penilaian kinerja yaitu:
1. Kualitas Kerja;
2. Kuantitas Kerja;
3. Pelaksanaan Tugas;
4. Tanggung Jawab;
5. Ketepatan Waktu.
Indikator motivasi yang penulis gunakan berasal dari teori Maslow, menurut
Sofyandi dan Garniwa (2007:102) terdiri atas:
1. Kebutuhan Fisiologis;
2. Kebutuhan Rasa Aman;
3. Kebutuhan Sosial;
4. Kebutuhan Penghargaan;
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri.
Terdapat 5 (lima) indikator dalam gaya kepemimpinan menurut Kartono
(2013:34), diantaranya:
1. Kemampuan Mengambil Keputusan;
2. Kemampuan Memotivasi;
3. Kemampuan Komunikasi;
4. Kemampuan Mengendalikan Bawahan;
5. Tanggung Jawab.
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Gaya Kepemimpinan (X2):


1. Kemampuan Mengambil Keputusan
2. Kemampuan Memotivasi
3. Kemampuan Koomunikasi
4. Kemampuan Mengendalikan Bawahan
5. Tanggung Jawab

Sumber: Kartono (2013:34)

Motivasi Kerja (X1): Kinerja (Y):


1 Kebutuhan Fisiologis 1. Kualitas Kerja
. Kebutuhan Rasa Aman 2. Kuantitas Kerja
2. Kebutuhan Sosial 3. Pelaksanaan Tugas
3. Kebutuhan Penghargaan 4. Tanggung Jawab
4. Kebutuhan Aktualisasi 5. Ketepatan Waktu
5. Diri

Sumber: Mangkunegara
Sumber: Sofyandi dan Garniwa

(2011:75) (2007:102)

1.8 Hipotesis
Adapun hipotesis yang penulis ajukan saat ini adalah:
1. Ha1 : Terdapat Pengaruh Langsung Motivasi Kerja terhadap Kinerja.
2. Ho1 : Tidak Terdapat Pengaruh Langsung Motivasi Kerja terhadap Kinerja.
3. Ha2 : Terdapat Pengaruh Langsung Motivasi Kerja terhadap Gaya
Kepemimpinan.
4. Ho2 : Tidak Terdapat Pengaruh Langsung Motivasi Kerja terhadap Gaya
Kepemimpinan.
5. Ha3 : Terdapat Pengaruh Langsung Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja.
6. Ho3 : Tidak Terdapat Pengaruh Langsung Gaya Kepemimpinan terhadap
Kinerja.
7. Ha4 : Terdapat Pengaruh Tidak Langsung Motivasi Kerja terhadap Kinerja
melalui Gaya Kepemimpinan.
8. Ho4 : Tidak Terdapat Pengaruh Tidak Langsung Motivasi Kerja
terhadap Kinerja melalui Gaya Kepemimpinan.
II. METODE PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian

2.2 Pendekatan Penelitian

Dalam mengetahui Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Anggota


Kepolisian di Polres Kerinci Melalui Gaya Kepemimpinan, penulis menerapkan
Pendekatan Kuantitatif dengan menggunakan metode path analysis. Menurut Ghozali
(2013:249) analisis jalur merupakan perluasan dari analisis linear berganda, atau
analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas
antar variabel (model kausal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori.
Menurut Sugiyono (2012:11) pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai salah satu
metode penelitian berdasarkan pada filsafat positivism.
2.3 Populasi dan Sampel
2.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2012:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga obyek dan juga benda-benda alam yang lain.
Dari dua ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi adalah
keselurahan dari objek atau subjek yang menjadi focus dalam penelitian, dimana yang
menjadi populasi adalah anggota kepolisian yang ada di Polres Kerinci sebanyak 265
orang.
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 150
2. Perempuan 9

2.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini, sample yang peneliti ambil sesuai dengan jumlah populasi
yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2014:81) sample adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. Menurut Arikunto
(2010:174) sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun jumlah
sample yang akan diteliti adalah anggota kepolisian yang ada di Polres Kerinci
sebanyak 265 yang kemudian di perkecil dengan rumus slovin dan hanya diambil 5%
dari total populasi yaitu sebesar 159 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah
anggota kepolisian polres Kerinci yang berjumlah 73 orang.
Salah satu cara menentukan besaran sampel yang memenuhi hitungan itu adalah
menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 2007:182) yaitu rumus yang digunakan
untuk menghitung banyaknya sampel minimum suatu survey populasi terbatar, dimana
tujuan utama dari survey tersebut adalah untuk mengestimasi proposi populasi, sebagai
berikut:
Keterangan:

