Festival Bau Nyale Sebagai Pengenalan Dan Pelestarian Budaya
Festival Bau Nyale Sebagai Pengenalan Dan Pelestarian Budaya
Festival Bau Nyale Sebagai Pengenalan Dan Pelestarian Budaya
Oleh:
Nursaptini1
Arif Widodo2
Setiani Novitasari3
ABSTRACT
This study aims to find out about the Bau Nyale festival as an introduction and
cultural preservation. Cultural preservation is the duty of every citizen, especially the
younger generation, because culture or a tradition becomes the identity of a nation. The
research method used is descriptive qualitative research. The research was conducted
during the implementation of the 2020 Bau Nyale charm festival held by the Central
Lombok Regency government. The informants in this study were people who participated
in the festival and people who acted as spectators. Retrieval of data through interviews,
observation and documentation. Data analysis used an interactive model from Miles &
Huberman, namely data collection, data reduction, data presentation, and drawing
conclusions. The results of this study explain that the Bau Nyale festival in 2020 will
become a forum for the introduction and preservation of the culture of the Sasak tribe.
Through this festival, participants and audiences were presented with a treatrikal on the
legend of the Mandalika princess as the beginning of the history of the birth of the Bau
Nyale tradition, then they got an understanding of the cultural values contained in the
Bau Nyale tradition until the date of the Bau Nyale tradition was implemented. In
addition, the Bau Nyale Festival is also inserted to get to know typical Sasak clothes such
as gastric clothes, for women and pegong clothes for men besides that it is enlivened by
the traditional art of Gendang Beleq which is a typical art of the Sasak tribe.
1
Program Studi PGSD Universitas Mataram
2
Program Studi PGSD Universitas Mataram, Email korespondensi: [email protected]
3
Program Studi PGSD Universitas Mataram
4
Program Studi PGSD Universitas Mataram
85
Festival Bau Nyale Nursaptini, dkk
1. PENDAHULUAN
Warisan Budaya menjadi identitas suatu bangsa oleh karena itu harus
dilestarikan. Di dalam suatu budaya terdapat pesan moral yang selalu
dijunjung tinggi oleh sebuah komunitas (Widodo, Akbar, & Sujito, 2017). Salah
satu tradisi yang harus dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda
adalah tradisi Bau Nyale, tradisi lokal masyarakat Lombok.
2. KAJIAN PUSTAKA
Bau Nyale berasal dari kata Bau yang artinya menangkap, sedangkan
Nyale merupakan nama sejenis cacing laut. Arti sedehananya adalah tradisi
menangkap Nyale yang ada di laut. Tradisi Bau Nyale memiliki makna tersediri
bagi masyarakat suku sasak terutama yang berada di daerah selatan. Bau Nyale
berawal dari legenda lokal yang melatarbelakangi yakni tentang kisah seorang
Putri Mandalike. Menurut kepercayaan masyarakat Lombok Nyale merupakan
jelmaan Putri Mandalike. Adapun nilai budaya yang terkandung dalam tradisi
Bau Nyale antara lain kisah kesabaran, pengorbanan seorang putri mandalike
untuk kesejahteraan masyarakat, menghindari pertikaian menjunjung
perdamaian (Fazalani, 2018).
86
Nursaptini, dkk Festival Bau Nyale
3. METODOLOGI
87
Festival Bau Nyale Nursaptini, dkk
4. PEMBAHASAN
Festival Bau Nyale ini diikuti oleh perwakilan dari setiap kecamatan yang
terdiri dari siswa SMP dan masyarakat luas yang ingin ikut berpartisipasi
mengenang awal terjadinya tradisi Bau Nyale.
Tradisi Bau Nyale sebagai salah satu tradisi budaya yang hanya ada pada
masyarakat suku sasak sudah seharusnya dilestarikan, dan diperkenalkan
terutama kepada generasi muda usia sekolah agar tidak hanya mengenal
tradisi luar. Hal ini tidaklah berlebihan mengingat pendidikan memiliki peran
yang sangat penting dalam pelestarian budaya dan pembentukan karakter
peserta didik (Nursaptini, Sobri, Sutisna, Syazali, & Widodo, 2019). Pada
festival Bau Nyale ini peserta menggunakan pakain adat sasak oleh karena itu
tidak hanya memperkenalkan tentang tradisi Bau Nyale namun anak muda
melestarikan pakaian adat sasak seperti laki-laki memakai sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1 dan 2.
