Jurnal Penelitian Transportasi Darat: Kajian Preferensi Masyarakat Dalam Menggunakan LRT Jabodebek

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20

Jurnal Penelitian Transportasi Darat


Journal Homepage: http://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/jurnaldarat/index
p-ISSN: 1410-8593 | e-ISSN: 2579-8731

Kajian Preferensi Masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek


Arbie
Puslitbang Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta, Indonesia, 10110
[email protected]
Diterima: 22 Februari 2019, Direvisi: 24 April 2019, Disetujui: 15 Mei 2019

ABSTRACT
Study of Community Preferences in Using Jabodebek LRT: Total trips in Jabodetabek throughout 2015 recorded
47.5 million trips/day. Of the 50 trips, 50% of trips are from Bodetabek to Jakarta. Travel within Jakarta alone is only
40%. Modes share of the total movement of Jabodetabek is dominated by motorbikes by 75%, private vehicles by 23%
and 2% by transport vehicles. The purpose of this study is to make the report of the Community Preference Study using
the Jabodebek LRT. The approach used in this research is descriptive analysis, which describes the preferences of
prospective Jabodebek LRT passengers according to intermodal and tariff facilities. The data collection technique is
done by means of primary data obtained by online surveys through the web surveymonkey.com, as a comparison with
secondary data on the number of Jabodetabek trips. The survey results showed 34.57% would switch while 32.10%
answered not switch, 33.33% answered doubtfully. This is due to the location of the place of work and residence far
from the LRT station. If necessary, intermodal facility services can be included in the Jabodebek LRT SPM. The ability
of the community to transport costs is only 10% of income, the rate that will be determined by the Government is Rp.
5,700.00 while the Jabodebek LRT operator calculation is Rp. 20,000.00 the difference in tariff of Rp. 14,300.00 must
be paid by the Government. If possible, the Government can audit Vehicle Operating Costs incurred by operators so
that when PSO is given it is not too burdensome for state finances.
Keywords: vehicle operational costs; intermoda facilities; Jabodebek LRT.

ABSTRAK
Total perjalanan di Jabodetabek sepanjang tahun 2015 tercatat 47,5 juta perjalanan/hari. Dari jumlah perjalanan
tersebut sebanyak 50% perjalanan merupakan perjalanan dari Bodetabek menuju Jakarta. Perjalanan di dalam
Jakarta sendiri hanya 40%. Moda share dari total pergerakan Jabodetabek di dominasi oleh sepeda motor yakni
sebesar 75%, kendaraan pribadi sebesar 23 % dan 2% oleh kendaraan angkutan. Pengkajian ini bertujuan untuk
adalah tersususnya laporan Kajian Preferensi Masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan preferensi calon penumpang LRT
Jabodebek menurut fasilitas intermoda dan tarif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara data
primer diperoleh dengan cara survei online melalui web surveymonkey.com, sebagai pembanding dengan data
sekunder jumlah perjalanan jabodetabek. Hasil survei menunjukan 34,57% akan beralih sedangkan 32,10%
menjawab tidak beralih, 33,33% menjawab ragu-ragu. Hal ini dikarenkan lokasi tempat bekerja dan tempat tinggal
jauh dari stasiun LRT. Bila perlu pelayanan fasilitas intermoda dapat dimuat dalam SPM LRT Jabodebek.
Kemampuan masyarakat terhadap biaya transportasi hanya 10% dari penghasilan maka tarif yang akan mungkin
ditentukan oleh Pemerintah sebesar Rp. 5.700,00 sementara perhitungan operator LRT Jabodebek sebesar Rp.
20.000,00 selisih tarif Rp. 14.300,00 harus dibayarkan Pemerintah. Bila memungkinkan Pemerintah dapat mengaudit
Biaya Operasional Kendaraan yang dikeluarkan oleh operator sehingga bilamana PSO diberikan tidak terlalu
memberatkan keuangan negara.
Kata Kunci: biaya operasional kendaraan; fasilitas intermoda; LRT Jabodebek.

