Jbptunikompp GDL Shintaprat 35541 10 Unikom - S L

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN ANGGARAN BERBASIS

KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Pembimbing :
Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., Ak., CA

Oleh:
Shinta Pratiwi

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

ABSTRACT

This research was conducted at the Regional Work Units Cimahi .With the problems that
occur are low budget absorption and many budget settles and the value of performance
accountability of government agencies that badly. The purpose of this study is to analyze and
assess how much influence the application of public sector accounting and performance-based
budgeting to performance accountability of government agencies at the regional work units
Cimahi.
Data analysis method used is descriptive analysis and verification. The population of as
many as 25 SKPD with observation units Sub Division of Finance and Planning Program totaling
50 people. The sample used as many as 25 SKPD with observation units Sub Division of Finance
and Planning Program totaling 50 people. The sampling technique used is sampling saturated.
To determine the effect of the application of public sector accounting and performance-based
budgeting to performance accountability of government agencies do statistical testing. Tools
used statistical test is test-based strukturan equation variance or SEM Partial Least Square
(PLS).
The results showed that the application of public sector accounting effect on performance
accountability of government agencies and the effect on the performance-based budget
performance accountability of government agencies and the regional work units Cimahi.
Keywords: Public Sector Accounting, Performance Based Budgeting, Government Agencies
Performance Accountability

I. Pendahuluan
Prinsip tata kelola keuangan yang baik akan mempengaruhi kinerja pemerintah yang
menyajikan atau yang membuat laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan yang baik
didasarkan pada kinerja akuntabilitas yang menyampaikan serta membuat laporan keuangan
tersebut. Berdasarkan peraturan perundangan berupa Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tanggal 15 Juni 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang lebih berdaya
guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab (Bambang Pamungkas , 2012).
Akuntabilitas Kinerja adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban. Maka semua instansi pemerintah, bagian atau lembaga negara di pusat
1
maupun daerah sesuai dengan tugas pokok masing-masing harus memahami lingkup
akuntabilitasnya masing-masing, karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan
juga kegagalan pelaksanaan misi instansi pemerintah (LAN dan BPKP, 2000).
Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut dengan baik untuk
mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas
terhadap masyarakat. Proses penganggran dimulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan
harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat
(Sherillia, 2012).
Sekarang ini, dalam penggunaan anggaran baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah seringkali tercermin dari kinerja organisasi sektor publik yang tergambar tidak produktif,
tidak efisien, rendah kualitas, dan miskin kreativitas. Kegemaran terhadap para pejabat instansi
pemerintah daerah maupun pusat yang sering melakukan pemborosan, yang berakibat negara
terbebani oleh pembiayaan yang meliputi tidak produktif, efektif, dan efisiensi kerja yang mana
tentu berdampak pada rendahnya kinerja dan organisasi sektor publik baik pusat maupun daerah
(Bahri, 2012).
Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar akuntansi Pemerintahan
bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan informasi keuangan secara umum yang lebih
berkualitas bagi para pengguna laporan keuangan di dalam rangka menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan ekonomi, sosial maupun politik. Penerapan akuntansi yang baik oleh
instansi pemerintah dan pengawasan yang optimal terhadap kualitas laporan keuangan instansi
pemerintah dan pengawasan yang optimal akan dapat memperbaiki akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sehingga kinerja penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan dapat optimal.
Perbaikan kualitas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah diharapkan akan berimplikasi pada
minimalnya praktik korupsi sehingga diharapkan good governance dapat diwujudkan oleh
Pemerintah Indonesia baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah (Urip Santoso, 2008).
Berdasarkan uraian di atas serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor
Publik dan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Seberapa besar pengaruh penerapan akuntansi sektor publik terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah pada SKPD Kota Cimahi.
2. Seberapa besar pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah pada SKPD Kota Cimahi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengungkapkan studi empiris mengenai pengaruh
penerapan akuntansi sektor publik dan anggaran berbasis kinerja dalam meningkatkan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah guna memecahkan masalah.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis dan mengkaji besarnya pengaruh penerapan akuntansi sektor publik
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada SKPD Kota Cimahi.

