Pengaruh Musik Amerika Latin Terhadap Indonesia
Pengaruh Musik Amerika Latin Terhadap Indonesia
Pengaruh Musik Amerika Latin Terhadap Indonesia
ABSTRACT
Since the beginning of the last century, Latin American music has been succes in the U.S. music
industry because its intrinsic musical characteristics and its involvement within the film industry.
Through the U.S. and Europe, it has been influencing popular music around the world; including
Indonesia, Malaysia, Singapore, and India, countries that also contributed to the diffusion of Latin
styles in Indonesia. The corpus of original works of Indonesian-Latin music is quite huge and has
great quality; particularly audio recordings done in the 1950s and 1960s that mixed Latin, Western,
and regional musical elements to create new musical forms know as lagu daerah (regional songs)
and pop daerah (regional pop). This article aims to provide some understandings of this complex
diffusion process utilising mainly a bibliographical research method (books, journals, digital news,
etc.), interviews, and listening-based information from old audio recordings. My hipothesis is that
Latin American music has been well accepted in Indonesia, espetially in Java and Sumatra, due to
historical crossroads that spread musical and cultural similarities in both regions. In order of its
importance in Indonesian-Latin music, these are: the conection of Asia and America during the
Spanish, Portugal, and Holand colonial era; the Islamic influence in Indonesia, India, Malaysia,
and the Iberic peninsula; the influence of Dutch music in Indonesia and German music in Latin
America; the role of African music in Latin America and the probable two side influences between
Africa and Indonesia; and the inmigration to Amerika from Nusantara-Oceania sailors in prehis-
toric times.
Keywords: Latin American music, Indonesian-Latin music, Popular Indonesian Music, Regional
Indonesian Songs, Cha Cha, Rhumba, Orkes Melayu, Music Difussion.
ABSTRAK
Sejak awal abad terakhir, musik Amerika Latin telah meraih kesuksesan dalam industri musik AS karena
karakteristik musiknya tersendiri dan penggabungannya dengan industry perfilman. MelaluiAmerika Serikat
dan Eropa, ia telah mempengaruhi musik populer di dunia; termasuk Indonesia, Malaysia, Singapur, dan
India, juga negara-negara yang juga berkontribusi dalam penyebaran gaya Latin di Indonesia. Korpus
karya asli musik Indonesia-Latin cukup besar dan memiliki kualitas yang hebat, khususnya rekaman audio
yang dilakukan pada 1950-an dan 1960-an yang memadukan unsur musik Latin, Barat, dan daerah sehingga
tercipta bentuk musik baru yang dikenal sebagai lagu daerah dan pop daerah. Artikel ini bertujuan untuk
memberikan beberapa pemahaman tentang proses difusi yang rumit ini dengan menggunakan metode
penelitian bibliografi (buku, jurnal, berita digital), wawancaradan informasi berbasis pendengaran rekaman
audio lama. Hipotesis penulis adalah bahwa musik Amerika Latin diadopsi dengan baik di Indonesia,
khususnya di Jawa dan Sumatra, karena persimpangan sejarah yang menyebarkan persamaan musikal
dan budaya di kedua wilayah. Menurut kepentingannya musik Indonesia-Latin berperan dalam proses:
hubungan antara Asia dan Amerika pada zaman penjajahan Spanyol, Portugis, dan Belanda; pengaruh
islam di Indonesia, India, Malaysia, dan semenanjung Iberia; pengaruh musik Belanda di Indonesia dan
German di Amerika Latin; peran musik Afrika di Amerika Latin dan kemungkinan pengaruh dua arah
antara Afrika dan Indonesia; dan inmigrasi di Amerika oleh nelayan Nusantara-Oseania pada masa
prasejarah.
Kata kunci: Musik Amerika Latin, Musik Latin-Indonesia, Musik Populer Indonesia, Lagu Daerah In-
donesia, Cha Cha, Rhumba, Orkes Melayu, Difusi Musikal.
