Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar, Provinsi Bali
Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar, Provinsi Bali
Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar, Provinsi Bali
1)
Puskesmas I Denpasar Timur Kota Denpasar,
2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana,
3)
Dosen Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
*Email : [email protected]
ABSTRACT
Waste problem is one of the environmental issues that have long been the world’s attention and need to
get serious handling so as not to cause harmful impacts. Community behavior is the most important variable
in waste management and its success should be supported by a high level of public awareness. The factors
that can affect the behavior of society, including internal factors and external factors. The purpose of this
research is to know the behavior of society in waste management, to know the relation of internal factor and
external factor in waste management in East Denpasar Subdistrict.
The design of this study included cross sectional with stratified random sampling. The sample in this
research is housewife who lives and settles and has (KTP) East Denpasar, as many as 100 respondents. The
data collected in this research are the respondent’s characteristic, respondent’s behavior, internal and external
factors and the factors driving the participation in waste management. The data is obtained then analyzed
using SEM-PLS data analysis with the help of Smart PLS software.
Based on the results of SEM-PLS analysis show that from nine behavioral indicators in managing the
waste studied found the result that the behavior of sorting organic and inorganic waste has the highest value
to the behavior of the community in managing waste. The internal factor variables indicate that people’s
knowledge has the highest value in managing waste from the four indicators studied, while external factor
variables show that law enforcement has the highest value of three meticulous indicators on the behavior of
the community in managing waste in East Denpasar Subdistrict.
The conclusion of this research shows that there is a relationship between the behavior of managing
waste with internal and external factors. Community behavior in sorting organic and inorganic waste in the
category of good because it is supported by knowledge and awareness of good society in managing waste and
by obeying the rules in disposing garbage.
148
Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi di Kecamatan Denpasar Timur..... [Ni Luh Gede Sukerti, dkk.]
Jakarta dan Surabaya volume sampah yang 94 kasus dari bulan Januari sampai Juni 2017.
dihasilkan, umumnya mengalami pertumbuhan Pemerintah telah melakukan tindakan tipiring
masing-masing 6% dan 5%. Diperkirakan volume terhadap pelanggaran tersebut dan sudah
sampah perkotaan yang dihasilkan di Indonesia akan disidangkan. Kedepannya diharapkan penegakan
meningkat 5 kali lipat pada tahun 2020 (Sudarma, hukum yang sudah ada tetap dipertahankan dan
2003). dijalankan secara konsisten oleh pemerintah untuk
Produksi sampah yang dihasilkan di Kota mengurangi permasalahan sampah.
Denpasar khususnya di Kecamatan Denpasar Timur Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
berbeda antara satu kecamatan dengan kecamatan sampah merupakan bentuk keterlibatan dan
lainnya tergantung jumlah penduduknya. Kota keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela
Denpasar memiliki empat kecamatan yaitu Denpasar dalam keseluruhan proses pengelolaan sampah.
Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Perilaku sehat diharapkan dapat memelihara,
Denpasar Utara. Kecamatan Denpasar Timur meningkatkan kesehatan dan melindungi diri dari
merupakan satu dari empat kecamatan yang ancaman penyakit, sedangkan lingkungan sehat
memiliki luas wilayah yang terkecil namun memiliki diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang
jumlah penduduk yang padat. Produksi sampah di kondusif, bebas polusi, pemukiman yang sehat dan
Kecamatan Denpasar Timur tahun 2016 rata-rata pengelolaan sampah yang sehat (Azkha, 2006).
