3175-File Utama Naskah-7142-1-10-20211025

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

DEGRADASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALIHAN NA TOLU


PADA REMAJA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
Oleh:
Cipto Duwi Priyono1), Izuddinsyah Siregar2)
1,2
Universitas Graha Nusantara
1
[email protected]

Abstract
This research departs from the phenomenon of the decline in the character of adolescents, especially in
the millennial generation, which is already very alarming. The purpose of the research was to explore the
decline in the values of local wisdom of dalihan na tolu in adolescents in Padangsidimpuan City. The research
method used to answer the problems in this study uses a qualitative research method with an analytical
descriptive approach. Data analysis was carried out using the technique of Miles and Huberman, namely data
analysis was carried out simultaneously starting from data collection, data condensation, data display and
drawing conclusions which were carried out continuously during the research process.The research findings
produce at least two main things that are discussed in the research, namely; (1). The character values contained
in the Dalihan na tolu indigenous local wisdom include; Marmora's respect contained character values; courtesy,
gentleness and responsibility, elek maranak boru; found the value of hard work, independent, honest, loyal,
disciplined and caring, while the manatmarkahanggi contained values; honest, hardworking, disciplined,
democratic, fair and tolerant. While the second is; (2). The decline in the character values of the local wisdom of
dalihan na tolu in adolescents in the city of Padangsidimpuan, among others; the loss of the culture of mutual
cooperation, tolerance, speech and manners. Teenagers no longer fully recognize the concept of values in the
dalihan na tolu adat, such as attitudes towards parents, attitudes towards friends and the conception of dalihan na
tolu adat values in social life. The institutional activities of naposo-nauli bulung, which were previously a forum
for youth to recognize and understand the traditional culture of dalihan na tolu, are now running out. Even in
some areas in the city of Padangsidimpuan, the naposo-nauli Bulung institution no longer exists. The
conclusions in this study include (1). The values of dalihan na tolu indigenous local wisdom contain noble
character values and are in accordance with the character values of education proclaimed by the current
government. (2). The current decline in character values, especially among teenagers in Padangsidimpuan City,
has entered an alarming phase, seen in behavior, understanding and actualization of social life, which has
deviated far from the noble values of the adat dalihan na tolu in Padangsidimpuan City.

Keywords: Degradation, Values, Local Wisdom, Dalihan na tolu.

1. PENDAHULUAN Batak Angkola. Falsafah hidup masyarakat Batak


Fenomena kehidupan remaja dewasa ini tidak Angkola yaitu Dalihan na tolu, yang merupakan
pernah lepas dari pemberitaan tindakan kriminal sumber sistem nilai kehidupan masyarakat Etnik
maupun tindakan asusila. Tidak jarang ditemukan Batak Angkola di Kota Padangsidimpuan. Secara
sebuah kasus yang menurut masyarakat awam tidak etimologi dalihan na tolu berarti tungku yang tiga.
mungkin melibatkan anak. Akan tetapi, hal ini telah Tungku merupakan tempat memasak yang terdiri dari
menjadi sebuah kenyataan yang terus menjadi tiga buah batu yang disusun berbentuk segitiga agar
tantangan bagi bangsa Indonesia. Munculnya gejala periuk dapat bertumpu dengan kuat di atasnya.
perilaku social sebagai proses penuruan nilai moral Sormin (2019) mengemukakan filosofi dari dalihan
dan erosi kultural, yang merupakan bagian dari na toluadalah keterkaitan antara tiga kelompok
“degradasi kultural”. Menurut Barry dan Partanto masyarakat yang terdiri dari mora yaitu pihak yang
dalam Resmiwati (2010) mengemukakan degradasi memberikan boru (keluarga istri atau mertua),
kultural dapat diartikan sebagai pemerosotan niali- kahanggi yaitu kelompok satu marga atau teman
nilai kultural pada suatu kelompok masyarakat. serumpun menurut golongan marga, dan anak boru
Degradasi kultural akan melahirkan konsumerisme, kelompok penerima boru (keluarga suami atau
nepotisme, sadistis, agresif, hipokrit, materialistis, menantu).
individualistis, hedonistis, dan berbagai perilaku- Adat dalihan natolu tidak hanya menjadi
perilaku sosial lainnya. sistem adat bagi masyarakat batak Angkola di Kota
Kota Padangsidimpuan adalah sebuah kota Padansidimpuan. Akan tetapi, juga menjadi acuan
madya yang terletak dipinggir pantai barat sumatera. bagi setiap orang Batak dalam kehidupan sehari-hari
Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten termasuk para remaja. Akan tetapi, sebagaimana
Tapanuli Selatan pada tahun 2001 silam. Masyarakat yang telah diuraikan di atas, akhir-akhir ini terjadi
di Kota Padangsidimpuan mayoritas dihuni oleh etnik pergeseran secara signifikan khususnya pada remaja
di Kota Padangsidimpuan. Para remaja saat ini telah banyak meninggalkan budi baik yang diwariskan
Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 1
Selatan
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