N = Jumlah Total Populasi


e = Batas Toleransi Error

2.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam melakukan penelitian ilmiah, metode pengumpulan data ini dilakukan
untuk mendapatkan bahan-bahan yang akurat, relevan, dan terpercaya guna mencapai
tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data di lapangan, penulis menggunakan dua
metode yaitu:
2.4.1 Metode Angket
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang memungkinkan bagi
peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan yang tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner yang
digunakan peneliti sebagai instrument peneliti, metode yang digunakan adalah
kuesioner tertutup, adapun kuesioner pada penelitian ini akan dibagikan kepada anggota
kepolisian di Polres Kerinci.

2.5 Uji Instrumen/Alat


2.5.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2016:177) validitas menunjukkan derajat ketepatan antara
data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti
untuk mencari validitas sebuah item, kita mengkorelasikan skor item dengan total item-
item tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama atau diatas 0,3 maka
item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item
terebut dinyatakan tidak valid.
2.5.2 Uji Reliabilitas
Sugiyono (2012:177) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Uji realianilitas kuesioner dalam penelitian digunakan metode split half item tersebut
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelimpok item ganjil dan kelompok item genap.
Kemudian masing-masing kelompok skor tiap itemnya dijumlahkan sehinga
menghasilkan skor total. Apabila korelasi 0,5 maka dikatakan item tersebut memberikan
tingkat reliabel yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi dibawah 0,5 maka
dikatakan item tersebut kurang reliabel.
2.5.3 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan uji statistik.
Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak, kita
menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Santoso (2002) memberikan
pedoman pengambilan keputusan tentang data-data yang mendekati atau merupakan
distribusi normal yang dapat dilihat dari:
Nilai signifikansi atau probabilitas >0.05, maka data terdistribusi secara normal.
Nilai signifikansi atau probabilitas <0.05, maka data terdistribusi secara tidak
normal.
2.5.4 Uji Linearitas
Menurut Ghozali (2016:159) uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah
spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Data yang baik seharusnya
memiliki hubungan linier antara variabel independen dan variabel dependen. Penilaian
uji linieritas yaitu dapat dilihat dengan membandingkan antara f hitung dan f tabel
apabila niali f hitung < f tabel maka variabel tersebut dikatakan linier.
2.6 Jenis Data
Sugiyono (2016:225) mengatakan bahwa data sekunder merupakan sumber data
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang
lain atau lewat dokumen. Dapat dikatakan bahwa sumber data sekunder digunakan
untuk mendukung informasi yang didapatkan dari sumber data primer yaitu dari bahan
pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, laporan-laporan kegiatan yang diadakan
oleh erpustakaan Asmaina dan lain sebagainya.
Data primer diperoleh dari kuesioner dengan menggunakan skala linkert
terhadap responden yaitu Anggota Kepolisian yang ada di Polres Kerinci sedangkan
data sekunder berupa (jumlah karyawan, struktur organisasi, visi misi organisasi dan
profil organisasi) serta studi pustaka, peneliti terdahulu, literature dan jurnal yang
mendukung peneliti ini.
2.7 Sumber Data
Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari:
1. Polres Kerinci
2. Literature-literatur yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini

2.8 Metode Dan Alat Analisis


2.8.1 Metode Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang
mengunakan uji statistik. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dipandu oleh
hipotesis tertentu, yang salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menguji
hipotesis yang ditentukan sebelumnya (Sugiyono, 2010:74).
2.8.2 Alat Analisis
Agar mendapatkan hasil yang valid, disini penulis menggunakan alat analisis
sebagai berikut:
2.8.3 Skala Likert
Dari penyebaran angket, hasil terlebih dahulu diberi skor dengan menggunakan
skala linkert menurut sugiyono (2004:67) mengatakan “ skala likert digunakan untuk
mengukur sikap,pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang fenomena
social’’, pengunaan skala linkert dalam penelitian ini dengan tingkatan “sangat setuju
sampai dengan sangat tidak setuju”. Dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Skor 5 : sangat setuju (SS)
2. Skor 4 : setuju (S)
3. Skor 3 : Ragu-ragu (RR)
4. Skor 2 : tidak setuju (TS)
5. Skor 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
2.8.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
dua variable atau lebih. Kuat tidaknya hubungan variable-variable tersebut dinyatakan
dengan bilangan yaitu analisis regresi linier berganda yang dihitung berdasarkan rumus
berikut:

Y= a + β1X1 + ε
Keterangan :
Y = Kinerja
a = Konstanta regresi
β1, β2, = Koefisien Regresi
X1 = Motivasi kerja
ε = Standar Error
Analisis regresi linier berganda antara Kinerja (Y) sebagai variable dependen
dengan variable independen Motivasi Kerja (X1) melalui Gaya Kepemimpinan (X2)
dari hubungan yang diperoleh dapat diketahui besarnya pengaruh Motivasi Kerja (X1)
Terhadap Kinerja (Y) melalui Gaya Kepemimpinan (X2).
2.9 Uji Hipotesis
2.9.1 Uji Statistik ‘t’ (Secara Parsial)
Uji t adalah bagian dari uji statistic yang merupakan yang digunakan untuk
membuktikan pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka dihitung dengan rumus
Sugiono (2009:184) sebagai berikut:

=
Dimana :
= Nilai
r = Nilai Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Apabila t hitung < t tabel, maka ditolak dan Ho diterima artinya tidak ada
pengaruh yang bermakna oleh variabel X dan Y.
2. Apabila t hitung > t tabel, maka diterima dan Ho ditolak artinya ada
pengaruh yang bermakna oleh variabel X dan Y.
2.9.2 Uji Statistik ‘f’ (Simultan)
Uji F dipakai untuk mengetahui apakah secara simultan koefisien variabel bebas
mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat (sugiono 1997:160).
Dinyatakan sebagai berikut:

F=
Keterangan :
F = Besarnya F Hitung
n = Jumlah Sampel
K = Jumlah Variabel
= Koefisien Determinan
Dengan kriteria Pengambilan keputusan adalah:
Dengan membandingkan nilai f hitung dengan f tabel
1. Apabila f hitung < f tabel, maka Ho diterima dan ditolak, ini berarti tidak
terdapat pengaruh simultan oleh variabel X dan Y.
Apabila f hitung > f tabel, maka Ho ditolak dan diterima, ini berarti terdapat
pengaruh simultan oleh variabel X dan Y
2.9.3 Analisa Jalur (Path Analysis)
Teknik analisis data yang digunakan adalah path analysis/ analisis jalur
mengunakan SPSS Versi 25 dengan Rumus. Analisis jalur digunakan untuk melukiskan
dan menguji model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat (Damodar N,
2009:89).
Analisis jalur (Path Analysis) menurut Dawn C. Porter (2012:32) adalah
merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda dan bivariate. Analisis jalur
ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel exogen dan
endorgen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel
mediating/intervning atau variabel antara.
2.10 Program Pengolahan Data
Untuk Mengelola Hasil analisis, peneliti menggunakan program SPSS Versi 25.
2.11 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah di Polres Kerinci.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data


3.1.1 Uji Validitas Data
Uji validitas menurut Sugiyono (2016; 177) dilakukan untuk mengukur sah atau
valid tidaknya suatu kuesioner. Keandalan alat ukur mempunyai arti bahwa alat ukur
tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji signifikansi
validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing
skor indikator dengan total skor konstruk atau dengan membandingkan nilai rhitung
dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2. Apabila nilai koefisien r hitung> rtabel,
dimana rtabel = 0,155pada n = 159, df =157 , maka dapat diambil kesimpulan bahwa item
tersebut adalah valid, demikian juga sebaliknya jika rhitung< rtabel, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa item tersebut adalah tidak valid (Sugiyono, 2016;177).
Hasil Pengujian validitas variable konflik peran ganda dapat dilihat pada tabel
3.2 berikut :
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas
Variabel Motivasi kerja, Gaya Kepemimpinan dan Kinerja
No Butir Keteranga
Indikator Rhitung Rtabel
Intrumen n
1 Kebutuhan Fisiologis 0,693 0,155 Valid
2 X1 Kebutuhan Rasa Aman 0,533 0,155 Valid
3 Motivasi Kebutuhan Sosial 0,546 0,155 Valid
4 Kerja Kebutuhan Penghargaan 0,611 0,155 Valid
5 Kebutuhan Aktualiasi Diri 0,705 0,155 Valid
Sumber Data : Lampiran
N Butir Indikator Rhitung Rtabel Keteranga
o Intrumen n
1 Kemampuan Mengambil 0,595 0,155 Valid
2 Keputusan 0,704 0,155 Valid
X2 Gaya
3 Kemampuan Memotivasi 0,669 0,155 Valid
Kepemim
4 Kemampuan Komunikasi 0,730 0,155 Valid
pinan
5 Mengendalikan Bawahan 0,589 0,155 Valid
Tanggung Jawab
Sumber Data : Lampiran