2
2. Untuk menganalisis dan mengkaji besarnya pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada SKPD Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian


1.4.1 Kegunaan Praktis
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
penerapan akuntansi sektor publik, anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.
2. Bagi SKPD Kota Cimahi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pemecahan
masalah-masalah bagi instansi, terkait seperti Pemerintah Kota Cimahi dalam mengatasi
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang masih buruk.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi, bahan rujukan dan
referensi bagi pengembangan konsep tentang bagaimana pengaruh penerapan
akuntansi sektor publik, anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah

1.4.2 Kegunaan Akademis


Menurut Uma Sekaran (2006 : 10), kegunaan akademis adalah untuk kepentingan
pengembangan keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat berguna menerapkan kembali hasil
penelitian terdahulu untuk memecahkan masalah spesifik yang terjadi pada penelitian tersebut.
Dari pengertian di atas, penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat
dan dapat mengembangkan ilmu, dimana teori yang telah ada diuji kembali dalam penelitian ini
dapat memperkuat teori yang telah ada yaitu akuntansi sektor publik dan anggaran berbasis
kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis


2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi studi pustaka terhadap buku, artikel, jurnal ilmiah, penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Adapun tinjauan pustaka pada penelitian ini
meliputi konsep mengenai penerapan akuntansi sektor publik, anggaran berbasis kinerja
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

2.1.1 Akuntansi Sektor Publik


Menurut Indra Bastian (2010:3) akuntansi sektor publik adalah:
“Mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana
masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di
bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun
pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta”.
Sementara menurut Bachtiar Arif (2009:11) akuntansi sektor publik dapat didefinisikan
sebagai berikut:
“Akuntansi sektor publik sering disebut Akuntansi Pemerintah, Akuntanis
pemerintah itu sendiri adalah aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan
informasi keuangan pemerintah kepada para pengguna berdasarkan proses
3
pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi keuangan pemerintah
serta penafsiran atas info keuangan yang berguna untuk mengambil keputusan”.
Akuntansi sektor publik adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan dan
pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi publik yang menyediakan informasi
keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan
Deddi Nordiawan (2008:3).
Dari Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Sektor Publik
adalah Proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan keuangan yang
diterapkan di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya untuk
menyediakan informasi keuangan pemerintah yang berguna untuk pengambilan keputusan.

2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja


Menurut Indra Bastian (2006:171) pengertian anggaran berbasis kinerja (performance
based budgeting) adalah:
“ Sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat
erat dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi”.
Sedangkan menurut Muhammad Syam Khusufi (2013:35) menjelaskan anggaran
berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
“ Sistem anggaran yang lebih menekankan pada pendayagunaaan dana yang tersedia untuk
mencapai hasil yang optimal”.
Dan menurut Abdul Halim (2007:177) menjelaskan pengertian mengenai anggaran
berbasis kinerja yaitu:
“ Metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
termasuk efesiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Keluaran dan hasil
tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kinerja”.
Maka dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran berbasis kinerja
adalah suatu sistem penganggaran yang lebih menekankan pendayagunaan dana yang akan
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk
efesiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran.

2.1.3 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Menurut Mardiasmo (2009:5) menyatakan bahwa akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
adalah:
“Dasar pelaporan keuangan di pemerintah yang didasari oleh adanya hak
masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan
sumber daya dan penggunaannya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
akuntabilitas memungkinkan masyarakat untuk menilai pertanggungjawaban
pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan pemerintah”.

Sedangkan menurut Indra Bastian (2010:88) akuntabilitas kinerja instansi pemerintah


adalah:
“Akuntabilitas berasal dari istilah bahasa inggris accountability yang berarti
pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk
diminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas kinerja merupakan

4
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuan atas semua aktivitas yang dilakukan”.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah adalah perwujudan suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan
atas semua aktivitas yang dilakukan pemerintah.

2.2 Kerangka Pemikiran


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Dasar pelaporan keuangan di pemerintah
yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas
pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
akuntabilitas memungkinkan masyarakat untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas
semua aktivitas yang dilakukan pemerintah (Mardiasmo, 2006). Akuntabilitas berasal dari istilah
bahasa inggris accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas kinerja
merupakan mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuan atas semua aktivitas yang dilakukan (Indra Bastian, 2010).
Anggaran berbasis kinerja adalah Sistem penganggaran yang berorientasi pada output
organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi (Indra
Bastian, 2006). Metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan
yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk
efesiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan
dalam target kinerja pada setiap unit kinerja (Abdul Halim, 2007). Perencanaan anggaran
berbasis kinerja merupakan suatu proses yang tidak pernah berakhir. Apabila sebuah
perencanaan telah ditetapkan, maka dokumen menyangkut perencanaan terkait harus
diimplementasikan (Indra Bastian, 2013).
Akuntansi sektor publik sering disebut Akuntansi Pemerintah, Akuntansi pemerintah itu
sendiri adalah aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah
kepada para pengguna berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran
transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas info keuangan yang berguna untuk
mengambil keputusan (Bachtiar Arif, 2009). Tujuan dari akuntansi pada organisasi sektor publik
salah satunya adalah memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,
efisiensi dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengawasan manajemen (management pengawasan)
(American Accounting Association, 2009).