I. Pendahuluan tol yang telah mendapatkan izin prinsip dari


Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Trase LRT sudah tercantum di dalam Rencana
Nomor TN.13.03- Mn/408 tanggal 19 Mei 2015.
Umum Jaringan Jalur Kereta Api pada kawasan
Moda ini dibangun layang dengan ketinggian
Jabodetabek tahun 2014-2030 sebagaimana tertuang
antara 9-12 meter di atas permukaan tanah. Total
dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54
dana yang dibutuhkan untuk proyek LRT Tahap I
Tahun 2013 tentang Rencana Umum Jaringan
ini mencapai Rp. 2,745 triliun.
Angkutan Massal pada Kawasan Perkotaan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi Total perjalanan di Jabodetabek sepanjang tahun
(Jabodetabek). Pembangunan Tahap I akan 2015 tercatat 47,5 juta perjalanan/hari. Dari jumlah
membangun rute Bekasi Timur-Cawang-Kuningan- perjalanan tersebut sebanyak 50% perjalanan
Dukuh Atas, dan Cibubur-Cawang. Jalur dan merupakan through traffic dari Bodetabek menuju
stasiun LRT akan menggunakan jalur tepi jalan Jakarta. Perjalanan di dalam Jakarta sendiri hanya

doi: http://dx.doi.org/10.25104/jptd.v21i1.962 13
1410-8593| 2579-8731 ©2018 Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian
Nomor Akreditasi: 744/AU3/P2MI-LIPI/04/2016 | Artikel ini disebarluaskan di bawah lisensi CC BY-NC-SA 4.0
40%. Perjalanan kendaraan bermotor di Mowen preferensi dapat berubah dan dapat
Jabodetabek rata-rata didominasi oleh sepeda motor. dipelajari sejak kecil, preferensi terhadap produk
Moda share dari total pergerakan Jabodetabek di bersifat plastis, terutama pada orang-orang yang
dominasi oleh sepeda motor yakni sebesar 75%, masih berusia muda dan kemudian memiliki gaya
kendaraan pribadi sebesar 23% dan 2% oleh hidup yang lebih kuat.
kendaraan angkutan umum dikutip dari Rancangan
Preferensi pelanggan sebagai interaksi dinamis
Peraturan Presiden tentang Rencana Induk
antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan
Transportasi Jabodetabek (RITJ Tahun 2015).
kejadian di sekitar kita dimana manusia
Oleh karena itu kinerja jalan di Jabodebek sudah melakukan aspek pertukaran dalam hidup
pasti rendah karena rasio volume terhadap mereka. Dari definisi tersebut dapat diketahui
kapasitas sudah mendekati 1. Numun demikian tiga ide penting yaitu: (1) preferensi pelanggan
LRT Jabodebek diharapkan dapat menjadi alat adalah dinamis, (2) hal tersebut melibatkan
transportasi perkotaan utama bagi masyarakat interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku
Jabodebek, dengan investasi yang mahal tentunya dan kejadian di sekitar dan (3) hal tersebut
akan mengakibatkan biaya operasional dan melibatkan pertukaran. Untuk itu, pengertian
perawatan serta deprisiasi yang tinggi yang preferensi pelanggan mengandung dua elemen
berujung pada tingginya tarif tiket LRT penting, yakni: (1) proses pengambilan keputusan
Jabodebek nantinya. Oleh karena itu dimensi- (dalam pembelian) dan (2) kegiatan fisik yang
dimensi yang mempengaruhi minat masyarakat menyangkut kegiatan individu (pelanggan dalam
Jabodebek pada khususnya akan diuji dengan menilai, mendapatkan dan menggunakan ataupun
melakukan wawancara secara online. mengevaluasi barang dan jasa tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diperoleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
perumusan masalah pengaruh dimensi-dimensi Perkeretaapian menyebutkan bahwa LRT adalah
pelayanan terhadap minat masyarakat dalam angkutan massal dengan kereta api ringan
menggunakan LRT Jabodebek serta pertanyaan berkecepatan rendah 60-120 km/jam. Peraturan
penelitian yaitu dimensi apakah yang paling Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan
mempengaruhi dari pembentukan preferensi Atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009
pengguna moda transportasi LRT Jabodebek. tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian menyatakan
Sedangkan tujuan dari penelitian ini menganalisis bahwa penyelenggaraan prasarana perkeretaapian
dimensi yang paling berpengaruh terhadap dan sarana perkeretaapian bisa dilakukan oleh satu
pembentukan preferensi pengguna moda badan usaha (penyelenggara sarana perkeretaapian)
transportasi LRT Jabodebek. Dengan demikian bilamana tidak ada badan penyelenggara
diharapkan akan menumbuhkan kepercayaan prasarana perkeretaapian dalam hal ini LRT akan
masyarakat terhadap angkutan umum bila diselenggarakan oleh PT. KAI sebagai
penyelenggaraan angkutan ini dikelola dengan penyelenggara prasarana dan sarana LRT.
manajemen yang baik. Dalam penelitian ini
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016
menjabarkan faktor dominan pemilihan moda
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
LRT sebagai moda transportasi utama perkotaan
Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
dan belum pernah diteliti sebelumnya.
Angkutan Kereta Api . Peraturan Menteri No 118
Menurut Marwan preferensi pelanggan adalah Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kereta Api
sikap pelanggan yang menginginkan suatu barang Ringan Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor,
atau jasa berdasarkan kemampuan yang dimiliki Depok, dan Bekasi.
untuk memberikan nilai kepuasan terhadap apa
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 394 Tahun
yang dibeli atau yang ditawarkan, sehingga orang
2015 tentang Penetapan Trase Jalur Layang Kereta
yang menginginkan barang atau jasa telah
Api Umum Nasional Jenis Light Rail Transit di
mempunyai sikap perilaku pembelian. Menurut
wilayah Jabodetabek oleh PT. Adhi Karya (Persero)
Assel, preferensi konsumen dapat berarti
Tbk. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih
49 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas
disukai konsumen sehingga terbentuk dari
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang
persepsi konsumen terhadap produk.
Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/
Menurut Foster, setiap orang bertingkah laku sesuai Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta,
dengan preferensi mereka, maka dari itu banyak Bogor, Depok, dan Bekasi.
tindakan konsumen yang dapat diramalkan
Kajian sejenis terdahulu yang pernah dilakukan
dengan cara menentukan atribut-atribut atau
antara lain:
faktor-faktor yang melekat pada produk. Menurut