No Butir Keteranga
Indikator Rhitung Rtabel
Intrumen n
1 Kualitas Kerja 0,528 0,155
Valid
2 Kuantitas Kerja 0,587 0,155
Valid
Y
3 Pelaksanaan Tugas 0,546 0,155
Valid
Kinerrja
4 Tanggung Jawab 0,649 0,155
Valid
5 Ketepatan Waktu 0,565 0,155
Valid
Sumber Data : Lampiran
Berdasarkan Tabel 3.2 di atasmenunjukkan bahwa keseluruhan dari item
pernyataan variabel Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Kinerja yang masing-
masing variabel memiliki 5 indikator dengan 5 pertanyaan mempunyai angka koefisien
korelasi yang lebih besar dari angka kritik (rhitung > rtabel) atau lebih besar dari
0,155(pada df = 157), dengan demikian dapat dinyatakan item pernyataan variabel
Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Kinerja adalah valid.
3.1.2 Uji Reliabilitas
Sugiyono (2012:177) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah sejauh mana
hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data yang
sama. Kemudian masing-masing kelompok skor tiap itemnya dijumlahkan sehinga
menghasilkan skor total. Apabila korelasi 0,5 maka dikatakan item tersebut memberikan
tingkat reliabel yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi dibawah 0,5 maka
dikatakan item tersebut kurang reliable.
Hasil pengujian reliabilitas untuk variabel penelitian ini dapat
ditampilkan dalam Tabel 3.3 di bawah ini :
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel penelitian
No Variable Cronbach Alpha Keterangan
1 Motivasi Kerja 0,762 Reliabel
2 Gaya Kepemimpinan 0,774 Reliabel
3 Kinerja 0,738 Reliabel
Sumber Data : Lampiran
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, nilai cronbach alpha (α) untuk seluruh
variabel menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,5 sehingga seluruh variabel
yang diteliti adalah reliabel. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan data yang
dikumpulkan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
3.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Diketahui bahwa uji t dan f
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Cara yang digunakan
untuk mengetahui normalitas residual adalah dengan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai signifikansi Kolmogorov-smirnov kurang dari 5
persen (0,05) maka dapat dikatakan bahwa residual data dari model regresi tidak
normal. Jika nilai signifikansi kolmogorov-smirnov di atas 5 persen (0,05) maka dapat
dikatakan bahwa residual data dari model regresi telah terdistribusi secara normal
(Ghozali, 2016:154-158).
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 159
a,,b Mean .0000000
Normal Parameters