2.2.1 Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah
Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu kata kunci bagi terwujudnya good governance
dalam pengelolaan organisasi publik. Jadi, tidak salah jika siklus akuntansi sektor publik diakhiri
dengan proses pertanggungjawaban publik. Proses inilah yang menentukan penilaian
keberhasilan sebuah organisasi publik dalam mencapai tujuannya. Kinerja organisasi dapat
diraih dengan mengefektifkan dan mengefesiensikan hasil dari proses organisasi, yakni
perencanaan, penganggran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan
keuangan, audit serta pertanggungjawaban publik (Indra Bastian, 2010).

5
Menurut penelitian Bambang Pamungkas (2012) dalam penerapan akuntansi sektor
publik, pengawasan dan kualitas laporan keuangan pemerintah berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah mengemukakan bahwa penerapan akuntansi sektor
publik terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sangat berpengaruh baik secara parsial
maupun simultan. Penerapan akuntansi sektor publik memberikan sumbangan bagi
pengingkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam hal penyajian informasi
pertanggungjawaban mengenai tujuan, fungsi dan obyek pengeluaran.
Urip Santoso (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara teoritis Penerapan
Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Instansi
Pemerintah akan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah baik secara
partial maupun secara bersama-sama. Oleh karena itu perlu pengkajian atas pelaksanaan
praktis dari Penerapan Akuntansi Sektor Publik, Pengawasan Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah apakah telah berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Sherillia (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Penerapan Akuntansi Sektor
Publik berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penerapan Akuntansi
Sektor Publik memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap akuntabilitas kinerja. Hal tersebut
menunjukkan ketika semakin baik penerapan akuntansi sektor publiknya maka kinerjanya
semakin dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan teori di atas, maka dapat dikatakan bahwa Akuntansi Sektor Publik
berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntansi Sektor Publik yang
baik akan meningkatkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

2.2.2 Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah
Penerapan otonomi daerah dan desentralisasi, penganggaran berbasis kinerja
diterapkan untuk mendukung terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.
Keterkaitan antara penganggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dapat dilihat dalam pernyataan Indra Bastian (2006:54) bahwa:
“Upaya untuk menciptakan pengelolaan anggaran berbasis kinerja diharapkan akan
mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya
semangat desentralisasi, demokratisasi transparansi, dan akuntabilitas dalam proses
penyelenggaraan pemerintah pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah
pada khususnya”.
Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) (2003) menyatakan bahwa anggaran
berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja:
“Penerapan anggaran berbasis kinerja dapat diukur melalui tahapan siklus anggaran
sesuai dengan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Agar
terciptanya akuntabilitas dalam penerapan anggaran tersebut maka diperlukannya
penerapan anggaran berbasis kinerja yang baik melalui beberapa faktor pendukung”.
Sedangkan menurut Komang Sri Endrayani, dkk (2014) dalam penelitian penerapan
anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah mengemukakan
bahwa Dalam penerapan anggaran berbasis kinerja untuk mendukung terciptanya akuntabilitas
pada instansi pemerintah dalam rangka pelaksanaan otonomi dan desentralisasi dalam
organisasi sektor publik harus memenuhi beberapa dimensi akuntabilitas. Dimensi-dimensi
tersebut sangat berpengaruh terhadap suatu anggaran berbasis kinerja karena jika dalam
melaksanakan berbasis kinerja dengan menaati dimensi akuntabilitas tersebut, maka instansi
6
pemerintah akan mampu menghasilkan kinerja secara optimal yang bisa dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.

Menurut Yohanes (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa anggaran berbasis


kinerja berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
semakin baik anggaran berbasis kinerja maka akan dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat dikatakan bahwa Anggaran Berbasis Kinerja
berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Anggaran Berbasis Kinerja
yang baik akan meningkatkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

2.3 Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ke tiga dalam penelitian. Setelah
peneliti mengemukakan Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran. Menurut Sugiyono (2013:99)
menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalahpenelitian,
dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikanbaru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Jadi hipotesisjuga dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalahpenelitian, belum jawaban yang empirik”.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan penulis. Untuk menguji ada atau
tidaknya hubungan antara akuntansi sektor publik dan anggaran berbasis kinerja terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Akuntansi Sektor Publik berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kota Cimahi
H2: Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kota Cimahi

III. Objek dan Metode Penelitian

3.1 Objek Penelitian


Pengertian objek penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:38), menyatakan
bahwa objek penelitian adalah sebagai berikut :
“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian merupakan sasaran ilmiah
dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu. Pada penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah Akuntansi Sektor Publik, Anggaran Berbasis Kinerja dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data
untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode penelitian menurut Sugiyono (2013:2) menyatakan bahwa:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan carailmiah untuk mendapatkan data
yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu
7
pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan
dan mengantisipasi masalah”.
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan
menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang
diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai
dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat
dikumpulkan, dianalisis dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari.

