Tugas Adat Budaya Kerinci
Tugas Adat Budaya Kerinci
Tugas Adat Budaya Kerinci
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah adat budaya kerinci
DISUSUN OLEH:
EKA SULISTIAN
DOSEN PENGAMPU:
Introduction: This article discusses the oral tradition of the people of Koto Majidin village,
Data Cellection Method: The stages in oral tradition research include literature studies and
observation.
Analysis Data: To trace the traditional parno tradition of Koto Majidin Village, qualitative
research was used with a descriptive method, namely trying to describe and explain
traditional customs so that they could know the substance of the parno. Furthermore, this
Results and Dicussions: Oral tradition is a tradition that has been passed down from one
generation to the next. With the progress of the development of human life and the
development of science, the oral tradition has been eliminated from people's lives. In the lives
of urban people, this oral tradition has begun to disappear. But the existence of this oral
tradition can still be found in rural areas. One of them is in Koto Majidin Village, Kab.
Kerinci, namely the parno adat oral tradition. Parno adat whose existence still exists in
extinction.
Conclusion: This analysis is used to conduct culture-oriented research by looking for red
threads that are related associated with values, ethos, and culture. The results of this study, if
viewed from the values contained in the customary community of Koto Majidin Village are
religious, agrarian and humanist societies. Furthermore, the values of the traditional parno
Tradisi lisan merupakan suatu adat kebiasaan turun-temurun yang dijalankan oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu untuk menyampaikan suatu pesan dalam bentuk lisan
(bahasa lisan) kepada masyarakat generasi penerus.Tradisi lisan merupakan pesan verbal
yang berisi pernyataan yang disebarkan dan diajarkan kepada generasi masa kini melaui
tuturan secara langsung atau dapat juga disampaikan dengan nyanyian, baik dengan
bantuan alat musik atau tanpa alat musik.2 Ungkapan tradisional sebagai tradisi lisan
selalu dapat dihubungkan dengan serangkaian foklor. Adakalanya ungkapan diucapkan
dalam sela-sela sebuah folklor, ada kalanya pula beberapa ungkapan muncul dalam satu
cerita rakyat, karena di dalam cerita rakyat berisi nilai-nilai dan pesan-pesan
tertentu.Tradisi lisan yang mengandung nilai-nilai dan pesan-pesan kini mengalami
kondisi yang sangat memperhatinkan. Hal ini sesuai dengan pandangan Robert Sibarana,
guru besar antropolinguistik Universitas Sumatera Utara yang dikutip oleh Febri Yulika
menyatakan bahwa:"Realitanya posisi tradisi lisan masih terpinggirkan, potensinya masih
terabaikan, dan masih banyak yang menganggap bahwa tradisi lisan hanyalah
peninggalan masa lalu yang hanya cukup menjadi kenangan manis belaka. Tradisi lisan
seolah-olah tidak relevan lagi dengan kehidupan modern yang melaju sangat cepat selama
ini. Kemajuan teknologi ternyata tidak disikapi secara arif sehingga semakin
meminggirkan posisi tradisi lisan. Tradisi lisan berupa dongeng, kegenda, mitos dan
sebagainya seringkali dianggap fiktif, padahal sangat terbuka kemungkinan besar untuk
membuktikan bahwa dongeng, mitos, dan legenda itu merupakan fakta yang kebetulan
tidak dituliskan. Dengan tegas guru besar ini menyatakan, dibutuhkan dekonstruksi
terhadap makna dan fungsi tradisi lisan dalam khazanah dunia ilmiah Indonesia.”3 Relita
tradisi lisan yang mulai terpinggirkan dan hanya menjadi kenangan, serta perlunya
dekontruksi. Terpinggirnya tradisi lisan tampaknya hanya di wilayah-wilayah yang telah
terkontaminasi dengan kemajuan zaman. dengan daerah adat Kerinci, walaupun kemajuan
zaman masuk dengan derasnya, tradisi lisan masih dapat dilestarikan dan tampak ketika
diadakannya (pesta). Hal ini dikarenakan masih berperannya lembaga adat dan ninik
dalam melestarikan tradisi lisan.
dakwah, motivasi, nasehat dan seni yang dianggap lebih efektif dengan menggunakan
tuturan lisan dan dialog dengan para pendengarnya. Apabila mengandalkan media
televisi, radio, internet, dimana tidak terjadi kontak langsung antara penutur dengan
pendengar, proses itu menjadi kehilangan makna dalam upaya menggugah kesadaran
masyarakat.
dalam bentuk prosa, puisi, dan prosa liris. Tradisi lisan yang
pelipur lara, cerita perumpamaan, cerita pelengah, dan kunun baru. Selanjutnya
tradisi lisan yang termasuk dalam puisi meliputi: pepatah, pantun rakyat dan syair.
Sedangkan tradisi lisan tergolong dalam prosa liris adalah mantra, sumpah serapah
dan pujaan, parno atau pangku parbayo (Pidato Adat) dan karang mude.