Std. Deviation 3.39192276


Most Extreme Differences Absolute .136

Positive .115
Negative -.136
Kolmogorov-Smirnov Z 1.717

Asymp. Sig. (2-tailed) 600

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel 3.4 hasil uji normalitas diatas diambil kesimpulan bahwa nilai
Asymp signifiksi sebesar 0,600 > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa residual data dari
model regresi telah terdidtribusi secara normal.
3.3 Uji Linearitas
Menurut Ghozali (2016:159) uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah
spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Data yang baik seharusnya
memiliki hubungan linier antara variabel independen dan variabel dependen. Penilaian
uji linieritas yaitu dapat dilihat dengan nilai sig. linearity > 0,05 maka variabel tersebut
dikatakan linear.
Hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 25, berikut ini dapat
disajikan hasil uji Linearitas disertai penjelasannya pada Tabel 3.5 di bawah ini :
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Linearitas
Motivasi Kerja terhadap Gaya
Kepemimpinan
ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Unstandar Between (Combined) 2756.670 8 344.584 78.982 .000
dized Groups Linearity 556.03 .000
2425.866 1 2425.866 0
Residual *
Unstandar Deviation from .220
330.804 7 47.258 10.832
dized Linearity
Predicted Within Groups 654.425 150 4.363
Value Total 3411.094 158
Sumber : Lampiran
Berdasarkan hasil uji Linearitas diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
Deviation from Linearity sebesar 0,220 > 0,05 maka terdapat hubungan linear antara
Motivasi Kerja (X1) dengan Gaya Kepemimpinan (X2).
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Linearitas
Motivasi Kerja terhadap Kinerja
ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Unstandar Between (Combined) 1234.905 8 154.363 14.357 .000
dized Groups Linearity 1028.204 1 1028.204 95.629 .000
Residual * Deviation from
206.701 7 29.529 2.746 .110
Unstandar Linearity
dized Within Groups 1612.805 150 10.752
Predicted Total
Value 2847.711 158
Sumber : Lampiran
Berdasarkan hasil uji Linearitas diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
Deviation from Linearity sebesar 0,110 > 0,05 maka terdapat hubungan linear antara
Motivasi Kerja (X1) dengan Kinerja (Y).
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Linearitas
Gaya Kepemimpinan terhadap
Kinerja
ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Unstandar Between (Combined) 1389.225 10 138.923 14.097 .000
dized Groups Linearity 769.551 1 769.551 78.090 .000
Residual * Deviation from
619.674 9 68.853 6.987 .124
Unstandar Linearity
dized Within Groups 1458.486 148 9.855
Predicted Total
Value 2847.711 158
Sumber : Lampiran
Berdasarkan hasil uji Linearitas diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
Deviation from Linearity sebesar 0,124> 0,05 maka terdapat hubungan linear antara
Gaya Kepemimpinan (X2) dengan Kinerja (Y).
Tabel 3.8 Rangkuman Uji Linearitas
Variabel Signifik Alpha Keterangan
asi
Devianti
on From
Linearit
as
Motivasi Kerja ( X1) Gaya 0,.220 0.05 Linear
Kepemimpinan (X2)

Motivasi Kerja (X1) 0,110 0,05 Linear


Kinerja(Y)

Gaya Kepemimpinan(X2) 0,124 0,05 Linear


Kinerja(Y)

Keterangan :
X1 = Variabel Motivasi Kerja
X2 = Variabel Gaya Kepemimpinan
Y = Variabel Kinerja.
3.4 Uji Hipotesis
3.4.1 Secara Simultan (Uji F)
Uji statistic F untuk menjunjukkan apakah semua variable independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variable dependenterikat. Uji F dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9 Hasil Uji F
Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


1 Regression 1029.899 2 514.949 44.192 .000b

Residual 1817.812 157 11.653

Total 2847.711 159

a. Dependent Variable: Kinerja


b. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan, Motivasi kerja
Berdasarkan tabel 4.1 diatas tentang uji ANOVA atau F tes diperoleh nilai f
hitung sebesar 44,192 dan f tabel sebesar 3,05dengan signifikasi sebesar 0,00 oleh
karena itu f hitung > f tabel (44.192>3,05) maka dengan nilai signifikasi lebih kecil dari
0,05 (0,000<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa “ Motivasi Kerja dan Gaya
Kepemimpinan bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja anggota Kepolisian
di Polres Kerinci.
3.5.2 Secara Parsial (Uji T)
Uji t adalah uji statistic yang merupakan uji koefisien korelasi parsial yang
digunakan untuk membuktikan pengaruh variable independen terhadap variable
dependen, dimana salah satu variable independenya tetep/dikendalikan.
Dengan ketentuan penulis mengajukan hipotesis, dengan tingkat toleransi
kesalahan sebesar 5% setelah dilakukan pengajuan dengan SPSS maka didapat hasil
seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 3.10 Hasil Uji T
Motivasi Kerja Terhadap Gaya Kepemimpinan
Coefficientsa

Unstandardized Standardize
Model Coefficients d t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,164 ,777 2,787 ,006
Motivasi Kerja ,868 ,044 ,843 19,661 ,000
a. Dependent Variable: Gaya Kepemimpinan

Tabel 3.11 Hasil Uji F


Motivasi Kerja Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Coefficientsa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 (Constant) 6.817 1.084 6.288 .000
Motivasi kerja .529 .112 .563 4.727 .000
Gaya Kepemimpinan .341 .109 .045 3.381 .001
a. Dependent Variable: Kinerja