Berbeda dengan Inggris dan Belanda yang dan warna suara mempunyai keperanan lebih
hanya ingin mengambil keuntungan; Perancis, penting, namun hal ini memerlukan penelitan lebih
Spanyol dan Portugis menerapkan penjajahan ala seksama.
“Latin” (Romawi) yang senantiasa mencampurkan Rojas (2005) telah membahas persamaan
gennya serta memaksakan budayanya, bahasanya musik antara suku-suku Amerindian dengan Asia.
dan agamanya. Akibat kerja paksa yang keras serta Beliau membandingkan banyak data tentang musik
wabah-wabah yang dibawah oleh orang Eropa, masa lampau dan musik etnis zaman sekarang, baik
banyak orang pribumi Amerika meninggal sehingga dari segi musikal murni ataupun dari segi sosial-
populasinya menurun secara drastis. Untuk budaya; sehingga berhipotesis bahwa musik
menggantikannya, para penjajah membawa budak6 Amerindian berasal dari Asia, terutama dari
dari Afrika sub-Sahara; terutama Kamerun, Kongo, kebudayaan Tiongkok. Beliau juga menduga bahwa
Nigeria, Ghana, Guinea, Senegal, Angola, beberapa aspek musik AL yang dianggap berasal
Mozambik, dan Madagaskar. Mereka juga dari Afrika, kemungkinan berakar dari musik
membawa budayanya masing-masing dan ikut Amerindian. Secara garis besar, musik populer7 AL
tercampur dengan orang pribumi dan Eropa, menggunakan tangga nada, alat musik, harmoni,
sehingga terjadi sistem peranakan dan kelas yang ritme, dan bahasa dari Eropa yang dicampur dengan
sangat rumit. Setelah kemerdekaan negara-negara unsur ritme, alat musik, dan pola antifonal dariAfrika;
bekas penjajahan Spanyol pada awal abad ke XIX, sedangkan unsur-unsur Amerindian tidak muncul
rute La Nao de China berhenti, perbudakan jelas di permukaan tetapi tersembunyi dalam makna
dilarang secara bertahap, pengaruh ekonomi dan kata, rasa dalam permainan, ritme, warna suara, dan
budaya AS mulai masuk, dan beberapa inmigran dari bentuk musikal.
Itali, Spanyol, German, Turki, Palestina, Surya, Ketika Spanyol mulai mempengaruhi musik
Lebanon, Jepang dan Tiongkok mulai menghuni AL. di AL, di Indonesia “Bangsa Portugis telah
memeperkenal-kan jenis musik moresko, prounga
3.2 Persamaan musikal dan kafrinju yang kemudian berkembang menjadi
Musik Aztek, Maya, Inca, dan bangsa- keroncong, stambul dan irama Melayu…” (Suadi,
bangsa lain di Amerika pada zaman pra-Kolumbus 2017:10). Pada akhir abad XIX kaum Indo di
telah lenyap lantaran penjajahan ekonomi, politik Batavia suka merayu nona-nona di tengah malam
dan budaya Eropa; namun para peneliti masih bisa dengan lagu-lagu keroncong yang sedang mendekati
membayangkannya melalui pengkajian terhadap alat bentuk yang kini sangat populer di Indonesia. Namun
musik, gambar, dan naskah zaman pra-Kolumbus; tindakan itu, yang dipengaruhi oleh kebiasaan ber-
laporan para misionaris serta beberapa tulisan serenata orang Spanyol dan Portugis, dikritik
berhuruf Latin oleh orang pribumi pada zaman sebagai tindakan yang kurang layak. (Suadi,
kolonial; dan beberapa musik etnis yang sampai 2017:70).
sekarang tidak (atau kurang) terpengaruhi oleh unsur- Portugis mempengaruhi juga musik dari
unsur Spanyol ataupun Afrika. Para peneliti akhir berbagai wilayah di Indonesia, misalnya: yangere
abad ke XIX sampai pertengahan abad ke-XX dan tari katreji di Maluku; tanjidor dan gambang
(Mendivil, 2017; Aretz, 1952) beranggapan bahwa keromong di Jakarta; gamat dan kapri pada
kebanyakan musik Amerindian berpatokan pada masyarakat Minang (Barendregt, 2002); mendu di
tangga nada pentatonis (putaran kuin murni), namun Kep. Riau; atau mamanda di Kalimantan Selatan.