14 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20
1. Faisal, Fahmi (2017), Analisis Faktor Perjalanan Kerja dari Kota Tangerang
Utama Yang Mempengaruhi Waktu Selatan-DKI Jakarta. Ketidak seimbangan
Pelaksanaan Proyek Pembangunan pertumbuhan penduduk dan perkembangan
Infrastruktur LRT (Light Rail Transit) pembangunan Tangerang Selatan
Jabodebek. Penelitian ini membahas tentang mengakibatkan kebutuhan lapangan pekerjaan
penerapan metode TOPSIS dalam tidak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh
mengklasifikasikan faktor mana yang paling pemerintah daerah. Sehingga pergerakan
signifikan terhadap waktu pelaksanaan pekerja komuter ke DKI Jakarta cukup besar,
konstruksi LRT Jabodebek. Pembobotan yaitu 8,68% dari total komuter Jabodetabek
kriteria dan perangkingannya menggunakan dan mengakibatkan peningkatan permintaan
TOPSIS. Hasil penelitian ini menunjukkan akan moda transportasi publik. Untuk ituperlu
bahwa aspek serah terima lahan merupakan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
ranking pertama yang harus diperhatikan pemilihan moda, kesesuaian multinominal logit
sebagai faktor utama penyebab keterlambatan sebagai model dan probabilitas terpilihnya
proyek dengan nilai preferensi 0.9, Aspek setiap moda. Metoda penelitian dilakukan
kedua adalah penyusunan rencana kerja dengan dengan penyebaran kuesioner untuk
baik dengan nilai preferensi 0.82, aspek ketiga memperoleh data karakteristik sosio ekonomi
adalah pemilihan metode konstruksi yang dan perjalanan terhadap pengguna alternatif
tidak tepat dengan nilai preferensi 0.8 dan moda yaitu KRL, feeder busway dan sepeda
aspek keempat yang tidak kalah penting harus motor. Selanjutnya pengolahan data dan
diperhatikan adalah aspek pendanaan kegiatan analisis dilakukan dengan program SPSS 24.
proyek dengan nilai preferensi 0.79. Penulis Sekaligus untuk melihat kesesuaian model
merekomendasikan kepada pengambil dilakukan uji statistik. Dari analisis model
keputusan hendaknya memperhatikan aspek- multinomial logit, didapat persamaan UKRL
aspek tersebut agar waktu pelaksanaan = 0.742 - 1.771X1 + 0.535X3, UBus = 1.391+
proyek bisa dikendalikan dengan baik 1.92X1 - 2.436X3 dan faktor yang secara
sehingga tidak terjadi keterlambatan pada statistik signifikan mempengaruhi variabel
pelaksanaan Proyek LRT Jabodebek. tetap adalah variabel waktu perjalanan (X1)
dan biaya yang dikeluarkan (X3) dengan nilai
2. Nur Aprilia Wahyuni, Sri Rum Giyarsih
R2 = 44,8%. Probabilitas masing-masing moda
(2017), Preferensi Pengguna Moda
adalah PKRL = 18%, PBus = 43% dan PMotor =
Transportasi Kereta Api Dhoho Trayek
39%. Dari model juga dapat dilihat bahwa
Blitar-Surabaya. Penelitian ini bertujuan
preferensi terhadap KRL sangat dipengaruhi
untuk menganalisis dimensi yang paling
oleh waktu perjalanan, sedangkan moda Bus
berpengaruh dalam pembentukan preferensi
dipengaruhi oleh biaya. Dan hal itu didukung
pengguna moda Kereta Api Dhoho. Metode
oleh kondisi jaringan jalan sebagai akses ke
penelitian ini ialah metode deskriptif
angkutan massal.
kuantitatif. Teknik pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan diagram radar, dimana 4. Dziauddin, Mohd Faris & Powe, Neil &
pada diagram tersebut dapat diketahui Alvanides, Seraphim (2014), Estimating the
kedudukan dimensi yang paling berpengaruh Effects of Light Rail Transit (LRT) System on
dalam pembentukan preferensi. Berdasarkan Residential Property Values Using
hasil penelitian diketahui bahwa pada Geographically Weighted Regression (GWR).
kelompok sampel hari libur (weekend) dimensi Dengan menggunakan Jalur LRT Kelana Jaya,
yang berpengaruh dalam pembentukan yang terletak di Greater Kuala Lumpur,
preferensi responden ialah dimensi tarif Malaysia sebagai studi kasus, makalah ini
dengan nilai 4.2, pada kelompok sampel hari mengungkapkan bahwa peningkatan
biasa (weekday) dimensi yang berpengaruh aksesibilitas ke lapangan kerja dan fasilitas
dalam pembentukan preferensi ialah dimensi lainnya yang disediakan oleh sistem LRT
kenyamanan dengan nilai 4.2, pada kelompok menambah premi pada nilai properti residensial
sampel jam kerja (peak hours) dimensi yang tetapi dengan variasi spasial atas area geografis
berpengaruh dalam pembentukan preferensi menunjukkan bahwa keberadaan sistem LRT
ialah dimensi keterpaduan moda dengan nilai mungkin memiliki efek positif pada nilai
4.4. properti perumahan di beberapa daerah tetapi
negatif di tempat lain. Penggunaan GWR
3. Sylvia Indriany, Alvin Widyantoro, Indra
dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai
Wangsa W (2018), Analisis Pemilihan Moda
pendekatan yang lebih baik untuk menyelidiki