3.3 Desain Penelitian


Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu perencanaan dan perencanaan penelitian,
agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistimatis. Menurut Umi
Narimawati (2010 : 30) desain penelitian adalah :
“Semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses
penelitian yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.
Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses
penelitian yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.
Menurut Sugiyono (2008:13) dapat disimpulkan proses penelitian kuantitatif meliputi:
1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrumen penelitian
7. Kesimpulan
Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber masalah
Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga mendapatkan
judul sesuai dengan masalah yang ditemukan.
Identifikasi masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat.
2. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit
karena tujuan penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan
secara jelas. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar penerapan akuntansi sektor publik berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di SKPD Kota Cimahi
2. Seberapa besar penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di SKPD Kota Cimahi
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti
mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah. Selain itu penemuan penelitian
sebelumnya yang relevan juga digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban
8
sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk
menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan
penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria
pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh
penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual). Berikut
hipotesa yang dirumuskan peneliti :
H.1 Penerapan Akuntansi Sektor Publik berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
H.2 Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
5. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan
menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel
yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan. Data yang dibutuhkan adalah data yang
sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data
dapat dikumpulkan, dianalisis dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari
6. Menyusun instrumen penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen
penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian
ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen
digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji
validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah
alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat
dipercaya. Setalah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan
masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya
peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian mengenai:
a. Untuk menganalisis pengaruh penerapan akuntansi sektor publik terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
b. Untuk menganalisis pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban atas
rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi
mengenai solusi masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat
sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

3.4 Operasionalisasi Variabel


Operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002) dalam Umi Narimawati (2010:31)
adalah sebagai berikut:
“Penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Defenisi
operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan peneliti dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang
lain untuk melakukan replikasi pengujuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.
Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-
variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik
dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian.
9
Variabel dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2013:63) adalah:
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut,kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan judul penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka variabel-variabel
yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:
1) Variabel bebas (Independent)
Menurut Sugiyono (2013:64) menjelaskan bahwa:
“Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Variabel independent pada penelitian ini adalah Akuntansi Sektor Publik (X1) dan
Anggaran Berbasis Kinerja (X2).
2) Variabel terikat (dependent)
Menurut Sugiyono (2013:64) menjelaskan bahwa:
“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas”.
Variabel dependent dalam hal ini adalah Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Y).

3.5 Sumber Data


Sumber data dapat dibagi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Menurut Sugiyono (2013:136) mendefinisikan sumber data primer dan sumber data sekunder
adalah sebagai berikut:
“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalkan dari pihak lain atau
lewat dokumen”.
Berdasarkan penjelasan diatas, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer, karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber
langsung dari objek pertama yang akan diteliti dengan menyebarkan kuesioner. Data primer
dalam penelitian ini adalah hasil jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden. Responden
dalam penelitian ini adalah 25 SKPD Kota Cimahi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu
Penelitian Lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (Library Reseach). Pengumpulan
data primer dan sekunder dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Penelitian lapangan (Field Research)
a) Kuesioner
Menurut Umi Narimawati (2010:40) sebagai berikut:
“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
10itera seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
kemudian dijawabnya”.
Adapun kuesioner dilakukan kepada Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian
Perencanaan dan Program pada setiap SKPD Kota Cimahi
b) Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi 10iterature dengan cara
mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah 10iterature berupa buku-buku (text book),
peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-
penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi
10
kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan
akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam
penelitian ini.

3.7 Populasi dan Penarikan Sample


Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang
diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:
1) Populasi
Pengertian populasi menurut Umi Narimawati (2008:161) adalah sebagai berikut:
“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai
informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kota
Cimahi sebanyak 25 SKPD.Unit observasi dalam penelitian ini adalah Sub Bagian Keuangan dan
Sub Bagian Perencanaan dan Program SKPD Kota Cimahi yang berjumlah 50 orang.
2) Sample
Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2010:38) adalah sebagai berikut:
“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit
pengamatan dalam penelitian”.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penarikan sampel dengan menggunakan teknik
sampling jenuh.
Menurut Sugiyono (2011:126) mengatakan bahwa :
“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi yang
digunakan sebagai sampel.Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil”.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kota Cimahi sebanyak 25 SKPD. Dengan unit
observasi dalam penelitian ini adalah Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Perencanaan dan
Program SKPD Kota Cimahi yang berjumlah 50 orang.