sebanyak 615,16 m3 perhari. Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah menuju zero waste yang
yang dilakukan masih menggunakan paradigma berbasis masyarakat perlu diterapkan secara
lama yaitu kumpul, angkut, buang yang dapat komprehensif untuk meminimalkan terjadinya
menyebabkan kinerja TPA semakin berat. proses produksi sampah mulai dari sampah
Dalam upaya pengelolaan sampah banyak hal diproduksi sampai berakhirnya suatu proses
yang telah dilakukan oleh DLHK Kota Denpasar, produksi (Santoso, 2009). Konsep zero waste ini salah
mulai dari penyediaan sarana prasarana TPS, sampai satunya dengan menerapkan paradigma baru dengan
dengan pengangkutan ke tempat pengelolaan akhir, prinsip 3 R yaitu reduce (mengurangi), reuse
namun masih menyisakan sejumlah masalah. Salah (menggunakan kembali) dan recycle (mendaur ulang)
satunya adalah kesadaran dan keterlibatan dengan menggunakan paradigma baru penanganan
masyarakat dalam pengelolaan sampah belum sampah yaitu kumpul, pilah, olah, angkut.
maksimal, masih sebatas skala kecil di tingkat Paradigma baru sesuai Undang–Undang No 18
rumah tangga. Kebersihan masih sebatas di dalam Tahun 2008, menilai sampah sebagai sumber daya
rumah tangga yang bebas dari sampah, namun di bersifat ekonomis dan bermanfaat, sebagai kompos,
luar rumah sampah belum dikelola dengan baik. energi, bahan bangunan maupun sebagai bahan baku
Adanya lahan kosong, selokan, sungai dan tempat industri, sedangkan yang dibuang adalah sampah
lainnya sering menjadi sasaran TPS liar. yang benar-benar sudah tidak dapat dimanfaatkan
Pengelolaan sampah permukiman memerlukan dan tidak memiliki nilai ekonomis.
partisipasi aktif individu dan kelompok masyarakat Berdasarkan hal tersebut menimbulkan ide
agar peran pemerintah tidak semakin berat. untuk mengadakan penelitian di Kecamatan
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Denpasar Timur. Tujuan penelitian adalah (1) untuk
pengelolaan sampah, dapat dilaksanakan dengan mengetahui perilaku masyarakat di Kota Denpasar
melibatkan masyarakat sebagai penghasil sampah khususnya di Kecamatan Denpasar Timur dalam
terbesar, dengan membudayakan perilaku pengelolaan sampah, (2) mengetahui hubungan faktor
pengelolaan sampah semenjak dini dari rumah internal yang meliputi pengetahuan, tingkat
tangga, sebagai struktur terendah dalam pengelolaan pendidikan, pendapatan dan waktu luang terhadap
sampah perkotaan (Nurdin, 2004). perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, (3)
Tanpa pengaruh stimulus yang di terima, mengetahui hubungan faktor eksternal yang meliputi
perilaku manusia tidak muncul dengan sendirinya, sarana dan prasarana , sosialisasi dan penegakan
baik stimulus yang bersifat eksternal maupun hukum terhadap perilaku masyarakat dalam
internal. Stimulus yang diterima sebagian besar pengelolaan sampah.
perilaku manusia adalah akibat respon terhadap
stimulus eksternal (Bimo,1999). Perilaku masyarakat
merupakan variabel terpenting dalam pengelolaan 2. METODOLOGI
sampah dan keberhasilannya harus di dukung oleh
tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi. 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah
rumah tangga memberikan peran dalam menim- di Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar.
bulkan emisi gas rumah kaca, seperti tindakan Pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan
melakukan kegiatan membakar sampah dan beberapa pertimbangan, salah satunya adalah
membuang sampah sembarangan. Pelanggaran Kecamatan Denpasar Timur merupakan kawasan
terhadap pembuangan sampah sembarangan tercatat padat penduduk dan penghasil sampah. Penelitian
149
ECOTROPHIC • VOLUME 11 NOMOR 2 TAHUN 2017 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395
ini dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan dalam pelaksanaan ujicoba, untuk kemudian
bulan Mei 2017. enumerator siap mengambil data penelitian.
