Laporan Kasus - Dr. Annisa Putri Siregar
Laporan Kasus - Dr. Annisa Putri Siregar
Laporan Kasus - Dr. Annisa Putri Siregar
PENYAJI:
ANNISA PUTRI SIREGAR
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi
i
TREATMENT OF CONGENITAL MELANOCYTIC NEVUS OF THE
EYELID
ABSTRACT
Introduction:
Congenital melanocytic nevus is a rare benign proliferations of melanocytes that
frequently occurs on the eyelids. Congenital melanocytic nevus has a very slow
growth progression generally up to puberty and occurs in 1% of newborns.
Congenital melanocytic nevuys can affect the eyelids cosmetically and
functionally.
Purpose:
To report congenital melanocytic nevus in 20-year-old woman managed with
excision and retroauricular skin graft procedure
Case Report:
A 20-year-old woman came with chief complaint of mass on the upper and lower
left eyelid with size of 20 x 17 x 0.8mm. The mass had been realized by the patient
since birth with initially a small mass and growing larger thus cosmetically
affecting the patient’s appearance. Ocular complaints such as pain, itching,
history of bleeding and discoloration were not found. The patient had never
received treatment for the mass. Benign cyst was confirmed by Fine Needle
Aspiration Biopsy (FNAB). Patient was diagnosed with congenital melanocytic
nevus and underwent excision followed by retroauricular skin graft
Conclusions:
Excision with retroauricular skin graft had demonstrate good outcome in
managing congenital melanocytic nevus
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
II. LAPORAN KASUS ............................................................................... 1
III. DISKUSI................................................................................................. 7
IV. SIMPULAN ............................................................................................ 10
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
I. PENDAHULUAN
Tumor adalah jaringan neoplasma yang timbul di dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada
tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.1 Neoplasma pada
kelopak mata dapat berupa jinak maupun ganas. Kelopak mata merupakan tempat
yang sering terjadi tumor kulit dan merupakan 5-10% dari semua kejadian kanker
kulit. Kebanyakan pertumbuhan lesi merupakan jinak dengan angka kejadian 82 –
98% dari semua neoplasma.2
Tumor melanositik kelopak mata sering terjadi dan dapat tumbuh dari sel
nevus, melanosit dari epidermis dan melanosit dari dermis. Nevus adalah suatu les
neoplasma jinak pada kulit yang bersifat hamartomatous akibat proliferasi sel-sel
melanosit. Lokasi dari melanosit menentukan tampilan klinis dan tipe dari lesi
melanositik.3,4,5
Nevus melanositik kongenital muncul setelah lahir dan menunjukan
pertumbuhan yang sangat lambat sampai pubertas dan tejadi pada 1% bayi baru
lahir.6 Lesi dapat timbul pada kelopak mata atas dan bawah dan disebut dengan
kissing nevus atau divided nevus.7 Eksisi nevus melanositik kongenital merupakan
salah satu pilihan tindakan terapi yang tepat, namun dapat menimbulkan defek
yang meliputi kelopak atas dan bawah sehingga diperlukan tindakan rekonstruksi
untuk menutup defek. Pada kasus ini dilakukan retroaurikular skin graft untuk
menutup defek.
1
Pada pemeriksaan oftalmologis tajam penglihatan mata kanan dan kiri
adalah 6/6. Posisi kedua bola mata tampak orthoforia dan gerakan kedua bola
mata baik ke segala arah. Pada pemeriksaan segmen anterior mata kanan dalam
batas normal. Pada pemeriksaan segmen anterior mata kiri, palpebra superior dan
inferior terdapat benjolan hitam berukuran 20mm x 17mm x 0,8mm, permukaan
tidak rata, konsistensi kenyal, mobile dan dijumpai bulu rambut. Konjungtiva
bulbi dalam batas normal. Pada kornea tenang dan bilik mata depan tampak
sedang. Pupil bulat dengan refleks cahaya yang baik dan diameter pupil 3-4mm
dan lensa jernih.
Pasien ini didiagnosis nevus melanositik kongenital palpebra oculi
sinistra(OS). Pasien kemudian dilakukan tindakan pemeriksaan FNAB pada
tanggal 11 Februari 2021 dengan hasil C2 (Benign Smear). Pasien direncanakan
tindakan eksisi nevus melanositik kongenital palpebra superior OS dengan
retroaurikular skin graft pada tanggal 12 April 2021. Pasien direncanakan untuk
dilakukan pemeriksaan darah berupa darah rutin, hemostasis, kadar gula darah
sewaktu, dan analisa gas darah. Pasien juga dikonsulkan ke penyakit dalam dan
anastesi untuk toleransi operasi dan pemberian anastesi umum.
Setelah persetujuan tindakan anastesi dan toleransi operasi dari bagian
anestesi dan penyakit dalam, pasien menjalani tindakan eksisi nevus pigmentosa
palpebra OS pada 12 April 2021 di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara.