kajian kemudian yang membahas musik tradisional Tangga nada modal diatonis, mayor dan minor;
dan alat musik kuno tidak menemukan adanya satu harmoni modal dan tonal; penggunaan alat musik
tangga nada yang dominan. Hipotesis penulis adalah dawai, baik yang dipetik (berbagai jenis gitar dan
bahwa dalam musik Amerindian tidak ada patokan harpa) atau yang digesek (berbagai jenis viola8);
tangga nada karena unsur-unsur lain seperti ritme kontrapung; dan melodi atau cengkok (hiasan lagu)
Ruben Blades, Fania All Stars, Víctor Jara, Celia Tiga Dara (1957), Asrama Dara (1958), dan Bing
Cruz, Buena Vista Social Club, dan Gypsi Kings. Slamet Tukang Becak (1959). Asrama Dara, yang
Beberapa penyanyi AL terlibat juga dalam dimusikalisasikan oleh Sjaiful Bachri dengan bantuan
film musikal Holywood, misalnya Carmen Miranda El Dolores Combo, mengangkat secara ringkas
asal Brasil yang membintangi Flying Down to Rio tema rumberas serta menggambarkan kegemaran
(1933). Film ini sempat ditayangkan beberapa tarian Latin di Jakarta pada pertengahan abad lalu.
minggu di kota-kota besar di India pada tahun 1934, Berbarangan dengan India, pada akhir dasawarsa
sehingga membuka kegilaan di Mumbai terhadap 1930-an musik Latin pun mengubah tarian ronggeng
tarian carioca (Shopi, 2014). Tema Latin yang Melayu di Singapura dan Malaysia (van der Putten,
eksotis sangat menguntungkan; oleh karena itu, pada 2014):
tahun 1945, AS telah membuat sebanyak 84 film
yang tersebar di pasaran lokal dan internasional “[…] Irama-irama baru dari AL membanjiri
(Shaw and Dennison, 2007 dalam Shopi, 2014). Malaya setelah perang. Di mana-mana di
Biasanya film-film itu mengandung musik Latin Malaya terjadi kegilaan terhadap samba dan
sehingga mendukung juga penjualan rekaman- rumba– dan popularitas tarian nasionalnya
rekaman artis mereka serta penyebaran musik Latin sangat menurun. Pemilik ronggeng yang
pada umumnya. hampir bankrut mencari cara baru untuk
Dipengaruhi oleh film noir asal Perancis, menarik langganan, namun tanpa berubah
film musikal Hollywood, dan tempat hiburan malam suasana pesta ronggeng Melayu. Pada
di Kota Meksiko dan Havana yang menyebar sejak awalnya mereka mengembangkan musiknya
tahun 1920-an; genre film rumberas (wanita-wanita dengan menambah pemusik dan berubah
penari rumba) asal Meksiko membintangi sesosok ritmenya secara bertahap. Lalu tiba-tiba
perempuan muda dan sintal yang menari seksi di penaklukkanya sudah lengkap. Rumba,
sebuah kabaret. Selain rumba, femme fatale itu samba dan conga menduduki ronggeng.
juga menari danzón, mambo, conga, calypso, Joget modern terlahir”. (The Straits Times,
samba, son cubano, cha cha chá dan musik Afro- 1949 dalam van der Putten, 2014)
Karibe lainnya. Di antara film pertama berjudul
Siboney (1938) dan Caña Brava (1965), Meksiko
memproduksi sekitar seratus film rumberas19 yang
mempengaruhi kembali Hollywood, bahkan
Bollywood dan industri film lainnya, termasuk
Indonesia.