melalui adat dalihan natolu. Kondisi ini tentunya nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa;
sangat memprihatinkan, sebab tidak saja budaya (2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam
luhur nenek moyang yang ditinggalkan akan tetapi, mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila; (3)
karakter luhur budaya bangsa yang selama ini bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa
menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara dan bernegara; (4) memudarnya kesadaran terhadap
juga akan semakin rapuh. Apalagi, dewasa ini akses nilai-nilai budaya bangsa dan bernegara, (5) ancaman
keterbukaan informasi yang sudah semakin tidak disintegrasi bangsa; dan (6) melemahnya
terbendung. Sehingga hanya dengan karakter yang kemandirian bangsa. Merujuk berbagai fenomena
kuatlah benteng utama bagi bangsa ini khususnya dampak globalisasi pada generasi muda dan
para remaja di Kota Padangsidimpuan agar bisa tetap kaitanyya dengan terdegradasinya nilai kearifan lokal
eksis dan mampu bersaing dikancah global. pada era globalisasi, maka peran konselor
Resmiwaty (2010) mengemukakan Degradasi multikultural menjadi sangat penting. Internalisasi
kultural dapat diartikan sebagai bentuk dari adanya nilai-nilai kearifan lokal dalam proses konseling
pemerosotan nilai-nilai kultural pada suatu kelompok multikultural, sikap dan keteladanan konselor yang
masyarakat. Degradasi kultural selanjutnya mencerminkan implementasi kearifan lokal pada
melahirkan kultur baru seperti konsumerisme, kepribadiannya merupakan hal yang hendaknya
nepotisme, sadistis, agresif, hipokrit, materialistis, menjadi suatu media solusi untuk mereduksi dampak
individualistis, dan hedonistis. Kultur baru ini negatif dari globalisasi bagi remaja.
terwujud melalui perubahan sikap dan perilaku. Gaya Arwansyah, dkk (2017) Budaya lokal muncul
hidup yang mencintai materi, mengutamakan secara turun-temurun dan terdapat makna mendalam
kepentingan pribadi, dan timbulnya konfrontasi yang di balik kemunculannya. “Kearifan lokal merupakan
begitu mudah dikalangan remaja. Masa remaja salah satu sumber pengetahuan (kebudayaan)
dikatakan sebagai masa yang penuh dengan masyarakat, ada dalam tradisi dan sejarah, dalam
guncangan-guncangan dan perubahan-perubahan pendidikan formal dan informal, seni, agama, dan
mendadak baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik interpretasi kreatif lainnya. Sudarma dalam Fauzan
ditandai dengan perubahan bentuk tubuh dan fungsi (2011) desakan nilai-nilai budaya yang bersumber
organ-organ tubuh. Sedangkan perubahan psikis dari peradaban Barat modern yang mengalir deras
ditandai dengan perubahan sikap, perasaan terhadap sejalan dengan proses globalisasi ditengarai telah ikut
lawan jenis, dan perubahan temperamen mewarnai degradasi moral bangsa Indonesia.
(Ramonasari, 1996). Berdasarkan uraian pembahasan tersebut, dapat
Wibowo dan Anjar (2017) Lunturnya disimpulkan degradasi kultur adalah terjadinya
implementasi nilai kearifan lokal menjadi faktor yang kemerosotan nilai-nilai luhur budaya yang
cukup besar pengaruhnya terhadap degradasi diwariskan secara turun temurun akibat dari adanya
moralitas. Sementara memahami bahwa, moral infiltrasi budaya asing. Menurut Rahyono (2009),
adalah pedoman, moral adalah filsafat yang menjadi kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang
pemandu masyarakat dalam menjalankan kehidupan. dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh
Maka dengan menurunnya nilai moralitas, yang melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan
bersumber dari nilai kearifan lokal menjadi ancaman lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui
terhadap keberlangsungan suatu generasi. Lickona pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh
(1992) terdapat 10 tanda dari perilaku manusia yang masyarakat yang lain Nilai-nilai tersebut akan
menunjukan arah kehancuran suatu bangsa yaitu: (1) melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan
meningkatnya kekerasan dikalangan remaja; (2) nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang
ketidakjujuran yang membudaya; (3) semakin panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru Abubakar (2015) mengartikan kearifan lokal
dan figur pemimpin; (4) pengaruh peer group sebagai kebijakan yang bersandar pada filosofi, nilai-
terhadap tindakan kekerasan; (5) meningkatnya nilai, etika, dan perilaku yang melembaga secara
kecurigaan dan kebencian; (6) penggunaan bahasa tradisional untuk mengelola sumberdaya (alam,
yang memburuk; (7) penurunan etos kerja; (8) manusia, dan budaya) secara berkelanjutan. Asal
menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga mula adat Dalihan na tolu adalah rasa kasih sayang
negara; (9) meningginya perilaku merusak diri, dan (holong). Kasih sayang akan membawa keakraban
(10) semakin kaburnya pedoman moral. (holong maroban domu). Kasih sayang yang
Upaya pembangunan karakter bangsa apabila dimaksud oleh nenek moyang masyarakat
kurang memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa Mandailing bukan hanya sebagai hiasan atau slogan
Indonesia maka akan berakibat pada ketidakpastian saja, tetapi harus dilaksanakan dalam kehidupan
jati diri bangsa yang menurut Desain Induk warga masyarakat. Untuk melaksanakan rasa kasih
Pembangunan Karakter Bangsa Pemerintah Republik sayang (holong) sesama masyarakat Mandailing itu
Indonesia Tahun 2010-2025. (Rasid Yunus, 2014) tentu harus ada mekanisme berupa satu sistem nilai
akan terjadi: (1) disorientasi dan belum dihayati nilai- sosial atau sistem yang digunakan untuk
melaksanakan kasih sayang dalam kehidupan
bermasyarakat. Sistem sosial tersebut didasarkan
pada kelompok kekerabatan yang diikat oleh pertalian darah dan pertalian perkawinan. Kelompok