Dengan Model Multinomial Logit untuk
efek dari sistem LRT pada nilai properti
Kajian Preferensi Masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek, Arbie 15
residensial karena memiliki kemampuan untuk II. Metodologi Penelitian
menghasilkan hasil yang bermakna dengan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
mengungkapkan hubungan spasial yang
adalah analisis deskriptif, karena penelitian ini
bervariasi.
menitik beratkan pada masalah preferensi minat
5. Rahmat Hidayat (2018), Mode Choice Analysis masyarakat calon penumpang LRT Jabodetabek.
Between Private Car, Transjakarta (BRT) Adapun teknik pengumpulan data dilakukan
and KRL Commuter Line (railway) Using dengan cara survei online melalui web
Multinomial Logit Model and Social surveymonkey.com, melakukan pengamatan dan
Economic Background of Passenger Case survei langsung di lapangan (di Stasiun LRT
Study: Bekasi-Jakarta Commuter. Empat Bekasi Timur), survei online dilakukan selama 1
atribut telah diidentifikasi dengan pertimbangan bulan. Setelah semua data diperoleh dari objek
biaya perjalanan, waktu perjalanan, frekuensi penelitian disesuaikan dengan regulasi terkait
dan penundaan perjalanan. Metode yang standar pelayanan minimum angkutan kereta api.
digunakan untuk mengumpulkan data adalah Hasil survei menjabarkan dimensi-dimensi yang
dengan survei Stated Preference. Selanjutnya, menjadi preferensi masyarakat Jabodebek untuk
data dianalisis dengan model multinomial menggunakan LRT Jabodebek sebagai angkutan
logit menggunakan perangkat lunak R untuk perkotaan utama.
menghasilkan model terbaik untuk
Ruang lingkup penelitian meliputi Identifikasi
menggambarkan pilihan moda. Meskipun
dan inventarisasi peraturan yang terkait dengan
beberapa pengguna mobil pribadi ingin
tujuan studi, Data dan informasi yang dapat
mengubah pilihan modanya menjadi
diperoleh masyarakat, Identifikasi potensi
Transjakarta dan KCL tetapi waktu tempuh,
permasalahan dalam operasional LRT Jabodebek,
biaya perjalanan, frekuensi dan penundaan
Analisis dan evaluasi, sertaRekomendasi.
perjalanan bukanlah atribut penting yang
dapat mengubah preferensi mereka. Pengguna Data survei kepada masyarakat calon pelanggan
KCL adalah kelompok yang paling mungkin LRT Jabodebek yang terdiri dari dimensi-dimensi
yang akan mengubah modenya menjadi tersebut akan dianalisis dengan metode statistik
Transjakarta dengan pertimbangan waktu dan dikualitatifkan berdasarkan hasil analisis
perjalanan dan frekuensi perjalanan. statistik. Kemudian akan dilihat dimensi mana
Probabilitas kemungkinan akan terjadi pada yang menjadi preferensi masyarakat untuk dibuat
orang dengan usia di atas 50 dengan 0,29 rekomendasi pengembangan sistem integrasi
dan orang di bawah 50 tahun dengan 0,099. moda LRT Jabodebek.
6. Mezky Matthew Yandito, Alvinsyah (2019), III. Hasil dan Pembahasan
Model Pilihan Penumpang Angkutan Kota
dan Kereta Rel Listrik di Jakarta. Tujuan A. Pembangunan LRT Jabodebek
penelitian ini adalah untuk memperkirakan Berdasarkan peta rencana dan perkembangan LRT
faktor-faktor yang memengaruhi preferensi Jabodebek dapat dilihat bahwa terdapat 6 koridor
penumpang dalam melakukan perjalanan di operasional LRT Jabodebek yang akan ditargetkan
rute Jakarta Kota-Tanjung Priok dan selesai akhir 2018 untuk koridor Cawang-Cibubur,
membentuk perangkat analisis permintaan sementara Cawang-Dukuh Atas dan Cawang-Bekasi
berbentuk model pemilihan moda. Analisis Timur ditargetkan selesai akhir 2019 (Gambar 1).
dilakukan dengan menggunakan pendekatan
model logit binomial yang dikembangkan B. Hasil Pengumpulan Data Survei Masyarakat
berdasarkan hasil survei stated preference Terhadap LRT
terhadap penumpang angkot yang melalui Data primer diperoleh berdasarkan hasil wawancara
rute yang sama dengan rute kereta rel listrik. elektronik melalui website SurveyMonkey.com
Berdasarkan hasil uji korelasi ditemukan kepada 343 responden (Gambar 2).
bahwa variabel yang paling berpengaruh
terhadap pilihan moda adalah tarif. C. Analisis Pengaruh Fasilitas Park and Ride
dan Fasilitas Perpindahan Inter/Antar Moda
Dari keenam kajian terdahulu tidak ada yang Terhadap Keinginan Masyarakat Untuk
meninjau prefensi masyarakat mengenai pengaruh Beralih ke Angkutan LRT
intermoda dan tarif terhadap minat calon
pengguna LRT Jabodetabek. Pada kajian ini akan Dari keseluruhan data survei nampak bahwa
dibahas secara mendalam pengaruh kedua variabel 96,7% penduduk Jabodetabek mengetahui proyek
tersebut terhadap minat calon penumpang LRT pembangunan LRT. Pengguna mobil 24,28%,
Jabodebek. sepeda motor 45,68%, Transjakarta/bus umum