Sejak akhir dasawarsa 1930-an para
pengusaha Mumbai membuka kabaret-kabaret
untuk tarian ballroom Latin dan AS yang diiringi
oleh pemusik lokal ataupun luar negeri. Salah satu
adalah pemain trompet asal Goa Chic Chocolate
yang sejak tahun 1941 bermain musik Latin dan jazz
dengan grupnya Chic and His Music Makers. Dia
berkolaborasi dengan komponis Ramachandra
untuk merekam musik berbagai film Bollywood
bernuansa Latin20, di antaranya Albela (1951). Film-
film Bollywood sering ditonton di Malaysia21 dan Diagram 1: Difusi musik dan budaya yang
Indonesia22, sehingga mempengaruhi musiknya dan berperan dalam pengaruhnya musik AL di
filmnya. Di Indonesia tiga film bertema Latin adalah: Indonesia.
Formula lagu daerah yang diaransemen ala 1955, yang sempat merekam banyak lagu daerah
Latin dikembangkan juga di berbagai provinsi di yang kemudian disiarkan di RRI sebagai upaya untuk
Indonesia, misalnya: Orkes Sinondang Na Uli dbp membangun hiburan daerah (Yampolsky, 1987
Gordon Tobing26 dan Nahum Band dbp Nahum dalam Barendregt, 2002) . Pada tahun 1965, akibat
Situmorang di Sumatera Utara, Orkes Taboneo dbp dari wejangan Ki Hajar yang mengatakan harus ada
Usman S. dan Orkes Melayu Rindang Banua dbp pengganti musik bagi pemuda (Pertiwi, 2014),
Dokter Sarkawi di Banjar, Kalimantan Selatan, diterbitkan album Mari Bersuka Ria dengan Irama
Orkes Maredja Redja dbp Mariana Latuhero, Lenso yang merupakan upaya sang presiden untuk
Lenny Beslar, dan Orkes Marentjong Rentjong menyaingi tarian Latin dan rock and roll. Beliau
dbp Peter Latuhero di Makasar, Orkes Didy mengajak seniman Jack Lesmana, Idris Sardi dan
Pattirane, Djodjaro Telu, dan Orkes Rame Bing Slamet untuk menggali tari lenso28, akan tetapi
Dendang dbp C. Hehanusa di Maluku. Sedangkan album ini tetap terdengar unsur Latin-nya (Raditya,
di Bandung pada akhir tahun 1950-an Eka Djaya 2017). Sepertinya, mereka tidak mampu atau
Combo dbp Rudy Rusadi memainkan lagu-lagu memang sengaja memasukan unsur musik Latin, yang
Sunda dengan irama Latin dan warna suara ala Elvis sudah menjadi inspirasi mereka pada saat
Presley. Grup dan penyanyi lain yang memadukan memainkan musik.
unsur Latin dan Sunda adalah Etty Bardjah, Etty Selain membentuk grup Mambetarumpajo,
Kusumah, Nina Kirana, Nada Kantjana dbp Moh Bing Slamet bersama Yamin Wijaya, Ireng Maulana,
Jasin, Madesya Group, dan Uppit Sarimana. Pola Itje Kumaunang, Benny Mustaph dan Idris Sardi
bas son cubano (diagram 2) sangat mempengaruhi menciptakan grup rock-latinan Eka Sapta pada
genre Pop Sunda. tahun 1963, serta Trío Los Gilos dan Trío SAE,
Di Bandung dan kota-kota besar lain, yang meniru gaya Trío Los Panchos.29 Namun, grup
banyak tempat ballroom dan sanggar-sanggar dansa 1960-an Los Morenos-lah yang paling sukses
Barat terpaksa tertutup (Sjafari, 2016) lantaran meniru lagu-lagu bolero Los Panchos dan trío Los
larangan Sukarno terhadap musik ala Barat, Paraguayos dengan memainkan karyanya sendiri
sebagaimana disampaikan dalam pidato Penemuan (seperti Borondong Garing yang memadukan musik
Kembali Revolusi Kita pada tahun 1959: Latin dan Sunda) ataupun lagu-lagu Latin dalam
“…kenapa di kalangan engkau tidak banyak yang bahasa Spanyol atau Indonesia (misalnya Merlina
menentang imperialisme kebudayaan? Kenapa di karya Julito Rodríguez) Grup ini, yang merupakan
kalangan engkau banyak yang masih rock and roll- perkembangan dari Eka Djaya Combo dan El
rock and roll-an, dansidansian ala cha cha cha27, Dolores Combo dari Bandung, disponsori oleh
musik musikan ala ngak ngik ngok gila-gilaan dan perusahan Pertamina dan sering menampilkan di
sebagiannya lagi […] Pemerintah akan melindungi Istana Negara sampai tahun 2000.