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 2


Selatan
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

kekerabatan inilah yang dijadikan sebagai tumpuan Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
(dalihan na tolu)(Lelya, 2016). dengan, (1) Observasi, dimana digunakan observasi
Rismawati (2011) menyatakan bahwa sistem secara langsung(observer langsung bertemu dengan
kekerabatan dalihan natolu dilatarbelakangi oleh objek) dan secara tidak langsung (observasi
tolak ukur soliditas menjalin struktur perkawinan dilakukan melalui rangkaian poto, film maupun slide)
masyarakat Batak Toba yang menghubungkan tiga dan (2) Wawancara mendalam, dilakukan dengan
kelompok marga besar, biasanya sampai 3-5 informan dengan melakukan wawancara secara
generasi, agar masih dapat mengidentifikasi dengan mendalam dengan menanyakan atau mengklarifikasi
jelas garis keturunannya masing-masing. Ketiga informasi yang sudah didapatkan dalam wawancara
marga besar tersebut akan saling terikat dan saling sebelumnya kepada informan yang sama dengan
membutuhkan, agar tetap eksis mengatasi potensi tujuan agar lebih mendalami lagi informasi yang
konflik yang ada. Sistem dan nilai budaya dalihan na telah didapatkan. Analisis data dalam penelitian ini
tolu dapat dikatakan sebagai satu kearifan lokal. dilakukan dalam dua tahap, yaitu analisis ketika di
Sebagai satu sistem nilai budaya, dalihan na tolu lapangan dan analisis pasca lapangan. Analisis ketika
memiliki aturan yang mengikat menjadi lebih bersifat di lapangan dilakukan untuk menemukan kesimpulan
emosional dan tradisonal. Hal sangat dihargai adalah sementara untuk kemudian dilakukan penelitian
ikatan kekerabatan yang ditandai dengan (1) kembali dan seterusnya. Adapun analisis
hubungan sosial yang bersifat pribadi, (2) penilaian pascalapangan dilakukan dengan menelaah seluruh
berdasarkan kedekatan hubungan kekerabatan, (3) data yang telah diperoleh dari lapangan untuk
pelayanan atas dasar kedudukan dalam dalihan na kemudian didapatkan hasil dalam bentuk laporan.
tolu (diskriminatif), (4) perilaku yang diharapkan Data hasil observasi dan wawancara kemudian diolah
adalah manat mar-dongan tubu,somba mar-hulahula, dengan teknik analisis Miles dan Huberman (2014)
elek mar-boru (tidak rasional), (5) menggunakan yaitu analisis data dilakukan secara bersamaan mulai
prinsip ndang tu magon halak adong do iba, yang dari pengumpulan data, kondensasi data, display data
artinya jangan orang lain dulu kalau masih ada orang yang dilakukan secara terus menerus selama proses
kita, dan (6) rezeki adalah buah perbuatan menolong penelitian berlangsung.
kerabat (Armaidy, 2008).
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2. METODE PENELITIAN a. Nilai-Nilai Karakter Dalam Kearifan Lokal
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif Dalihan na tolu
dengan desain penelitian studi kasus yang menguji Struktur kehidupan sosial masyarakat Batak
secara instensif terhadap suatu etnis tunggal yang Angkola hingga saat ini masih mempertahankan
dilegkapi dengan sumber dan bukti ibjek maupun sistem sosial yang terdiri dari tiga komponen yang
objek yang diamati serta terbatas pada ruang dan disebut dengan istilah Dalihan na tolu yang meliputi
waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan Marmora, Markahanggi dan Maranak Boru. Adat
gambaran atau pengetahuan yang mendalam Dalihan na tolu mnejadi landasan masyarakat dalam
mengenai degradasi nilai-nilai kearifan lokal pada menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari yang
remaja di Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini berfungsi sebagai pedoman yang mengatur,
dilaksanakan pada masyarakat Batak Angkola di mengendalikan dan memberi arah kepada perilaku
daerah Angkola Julu Kota Padangsidimpuan. dan perbuatan. Dengan berpedoman kepada nilai-
Penetapan daerah ini sebagai lokasi pengambilan data nilai Dalihan na tolu masyarakat bekerja sama dalam
karena Angkola Julu merupakan daerah pusat kegiatan hidup sehari-hari, baik dalam siriyaon
kebudayaan Batak Angkola di Kota (suka) maupun siluluton(duka). Selain berfungsi
Padangsidimpuan yang masih tetap menjungjung sebagai sistem kekerabatan Dalihan na tolujuga
tinggi adat istiadat dalihan na tolu hingga saat ini. memiliki fungsi sebagai sumber nilai pada
Subjek dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik masyarakat Batak Angkola yang diwariskan secara
purposive sampling dimana para informan telah turun temurun dalam aturan yang tidak tertulis
terlebih dahulu ditentukan peneliti. Informan dalam dikenal dengan istilah surat tumbaga holing.
penelitian terdiri dari tokoh adat (hatobangon), Masyarakat Batak Angkola menghayati dalihan na
harajaon, raja panusunan bulung, orakkaya adat, tolu sebagai suatu sistem nilai budaya yang memberi
naposo bulung (remaja laki-laki) nauli bulung pedoman bagi orientasi persepsi dan defenisi
(remaja perempuan), unsur pemerintahan terhadap kenyataan.
(lurah/kepala desa) dan budayawan atau pemerhati Hal senada juga dikemukakan Erwin (2021),
budaya Batak Angkola. Penelitian dilaksanakan bahwa dalam Suku Batak Angkola di Kota
selama 1 (satu) tahun dengan kegiatan yang meliputi, Padangsidimpuan, terdiri dari 24 bagian yang terdiri
penyusunan proposal penelitian, pengambilan data dari komponen masyarakat berlandaskan falsafah
dan analisis, penyusunan laporan hasil penelitian dan dalihan na tolu sesuai dengan hasil musyawar
publikasi hasil penelitian. mufakat yang dimpimpin oleh raja, baik raja
pamusuk maupun raja panusunan bulung. Masing-
masing elemen tersebut memiliki tugas dan fungsi
untuk mewujudkan dan menjamin kesejahteraan Bersama sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 3