16 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20
7,41%, ojek konvensional/online 3,70%, taxi ragu-ragu. Banyak responden yang tidak ingin
konvensional/online 0,82%, lainnya (sebutkan) beralih dan ragu-ragu untuk beralih karena lokasi
18,11%. Selain itu 34,57% akan beralih, sedangkan tempat bekerja dan tempat tinggal jauh dari stasiun
32,10% menjawab tidak beralih, 33,33% menjawab LRT (seperti pertanyaan nomor 6,7, 8 dan 9) pada

Gambar 1.
Rencana dan Perkembangan LRT Jabodebek.

Gambar 2.
Hasil Pengolahan Data (a) Minat Beralih ke LRT; (b) Kesediaan dan Kemampuan Membayar Tarif; (c)
Harapan Tarif; (d) Keinginan Fasilitas Park & Ride; (e) Keinginan Fasilitas Perpindahan; (f) Pendapatan;
(g) Biaya Transportasi.

Kajian Preferensi Masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek, Arbie 17


hasil survei di atas. Fasilitas park and ride (parkir antara Rp750.000,00 sampai dengan kurang dari
dan melanjutkan dengan LRT) di Stasiun Rp1.000.000,00 sebanyak 15,49%, antara
keberangkatan, dari hasil survei sebanyak 76,11% Rp1.000.000,00 sampai dengan kurang dari
menjawab sangat penting, 23,89% menjawab Rp1.500.000,00 sebanyak 11,50%, antara
penting, 0,44% menjawab kurang penting, dan Rp1.500.000,00 sampai dengan kurang dari
0,44% menjawab tidak penting. Di sisi lain Rp.2.000.000,00 sebanyak 6,19%, dan lebih dari
fasilitas perpindahan inter/antar moda (rambu Rp2.000.000,00 sebanyak 7,08%.
petunjuk/informasi, selasar dan kanopi, travelator,
Dari hasil survei di atas ditemukan bahwa
lift, dan fasilitas pendukung lainnya) sangat tinggi
sesungguhnya pengeluaran masyarakat untuk
bila dilihat dari hasil survei sebanyak 79.65%
transportasi dalam sebulan tidak lebih dari 10%
menjawab sangat penting, 19.91% menjawab
penghasilan. Dari hasil survei di atas dapat
penting, dan 0.44% menjawab kurang penting.
ditemukan bahwa pengguna LRT Jabodebek
D. Analisis Segmen Pasar LRT Berdasarkan adalah masyarakat berpenghasilan di bawah Rp.
Tarif Beralih ke Angkutan LRT 10.000.000,00. Oleh karena itu banyak yang
enggan bila tarif rencana LRT Jabodebek sebesar
Tarif merupakan faktor penting yang
Rp. 20.000,00 (Rp.880.000,00 per bulan) yaitu
mempengaruhi minat penumpang untuk
sebanyak 75% responden menjawab tidak setuju.
menggunakan jasa maupun barang semakin
murah tarif suatu jasa minat pengguna jasa akan Bila tarif sebesar Rp. 20.000,00 (Rp.880.000,00
semakin tinggi, namun di sisi lain terdapat per bulan) artinya bila melihat trend responden
perbedaan pada segmen masyarakat berpenghasilan porsentasi untuk transportasi sebesar kurang dari
tinggi yang mengedepankan kualitas ketimbang 10% maka yang mampu dan ingin membayar
harga tergantung dari perspektif mana ditinjau. adalah masyarakat perpenghasilan lebih dari Rp.
8.800.000,00 per bulan. Artinya bila ingin
Dalam kajian ini dapat dijelaskan segmen pasar