2
Gambar 1. Foto klinis pasien saat durante operasi
3
6. Melakukan skin graft pada area retroaurikular dengan membuat marker sesuai
defek
7. Desinfektan area skin graft dengan povidone iodine 8%
8. Injeksi ph cain secara epidermis pada bagian yang akan di skin graft
9. Melakukan eksisi pada area retroaurikular bagian epidermis sesuai ukuran
defek palpebra
10. Melakukan hecting pada area eksisi dengan benang prolene 4.0 sebanyak 7
jahitan
11. Melakukan hecting pada graft ke defek palpebra superior OS menggunakan
prolene 6.0 sebanyak 26 jahitan
12. Membuat hecting kendali pada palpebra superior OS
13. Memberikan salep antibiotik pada mata kiri dan area skin graft
14. Pasang kassa tekan 6 buah pada mata kiri
15. Operasi Selesai
4
anterior tidak dapat dilakukan pemeriksaan. Pasien didiagnosis dengan post eksisi
nevus melanositik kongenital palpebra superior OS dengan retroaurikular skin
graft dan diberikan terapi cairan intravena RL 20 tetes permenit, injeksi ceftriaxon
1 gr per 12 jam, injeksi omeprazol 20 mg per 12 jam, injeksi ketorolac 30 mg per
8 jam dan diberikan salep antibiotik pada area skin graft.
Evaluasi hari ketiga pada tanggal 15 April 2021 paska operasi rasa nyeri
berkurang. Pada pemeriksaan oftalmologis mata kanan dijumpai dalam batas
normal. Pada pemeriksaan oftalmologis mata kiri dijumpai 26 hecting rapat, darah
tidak dijumpai, pus tidak dijumpai. Pada palpebra inferior didapatkan nevus
pigmentosa berwarna hitam, darah tidak dijumpai, pus tidak dijumpai. Segmen
anterior tidak dapat dilakukan pemeriksaan. Pasien didiagnosis dengan post eksisi
nevus melanositik kongenital palpebra superior OS dengan retroaurikular skin
graft dan diberikan terapi cairan intravena RL 20 tetes permenit, injeksi ceftriaxon
1 gr per 12 jam, injeksi omeprazol 20 mg per 12 jam, injeksi ketorolac 30 mg per
8 jam dan diberikan salep antibiotik pada area skin graft. Pasien direncakan
berobat jalan.
Pada tanggal 19 April 2021 pasien datang paska operasi H+7 , nyeri tidak
dijumpai. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan mata kanan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan oftalmologis mata kiri didapatkan pada palpebra
superior luka hiperpigmentasi, hecting 26 rapat, darah tidak dijumpai, pus tidak
dijumpai. Pada palpebra inferior didapatkan nevus pigmentosa berwarna hitam,
5
darah tidak dijumpai, pus tidak dijumpai. Konjungtiva tarsal dijumpai hiperemis.
Konjungtiva bulbi, kornea, bilik mata depan, iris, pupil dan lensa dalam batas
normal. Pasien diberikan pengobatan ciprofloxacin 2 x 500 mg, Natrium
diklofenak 2 x 50 mg, Tobramicyn dan dexametason tetes mata 3x1 tetes OS dan
Gentamicin salep mata 2 x 1 OS. Dilakukan aff hecting kendali pada palpebra.
Pada tanggal 22 April 2021 pasien datang paska operasi H+10, nyeri tidak
dijumpai. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan mata kanan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan oftalmologis mata kiri didapatkan pada palpebra
superior luka hiperpigmentasi, hecting 26 rapat, darah tidak dijumpai, pus tidak
dijumpai. Pada palpebra inferior didapatkan nevus pigmentosa berwarna hitam,
darah tidak dijumpai, pus tidak dijumpai. Konjungtiva tarsal dijumpai hiperemis.
Konjungtiva bulbi. kornea, bilik mata depan, iris, pupil dan lensa dalam batas
normal. Pasien dilakukan aff hecting selang-seling. Kemudian pasien diberikan
pengobatan ciprofloxacin 2 x 500 mg, Natrium diklofenak 2 x 50 mg, Tobramicyn
dan dexametason tetes mata 3x1 tetes OS dan Gentamicin salep mata 2 x 1 OS.
Pada tanggal 27 April 2021 pasien datang paska operasi H+14 , nyeri tidak
dijumpai. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan mata kanan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan oftalmologis mata kiri didapatkan pada palpebra
superior tampak hiperemis, hecting 15 rapat, darah tidak dijumpai, pus tidak
dijumpai. Pada palpebra inferior didapatkan nevus pigmentosa berwarna hitam,
darah tidak dijumpai, pus tidak dijumpai. Konjungtiva tarsal dijumpai hiperemis.