Selatan
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

masing. Dalihan na tolu ini merupakan suatu hal yang tidak


Kedudukan seseorang dalam dalihan na tolu dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat di
menentukan cara pandang dan pribadi seseorang dalam masyarakat. Dalam suatu perkawinan yang
dalam aktivitas kehidupan bermasyarakat. Dalihan sah, Dalihan na tolu telah menggariskan dan
na tolu merupakan segitiga yang saling menguatkan menetapkan aturan dan ketentuan rinci mengenai
yaitu mora, kahanggi, anak boru. Ada tiga konsep berbagai hubungan sosial baik antara suami dengan
nilai yang terdapat dalam dalihan na tolu yaitu istri, antara orang tua dengan saudara-saudara
hormat Marmorayaitu sikap taat kepada pihak kandung dari masing-masing pihak pengantin,
pemberi istri, elek maranak boru yaitu sikap maupun dengan Anak boru serta mora dari masing-
menghargai dan mengayomi kepada pihak penerima masing pihak”. Rismawati (2011), mengutarakan
istri dan manat markahanggi perilaku hati-hati “perkawinan Batak itu merupakan pranata yang
terhadap kerabat semarga. Konsep dalihan na tolu menghubungkan tiga kelompok clan. Sebetulnya clan
menuntut kewajiban individu bersikap pemurah, disini lebih tepat diartikan sebagai lineage
menyayangi kepada individu ataupun golongan yang (Koentjaraningrat menyebutnya klen kecil), atau
memiliki hubungan kekerabatan. Tingkat ketaatan orang-orang yang sa-ompu (satu kakek moyang
seperti yang tertuang dalam dalihan na tolu akan bersama, biasanya sampai 3-5 generasi), yang masih
melahirkan cara pandang dalam pencapaian arti dapat diidentifikasi dengan jelas garis keturunannya,
kehidupan manusia. Nilai pencapaian tersebut klen kecil ini berada dalam satu kelompok
dirumuskan dalam konsep nilai yang diyakini sampai kekerabatan besar yang dikenal dengan istilah marga.
saat ini yaitu, “songon siala sampagul salak-lak sa Klen kecil penerima perempuan (ayah dari pengantin
sikkoru, sa sanggar sariya-riya muda madabu rap laki-laki) disebut Anak boru, klen kecil (ayah) yang
margulu, sa anak saboru suang na marsada ina, tar memberi anak perempuan disebut mora; sedangkan
songon ratte ni jala ranging mar siranggongan, klen kecil sesama warga suatu kelompok kekerabatan
salumpat sa indege”. Artinya, seperti buah asam (dihitung berdasarkan garis laki-laki) disebut
kecombrang senantiasa senasib sepenanggungan, Kahanggi.
seperti saudara kandung, seiya sekata. Berdasarkan pemaparan di atas ditemukan
Temuan ini didukung pendapat Harahap dan bahwa masyarakat Batak Angkola mempercayai
Parinduri (2017:1-11)mengemukakan Dalihan na bahwa saudara laki-laki dari ibu, saudara laki-laki
tolu berkaitan dengan kesopanan dan sikap orang dari istri ataupun pihak pemberi istri adalah pembawa
Batak Angkola dalam komunikasi sehari-hari, keberkahan sehingga harus dihormati. Manifestasi
misalnya; cara anak muda berkomunikasi berkaitan kesadaran Marmora bagi remaja akan melahirkan