menarik minat masyarakat tarif LRT harus
penumpang LRT Jabodebek berdasarkan hasil
kurang dari Rp. 5.700, 00 (kurang dari Rp.
survei: untuk pertanyaan nomor 11 jika tarif LRT
250.000,00 per bulan). Dari analisis ini diketahui
Rp.20.000,- apakah Saudara bersedia untuk
bahwa tarif LRT Jabodebek memiliki pengaruh
membayar tarif tersebut? 27,63% menjawab iya
yang signifikan terhadap minat masyarakat.
dan 72,37% menjawab tidak. Bila jawaban nomor 11
tidak, berapa tarif yang sesuai menurut saudara? E. Skema Perpindahan Inter/Antar Moda
22,86% menjawab antara Rp3.000,00 sampai
Perpindahan inter/antar moda adalah kunci
dengan kurang dari Rp5.000,00, 47,14% menjawab
kesuksesan transportasi perkotaan, kemudahan
antara Rp5.000,00 sampai dengan kurang dari
menjangkau/aksesibilitas dari dan ke stasiun LRT
Rp10.000,00, 21,43% menjawab antara
harus dibuat skemanya. Banyak contoh dari luar
Rp10.000,00 sampai dengan kurang dari
negeri yang dapat dijadikan acuan khususnya
Rp15.000,00, 7,14% menjawab antara Rp15.000,00
negara-negara maju di iklim tropis karena iklim
sampai dengan kurang dari Rp20.000,00, 2,86%
tropis yang memberikan efek cuaca panas
menjawab lebih atau sama dengan Rp.20.000,00.
membuat enggan orang berjalan kaki >300 m.
Sementara pertanyaan nomor 20 penghasilan
Bilamana alur perpindahan moda >300 m
masyarakat kurang dari Rp2.500.000,00 sebanyak
seharusnya dibuat kanopi dan/atau travelator.
7,08%, antara Rp2.500.000,00 sampai dengan
Selain itu rambu petunjuk, larangan dan perintah
kurang dari Rp5.000.000,00 sebanyak 23,01%,
harus mudah dipahami oleh masyarakat jangan
antara Rp5.000.000,00 sampai dengan kurang
sampai justru menimbulkan kesalahan persepsi.
dari Rp7.500.000,00 sebanyak 20,80%, antara
Kepastian jadwal keberangkatan agar tidak
Rp7.500.000,00 sampai dengan kurang dari
dilupakan karena perjalanan LRT yang cepat
Rp10.000.000,00 sebanyak 19,47%, antara
menjadi sia-sia bilamana angkutan lanjutan tidak
Rp10.000.000,00 sampai dengan kurang dari
pasti jadwal kedatangan dan keberangkatannya.
Rp15.00.000,00 sebanyak 12,83%, antara
Konsep e-ticketing sangat penting untuk
Rp15.000.000,00 sampai dengan kurang dari
mempermudah dan mempercepat transfer ke
Rp20.000.000,00 sebanyak 8,85%, dan lebih dari
moda lainnya. Begitu juga fasilitas park and ride
Rp20.000.000,00 sebanyak 7,96%. Di sisi lain
agar bisa diperhitungkan kebutuhan lahan dan
pertanyaan nomor 21 berapa biaya transportasi
ruang parkir untuk 15-20 tahun yang akan datang
saudara per bulan? Kurang dari Rp250.000,00
karena investasi LRT merupakan investasi besar
sebanyak 11,50%, antara Rp250.000,00 sampai
yang seharusnya menjadi solusi masyarakat
dengan kurang dari Rp500.000,00 sebanyak
pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan
30,09%, antara Rp500.000,00 sampai dengan
massal. Masih banyak yang perlu diperhatikan
kurang dari Rp750.000,00 sebanyak 18,14%,