3.8 Pengujian Hipotesis


Hipotesis merupakan pernyataan mengenai populasi yang perlu diuji kebenarannya. Untuk
melakukan pengujian dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi, cara ini telah mudah
dibandingkan dengan menghitung seluruh anggota populasi. Setelah mendapatkan hasil statistik
dari sampel, maka hasil tersebut dapat digunakan untuk menguji pernyataan populasi, apakah
bukti empiris dari sampel mendukung atau menolak pernyataan mengenai populasi. Seluruh
proses tersebut dikenal dengan pengujian hipotesis.
Menurut Suharyadi dan Purwanto S.K (2009:112) pengujian hipotesis didefinisikan sebagai
berikut:
“Pengujian hipotesis adalah prosedur yang didasarkan pada bukti sampel yang
dipakai untuk menentukan apakah hipotesis merupakan suatu pernyataan yang
wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak wajar dan
oleh karenanya harus ditolak”.
Terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini. Kedua hipotesis ini diuji dengan statistik uji t
dengan ketentuan H0 ditolak jika thitung lebih besar dari nilai kritis untuk α = 0,05 sebesar 2,01.

1) Hipotesis 1
Hipotesis pertama adalah Akuntansi Sektor Publik terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, Persamaan model struktural:
η =β ξ 1 + 
11
2) Hipotesis 2
Hipotesis kedua adalah Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Persamaan model struktural:
η = γξ2+ 

Untuk menguji hipotesis kedua dilakukan melalui uji hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho :γ = 0 : Pengaruh ξ2 terhadap η tidak signifikan
H1 :γ≠ 0 : Pengaruh ξ2 terhadap η signifikan
Statistik uji yang digunakan adalah:

=
Tolak Ho jika thitung> ttabel pada taraf signifikan. Dimana ttabel untuk α = 0,05 sebesar 2,01.

3) Menggambarkan Daerah Penerimaan dan Penolakan


Untuk menggambarkan daerah penerimaan dan penolakan terhadap sebuah hipotesis
dapat digambarkan dengan uji dua pihak daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Gambar 3.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Analisis Deskriptif
1) Penerapan Akuntansi Sektor Publik
Penerapan akuntansi sektor publik yang diukur dengan menggunakan 3 indikator yang
dioperasionalisasikan ke dalam 6 pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa
nilai presentase tertinggi diperoleh sebesar 88,37% mengenai indikator pengikhtisaran,
sedangkan nilai presentase terendah diperoleh indikator pelaporan sebesar 67,21%.
Secara keseluruhan, dari variabel tersebut diketahui presentase yang diperoleh
sebesar 77,67% tergolong kategori baik, terdapat gap sebesar 22,33%.
12
2) Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja yang diukur dengan menggunakan 8 indikator yang
dioperasionalisasikan ke dalam 14 pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat
bahwa nilai presentase tertinggi yang diperoleh sebesar 87,67% menngenai indikator
implementasi, sedangkan nilai presentase terendah diperoleh indikator perencanaan
strategi sebesar 66,28%. Secara keseluruhan, dari variabel tersebut diketahui bahwa
nilai persentase yang diperoleh sebesar 81,56%.
3) Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang diukur dengan menggunakan 3 indikator
yang dioperasionalisasikan ke dalam 5 pernyataan. Berdasarkan tabel di atas, terlihat
bahwa nilai presentase tertinggi yang diperoleh sebesar 86,74% mengenai indikator
outcome, sedangkan nilai presentase terendah diperoleh indikator efektifitas sebesar
66,05%. Secara keseluruhan, dari variabel tersebut diketahui bahwa nilai persentase
yang diperoleh sebesar 76,65%

4.1.2 Analisis Verifikatif


Analisis verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis berdasarkan hasil perhitungan
statistik. Hipotesis konseptual yang diajukan adalah adanya pengaruh dari penerapan akuntansi
sektor publik dan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Metode statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah structural equation
modelling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS).
Dalam structural equation modeling ada dua jenis model yang terbentuk, yakni model
pengukuran (outer model) serta model struktural (inner model). Outer model ini menjelaskan
proporsi varians setiap variabel manifes (indikator) yang dapat dijelaskan dalam variabel laten.
Melalui outer model akan diketahui indikator mana saja yang dominan dalam pembentukkan
variabel laten. Setelah model pengukuran pada setiap variabel laten diuraikan, selanjutnya
diuraikan model struktural yang akan mengkaji pengaruh dari masing-masing variabel laten
eksogen terhadap variabel laten endogen.
1) Koefisien Korelasi
a) Koefisien korelasi yang diperoleh antara akuntansi sektor publik dengan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah adalah sebesar 0,640 termasuk dalam kategori hubungan
yang kuat (high correlation) dikarenakan berada pada interval korelasi 0,60-0,799.
Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukan hubungan yang terjadi antara
keduanya adalah searah, artinya semakin baiknya akuntansi sektor publik akan
berdampak pada semakin baiknya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Nilai thitung yang diperoleh adalah sebesar 7,176 lebih besar dari nilai tkritis 2,01. Dengan
demikian dapat disimpulkan adanya hubungan positif yang kuat dan signifikan antara
akuntansi sektor publik dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
b) Koefisien korelasi yang diperoleh antara anggaran berbasis kinerjadengan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah adalah sebesar 0,710 termasuk dalam kategori hubungan
yang kuat (high correlation) dikarenakan berada pada interval korelasi 0,60-0,799.
Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukan hubungan yang terjadi antara
keduanya adalah searah, artinya semakin baiknya anggaran berbasis kinerja akan
berdampak pada semakin baiknya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Nilai thitung yang diperoleh adalah sebesar 7,986 lebih besar dari nilai tkritis 2,01. Dengan
demikian dapat disimpulkan adanya hubungan positif yang kuat dan signifikan antara
anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