1) Hubungan antara Motivasi Kerja terhadap Gaya Kepemimpinan. Berdasarkan


Tabel diatas diketahui t sebesar 19.661 >1.975 dengan tingkat signifikan 0,000
(Signifikasi < 5%) Maka terdapat pengaruh yang signifikan antara Motivasi
Kerja (X1) terhadap Gaya Kepemimpinan (X2).
2) Hubungan antara Motivasi Kerja terhadap Kinerja. Berdasarkan Tabel diatas
diketahui t sebesar 4.727 > 1.975 dengan tingkat signifikan 0,000 (Signifikasi <
5%) Maka terdapat pengaruh yang signifikan antara Motivasi Kerja (X1)
terhadap Kinerja (Y).
3) Hubungan antara Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja. Berdasarkan Tabel
diatas diketahui t sebesar 3,381 1.975 dengan tingkat signifikan 0,001
(Signifikasi < 5%) Maka terdapat pengaruh yang signifikan antara Gaya
Kepemimpinan ( X2) terhadap Kinerja (Y).
3.5 Path Analisis
Teknik analisis data yang digunakan adalah path analysis/ analisis jalur
mengunakan SPSS Versi 25. Analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji
model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat (Sugiyono, 2017:34).
3.6.1. Model Analisis Jalur
Untuk mengetahui pengaruh langsung setiap variable yaitu variable Motivasi
Kerja (X1) terhadap Gaya Kepemimpinan (X2), variable Gaya Kepemimpinan (X2)
terhadap Kinerja (Y), variable Motivasi Kerja (X1) terhadap Kinerja (Y), dan pengaruh
tidak langsung dari variable Motivasi Kerja (X1) terhadap Kinerja (Y) melalui Gaya
Kepemimpinan (X2), berdasarkan konsepsi di atas dapat dilihat dalam spesifikasi model
analisis, sebagaimana tergamabar dalam gambar analisis jalur (Path Analysis) berikut
ini:
3.6.2.(X1) (X2) (Y)
3.6.3.

Gambar 3.1 Model Analisis Jalur tentang Pengaruh Variabel Motivasi Kerja (X1)
terhadap Kinerja (Y) melalui Gaya Kepemimpinan (X2)

Berdasarkan model analisis jalur yang digambarkan di atas maka dapat


dilakukan pengolahan selanjutnya dengan membagi struktur jalur menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu Sub struktur jalur 1 dan Sub struktur 2 seperti yang tergambar di bawah
ini:
ℇ1 ℇ1
X1 X1
X2 Y
X2

Gambar 3.2 Sub Struktur 1 Gambar 3.3 Sub Struktur 2


3.6.1.1. Mengoperasikan Model Analisis dengan Komputer
Berdasarkan hasil analisis di atas, selanjutnya akan diuraikan pengoperasian
model analisis jalur (path analysis) dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Koefisien Jalur Sub Struktur 1 dan Sub Struktur 2
Berdasarkan hasil analisis regresi bertingkat dapat ditentukan masing-masing
koefisien jalur sebagai berikut:
a. Regresi tahap 1 Beta = 0,200 (Sign.= 0,038) =
b. Regresi tahap 2 Beta = 0,498 (Sign.= 0,000) =
c. Regresi tahap 3 Beta = 0,207 (Sign.= 0,014) =
Keterangan:
Beta = Koefisien regresi terstandar, digunakan sebagai koefisien jalur
= Koefisien jalur antara X1 dengan X2
= Koefisien jalur antara X1 dengan Y
= Koefisien jalur antara X2 dengan Y
2. Menghitung Koefisien Jalur untuk Residual Substruktur 1
Dengan menggunakan rumus maka dapat dihitung koefisien jalur
untuk residual setiap variable tergantung sebagai berikut:
a. Koefisien jalur untuk residual substruktur 1: Motivasi Kerja (X1) terhadap Gaya
Kepemimpinan (X2),
=
=
=0,625
3. Menghitug Koefisien Jalur untuk Residual Substruktur 2
Dengan menggunakan rumus maka dapat dihitung koefisien jalur
untuk residual setiap variable tergantung sebagai berikut:
a. Koefisien jalur untuk residual substruktur 1. Motivasi Kerja (X1) terhadap
Gaya Kepemimpinan (X2), terhadap Kinerja( Y ).
=
=
=0,557
Keterangan:
= koefisien jalur untuk residual substruktur 1. Motivasi Kerja (X1)
terhadap Gaya Kepemimpinan (X2),
= koefisien jalur untuk residual substruktur 1. Motivasi Kerja (X1)
terhadap Gaya Kepemimpinan (X2), terhadap Kinerja( Y ).
= koefisien determinasi pada masing-masing jalur
1 = bilangan konstan
1. Hubungan antara Motivasi Kerja terhadap Gaya Kepemimpinan.
Berdasarkan Tabel diatas diketahui t sebesar 19.661 >1.975. Artinya ada
hubungan Linear antara Motivasi Kerja (X1) terhadap Gaya Kepemimpinan (
X2), sebesar 0,200 × 0,200 = 0,4 atau 4%.
2. Hubungan antara Motivasi Kerja terhadap Kinerja.
Berdasarkan Tabel diatas diketahui t sebesar 4.727 > 1.975. Artinya ada
hubungan Linear antara Motivasi Kerja (X1) terhadap Kinerja (Y), sebesar 0,498
× 0,498 = 0,248 atau 24,8%.
3. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja.
Berdasarkan Tabel diatas diketahui t sebesar 3,381 1.975. Artinya ada hubungan
Linear antara Gaya Kepemimpinan ( X2) terhadap Kinerja (Y), sebesar 0,207 ×
0,207 = 0,042 atau 0,42%
3.6.2. Substruktur Mediasi (Sobel Tes)
Hubungan antara Motivasi Kerja dan Kinerja melalui Gaya Kepemimpinan.
Dengan menggunakan 3 variabel yaitu Motivasi Kerja sebagai variable independen,
Gaya Kepemimpinan sebagai mediator dan Kinerja sebagai variable dependennya.
Langkah regresi dilakukan sebanyak 2 kali, regresi pertam dilakukan antara Motivasi
Kerja dengan Kinerja, kemudian regresi kedua dilakukan dengan langkah-langkah
analisis sebagai berikut:
Pertama: menentukan hipotesis