18 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20
terkait penyelenggaran perpindahan inter/antar antara Rp5.000,00 sampai dengan kurang dari
moda di stasiun LRT Jabodebek yang Rp10.000,00, 21,43% menjawab antara Rp10.000,00
memerlukan kajian lebih lanjut. sampai dengan kurang dari Rp15.000,00, 7,14%
menjawab antara Rp15.000,00 sampai dengan
F. Skema Subsidi Tarif LRT
kurang dari Rp20.000,00, 2,86% menjawab lebih
Bila dilihat dari hasil survei ditemukan bahwa atau sama dengan Rp20.000,00. Dari hasil survei
kemampuan masyarakat yang membayar dengan di atas dapat ditemukan bahwa sebagian besar
tarif rencana Rp. 20.000,00 hanya sebesar 28% dari pengguna LRT Jabodebek adalah masyarakat
responden. Ini menandakan perlu adanya stimulus berpenghasilan di bawah Rp. 10.000.000,00. Oleh
dari Pemerintah untuk memberikan subsidi kepada karena itu banyak yang enggan bila tarif rencana
masyarakat. Skema subsidi dapat dilakukan dengan LRT Jabodebek sebesar Rp. 20.000,00
cara selisih tarif atau analisis BOK. (Rp.880.000,00 per bulan) yaitu sebanyak 75%
Analisis selisih tarif dilakukan dengan cara tarif responden menjawab tidak setuju memiliki
yang akan ditentukan oleh Pemerintah berdasarkan pengaruh yang signifikan terhadap minat
hasil survei yaitu Rp. 5.700,00 sementara masyarakat. Dari analisa ini didapat bahwa tarif
perhitungan operator LRT Jabodebek sebesar Rp. LRT Jabodebek memiliki pengaruh yang
20.000,00 selisih tarif Rp. 14.300,00 harus signifikan terhadap minat masyarakat.
dibayarkan pemerintah dengan okupansi penumpang
V. Saran
75%. Sedangkan untuk analisis BOK yaitu dengan
cara mencari komponen biaya tetap seperti bahan Fasilitas perpindahan inter/antar moda harus
bakar atau pemakaian listrik agar ditanggung oleh diperhatikan ketersediaan dan kehandalannya agar
pemerintah. minat masyarakat pengguna kendaraan pribadi dapat
beralih ke angkutan massal seperti LRT, Fasilitas
Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
apa saja dan bagaimana kondisi yang diharapkan
tentang Perkeretaapian, pemerintah wajib
perlu studi lebih komprehensif. Bila perlu pelayanan
memberikan kewajiban pelayanan publik atau
perpindahan inter/antar moda dapat dimuat dalam
Public Service Obligation (PSO) untuk angkutan
SPM LRT Jabodetabek. Berdasarkan hasil
kereta api yang bersifat kelas ekonomi. Dalam hal
perhitungan kemampuan masyarakat terhadap biaya
ini kereta api LRT perlu mendapatkan subsidi untuk
transportasi hanya 10% dari penghasilan maka tarif
memudahkan pelayanan karena digunakan untuk
yang akan mungkin ditentukan oleh pemerintah
kereta perkotaan yang digunakan oleh komuter
sebesar Rp. 5.700,00 sementara perhitungan operator
Jabodebek. Apapun skema subsidi yang cocok
LRT Jabodebek sebesar Rp. 20.000,00 selisih
untuk LRT Jabodebek diperlukan kesepakatan
tarif Rp. 14.300,00 harus dibayarkan pemerintah.
lebih kuat antar pemangku kepentingan
Sedangkan dengan analisis BOK yaitu dengan cara
(stakeholder).
mencari komponen biaya tetap seperti bahan bakar
IV. Kesimpulan atau pemakaian listrik dan lain-lain. Bila perlu
Pemerintah dapat mengaudit BOK yang dikeluarkan
Dari keseluruhan data survei dengan responden oleh operator sehingga bilamana PSO diberikan
343 orang nampak 34,57% akan beralih tidak terlalu memberatkan keuangan negara.
sedangkan 32,10% menjawab tidak beralih,
33,33% menjawab ragu-ragu. Hal ini dikarenkan Ucapan Terima Kasih
lokasi tempat bekerja dan tempat tinggal jauh
Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala
dari stasiun LRT (seperti pertanyaan nomor 6,7, 8
Puslitbang Transportasi Jalan dan Perkeretaapian,
dan 9) pada hasil survei di atas. Oleh karena itu
PT. Adhi Karya Dept LRT dan seluruh tim yang
fasilitas park and ride (parkir dan melanjutkan
telah mendukung dan membantu penulis dalam
dengan LRT) di stasiun keberangkatan dan
menyelesaikan tulisan ini.
fasilitas perpindahan inter/antar moda (rambu
petunjuk/informasi, selasar dan kanopi,
Daftar Pustaka
travelator, lift, dan fasilitas pendukung lainnya)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap A. Mezky Matthew Yandito. 2019. Model Pilihan
keinginan masyarakat untuk beralih ke angkutan Penumpang Angkutan Kota Dan Kereta Rel Listrik
LRT. Dari analisa ini didapat bahwa tarif rencana di Jakarta. Jakarta: Jurnal Transportasi Forum
LRT Jabodebek sebesar Rp. 20.000,00 hanya Studi Antar Perguruan Tinggi Volume 19 Nomor 1
Tahun 2019.
27,63% yang menjawab besedia, sementara
72,37% yang menjawab tidak bersedia 22,86% A. W. I. W. W. Sylvia Indriany. 2018. Analisis
menjawab antara Rp3.000,00 sampai dengan Pemilihan Moda Dengan Model Multinomial Logit
kurang dari Rp5.000,00, 47,14% menjawab Untuk Perjalanan Kerja Dari Kota Tangerang