erat dengan norma kesopanan dan kesusilaan.Konsep nilai ketaqwaan, kesopanan, kejujuran, kerja keras,
dalihan na tolu dalam masyarakat Batak Angkola kemandirian dan tanggung jawab. Sedangkan konsep
ditransmisikan kepada para remaja baik dalam nilai elek maranak boru merupakan sikap terhadap
keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat. orang yang menikahi saudara perempuan, saudara
Di dalam keluarga para remaja di ajarkan oleh orang perempuan ayah dan atau pihak yang menikahi boru
tua secara langsung dengan menuturkan kepada (saudara perempuan) konsep nilai elek maranak boru
anaknya tutur kepada sanak saudara sesuai dengan adalah kasih sayang, penghargaan dan sikap
kedudukan orang tuanya. Kepada saudara laki-laki toleransi. Selanjutnya konsep nilai manat
ibu (mora) setidaknya melahirkan tutur, tulang, markahanggi adalah konsep nilai terhadap saudara
nantulang, tunggane, ompung bayo, dan boru tulang. laki-laki, saudara laki-laki ayah, anak saudara laki-
Seperti yang dikemukakan di atas, sikap terhadap laki ayah dan atau sikap terhadap semarga (clan).
mora harus hormat dan setia, para orang tua akan Kesadaran terhadap peran sebagai kahanggi
menunjukkan secara langsung kepada anaknya terkandung nilai karakter, kerja sama, gotong-royong,
bagaimana cara bersikap kepada keluarga mora. sikap demokratis, kerja keras, kejujuran, kedisiplinan
Sedangkan kepada pihak keluarga anak boru juga dan tanggung jawab. Adapun nilai-nilai kearifan
akan melahirkan tutur yaitu, bou, amang boru, anak lokal dalihan tolu terkandung nilai-nilai karakter
namboru, lae,dan ompung bayo. Tutur ini juga akan remaja dalam adat dalihan na tolu selanjutnya dapat
melahirkan sikap yang ideal terhadap anak boru dilihat pada table sebagai berikut:
seperti, kasih sayang, kejujuran, kepedulian dan Tabel 1. Nilai-nilai karakter adat dalihan na tolu
tanggung jawab. Kemudian pada kedudukan manat No Konsep Adat Nilai Karakter
markahanggi akan melahirkan tutur, uda, nanguda, 1 Hormat Marmora Sopan Santun, Lemah Lembut,
dan tanggung jawab
anggi, iboto, ompung godang dan ompung menek. 2 Elek Maranak Boru Kerja Keras, Mandiri, Kejujuran
Nilai karakter yang terkandung dalam manat dan Kesetiaan. Disiplin, peduli.
3 Manat Markahanggi Kejujuran, Kerja Keras,
markahanggi terdiri dari, kejujuran, adil, demokratis, Disiplin, Demokratis, Adil,
hati-hati dan tenggang rasa. tenggang rasa.
Selanjutnya hasil kajian Sormin, dkk (2019) Manifestasi nilai-nilai dalihan na tolu akan
juga menguatkan hasil peneitian ini yakni peranan menjadi pedoman bagi setiap remaja untuk
menunjukkan eksistensi dirinya sebagai anak ni raja,
anak ni na mora (anak bangsawan) dalam arti anak
yang terdidik dan memiliki budi pekerti dalam dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakat.
kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun Zulkarnain (2019)mengemukakan tutur yang
Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 4
Selatan
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