H1 : Motivasi Kerja berpengaruh langsung terhadap Gaya


Kepemimpinan.
H2 : Gaya Kepemimpinan berpengaruh langsungterhadap
Kinerja. H3 : Motivasi Kerja berpengaruh langsung terhadap Kinerja.
H4 : Motivasi Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja melalui
Gaya Kepemimpinan
Kedua: menghitung Regresi dan Nilai Z
Table 3.12 Analisis Mediator Motivasi Kerja
Model Unstandardized Coefficients
B Std. Error
Gaya Kepemimpinan .868 6.196
Kinerja .041 11.433
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian 2020
Dari table hasil regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi Motivasi
Kerja terhadap Gaya Kepemimpinan sebesar 0,868 dengan standar error 6,196.
Kemudian untuk Kinerja mendapatkan nilai koefisien 0,041 dengan standar error
11,423. Sehingga Motivasi Kerja signifikan berpeengaruh langsung terhadap Kinerja,
kemuadian Gaya Kepemimpinan signifikan berpengaruh langsung terhadap Kinerja.
Adapun Hasil Analisi jalur dapat di lihat pada gambar 3.1
Gambar 3.4
Koefisien Jalur
Terdapat Pengaruh tidak langsung Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Melalui
Gaya Kepemimpinan di buktikan dengan nilai Koefisien jalur 0,868 x 0,041 didapat
nilai 0,0355588(0,036 Indirect Effects) dan kemudia dilakukan sobel test untuk
mendapatkan nilai Z sobel dengan dengan rumus:

z =

Z = 2,37955936
Dengan tingkat kesalahan 5% dan menggunakan kurva norma sebagai batasan, maka
nilai Z tabel adalah 1,96.
Teori D.A. deVans “ taraf keyakinan sebesar 95% dan interval keyakinan nya
sebesar 5% dari nilai yang paling dekat gariskiri dan kanan dari kurva adalah 1, 96%”
Kriteria uji hipotesis sebagai berikut :
Jika Z sobel test > Z tabel maka HO ditolak dan H1 diterima
Jika Z sobel test < Z tabel maka HO diterima dan H1
ditolak
Dari hasil perhitungan sobel test di atas mendapatkan nilai Z sebesar
2,37955936, karena nilai Z yang diperoleh sebesar 2,379 > 1,96 dengan signifikan 5%
maka membuktikan bahwa Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Anggota
Kepolisian Melalui Gaya Kepemimpinan sebagai Variabel Interveningdi Polres
Kerinci”.
2. Siginifikasi Pengaruh
Berdasarkan hasil perhitungan analisis di atas dimana terdapat pengaruh positif
variabel Motivasi Kerja ( X1 ) Terhadap Gaya Kepemimpinan ( X2 ) sebesar 4 %,
Gaya Kepemimpinan ( X1 ) Terhadap Gaya Kepemimpinan ( Y ) sebesar 24,8 %,
pengaruh langsung Gaya Kepemimpinan ( X2) Kinerja ( Y ) sebesar 0.24 %, Pengaruh
tidak langsung Motivasi Kerja ( X1 ) terhadap Kinerja ( Y ) sebesar 2.37 %.
IV. SIMPULAN