13
2) Koefisien Determinasi

a) Akuntansi sektor publik memberikan kontribusi pengaruh sebesar 25,2% terhadap


akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan rincian 15,5% merupakan pengaruh
langsung dan sebanyak 9,7% sisanya merupakan besarnya pengaruh tidak langsung
melalui anggaran berbasis kinerja.
b) Anggaran berbasis kinerja memberikan kontribusi pengaruh sebesar 37,3% terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan rincian 27,6% merupakan pengaruh
langsung dan sebanyak 9,7% sisanya merupakan besarnya pengaruh tidak langsung
melalui akuntansi sektor publik.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
Dalam pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 7,176 nilai ini lebih besar
dari ttabel (2,01) yang menunjukkan bahwa model yang dibentuk oleh hipotesis 1 signifikan.
Artinya penerapan akuntansi sektor publik berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah pada SKPD Kota Cimahi.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, penerapan akuntansi sektor publik memberikan
kontribusi pengaruh sebesar 25,2% terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan
rincian 15,5% merupakan pengaruh langsung yang berarti penerapan akuntansi sektor publik
memberikan pengaruh tinggi arah positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada
SKPD Kota Cimahi. Jadi dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penerapan akuntansi sektor
publik memberikan pengaruh sebesar 25,2% terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
dengan rincian 15,5% merupakan pengaruh langsung sebanyak 9,7% sisanya merupakan
besarnya pengaruh tidak langsung oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Kemudian berdasarkan hasil deskriptif yang telah dilakukan membuktikan bahwa
penerapan akuntansi sektor publik mempunyai tanggapan responden dengan kategori baik. Hal
ini dibuktikan oleh indikator yang paling tinggi tanggapan responden adalah pengikhtisaran
dengan kategori sangat baik, selanjutnya indikator transaksi dengan kategori baik dan indikator
dengan tanggapan responden paling rendah adalah pelaporan dengan kategori cukup baik.
Selanjutnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah mempunyai presentase tanggapan
responden dengan kategori baik. Hal ini dibuktikan oleh indikator yang paling tinggi tanggapan
responden adalah outcome dengan kategori sangat baik, selanjutnya indikator efisiensi dengan
kategori baik dan indikator dengan tanggapan responden paling rendah adalah efektifitas dengan
kategori cukup baik.
Koefisien Korelasi yang diperoleh antara akuntansi sektor publik dengan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah menunjukan hubungan yang terjadi adalah positif searah yang artinya
semakin baiknya akuntansi sektor publik akan berdampak pada semakain baiknya akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa penerapan akuntansi sektor publik
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, dimana penerapan akuntansi
sektor publik yang baik akan meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada SKPD
Kota Cimahi.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa akuntabilitas kinerja
merupakan salah satu kata kunci bagi terwujudnya good governance dalam pengelolaan
organisasi publik. Jadi, tidak salah jika siklus akuntansi sektor publik diakhiri dengan proses
pertanggungjawaban publik. Proses inilah yang menentukan penilaian keberhasilan sebuah
organisasi publik dalam mencapai tujuannya. Kinerja organisasi dapat diraih dengan
14
mengefektifkan dan mengefesiensikan hasil dari proses organisasi, yakni perencanaan,
penganggran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan, audit serta
pertanggungjawaban publik (Indra Bastian, 2010).
Dan hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
Penerapan Akuntansi Sektor Publik berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Penerapan Akuntansi Sektor Publik memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap
akuntabilitas kinerja. Hal tersebut menunjukkan ketika semakin baik penerapan akuntansi sektor
publiknya maka kinerjanya semakin dapat dipertanggungjawabkan (Sherillia, 2015). Secara
teoritis Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Instansi Pemerintah akan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah baik secara partial maupun secara bersama-sama. Oleh karena itu perlu pengkajian
atas pelaksanaan praktis dari Penerapan Akuntansi Sektor Publik, Pengawasan Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah apakah telah berjalan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku (Urip Santoso, 2008).