dihasilkan sebagai akibat dari hubungan dalihan (3). Kewajiban dalam upacara siluluton (duka) yaitu;
natolu mengandung nilai-nilai antara lain: menyampaikan berita duka, mendirikan tenda,
marsihaholongan (saling mengasihi), menggali kuburan, melaksanakan wirit dan
marsipagodangan (saling membesarkan derajat), membantu segala keperluan ahli musibah.
marsihapadean (saling berbuat baik), marsibegegan Sedankan hak organisasi naposo-bulung yang
(saling mendengarkan), marsilehenan (saling di atur dalam adat dalihan na tolu terdiri dari sappak-
memberi), marsipagabean (saling membahagiakan), sappak dan marbondong. Sappak-sappak adalah hak
marsipangiboan (saling berbelas kasih sesame), berupa uang yang diperoleh atas peran mereka dalam
marsitolongan (saling menolong), marsiargaaan membantu kegiatan siriyaon (pesta) yang biasanya
(saling menghargai), marsipaingotan (saling sudah dirumuskan dalam kegiatan manggapar ruji
mengingatkan). (pembahasan anggaran pesta pada saat sidang adat).
Selain transmisi dalam keluarga konsep nilai Jumlah uang yang diterima naposo nauli buluung
adat dalihan tolu juga mendapat porsi besar dalam tergantung besarnya acara pesta yang diadakan.
keteraturan hidup bermasyarakat. Kehidupan Sejumlah uang tersebut nanti akan ditabung dan
bermasyarakat Batak Angkola, memberikan porsi disimpan oleh bendahara naposo-nauli bulung dan
yang besar terhadap remajanya. Dalam setiap bisasanya akan dipergunakan untuk keperluan dalam
aktivitas sosial kemasyaratan para remaja mendapat naposo-nauli bulung, seperti pembelian peralatan,
ruang khusus baik sebagai media pewarisan nilai biaya rekreasi, membantu anggota yang sakit untuk
maupun sebagai wadah memberikan peran dan perobatan dan juga untuk biaya Pendidikan yang
kontribusi remaja membangun kehidupan kurang mampu. Sedangkan marbondong merupakan
bermasyarakat. Masyarakat Batak Angkola hak berupa kegiatan muda-mudi untuk saling kenal
mewadahi remaja dalam lembaga naposo-nauli mengenal dengan pemuda-pemudi dari desa lain yang
bulung (organisasi putra/i). Kelembagaan para remaja biasanya datang pada saat acara pesta adat. Acara
ini menjadi media pewarisan nilai dan legalitas marbondong ini biasanya di adakan pada malam hari
kedudukan putra/I dalam adat dalihan na tolu baik di dalam sebuah rumah dan di awasi langsung oleh
dalam kehidupan bermasyarakat, maupun dalam hatobangon dan orakkaya, biasanya kegiatan
upacara adat siriaon maupun siluluton. Kelembagaan marbondong disi dengan berbalas pantun, dan bisa
adat khusus anak muda ini memiliki struktur berakhir dengan perjodohan. Dalam kegiatan ini
organisasi yang dipilih secara demokratis dan pemuda-pemudi harus menjaga etika dan sopan