4.1. Kesimpulan dan Saran


4.1.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian dan analisis bab-bab terdahulu maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Anggota Kepolisian
Melalui Gaya Kepemimpinan di Polres Kerinci sebagai berikut :
1. Hubungan antar Motivasi Kerja dengan Kinerja.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka t sebesar 6.695> 1,654. Artinya ada
hubungan Linear antara Motivasi Kerja dengan Kinerja. Besar pengaruh Motivasi
Kerja dengan Kinerja 0,498 x 0,498 = 0,248 atau 24,8 %.
2. Hubungan antar Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh angka t sebesar 2.381> 1,654 Artinya ada hubungan Linear antara Gaya
Kepemimpinan dengan Kinerja. Besar Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja sebesar
0, 207 x 0, 207= 0,042 atau 0,42 %.
3. Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan signifikan berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Anggota Kepolisian dibuktikan dengan nilai koefisien regresi Motivasi Kerja
terhadap Gaya Kepemimpinan sebesar 0,868 dengan standar error 6,196. Kemudian
untuk Kinerja mendapatkan nilai koefisien 0,041 dengan standar error 11,423.
4. Terdapat Pengaruh tidak langsung Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Melalui Gaya
Kepemimpinan di buktikan dengan nilai Koefisien jalur 0,868 x 0,041 didapat nilai
0,0355588(0,036 Indirect Effects) dan kemudia dilakukan sobel test untuk
mendapatkan nilai Z sobel dengan dengan rumus : dan di dapat
nilai Z sebesar 2,37955936, karena nilai Z yang diperoleh sebesar 2,379 > 1,98
dengan signifikan 5% maka membuktikan bahwa Pengaruh Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Anggota Kepolisian Melalui Gaya Kepemimpinan sebagai Variabel
Interveningdi Polres Kerinci.
4.1.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai Pengaruh Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Anggota Kepolisian Melalui Gaya Kepemimpinan di Polres Kerinci ,
berikut beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi alternative dalam membantu
memecahkan masalah antara lain
1. Tidak dapat di hindari bahwa di rirarki kepolisian harus di patuhi sebab gaya
kepemimpinan para atasan sangat berdampak terhadap kinerja anggota baik itu di
lapangan maupun di kantor penting bagi atasan untuk lebih memperhatikan dan
memotivasi agar lebih semangat dalam bekerja demi tercapinya kinerja yang baik
di kepolisian itu sendiri maupun masyarakat.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai penambah
khazanah keilmuan, khususnya teori tentang Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Melalui Gaya Kepemimpinan.

V. DAFTAR PUSTAKA

A. A Anwar Prabu Mangkunegara. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Abdullah, M. 2014. Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan. Yogyakarta: Penerbit
Aswaja Pressindo.
Agus Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif: Untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial.
Yogyakarta: Gaya Media.
Anoraga, Pandji. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.
Jakarta:Rineka Cipta.
Daft, Richard L. 2002. Manajemen Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.
Damodar N., Gujarati dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika Buku 2.
Edisi 5. Raden Carlos Mangunsong (penj.). Jakarta: Salemba Empat
H. R, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Katono, Kartini. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah
Kepemimpinan
Abnormal Itu?. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Rajawali.
Mangkunegara. 2011. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nawawi. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif.
Cetakan Keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.
Nawawi. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Bisnis yang Kompetitif.
Yogyakarta: Gadjahmada University Pers.
Rivai, Veithzal. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan:
Dari Teori ke Praktik. Jakarata: PT Raja Grafindo Persada.
Rivai, Veithzal dan Ella Sagala. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan. Jakarata: Rajawali Pers.
Robbins, P. Stephen. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 2. Edisi Sembilan. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Sofyandi dan Garniwa. 2007. Perilaku Organisasional. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sondang, P. Siagian. 1985. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 1997. Metode Penelitian Administrasi. Yogyakarta: CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Thoha, Miftah. 2013. Kepemimpinan dalam Manajemen. Edisi 1. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Widodo. S. E. 2005. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Pusaka Pelajar.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang tugas-tugas kepolisian republik
Indonesia.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 13 tentang Tugas dan Wewenang
kepolisian republik Indonesia.

You might also like