2) Pelaksanaan penelitian: melakukan pengam-
2.2. Sumber Data bilan data responden dengan kuesioner dan
Data yang digunakan dalam penelitian ini melakukan wawancara;
menggunakan data primer dan data sekunder. Data 3) Menentukkan variabel dan indikator yang
primer dalam penelitian ini berupa karakteristik berpengaruh yang diduga berperan terhadap
responden, perilaku responden, faktor internal yang perilaku masyarakat dalam pengelolaan
terdiri dari 4 (empat) indikator yaitu pengetahuan, sampah.
tingkat pendidikan, pendapatan masyarakat dan
waktu luang dan faktor eksternal yang terdiri dari 3 2.5. Prosedur Analisis Data
(tiga) indikator yaitu sarana dan prasarana, Proses analisis data dilakukan dengan tahapan
penegakkan hukum dan sosialisasi dalam penge- sebagai berikut:
lolaan sampah serta faktor pendorong partisipasi 1) Metode analisis deskriptif
dalam pengelolaan sampah, dan di dukung hasil Melakukan pengumpulan data, penilaian data
wawancara terstruktur langsung dari informan. sekunder, interpretasi data, dan menarik
Data sekunder dalam penelitian meliputi kesimpulan atau generalisasi.
gambaran geografi dan data kependudukan di 2) Metode analisis inferensia
Kecamatan Denpasar Timur, data dari instansi Teknik analisis data yang digunakan adalah
terkait Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan model persamaan struktural (Structural
(DLHK) Kota Denpasar, situs internet, gambaran Equation Modeling – SEM) berbasis variance
geografi, literatur, jurnal-jurnal, skripsi, dan tesis atau Component based SEM, yang terkenal
serta laporan penelitian yang ada kaitannya dengan disebut Partial Least Square (PLS). Estimasi
penelitian ini. parameter yang didapat dengan PLS
Penelitian ini menggunakan metode survai dikategorika menjadi tiga yaitu weight estimate
dengan desain cross sectional dimana data seluruh yang digunakan untuk menciptakan skor
variabel penelitian dikumpulkan pada waktu yang variabel laten, mencerminkan estimasi jalur
sama. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu (path estimate) yang menghubungkan variabel
rumah tangga yang tinggal dan menetap serta laten dan antar variabel laten dan blok
memiliki KTP di Kecamatan Denpasar Timur. indikatornya (loading), keterkaitan dengan
Sedangkan jumlah sampelnya ditentukan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstan
menggunakan perhitungan rumus Slovin sebanyak regresi) untuk indikator dan variabel laten.
100 responden. Penentuan sampel dalam penelitian Berdasarkan kerangka konseptual penelitian
ini adalah secara stratified random sampling. Jumlah yang dibangun atas dasar teori dan konsep,
masing-masing sampel tiap lokasi menggunakan maka dapat digambarkan model empirik
proportionate sampling. Besaran sampel untuk penelitian seperti Gambar 1.
setiap desa/kelurahan di Kecamatan Denpasar Timur
ditentukan dengan menggunakan metode dari Taro
Yamane.
150
Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi di Kecamatan Denpasar Timur..... [Ni Luh Gede Sukerti, dkk.]
Y1•! Membuang sampah pada tempat sampah 0.546222 0.443026 0.127092 0.127092 3.636928 Signifikan
Y2•! Memilah sampah organik dan anorganik 0.896222 0.882349 0.034206 0.034206 26.200346 Signifikan
Y3•! Melakukan pengolahan sampah organik 0.543360 0.428927 0.072394 0.072394 5.989528 Signifikan
sepertidaun-daunan, sisa makanan menjadi
kompos di masing-masing rumah tangga
Y4•! Menggunakan kembali barang-barang yang tidak 0.777770 0.765048 0.046628 0.046628 16.680296 Signifikan
terpakai lagi, seperti kaleng bekas untuk pot bunga
atau tempat menyimpan bumbu masak, dan lain-lain
Y5•! Menggunakan produk yang dapat diisi ulang refill) 0.544984 0.436053 0.075548 0.075548 5.954427 Signifikan
seperti minyak goreng atau tisu refill.