diawasi, dibimbing oleh para tetua adat. Secara santun sebagai mana yang telah diatur dalam adat
khusus tetua adat yang membina organisasi ini adalah dalihan na tolu.
orakkaya huta (penasehat raja) yaitu cerdik pandai b. Pergeseran Nilai Karakter Remaja dalam adat
adat yang juga bertugas mengatur dan menata Dalihan na tolu
upacara-upacara adat baik upacara duka maupun Kedudukan remaja dalam sturuktur adat
suka. dalihan natolu kotemporer telah mengalami
Terdapat hak dan kewajiban para remaja kemerosotan pada beberapa decade terakhir
dalam adat dalihan na tolu. Adapun kewajiban khususnya setelah masuknya fase digitalisasi.
naposo-nauli bulung selanjutnya diuraikan sebagai Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti
berikut: (1). Kewajiban dalam kehidupan dibeberapa tempat di Kota Padangsidimpuan telah
bermasyarakat, yaitu salah satu konsep dasar yang terjadi kemerosotan nilai adat dalihan na tolu
menunjukkan kewajiban naposo bulung dalam khususnya pada remaja. Adapun bentuk-bentuk
kehidupan bermasyarakat dikenal istilah “poso-poso kemerosotan tersebut antara lain, hilangnya budaya
pagar ni huta” artinya remaja/anak laki-laki wajib gotong royong, sikap toleransi, tutur kata dan sopan
menjaga kehormatan kampung/desa. Bentuk santun. Para remaja sudah tidak lagi mengenali
kewajiban tersebut diaktualisasikan melalui kegiatan, secara utuh konsep nilai dalam adat dalihan na tolu,
menjaga keamanan lingkungan, menjaga kebersihan seperti sikap terhadap orang tua, sikap terhadap
lingkungan, mengawasi pemuda lain yang masuk ke teman dan konsepsi nilai adat dalihan na tolu dalam
desa serta bersikap hormat kepada tamu-desa. kehidupan bermasyarakat. Aktivitas kelembagaan
Habituasi pelaksanaan kewajiban ini akan dibimbing naposo-nauli bulung yang sebelumnya menjadi
dan diawasi oleh orakkaya adat dan hatobangon. (2). wadah bagi para remaja untuk mengenali dan
Kewajiban dalam upacara siriyaon (suka), yaitu mamahami kultur adat dalihan na tolu saat ini sudah
membantu menyiapkan keperluan pesta adat seperti; menipis. Bahkan dibeberapa wilayah di Kota
menyampaikan undangan ke desa lain mendirikan Padangsidimpuan kelembagaan naposo-nauli bulung
tenda, mencari kayu bakar, mencari buah Nangka, sudah tidak ada lagi. Selain itu, dunia digitalisasi
memeras santan, membuat bumbu, mencuci piring yang berkembang menjadi salah-satu factor yang
dan meladeni para tamu undangan dengan hormat. menggerus pemahaman arti adat dalihan na tolu
sebagai sumber nilai dan norma yang selama ini
dianut. Para remaja lebih banyak bersosialisasi lewat
dunia maya. Seperti dikemukakan Budayawan
Angkola Sutan Tinggi Barani menuturkan “remaja
Angkola saat ini sudah banyak yang tidak mengenal konsep nilai adat dalihan na tolu, hal ini tidak terlepas