Luasnya wilayah kajian, maka diperlukan batasan baik itu batasan teritorial
hanya sebatas pada tradisi lisan Desa Koto Majidin. Hal ini, disebabkan
Kerinci yang menjadi kajian peneliti merupakan wilayah yang memiliki etno
yang paling banyak. Setiap kampong di Kerinci memiliki tradisi lisan yang berbeda,
. Hal ini dikarenakan parno adat ini sentiasa diperdengarkan dalam upacara dan
acara tradisional seperti kenduri SKO, pemberian gelar, baralek, megang paso,
, memberi nasihat, anjuran dan sindiran. Parno adat merupakan cara yang
baik dibandingkan menggunakan kalimat langsung yang terang dan jelas. Dari
latar belakang menjadi alasan dasar untuk mengkaji ataupun menelusur tradisi
lisan Kerinci dalam kajian atas parno adat Desa Koto Majidin Kecamatan Air Hangat
Kabupaten Kerinci.
petatah-petitih adat. Setiap aktivitas sosial dan budaya masyarakat Kerinci, khusunya
Desa Koto Majidin selalu diwarnai berbagai macam upacara adat, seperti upacara
baralek, Kenduri SKO, pemberian gelar, magang paso dan lainnya, bahkan upacara
. Di dalam setiap aktivitas sosial dan budaya macam itulah parno adat
Senantiasa mewarnai rangkaian acara. Hal itu mau menyatakan bahwa parno adat
merupakan tuturan yang terjalin atas ungkapan budaya masyarakat Desa Koto Majidn
dan tentang hukum adat yang mempunyai nilai sejarah, sosial, budaya, religius,
bahkan ideologi.
Melalui tradisi lisan Parno Adat, masyarakat Kerinci umumnya dan khusunya
lain, pada adanya keyakinan akan suatu warisan bersama. Konsekuensi dari
hal tersebut ialah bahwa tradisi lisan parno adat patut dilestarikan karena di dalamnya
mengandung nilai-nilai hidup atau kearifan lokal (local wisdom). Deskripsi ini
diperkuat Kusni yang menegaskan, “Tradisi lisan dapat dipandang sebagai rangkaian
6 Dari penjelasan di atas yang menjadi permasalahan adalah bagaimana identitas hakiki
masyarakat Desa Majidin? dan bagaimana nilai-nilai kearifan dari tradisi lisan parno adat
desa Koto Majidin studi atas parno adatnya?.
B. Tinjauan Pustaka
Kajian tentang parno adat Desa Koto Majidin masih dibilang sangat langka.
di tengah kelangkaan tersebut terdapat peneliti yaitu Khairinal dkk pada tahun 2005.
Adapun hasil penelitian yang berjudul “Petatah-Petitih Parno Adat Masyarakat koto
Majidin” Dalam buku ini memberikan data yang akurat tentang petatah petitih parno
adat desa Koto Majidin. Beberapa tradisi lisan dalam bentuk parno ditulis dengan
tujuan menjadi referensi lanjutan dalam penelitian. Dari hasil penelitian tersebut
refrensi” atau “skema pemikiran”. Dalam penelitian yang lebih luas merupakan suatu
bahan (data) yang diperoleh dari analsis sumber dan juga mengevaluasi hasil
penemuan.
kelompok folklor lisan, yaitu (a) ragam tutur rakyat (folkspeech) seperti logat,
seperti peribahasa, pepatah, dan pameo, (3) pertanyaan tradisional seperti teka-teki,
(4) puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair, dan (5) cerita prosa rakyat seperti
lisan”. Definisi ‘tradisi lisan’ ini merujuk juga pada definisi folklor sebagaimana
bentuknya murni lisan (verbal folklore), bukan sebagian lisan (partly verbal folklore),
antar fenomena yang diselidiki secara sistematis, faktual, dan akurat dari sampel
penelitian melalui persepsi yang tepat. Folklor pada umumnya diturunkan secara lisan
komunitas pendukungnya yang berarti tidak terikat pada suatu tempat atau lingkungan
kebudayaan tertentu.
Adapun tahapan dalam penelitian tentang tradisi lisan ini meliputi, studi
peneliti untuk melacak sumber-sumber tertulis dari tradisi lisan yang berupa
2. Observasi, dalam kajian tradisi lisan ini, observasi yang dilakukan peneliti
adalah dengan melakukan pengamatan parno adat pada kegiatan acara adat
atau upacara adat untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau
pertanyaan.