Y6•! Membawa keranjang/tempat menaruh barang dari rumah 0.538629 0.372466 0.112523 0.112523 3.433002 Signifikan
untuk mengurangi penggunaan barang yang dapat
menghasilkan sampah saat berbelanja
Y7•! Menegur orang lain bila membuang sampah sembarangan 0.539685 0.394340 0.081895 0.081895 4.845917 Signifikan
Y8•! Menghindari menimbun sampah di dalam rumah 0.548037 0.464038 0.125080 0.125080 3.840537 Signifikan
Y9•! Menghindari membakar sampah 0.526624 0.248093 0.113760 0.113760 2.340416 Signifikan
kering atau basah di lahan kosong
151
ECOTROPHIC • VOLUME 11 NOMOR 2 TAHUN 2017 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395
Sesuai dengan hasil penelitian Wardani (2004), masyarakatnya. Menurut hasil penelitian
sikap atas masalah sampah memberikan pengaruh Tandipanga (2008), di RW 11 Cibangkong
terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan menyatakan bahwa lembaga lokal sangat
sampah dengan nilai asosiasi 0,428. Respon yang berpengaruh terhadap efektifitas pengelolaan
timbul dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam sampah. Permasalahan sampah tidak dapat
bentuk swadaya dipengaruhi oleh sikap, persepsi dan diselesaikan sendiri oleh pemerintah tanpa
pengalamannya. Menurut Tamond (2008), sikap partisipasi dari seluruh sektor yang ada.
merupakan evaluasi terhadap suatu obyek, tentang Perilaku masyarakat di Kecamatan Denpasar
suka atau tidak suka, tertarik atau tidak tertarik Timur dalam mengelola sampah rumah tangga
sedangkan faktor penentu partisipasi masyarakat sudah dalam kategori baik, yang ditunjukkan melalui
dalam pengelolaan sampah adalah kesadaran kesediaan masyarakat dengan melakukan
masyarakat (Fatin, 2011). pewadahan sampah secara mandiri. Masyarakat
Penelitian lebih lanjut menunjukkan hasil, telah melakukan pemilahan sampah organik dan
bahwa responden yang mengelola sampah dengan anorganik, telah menerapkan prinsip 3 R yaitu
prinsip swakelola sampah sebesar 51%, membuang reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali),
ke TPS resmi (ada kontainer) sebanyak 24%, recycle (mendaur ulang), dan tidak membuang
sedangkan 15% masih diambil oleh truk sampah dari sampah sembarangan serta menghindari kegiatan
DLHK. Sisanya 10% responden masih melakukan membakar sampah.
pengelolaan sampah dengan melakukan tindakan
membakar sampah di lahan kosong. 3.2. Hubungan Faktor Internal yang meliputi
Sesuai dengan wawancara yang dilakukan Pengetahuan, Tingkat Pendidikan, Penda-
terhadap lembaga lokal, sistem manajemen patan dan Waktu Luang Terhadap Perilaku
pengelolaan sampah kepada masyarakat dilakukan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
dengan pendekatan block leaders yang menekankan Deskripsi variabel faktor internal terdiri atas
pada sistem pengumpulan sampah yang terpilah. empat indikator yaitu pengetahuan, tingkat
Masyarakat diarahkan untuk melakukan pemilahan pendidikan, pendapatan, dan waktu luang.
sampah organik dan anorganik. Hubungan yang Nilai parameter masing-masing indikator pada
sinergi antara lembaga dinas dan adat yang terdapat variabel faktor internal telah valid. Hal ini dapat
di suatu desa memudahkan dalam upaya dilihat dari nilai t-statistic (signifikansi) yang
penggerakkan masyarakat. Peran pemimpin seluruhnya lebih besar dari cuts off sebesar 1,96.
lembaga, pemimpin lokal atau pemimpin agama Nilai signifikansi masing-masing indikator dapat
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap dilihat pada Tabel 2.