88
Nursaptini, dkk Festival Bau Nyale
Gambar 1. Peserta Festival Bau Nyale menggunakan pakaian adat suku sasak
89
Festival Bau Nyale Nursaptini, dkk
Raja dan Permaisuri kerajaan Tojang beru memiliki seorang putri yang
diberi nama Putri Mandalika. Putri Mandalika tumbuh menjadi gadis remaja,
memiliki kepandaian, keelokan paras dan budi pekertinya. Putri Mandalika
sangat terkenal dengan segala pesonanya sehingga menyebar ke seluruh
penjuru Lombok dan daerah sekitarnya. Para pangeran berasal dari kerajaan
yang berbeda yaitu dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha dan
kerajaan Beru. Para pangeran jatuh cinta dan terpesona melihat kecantikan
sang putri. Mereka saling berlomba dan mengadu peruntungan untuk dapat
mempersunting Putri Mandalika. Raja Tojang Beru dan Permaisuri Dewi
Seranting tidak bisa memutuskan masa depan anaknya. Sang Raja tak bisa
menentukan siapakah yang akan diterima lamarannya.
90
Nursaptini, dkk Festival Bau Nyale
91
Festival Bau Nyale Nursaptini, dkk
Moment festival Bau Nyale ini mengingatkan generasi muda makna akan
tradisi bau nyale sebagaimana hasil wawancara dengan salah seorang
informan bahwa:
92
Nursaptini, dkk Festival Bau Nyale
Nilai dalam tradisi Bau Nyale harus diketahui oleh generasi muda
sebagai dasar dalam bertingkah laku. Dimana saat ini nilai-nilai kesabaran,
berani berkorban untuk orang lain sudah jarang ditemukan cara berpikir
rasionalistik-materialistik lebih diutamakan (Fazalani, 2018). hal ini sungguh
ironis mengingat dalam nilai budaya lokal terdapat nilai-nilai karakter sebagai
pegangan hidup suatu masyrakat (Widodo, 2020).
93
Festival Bau Nyale Nursaptini, dkk
5. KESIMPULAN
*****
94
Nursaptini, dkk Festival Bau Nyale
DAFTAR PUSTAKA
Desnayanti Rosita & Kailani Ashwan. 2019. Fungsi Seni Teater sebagai Media
Kritik Sosial dalam Cerita Rakyat Putri Mandalika. Tamumatra Jurnal
Seni Pertunjukan. 2 (1): 11-19
Fazalani Runi. 2018. Tradisi Bau Nyale terhadap Nilai Multikultural Pada Suku
Sasak. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. 13 (2): 162-171
Khairil Muhammad, Ranti Rizki Amelia. 2018. Festival Pesona Palu Nomoni
Dalam Pelestarian Budaya Kaili di Kota Palu. Kinesik. 5 (2): 79-87
Nursaptini, N., Sobri, M., Sutisna, D., Syazali, M., & Widodo, A. (2019). Budaya
Patriarki dan Akses Perempuan dalam Pendidikan. AL-MAIYYAH, 12(2),
16–26.
Wahidah Baiq Yulia Kurnia. 2019. Mitologi Putri Mandalika Pada masyarakat
Sasak Terkait dengan Bau Nyale Pada Pesta Rakyat sebagai Kearifan
Lokal Tinjauan Etnolinguistik Tahun 2018. JUPE: Jurnal Pendidikan
Mandala. 4 (5):2019
95
Festival Bau Nyale Nursaptini, dkk
Widodo, A., Akbar, S., & Sujito, S. (2017). Analisis nilai-nilai falsafah Jawa dalam
buku pitutur luhur budaya Jawa karya Gunawan Sumodiningrat sebagai
sumber belajar pada pembelajaran IPS. Jurnal Penelitian Dan Pendidikan
IPS (JPPI), 11(2), 152–179. Retrieved from
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI/article/download/1887/
1489/
Widodo, A., Maulyda, M. A., Fauzi, A., Sutisna, D., Nursaptini, N., & Umar, U.
(2020). Tolerance Education Among Religious Community Based on the
Local Wisdom Values in Primary Schools. Proceedings of the 1st Annual
Conference on Education and Social Sciences (ACCESS 2019), 465(Access
2019), 327–330. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200827.082
Yanuarita Putri, Sumilah, Titi Eka, Nurharini Atip. 2019. Pembelajaran Lagu
Dolanan Anak Melalui Pendekatan Apresiasi sebagai Upaya Pengenalan
dan Pelestarian Asset Budaya di Sekolah Dasar. Jurnal Kreatif . 9 (2)
2019: 141-152
96