4.2.2 Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah
Dalam pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 7,986 nilai ini lebih besar
dari ttabel (2,01) yang menunjukkan bahwa model yang dibentuk oleh hipotesis 2 signifikan.
Artinya anggaran berbasis kinerja berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah pada SKPD Kota Cimahi.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, anggaran berbasis kinerja memberikan
kontribusi pengaruh sebesar 37,3% terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan
rincian 27,6% merupakan pengaruh langsung yang berarti anggaran berbasis kinerja
memberikan pengaruh tinggi arah positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada
SKPD Kota Cimahi. Jadi dari hasil penelitian ini diketahui bahwa anggaran berbasis kinerja
memberikan pengaruh sebesar 37,3% terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan
rincian 27,6% merupakan pengaruh langsung sebanyak 9,7% sisanya merupakan besarnya
pengaruh tidak langsung oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Kemudian berdasarkan hasil deskriptif yang telah dilakukan membuktikan bahwa
anggaran berbasis kinerja mempunyai tanggapan responden dengan kategori baik. Hal ini
dibuktikan oleh indikator yang paling tinggi tanggapan responden adalah implementasi dengan
kategori sangat baik, selanjutnya indikator perumusan strategi dengan kategori sangat baik,
indikator pelaporan dengan kategori sangat baik, indikator evaluasi kinerja dengan kategori
sangat baik, indikator penyusunan program dengan kategori baik, indikator penganggaran
dengan kategori baik, indikator umpan balik dengan kategori baik dan indikator dengan
tanggapan responden paling rendah adalah perencanaan strategi dengan kategori cukup baik.
Selanjutnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah mempunyai presentase tanggapan
responden dengan kategori baik. Hal ini dibuktikan oleh indikator yang paling tinggi tanggapan
responden adalah outcome dengan kategori sangat baik, selanjutnya indikator efisiensi dengan
kategori baik dan indikator dengan tanggapan responden paling rendah adalah efektivitas
dengan kategori cukup baik.
Koefisien Korelasi yang diperoleh antara anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah menunjukan hubungan yang terjadi adalah positif searah yang artinya
semakin baiknya anggaran berbasis kinerja akan berdampak pada semakain baiknya
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa anggaran berbasis kinerja
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, dimana anggaran berbasis

15
kinerja yang baik akan meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada SKPD Kota
Cimahi.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa upaya untuk menciptakan
pengelolaan anggaran berbasis kinerja diharapkan akan mampu memenuhi berbagai tuntutan
dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat desentralisasi, demokratisasi,
transparansi dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintah pada umumnya dan
proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya (Indra Bastian: 2006). Penerapan
anggaran berbasis kinerja dapat diukur melalui tahapan siklus anggaran sesuai dengan prinsip
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Agar terciptanya akuntabilitas dalam
penerapan anggaran berbasis kinerja tersebut maka diperlukannya penerapan anggaran
berbasis kinerja yang baik melalui beberapa faktor pendukung (Lembaga Administrasi
Negara:2008).
Dan penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa Dalam
penerapan anggaran berbasis kinerja untuk mendukung terciptanya akuntabilitas pada instansi
pemerintah dalam rangka pelaksanaan otonomi dan desentralisasi dalam organisasi sektor
publik harus memenuhi beberapa dimensi akuntabilitas. Dimensi-dimensi tersebut sangat
berpengaruh terhadap suatu anggaran berbasis kinerja karena jika dalam melaksanakan
berbasis kinerja dengan menaati dimensi akuntabilitas tersebut, maka instansi pemerintah akan
mampu menghasilkan kinerja secara optimal yang bisa dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat ( Komang Sri Endrayani, dkk, 2014).

V. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh
penerapan akuntansi sektor publik dan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah, maka peneliti mengambil simpulan sebagai berikut:
1) Akuntansi sektor publik berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
pada SKPD Kota Cimahi. Penerapan akuntansi sektor publik memiliki hubungan erat
yang kuat terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin diterapkannya akuntansi sektor publik maka akan semakin baik pula
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dari hasil pengujian parsial dapat disimpulkan
bahwa variabel penerapan akuntansi sektor publik terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah memiliki pengaruh signifikan.
2) Anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah pada SKPD Kota Cimahi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik
anggaran berbasis kinerja maka akan meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Dari hasil pengujian parsial dapat disimpulkan bahwa variabel anggaran
berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah memiliki pengaruh
signifikan.