partisipasi masyarakat. Tokoh masyarakat dan Berdasarkan tabel 2 dibentuk persamaan model
lembaga lokal selau berusaha untuk menjadikan masing-masing indikator terhadap variabel laten
lingkungan bersih dengan menghindari adanya TPS faktor internal sebagai berikut:
liar. Beberapa kontainer-kontainer sampah sudah X1.1 = 0,738 X1 + 0,115
dikurangi agar masyarakat melakukan swakelola X1.2 = 0,538 X1 + 0,138
sampah sehingga pengelolaan sampah dapat X1.3 = 0,598 X1 + 0,112
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. X1.4 = 0,573 X1 + 0,117
Menurut Green (1991), menyatakan bahwa tokoh Persamaan tiap-tiap indikator pada variabel
masyarakat merupakan tokoh sentral yang menjadi faktor internal yang terdiri atas empat indikator yaitu
acuan masyarakat dalam berperilaku. Adanya pengetahuan, tingkat pendidikan, pendapatan, dan
dukungan yang positif dari tokoh masyarakat waktu luang, menunjukkan bahwa indikator
merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya pengetahuan masyarakat (X1.1) memiliki kategori
perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007). Tokoh yang paling tinggi yaitu sebesar 0,738, artinya
masyarakat dan lembaga lokal yang ada di indikator tersebut memiliki hubungan paling
masyarakat adalah merupakan institusi terdekat dominan terhadap variabel faktor internal. Indikator
yang memahami kondisi dan karakteristik pendidikan (X1.2) memiliki kategori paling kecil yaitu
Pengetahuan (X1.1) <— INTERNAL 0.738706 0.707710 0.115552 0.115552 6.392840 Signifikan
Pendidikan (X1.2) <— INTERNAL 0.537835 0.508217 0.138378 0.138378 3.886704 Signifikan
Pendapatan (X1.3) <— INTERNAL 0.597526 0.588130 0.112261 0.112261 5.322669 Signifikan
Waktu Luang (X1.4) <—INTERNAL 0.572915 0.576348 0.117777 0.117777 4.864390 Signifikan
152
Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi di Kecamatan Denpasar Timur..... [Ni Luh Gede Sukerti, dkk.]
sebesar 0,537, artinya indikator tersebut memiliki bidang yang diinginkan. Mendidik masyarakat
hubungan paling rendah terhadap variabel faktor merupakan hal terpenting dan bukan melihat dari
internal. Berdasarkan hasil penelitian tiap-tiap tingkat pendidikan masyarakat. Masyarakat
indikator pada variabel faktor internal menunjukkan membutuhkan informasi bukan hanya informasi
bahwa indikator pengetahuan masyarakat memiliki yang bersifat menyampaikan tentang pengelolaan
kategori tertinggi , artinya indikator tersebut sampah yang baik tetapi menekankan pada informasi
berperan besar terhadap variabel faktor internal. yang dapat mendorong masyarakat untuk mengubah
Indikator pendidikan formal memiliki kategori perilaku.
terendah dalam pengelolaan sampah. Gardner (1996), menyatakan, perubahan
Pengetahuan dan sikap seseorang akan berperan perilaku sangat lemah hanya dengan sekedar
memberikan informasi. Memberikan informasi
dalam tindakan yang dilakukannya. Pengetahuan
harus berupa feedback yang dikaitkan dengan
merupakan suatu tahap awal seseorang mulai
perilaku yang dilakukan oleh masyarakat. Seseorang
mengenal ide baru dan memahami ide tersebut. Hasil
berperilaku atau melakukan tindakan disebabkan
wawancara terhadap responden diketahui bahwa karena pengetahuan, kepercayaan dan sikap yang
pengetahuan masyarakat sudah baik dalam dimilikinya (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Chan,
pengelolaan sampah, pengetahuan masyarakat (1998) menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak
dalam melakukan pengelolaan sampah yang berpengaruh pada partisipasi pengelolaan sampah
dilakukan secara rutin jauh lebih baik dengan domestik di Hongkong.
masyarakat yang tidak pernah melakukan Tingkat pengetahuan masyarakat merupakan
pengelolaan sampah, meskipun tingkat pendidikan kategori tertinggi pada variabel faktor internal yang
formalnya lebih tinggi. Ini menunjukkan paling menentukan perilaku masyarakat dalam
pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam mengelola sampah, indikator lainnya adalah
mengelola sampah sudah baik. pendapatan masyarakat dan waktu luang yang
Pengetahuan masyarakat diperoleh dari dimiliki masyarakat, sedangkan tingkat pendidikan
berbagai sumber seperti melalui dunia pendidikan merupakan kategori terkecil dalam menentukan
formal maupun dari media ataupun melalui perilaku masyarakat dalam mengelola sampah
penyuluhan dan interaksi sesama anggota rumah tangga.