kebudayaan nasional dan membantu Seiring dengan mulainya pemerintahan Orde
berkembangnya kebudayaan nasional” (Soekarno, Baru, pada akhir dasawarsa 1960-an mulai menurun
1959:39) kegandrungan terhadap musik ala rumba dan cha
Akibat ini, impor film-film Barat dan India cha, dan mulai muncul kegilaan terhadap dangdut
dibatasi. Orkes Melayu pun, yang mengandung dan rock-pop gaya AS dan Inggris. Namun,
unsur musik Latin dan India, mendapat kesulitan pengaruh musik Latin masih dapat terasa dalam
untuk mengadakan pertunjukan. Namun, aturan ini kesuksesan Los Morenos dan munculnya, pada
tidak diperlakukan seketat seperti dengan musik akhir 1970-an dan awal 1980-an, artis-artis balada
rock and roll (Sjafari, 2016). Demi menguatkan dan lagu protes seperti Leo Cristi, Abiet G. Ade,
musik tradisional Indonesia, Sukarno mendirikan dan Iwan Fals. Mereka dipengaruhi oleh musik rock,
Konservatori Karawitan Indonesia pada tahun 1950 balada AS seperti Bob Dylan, musik country, musik
dan perusahaan rekaman Lokananta pada tahun Lat in pop dan gerakan nueva canción
Malcomson, Hettie (2011). The ´routes´ and van der Putten, Jan (2014). ‘Dirty Dancing’ And
´roots´of danzón: a critique of the his- Malay Anxieties: The Changing Con-
tory of a genre. Popular Music, 30, pp. text Of Malay Ronggeng In The First
263-278 http://journals.cambridge.org/ Half Of The Twentieth Century. Dalam:
PMU. Sonic Modernities in the Malay World.
Bart Barendregt (Editor). Brill, Leiden-
Mendivil, Julio (2017). Cosa de hombres: sobre Boston
construcciones de género en la
musicología sobre la música de los Quintero Rivera, Ángel G. (2007). Migration,
Andes. Diagonal: An Ibero-American ethnicity, and interactions between the
Music Review, 2(2), hal:3-77 https:// United States and Hispanic Caribbean
escholarship.org/uc/item/3th1332z Popular Culture. Latin American Per-
spective 34 (1): 83-93.
Oropeza Keresey, Déborah (2011). La Esclavitud
Asiática en el Virreinato de la Nueva Raditya, Michael HB (2017). Ketika Bung Karno
España, 1565-1673. Historia Mexicana, ‘Melarang’ Dangdut. ht tps://
vol. LXI, núm. 1, julio-septiembre, 2011, jurnalruang.com/read/1504165648-
pp. 5-57 El Colegio de México, A.C. ketika-bung-karno-melarang-dangdut
Distrito Federal, México
Reynolds, Dwight F (2009). Music in Medieval Spottswood, Richard K. (1990). Ethnic music on
Iberia: Contact, Inûuence and Hybrid- records: A discography on ethnic re-
ization. Medieval Encounters 15 (2009) cordings produced in the United States,
236-255. Koninklijke Brill NV, Leiden, 1893 to 1942. Urbana (IV). University
2009 of Illinois Press, hal. 2386-2387
Ricardo Samosir, Disper Antoni (2015).Tiga lagu Stewart, Jack (1991). The Mexican band Legend:
populer Batak Toba dengan melodi Myth, Reality, and Musical Impact; a
yang diadopsi dari musik Barat: kajian Preliminary Investigation. The Jazz
comparative melodi, makna teks, dan Archivist, Vol XI, 2. Tulane University
respons pendengar. Tesis, Universitas
Sumatera Utara, 2015. Storm Roberts, John (1979). The Latin Tinge: The
Impact of Latin American Music in the
Sakrie, Denny (2013). Tio Tek Hong Label United States. Oxford University Pres,
Rekaman Pertama di Indonesia. hal: ix
http://dennysakrie63.wordpress.com/2013/09/22/
tio-tek-hong-label-pertama-di-indonesia/ Suadi, Haryadi (2017). Djiwa Manis Indoeng
Disajang: Musik dan Dunia Hiburan
Shopi, Bradley (2014). Latin American Music in Tempo Dulu. Jilid I: Irama Keroncong.