Kajian Preferensi Masyarakat dalam Menggunakan LRT Jabodebek, Arbie 19


Selatan-DKI Jakarta. Lhokseumawe: Jurnal Teknik Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Peraturan
Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe 2018, Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun
Volume 10 Nomor 1. 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 98 Tahun 2015 Tentang
F. Fahmi. 2017. Tesis Analisis Faktor Utama Yang
Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/
Mempeng0aruhi Waktu Pelaksanaan Proyek
Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta,
Pembangunan Infrastruktur LRT (Light Rail
Bogor, Depok, Dan Bekasi. Jakarta.
Transit) Jabodebek Masters thesis. Surabaya: ITS
Repository Jurnal, 2017. Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 tentang
M. F. &. P. N. &. A. S. Dziauddin. 2014. Estimating
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
the Effects of Light Rail Transit (LRT) System on
56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Residential Property Values Using
Perkeretaapian. Jakarta.
Geographically Weighted Regression (GWR).
Springer Nature Switzerland: Applied Spatial Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Peraturan
Analysis and Policy Journal Volume 8, 2014. Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
R. Hidayat. 2018. Thesis Mode Choice Analysis Between
72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Private Car, Transjakarta (BRT) and KRL
Angkutan Kereta Api. Jakarta.
Commuter Line (Railway) Using Multinomial Logit
Model and Social Economic Background of Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Peraturan
Passenger Case Study: Bekasi-Jakarta Commuter. Menteri No 118 Tahun 2017 tentang
Yogyakarta: Jurnal Universitas Gadjah Mada, Penyelenggaraan Kereta Api Ringan Terintegrasi di
2018. Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Jakarta.
S. R. G. Nur Aprilia Wahyuni. 2017. Preferensi
Pengguna Moda Transportasi Kereta Api Dhoho Pemerintah Republik Indonesia 2015. Keputusan
Trayek Blitar-Surabaya. Yogyakarta: Jurnal Bumi Menteri Perhubungan Nomor 394 Tahun 2015
Indonesia Volume 6 Nomor 4, Tahun 2017. tentang Penetapan Trase Jalur Layang Kereta
Api Umum Nasional Jenis Light Rail Transit di
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang
wilayah Jabodetabek oleh PT. Adhi Karya
Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
(Persero) Tbk. Jakarta.
Jakarta.

20 Jurnal Penelitian Transportasi Darat Volume 21, Nomor 1, Juni 2019: 13-20

You might also like