masyarakat. Pengetahuan dan pendidikan dapat
mengubah sikap dan pola pikir seseorang dalam 3.3. Hubungan Faktor Eksternal yang meliputi
bertindak. Tindakan seseorang lebih mudah salah Faktor–Faktor Sarana dan Prasarana
tanpa pengetahuan dibandingkan bila seseorang Persampahan, Sosialisasi dan Penegakan
melakukan tindakan yang didasarkan oleh Hukum Terhadap Perilaku Masyarakat
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat memini- Dalam Pengelolaan Sampah
Deskripsi variabel faktor eksternal terdiri atas
malkan kesalahan dalam praktek dan tindakan.
tiga indikator yaitu sarana dan prasarana,
Perilaku dalam bertindak yang didasarkan kepada
penegakan hukum, dan sosialisasi.
ilmu pengetahuan lebih bertahan lama dan menjadi
Nilai parameter masing-masing indikator pada
kebiasaan karena mengetahui risiko tindakan yang variabel faktor eksternal telah valid. Hal ini dapat
dilakukan. Semakin baik pengetahuan semakin baik dilihat dari nilai t-statistic (signifikansi) yang
pula perilaku mengelola lingkungan. seluruhnya lebih besar dari cuts off sebesar 1,96.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Dewi Nilai signifikansi masing-masing indikator dapat
(2010), menyebutkan pengetahuan memberi dilihat pada Tabel 3.
pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dan Berdasarkan tabel 3 tersebut dibentuk
terbukti bahwa sebanyak 27,78% responden yang persamaan model masing-masing indikator terhadap
tidak memiliki pengetahuan tentang cara pengelo- variabel laten faktor eksternal sebagai berikut:
laan sampah tidak melakukan pengelolaan sampah. X2.1 = 0,501 X2 + 0,128
Gardner & Stern (1996) menyatakan bahwa X2.2 = 0,962 X2 + 0,110
penyebab perubahan perilaku seseorang menjadi X2.3 = 0,536 X2 + 0,129
ramah lingkungan adalah informasi khusus ke
Sarana dan Prasarana (X2.1) •!EKSTERNAL 0.501791 0.488942 0.128219 0.128219 3.913558 Signifikan
Penegakkan hukum (X2.2) •!EKSTERNAL 0.962580 0.946166 0.110945 0.110945 8.676182 Signifikan
Sosialisasi (X2.3) •!EKSTERNAL 0.536011 0.526519 0.129058 0.129058 4.153243 Signifikan
153
ECOTROPHIC • VOLUME 11 NOMOR 2 TAHUN 2017 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395
Persamaan tiap-tiap indikator pada variabel Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Penetapan Jadwal
faktor eksternal yang terdiri atas tiga indikator yaitu Waktu Pembuangan Sampah Serta Ketentuan Dan
sarana dan prasarana, penegakan hukum, dan Tata Cara Pemotongan Pohon Perindang Di Kota
sosialisasi menunjukkan bahwa indikator penegakan Denpasar, perlu lebih disosialisasikan. Diharapkan
hukum (X2.2) memiliki kategori paling tinggi yaitu dengan adanya penegakkan hukum yang berjalan
sebesar 0,962, artinya indikator tersebut memiliki secara konsisten masyarakat memiliki efek jera
hubungan paling besar terhadap variabel faktor terhadap pelanggaran yang dilakukan sehingga dapat
eksternal. Indikator sosialisasi (X 2.3) memiliki menjadikan lingkungan bersih dari sampah.
kategori paling kecil yaitu sebesar 0,536, artinya Untuk lebih jelasnya hubungan faktor internal
indikator tersebut memiliki hubungan paling rendah dan faktor eksternal ke perilaku dapat dilihat pada
terhadap variabel faktor eksternal. diagram.