Selanjutnya kajian ini dianlisa menggunakan analisis tema kultural analisis ini
mencari benang merah keterkaitan antar elemen yang dikaitkan dengan nilai, etos,
dan budaya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan holistik.
masyarakat Desa Koto Majidin dalam penelitian ini merupakan jati diri sosiologis, ideologis
dan biologis yang terwujud di dalam tradisi parno adat. Hasil analisis ini diperoleh dari
pengamatan dan anlisa dari tradisi masyarakat Desa Koto Majidin. Beberapa tradisi lisan
parno adat masyarakat Majidin dalam buku yang berjudul “Petatah-Petitih Parno Adat
Masyarakat Majidin” yang ditulis oleh Khairinal dkk (2005) merangkum parno adat Desa
Majidin yaitu “Duduk Suku Yang Duo, Timbo Ka Sunge (Nimbo Ka Sunge), Diarah,
Khutbah Rajo, Lembago Adat, Adat Perkawinan, dan Adat Pelepasan Jamaah Haji” dari
parno adat tersebut dapat dipaparan identitas masyarakat Koto Majidin sebagai berikut:
Kerinci merupakan salah satu suku tertua yang ada di Nusantara, awal telah memiliki
aturan atau norma moral yang menuntun kehidupan alam Kerinci. Sebelum mengenal Islam
adat dan norma masyarakat Kerinci banyak bersentuhan dengan pengaruh Hindu-Budha.
Setelah Islam mulailah persentuhan antara adat dan Islam yang kemudian dikenal selako
“Adat bersendi Syarak-Syarak bersendi Kitabullah” dan Adat sentak-sentak berbuwul mati.
Adat boleh berubah –syarak tidak boleh berubah.
ramadhan tiba. itu, hampir semua kegiatan masyarakat selalu terpusat dari masjid.
Semua kegiatan masyarakat Desa Koto Majidin yang terpusat dari masjid,
hal yang terjadi dalam waktu yang singkat. Sikap religius ini tertanam parno-parno adat
seperti:
haji ke Mekkah
haji ke Mekkah
ke Masjid Aqsa
sikap religius masyarakat Desa Koto Majidin terhadap agama yang dianutnya
yaitu agama Islam. Selain itu, sikap religius ditegaskan juga dalam parno lembago Adat.
Rasulumminalloh
Rasulumminannabi
…
Adat Bersendi Sarak
harus mengerti bahwa falsafah kehidupan asal usul berasal dari Allah. Dan dalam
kehidupan desa masyarakat harus seusai dengan perintah adat, perintah syariat
yang subur membuat negeri ini mendapat julukan “sekepal tanah yang jatuh ke dunia”,
potensi alam yang subur membuat masyarakat umumnya dan khususnya masyarakat Desa
Koto Majidin bermata sebagai petani seperti bersawah, berladang dan berkebun. Gambaran
agraris terlihat dalam parno “Duduk Suku Duo”16 berikut:
….
Dari petatah-petitih di atas tergambar jelas bahwa sistem mata pencarian Desa Koto
Majidin sebagian besar merupakan petani sawah yang padi payo (padi asli Kerinci). Identitas
masyarakat Desa Koto Maji
pintu dari satu rumah ke rumah yang lain. Setiap larik dibangun rumah khas
Kerinci berupa rumah panjang, dan setiap larik memiliki tetua suku, dan nama
Rumah kereta api ini dibangun dengan cara bergotong royong. Semua
kebersamaan yang ada di desa ini pada masa lalu. Secara umum sisem
kekerabatan Kerinci berlaku untuk semua dusun di wilayah Kerinci termasuk
Desa Koto Majidin. sistem kekerabatan masyarakat Koto Majidin tergambar jelas
E. KESIMPULAN
Lisan parno adat yang telah diselusuri di Desa Koto Majidin memang tradisi yang
berjalan hingga saat ini. Adapun hasil penelitian yang bertema tentang “Menelusuri Tradisi
Lisan Parno Adat Desa Koto Majidin” dapat disampaikan bahwa:
Koto Majidin.
kearifan lokal seperti nilai yang berkaitan dengan ideologi dan nilai yang
Penelitian ini pada dasarnya merupakan kajian yang sangat singkat, sehingga
perlu adanya koreksi dari berbagai pihak terutama elemen masyarakat elit Desa Koto
Majidin. Tulisan ini, masih perlu dikaji lebih dalam agar dapat menjadi sebuah
rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan. Selain itu, penelitian ini ditujukan
untuk “merangsang” generasi muda Desa Koto Majidin untuk dapat mempertahankan
lisan yang telah lama terpatri dalam masyarakat Desa Koto Majidin.
DAFTAR PUSTAKA
Khairinal dkk. 2005. Petatah Petitih Parno Adat Masyarakat Koto Majidin. Kerinci:
Kalangan Sendiri
Jauhari, Budhi Vrihaspathi dan Eka Putra, 2012. Senarai Sejarah Kebudayaan Suku
Kerinci, (Jambi: Bina Potensia Aditya Mahatva Yodha Kota Sungai Penuh
Nesi, Antonius. 2018. Tesis: Tradisi Lisan Takanab Sebagai Wujud Identitas
UniversitasSanata Darma
Sudikan, Setya Yuwan. 2013. Kearifan Budaya Lokal. Sidoarjo: Damar Ilmu.
Sumitri, Ni Wayan.2016. Tradisi Lisan Vera: Jendela Bahasa, Sastra dan Budaya
Rosdakarya Offset.
Udin, Syamsuddin dkk. 1985. Struktur Sastra Lisan Kerinci. Jakarta: Depdikbud