Konjungtiva bulbi. kornea, bilik mata depan, iris, pupil dan lensa dalam batas
normal. Pasien dilakukan aff hecting. Kemudian pasien diberikan pengobatan
ciprofloxacin 2 x 500 mg, Natrium diklofenak 2 x 50 mg, Tobramicyn dan
dexametason tetes mata 3x1 tetes OS dan Gentamicin salep mata 2 x 1 OS.
Pada tanggal 04 Mei 2021 pasien datang paska operasi H+22 , nyeri tidak
dijumpai. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan mata kanan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan oftalmologis mata kiri didapatkan pada palpebra
superior darah tidak dijumpai, pus tidak dijumpai. Pada palpebra inferior
didapatkan nevus pigmentosa berwarna hitam, darah tidak dijumpai, pus tidak
dijumpai. Konjungtiva tarsal dijumpai hiperemis. Konjungtiva bulbi. kornea, bilik
mata depan, iris, pupil dan lensa dalam batas normal. Kemudian pasien diberikan
6
pengobatan Tobramicyn dan dexametason tetes mata 3x1 tetes OS dan
Gentamicin salep mata 2 x 1 OS. Pasien direncanakan untuk dilakukan eksisi
nevus melanositik kongenital palpebra inferior OS.
III. DISKUSI
Nevus melanositik kongenital merupakan tumor jinak dari melanosit
neural crest-derived yang kebanyakan bermanifestasi sebagai lesi kutan
berpigmen. Sel melanositik yang membentuk nevus disebut sebagai
nevomelanosit. Nevus melanositik pada palpebra dapat berupa didapat/acquired
maupun kongenital.4,8 Nevus melanositik kongenital atau congenital melanocytic
nevi (CMV) didefinisikan sebagai proliferasi nevomelanositik jinak yang muncul
saat lahir dan tejadi pada 1% bayi baru lahir, mempunyai ukuran kecil sampai
besar dan mempunyai faktor resiko sangat kecil transformasi menjadi ganas.9
7
Secara histologis, sel nevus biasanya melibatkan dermis dan jaringan
subkutan dengan distribusi perifolikular dan perivascular.10 Nevus kongenital
dapat berupa bentuk junctional, pound ataupun intradermal. Pada anak biasanya
dalam bentuk junctional. Salah satu bentuk dari nevus kongenital adalah split
nevus atau kissing nevus dan nevus Ota.5,11
Nevus melanositik kongenital disebabkan oleh mutase postzigotik somatic
dari protein pada jalur mitogen-activated protein kinase (MAPK) di dalam
melanosit embrionik. Hal ini termasuk terjadinya mutase NRAS yang
menyebabkan akumulasi abnormal dari sel melanositik saat perkembangan.8
Temuan klinis pada split nevus memberikan tanda kapan mutasi ini terjadi.
Palpebra mulai berkembang pada usia gestasi minggu ke-7 dan bagian atas dan
bawah kelopak mata tergabung pada usia gestasi minggu ke-9 atau 10. Kemudian
kelopak mata mulai berpisah pada minggu ke 20 dan berpisah secara komplit pada
minggu ke-28 dan 30. Karena lesi berada pada bagian atas dan bawah kelopak
mata, diperkirakan sel nevus bermigrasi ke lokasi ini saat kelopak mata bergabung
dan sebelum terpisah.8,12,13
Secara umum, nevus melanositik kongenital mempunyai bentuk oval dan
pinggitan yang regular, halus dan batas yang jelas. Bentuk dari nevus ini dapat
berubah dengan meningkatnya usia. Pada anak, biasanya warna lebih cerah dan
relatif tidak berambut, dengan permukaan yang rata atau meninggi. Seiring
dengan bertambahnya usia, warna nevus dapat menggelap dengan warna coklat,
coklat gelap sampai kehitaman dan dapat disertai rambut yang berwarna gelap.