Menurut Bimo (1999), perilaku manusia tidak
muncul dengan sendirinya tanpa adanya stimulus
yang di terima, baik itu stimulus bersifat eksternal 4. SIMPULAN DAN SARAN
maupun internal. Sebagian besar perilaku manusia
akibat respon terhadap stimulus eksternal yang 4.1. Simpulan
diterima. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian faktor eksternal dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1.
menunjukkan bahwa indikator penegakan hukum Perilaku masyarakat di Kecamatan Denpasar Timur
memiliki kategori tertinggi, artinya indikator dalam mengelola sampah rumah tangga sudah dalam
tersebut memiliki hubungan terbesar terhadap kategori baik, yang ditunjukkan melalui kesediaan
variabel faktor eksternal, sedangkan sosialisasi masyarakat dengan melakukan pewadahan sampah
memiliki kategori terendah terhadap perilaku dalam secara mandiri. Masyarakat telah melakukan
mengelola sampah. pemilahan sampah organik dan anorganik, telah
Penegakkan hukum dalam penelitian ini menerapkan prinsip 3 R yaitu reduce (mengurangi),
memiliki pengertian pemberian sangsi pada reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur
masyarakat yang membuang sampah sembarangan. ulang), dan tidak membuang sampah sembarangan
Hasil penelitian diketahui bahwa kesadaran serta menghindari kegiatan membakar sampah. 2.
responden terhadap lingkungan di Kecamatan Tingkat pengetahuan masyarakat merupakan
Denpasar Timur menunjukkan pemahaman dan kategori tertinggi pada variabel faktor internal yang
perilaku masyarakat yang baik. paling menentukan perilaku masyarakat dalam
Peraturan penegakkan hukum umumnya mengelola sampah, indikator lainnya adalah
memiliki peranan penting dalam membentuk pendapatan masyarakat dan waktu luang yang
perilaku masyarakat. Peraturan yang diikuti dengan dimiliki masyarakat, sedangkan tingkat pendidikan
penegakkan hukum yang tepat dapat mendorong merupakan kategori terkecil dalam menentukan
masyarakat untuk mematuhi peraturan tersebut. perilaku masyarakat dalam mengelola sampah
Menurut Fatin (2011), faktor terpenting pada rumah tangga. 3. Penegakkan hukum merupakan
partisipasi masyarakat adalah kesadaran kategori tertinggi pada variabel faktor eksternal yang
masyarakat dalam pengelolaan sampah. paling berperan dalam meningkatkan kesadaran
Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah.
sampah di Kecamatan Denpasar Timur dalam Faktor lainnya adalah penyediaan sarana dan
kondisi baik. Masyarakat dengan kesadarannya prasarana, sedangkan sosialisasi dalam pengelolaan
berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah di sampah merupakan kategori terkecil dalam
lingkungannya masing-masing Penegakkan hukum mengelola sampah. Hal ini disebabkan karena
merupakan kategori tertinggi pada variabel faktor masyarakat sudah memperoleh informasi terkait
eksternal yang paling berperan dalam meningkatkan materi sosialisasi yang disampaikan, sehingga
kesadaran perilaku masyarakat dalam mengelola menjadi faktor yang terkecil berkontibusi terhadap
sampah. Faktor lainnya adalah penyediaan sarana perilaku masyarakat.
dan prasarana, sedangkan sosialisasi dalam
pengelolaan sampah merupakan kategori yang 4.2. Saran
terendah dalam mengelola sampah. Hal ini Berdasarkan simpulan di atas dapat disarankan
disebabkan karena masyarakat sudah memperoleh beberapa hal sebagai berikut.