5.2 Saran
1) Untuk meningkatkan penerapan akuntansi sektor publik yang baik perlu meningkatkan
jumlah pegawai yang profesional di bidang akuntansi serta mengadakan dan mengikuti
pelatihan akuntansi dan perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi terhadap penyajian
pelaporan keuangan dengan mencatat dan menulis transaksi yang terjadi harus dicatat
sepenuhnya sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
2) Untuk meningkatkan anggaran berbasis kinerja setiap SKPD Kota Cimahi perlu
melakukan pengawasan terhadap anggaran berbasis kinerja agar pada setiap
16
penetapan APBD tidak terlambat. Penyusunan anggaran yang dibuat harus dilakukan
dengan baik agar anggaran terserap dengan baik.
3) Dan untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah perlu diadakan
evaluasi kinerja pada SKPD setiap tahunnya, sehingga dapat diketahui baik atau
buruknya kinerja setiap SKPD Kota Cimahi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPPN.

Abdul Halin. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat

Alwi Syarifudin. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Kompetitif,
BPFE. Yogyakarta.

American Accounting Association (AAA), Behavioral Research in Accounting; Volume 9, 1997,


Publishing By Accounting Behaviour & Organization of AAA local government,
Management Accounting Research (2000).

Anggie Veronisa Claura. 2015. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ISSN 2355-6854.

Azwar S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bachtiar Arif. 2009. Akuntansi Pemerintahan. Penerbit: Akademia.

Bahri Syambudi Prasetia 2012, Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan
Daerah Kota Cirebon), Universitas Pasundan, Bandung.

Bambang Pamungkas. 2012. Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan dan Implikasinya Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Volume 12 Nomor 2.

Dedi Ismatullah. 2010. Akuntansi Pemerintah, Unit Penerbit dan Percetakan akademik, YPKN,
Bandung.

Dedi Nordiawan. 2207. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat

Dedi Nordiawan 2008. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Dita Angga Rusiana. 2015. Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Kejagung Paling Buruk.
Sindonews
Dyah Ratih Erwan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Administrasi Publik dan Masalah-
Masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media.
17
Ellen Cristina. 2011. Anggaran Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gita Soraya, Rika, Cherrya. 2012. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan
Terhadap Akuntabilitas Kinerja ISSN 1978-1520.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw
Hall

Hendra Cipta.2011.Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja 1, Jurnal Manajemen Kinerja.


Tanah Datar.

Indra Bastian. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik, Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.

Indra Bastian. 2010. Akuntansi Sektor Publik Publik: Suatu Pengantar. Jakarta. Penerbit:
Erlangga.

Indra Bastian. 2013. Akuntansi Yayasan dan Sektor Publik, Erlangga. Jakarta.

Intan Permata Haska Wina. 2012. Pengaruh Penerapan Standar Pelaporan Akuntansi Sektor
Publik dan Pengawasan Kualitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.

Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPPS. Cetakan Keempat. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Komang Sri Endrayani. 2014. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Volume 2 Nomor 1.

LAN & BPKP. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta: Penerbit LAN.

Lembaga Administrasi Negara. 2003. Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah. Jakarta.

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Mahmudi.2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press

Mangkunegara Prabu Anwar. 2010. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Eresco. Jakarta.

Mardiasmo. 2001. Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah Daerah


Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 3. No. 2: 441-
456.

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta. Penerbit: Andi.

Meily Surianti. 2015. The Implementation of Performance Based Budgeting In Public Sector ISSN
2222-1697.

18
M. Nafarin. 2012. Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat. Jakarta.

M. Subana Dan Sudrajat. 2005. Dasar – Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Pelajar.

Muhammad Syam Khusufi. 2013. Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik, Salemba
Empat. Jakarta.

Nur Indrianto dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Ririn Nur Febriani. 2015. Percepat Serapan Anggaran SKPD Diminta Tingkatkan Akuntabilitas
Kinerja. Pikiran Rakyat

Sherillia Septriane, Yon Nusdal. 2012. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penerapan
Akuntansi Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja, Jurnal Riset Akuntansi ISSN
2086-0447.

Srimindarti, Caecilian. 2009. Balance Scorecard Sebagai Alternative Untuk Mengukur Kinerja,
Jurnal Forum Ekonomi Volume 11.

Subana Dan Sudrajat. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Pelajar

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Jilid 2.
Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tendi Haruman. 2010. Penyusunan Anggaran Perusahaan, Graha Ilmu. Yogyakarta.

Uce Indahyanti. 2013. PPS-PLS. Diakses pada tanggal 10 April 2015

Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan
Aplikasi. Bandung: Agung Media.

Umi Narimawati dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis.

Urip Santoso, 2008. Pengaruh Penerapan Akuntansi SektorPublik Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud. ISSN: 0216-1249.

Yohanes Y. Subiyantoro. 2011. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap


Akuntabilitas

19

You might also like