Permukaan dari nevus melanositik kongenital ini juga dapat berbentuk papular,
berkerut, seperti kerikil, verukosa ataupun serebriform. Terkadang, nevus ini
dapat bervariasi pada pigmen warna, pinggiran irregular dan terkadang formasi
nodul. Nevus dikategorikan dalam tiga kelompok berdasarkan diameter lesi yaitu
lesi kecil (<1,5cm), lesi sedang (1,5-20 cm) dan yang lebih besar dari 20 cm
disebut sebagai giant congenital melanocytic nevi.5
Tatalaksana dari nevus melanositik kongenital bergantung pada seberapa
besar ukurannya, perlu dipikirkan mengenai resiko berkembang menjadi
melanoma, usia pasien, kosmetik, pembedahan dan resiko dari anestesi. Pada
giant congenital nevi, resiko perkembangan menjadi ganas lebih besar, khususnya
8
pada dekade pertama kehidupan. Intervensi perlu dilakukan cepat. Pilihan
tatalaksana antara lain adalah eksisi dengan grafting, dermabrasi, kuretase, Q-
switched laser, ruby laser dan observasi secara ketat. Tindakan laser dapat
memperbaiki kosmetik, namun tidak mengurangi resiko transformasi menjadi
ganas. Pada nevus yang kecil, belum ada tatalaksana yang pasti. Dapat dilakukan
observasi ketat seumur hidup disertai dengan follow-up medis.5,14,15,16
Observasi bukan merupakan tindakan yang tepat beberapa kasus nevus
melanositik kongenital karena alasan kosmetik maupun fungsional. Tindakan
eksisi dapat dilakukan untuk alasan kosmetik dan fungsional, namun diperlukan
tindakan rekonstruksi untuk penutupan defek pada kelopak mata. 17,18
Tindakan rekonstruksi dapat berupa penjahitan langsung, flap lokal, dan
full thickness skin graft. Prinsip dari tindakan rekonstruksi untuk penutupan defek
pada kelopak mata setelah di eksisi diharapkan selalu memperhatikan skin tension
pada kelopak mata, simetrisitas dengan mata kontralateral, meminimalisasi
kerusakan jaringan dan mempertahankan tarsus tetap intak.17,18
Pada kasus ini perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan terdapat
benjolan berwarna hitam pada kelopak mata kiri atas dan bawah dengan ukuran
20mm x 17mm x 0,8mm. Hal ini dialami oleh pasien sejak lahir. Awalnya
berukuran kecil dan kemudian dirasakan pasien semakin membesar dan
mengganggu penampilan pasien. Keluhan mata lainnya seperti nyeri pada daerah
benjolan, gatal, riwayat berdarah dan riwayat perubahan warna tidak dijumpai.
Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan untuk keluhan ini sebelumnya.
Dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis pasien kemudian didiagnosa
dengan nevus melanositik kongenital palpebra oculi sinistra.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan FNAB dan didapatkan hasil C2
(benign smear). Prosedur tindakan operasi yang dilakukan adalah dengan cara
melakukan eksisi nevus melanositik kongenital dengan retroaurikular skin graft.
Pada pasien dilakukan tindakan full thickness skin graft yang diambil dari
retroaurikular dengan pertimbangan vaskularisasi yang baik. Full thickness skin
graft telah digunakan pada banyak kasus dalam rekonstruksi mata pasca
pengangkatan tumor, trauma maupun luka bakar.
9
IV. SIMPULAN
Nevus melanositik kongenital atau congenital melanocytic nevi (CMV)
didefinisikan sebagai proliferasi nevomelanositik jinak yang muncul saat lahir
yang terjadi pada 1% bayi baru lahir dan mempunyai faktor resiko sangat kecil
transformasi menjadi ganas.
Secara umum, nevus melanositik kongenital mempunyai bentuk oval dan
pinggitan yang regular, halus dan batas yang jelas. Pada neonatus, biasanya warna
lebih cerah dan relatif tidak berambut, dengan permukaan yang rata atau
meninggi. Seiring dengan bertambahnya usia, warna nevus dapat menggelap
dengan warna coklat, coklat gelap sampai kehitaman.
Tidak ada tatalaksana yang pasti dari nevus pigmentosus acquired maupun
kongenital. Tindakan pembedahan dilakukan atas indikasi kosmetik, fungsional
atau kecurigaan akan berkembang menjadi ganas, misalnya pada giant congenital
nevi. Pilihan tatalaksananya antara lain adalah eksisi dengan grafting, dermabrasi,
kuretase, Q-switched laser, ruby laser dan observasi secara ketat.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
13. Pe’er J, Frenkel S. Eyelid Tumors: Classification and Differential Diagnosis.
In: Pe’er J, Singh AD, ed. Clinical Ophtalmic Oncology: Eyelid and
Conjunctival Tumors Second Edition. Springer. 2014; 7 – 13
14. Singh U, Kolavali RR. Overview of Eyelid Tumors. Surgical Ophthalmic
Oncology. Springer. 2019; 3 – 10
15. Older, JJ and Grostern, RJ. Eyelid Tumors: Clinical Diagnosis and Surgical
Treatment. Florida: Taylor and Francis Group. 2003; 38-40.
16. Bowling B. Benign Adnexal Tumours, Eyelids, Chapter 1. In: Kanski’s
Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach Eight Edition. Elsevier. 2015
17. Lu R, Li Q, Quan Y, Li K, Liu J. Staged Surgery with Total Excision and
Lamellar Reconstructive for Medium-sized Divided Nevus of the Eyelids.
American Society Plastic Surgery.2015;1-9.
18. Zhang AY, Meine JG. Flaps and Grafts Reconstruction. In : Dermatology
Clinical. Elsevier;2011.217-230.
12