Moving Pictures and Jazzy Cabarets in Bandung: PT Kiblat Buku Utama
Mumbai, 1930s-1950s. Dalam: More
than Bollywood: Studies in Indian Popu- Suet Ching, Clare Chang. (2012) P. Ramlee´s
lar Music. Boot, Gregory and Shope, Music: An expression of local identity
Bradley (Editor). Oxford University in Malaya during the mid-twentieth
Press, hal. 202-212 century. Malaysian Music Journal 1 (1),
hal. 16-32. ISSN 2232-1020
Sjafari, Irwan (2016). “De-Westernisasi”, Gaya
Hidup dan Seni Pertunjukan di Kota Thomas, Cyrus (1898). Maya and Malay. The Jour-
Bandung Oktober 1959 – Januari nal of the Polynesian Society. Vol. 7, No.
1960. https://www.kompasiana.com/ 2(26), pp. 89-100 (12 pages)
j u r n a l g e m i n i /
57a80e62f87a61bc70db49cb/de- Waters, Frank. (1996). El Libro de los Hopis.
westernisasi-gaya-hidup-dan-seni- Fondo de Cultura Económica, Méx
pertunjukan-di-kota-bandung-oktober- Weintraub, Andrew (2010). Dangdut Stories: A
1959-januari-1960?page=all Social and Musical History of
Indonesia´s Most Popular Music. Ox-
Soekarno (1959). Penemuan Kembali Revolusi ford University Press, hal. 40
Kita. Kementrian Penerangan R.I.
Pertjetakan Negara, Jakarta Weintraub, Andrew (2010). Music and Malayness:
Orkes Melayu in Indonesia. 1950-
Sorenson, John Leon (1952). Evidences of Cul- 1965. In: Archipel, volume 79, 2010.
ture Contacts Between Polynesia and Musiques d’un Archipel. Sous la direc-
the Americas in Precolombian Times. tion de Dana Rappoport, de Jérôme
Master Thesis, Department of Archaeol- Samuel. pp. 57-78.
ogy, Brigham Young University, Provo
Utah
5
Orang lain yang menyumbangkan data, 10
RCA Victor mempunyai dalam katalognya
saran dan koreksi adalah Ari Nursenja, Burhan 300 rekaman lama dari Kuba dan 350 di antara
Sidik, Leon Gilberto Medellín, Uus Karwati, Argentina dan Uruguay (Quintero, 2007:85).
Irwansyah Harahap, Ismet Ruchimat, dan Stanley
Tulung. Penulis sangat berterima kasih kepada 11
Di antaranya adalah: 1) yang menerbitkan
mereka, dan juga kepada RISTEKDIKTI yang telah musik “tropis” (musik untuk menari dari kepulauan
memberikan beasiswa Kemitraan Negara Karibe dan Brasil) seperti Okeh (1916), Arc (1929),
dan Capitol (1942); 2) yang bergerak khususnya Meksiko sejak 1884 (pembukaan World´s
dalam musik “tropis” seperti Dynasonic (1934), Industrial and Cotton Centennial Exposition)
Coda (1940-1945?), Spanish Music Center sampai 1920 di New Orleans, sehingga
(1940-1945?), Seeco (1944), Ideal (1946), Tico mempengaruhi lahirnya musik jazz (Stewart,
Records (1946), Alegre Records (1956); 3) yang 1991:1-6). Musik Afro-Karibe juga menyentuh
menerbitkan musik Meksiko dan Latin lainnya musik jazz, pertama dengan ritme habanera pada
seperti Alamo, Gaviota, Del Valle, dan Azteca zaman New Orleands dan kemudian dengan lahirnya
(1946-1949?). (Pérez, 2018: 55, 67-69) Latin jazz dan cubob pada pertengahan abad ke-
XX.