informasi terkait materi sosialisasi yang 1. Kepada Pemerintah: a). Melakukan sosialisasi
disampaikan, sehingga menjadi faktor yang terkecil pelayanan dan pengangkutan sampah organik
berkontibusi terhadap perilaku masyarakat. dan anorganik ke masyarakat dan apabila
Upaya penegakkan hukum di Kota Denpasar masyarakat tidak melakukannya maka sampah
sudah menjadi agenda tetap yang terus dilakukan tidak akan terlayani dalam pengangkutan, baik
untuk mengurangi sampah, namun pelanggaran yang diangkut oleh pemerintah lewat DLHK,
masih terus terjadi. Peraturan Walikota Denpasar maupun secara swakelola. b). Perlu adanya
154
Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi di Kecamatan Denpasar Timur..... [Ni Luh Gede Sukerti, dkk.]
perbedaan jenis sampah dan waktu Fatin, S. et all. 2011. A Review On The Succes
pengangkutan sampah, antara sampah organik Factors For Community Participation In Solid
dan anorganik. c). Perlu adanya penyediaan Waste Management. Pånàng. Màlàysià :
lahan kosong untuk melakukan komposting baik Procååding of Intårnàtionàl Confåråncå On
itu lahan milik sendiri ataupun sewa, hal ini Mànàgåmånt (ICM 2011).
sangat mungkin dilakukan dengan
Gardner, G. T. and P.C. Stern, 1996, Environmental
memanfaatkan dana desa yang diberikan oleh
Problems and Human Behaviour. A Simon &
pemerintah pusat. d). Mengalokasikan bantuan
Schuster Company. Massachusets.
dana desa yang diberikan secara rutin kepada
setiap desa, untuk memberikan perhatian pada Green, Lawrence W. 1991. Health Promotion
masalah penanganan sampah secara mandiri. Planning An Educational and Anvironmental
e). Penyediaan TPS atau depo sampah yang Approach. Mayfield Publishing Company.
memenuhi syarat sehingga tidak mencemari Mountain View.
lingkungan. Nurdin Usman, 2004, Implementasi dalam Birokrasi
2. Kepada Masyarakat: a). Partisipasi masyarakat Pembangunan, Bandung
yang sudah baik agar tetap ditingkatkan dan
mengajak seluruh anggota keluarga tetap Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku
menjaga kebersihan lingkungan dan Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
menerapkan prinsip 3R dalam mengelola Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
sampah rumah tangga. b). Perilaku masyarakat Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta.
dalam melakukan pemilahan sampah sudah
berkategori baik, namun diharapkan Sudarma, I M. 2003. Integrated Solid Waste
masyarakat mengurangi penggunaan barang- Management. Naskah Lengkap Short Course on
barang yang akan menghasilkan sampah Environmental Polution Control and
plastik. Management. Denpasar 25 Agustus – 19
September.
Tamond, Z. E. 2008. Partisipasi Masyarakat Dan
DAFTAR PUSTAKA Teknik Pengelolaan Sampah Di Pemukiman.
Jurnal Formas. Vol.1 (4) Juni : 277-283.
Azkha. N. 2006. “Analisis Timbulan, Komposisi Dan
Karakteristik Sampah di Kota Padang”. Jurnal Tandipanga, F.B. 2008. “Faktor-Faktor Yang
Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1). Mempengaruhi Peran Masyarakat Terhadap
Efektifitas Pengelolaan Sampah”. Jurnal
Azkha. N. 2007. “Pemanfaatan Komposter Berskala Komunitas. Vol. 4 (1) April.
Rumah Tangga”. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
September. I (2). Undang-undang No. 18 Tahun 2008 dan Permen PU
No. 21/PRT/M/2006.
Chan, K. 1998. “Mass Communication and Pro-
Environment Behaviour : Waste Recycling in Wardani, C. 2004. “Partispasi Masyarakat Pada
Hong Kong”. Journal of Environment, 52 : 317 Kegiatan Pemilahan Sampah Rumah Tangga”
– 325. (Tesis). Jakarta : Program Studi Ilmu
Lingkungan Pascasarjana Universitas
Dewi. A.S dan Warmadewanthi. 2010. Kajian Model Indonesia.
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Di
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Prosiding Walgito, Bimo. 1999. Psikologi Sosial (Suatu
Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX. Pengantar). Andi, Yogyakarta.
Surabaya : Program Studi MMT-ITS.
155