12
Spottswood (dalam Bermúdez, 2009:87-
17
134) mencatat bahwa pada tahun 1906 Victor “Tango adalah musik Latin pertama yang
Argentine Orchestra telah merekam berbagai tango datang ke Jepang. Ini terjadi lantaran pemuda-
criollo, di antaranya tango terkenal El Choclo. pemudi kalangan atas yang mendengar dan menari
Lima tahun kemudian duet Montes dan Manrique tango di Paris pada dasawarsa 1920-an. Mouline
asal Peru merekam untuk Columbia 91 keping Rouge Tango Band asal Perancis bermain lebih dari
piringan hitam berisi musik tradisional criolla tiga tahun di Florida Ballroom, yaitu ballroom
(Alvarado, 2014: paragraf 6). terpenting di Tokyo pada dasawarsa 1930-
an…Pada tahun 1935, rumba pun datang ke
13
Kata samba, yang kemungkinan berasal Jepang. Namun, musik ini tidak sukses seperti tango
dari Kongo-Angola (Afrika Barat), diggunakan sebab bagi orang Jepang irama poliritmik rumba
untuk tarian-tarian dari berbagai daerah di Brazil. susah diikuti dan tidak dapat didansa”. (de la Peza,
Versi terkenal di dunia adalah samba jenis carioca 2006:170,171).
dari Rio de Janeiro. (Storm, 1979, hal. 13)
18
Lagu asal Spanyol ini menjadi populer
14
Lagu El Manisero versi Don Arpizu dalam irama wals saat Revolusi Meksiko pada awal
(1930) membuka kegilaan terhadap musik Afro- abad ke-XX. Louis Armstrong merekamnya pada
Karibe di AS dan negara-negara lain. Lagu ini tahun 1935 dalam irama rhumba dan versi inilah
digolongkan sebagai rhumba-foxtrot, sehingga ke yang menyebar di berbagai negara. Di Indonesia
depan istilah rhumba dipakai sebagai merk dagang telah menjadi repertoar opera Batak dengan judul
untuk seluruh jenis musik Afro-Karibe. Rhumba ini Tungkot Salagundi (Irwansya Harahap,
merupakan adaptasi dari musik guaracha dan son komunikasi pribadi, 2019)
cubano asal Kuba; bukanlah jenis rumba Kuba
19
(rumba cubana), yang lebih dekat dengan musik ht t p : / / es. m. wikiped ia. o r g/ w iki/
tradisional Afrika Barat. Anexo:Pel%C3%ADculas_de_rumberas
15 20
Fenomena ini menjadi cikal bakal genre Komponis film lain yang memasukkan
World Music yang datang secara formal pada tahun unsur-unsur Latin dalam karyanya termasuk Omkar
1987. Cap dagang ini menggunakan “percampuran Prasad Nayyar, Naushad Ali, duo Shankar-
dan perpaduan berbagai gaya musik sehingga lebih Jaikshan, (Shope, 2014), dan Iqbal Qureshi, penata
sulit untuk mengetahui asal usulnya, sekaligus musik film hindi berjudul Cha Cha Cha (1964).
eksotisnya menjadikan diterima lebih
21
gampang”(Connell et al., 2004:342-361) Salah satu komponis, penyanyi musik
populer dan pemain film Malaysia yang sangat
16
Beberapa band alat tiup logam dan mempengaruhi musik Indonesia adalah P. Ramlee.
pemusik dari Meksiko sering bermain musik khas Beliau sendiri dipengaruhi oleh teater bangsawan dan