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 5


Selatan
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

dari arus perkembangan teknologi informasi yang memahami adat dalihan na tolu baik dalam sikap,
cenderung hanya memuat konten-konten kekinian tindakan maupun minat remaja terhadap adat dalihan
dan sangat sedikit konten digital yang memuat na tolu. Forum diskusi dilaksanakan, dengan
konsep-konsep adat dalihan na tolu, kemudian pengurus naposo-nauli bulung di Desa Moppang
transmisi nilai dalam keluarga juga sudah sangat Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu.
berkurang sehingga pewarisan nilai tidak berjalan Pemilihan desa ini sebagai lokasi forum diskusi
dengan baik. terkait nilai-nilai adat dalihan natolu pada remaja
Salah satu factor yang menggerus karakter adalah karena Desa Moppang hingga saat ini masih
adat dalihan na tolu pada remaja di Kota tetap eksis melibatkan kelompok remaja turut serta
Padangsidimpuan adalah perkembangan teknologi berpartisipasi dalam kegiatan adat dalihan na tolu,
digital yang sangat pesat. Hal ini diperkuat dari hasil seperti dalam kegiatan siriyaon (suka) maupun dalam
observasi peneliti dibeberapa Kawasan di Kota kegiatan (siluluton).
Padangsidimpuan, para remaja di kota Pelaksanaan kegiatan juga melibatkan pemuka
Padangsidimpuan lebih banyak menghabiskan waktu adat dalihan na tolu seperti, raja pamusuk (penguasa
untuk nongkrong ditempat-tempat penyedia jasa huta secara adat), hatobangon, dan orakkaya adat.
game online, café, tempat karaoke. Faktor ini juga di Kegiatan diskusi, dilaksanakan dengan diawali
dukung temuan Sormin, dkk (2019) mengemukakan peneliti memaparkan pergeseran nilai-nilai adat
era informasi dan globalisasi ternyata menimbulkan dalihan na tolu pada remaja, kemudian dilanjutkan
pengaruh terhadap perkembangan budaya, yakni pemuka adat memberikan materi nilai-nilai adat yang
sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap menjadi fondasi pembangunan karakter remaja
memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya, dan dengan konsep anak ni raja dan boru ni na mora. Dari
berkurangnya keinginan untuk mempertahankan hasil forum diskusi menghasilkan kesimpulan
budaya sendiri. Harahap (2015) mengemukakan sebagai berikut:
dalam penelitiannya bahwa Pergeseran nilai akibat 1. Terjadi kesenjangan nilai-nilai adat dalihan na
kemajuan teknologi yang mengglobal saat ini tolu dengan tingkah laku remaja saat ini.
ternyata tidak cukup dihadapi dengan aspek Ilahi saja 2. Pergeseran nilai-nilai adat dalihan na tolu pada
karena di dalam kehidupan berbangsa melalui ajaran remaja disebab kan yaitu;
adat istiadatDalihan na tolu, bangsa Batak memiliki a. kurangnya sosialisasi pada remaja saat ini,
suatu nilai peradaban yang dapat menghantar suku b. terjadinya pergeseran nilai adat dalihan na tolu
bangsa Batak mencapai kebahagiaan insan dan ilahi. pada masyarakat Batak Angkola sehingga
Kepatuhan masyarakat Batak atas ajaran Dalihan na pelibatan remaja juga tidak ada
tolu termasuk kepatuhan terhadap sistem kekerabatan c. rendahnya literasi nilai-nilai adat dalihan na tolu
patrilineal telah menempatkan suku Batak itu sebagai pada remaja saat ini,
salah satu komunitas suku bangsa yang tingkat d. tidak adanya muatan lokal dalihan na tolu dalam
perceraian dan sengketa harta warisannya tergolong kurikulum Pendidikan di Kota Padangsidimpuan
terendah dari berbagai komunitas suku-suku di e. Tidak adanya media digital seperti media social,
Indonesia. Berikutnya, peneliti juga banyak maupuan aplikasi yang memuat konten-konten
menemukan remaja yang asyik nongkrong diwarung adat dalihan na tolu
kopi yang selalu asyik bermain gadget, baik untuk 2. Revitalisasi nilai-nilai kearfian lokal pada
pelajaran disekolah maupun hanya sekedar berbagi di remaja perlu dilakukan dengan Langkah-langkah:
media sosial. a. Mengoptimalkan kembali peran pemuka adat
Kemerosotan nilai-nilai karakter adat dalihan dalammembimbing remaja melalui penataan
na tolu pada remaja kontemporer telah memasuki Kembali naposo-nauli bulung.
fase yang mengkhawatirkan. Hal ini terlihat dari b. Pemerintah hendaknya mengambil peran dalam
peran remaja dalam struktur adat dalihan na tolu baik pengembalian nilai-nilai adat dalihan na tolu
kegiatan siriyaon maupun siluluton sudah hampir dengan membuat kebijakan maupun
hilang. Banyak remaja di Kota Padangsidimpuan penganggaran terkait revitalisasi nilai-nilai
yang sudah tidak mengenali konsep nilai poso-poso kearifan lokal pada remaja.
pagar ni huta yang selama ini menjadi salah satu c. Memuat Kembali kurikulum muatan lokal adat
media pembangunan karakter remaja adat Dalihan dalihan na tolu pada Pendidikan formal di Kota
na tolu. Konsep anak ni raja dan boru ni na mora, Padangsidimpuan mulai dari tingkat SD hingga
selama ini dilabeli kepada para remaja yang mampu SMA.
mengaktualisasikan nilai-nilai adat dalihan na tolu d. Pengembangan literasi adat dalihan na tolu
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, dengan membuat konten-konten media social
peneliti melaksanakan forum diskusi dengan maupun perangkat digital yang memudahkan para
kelompok naposo-nauli bulung yang masih remaja mengakses nilai-nilai adat dalihan na tolu.
ditemukan di Kota Padangsidimpuan untuk membuka Berdasarkan hasil forum diskusi nilai-nilai kearifan
wawasan dan mengukur sejauh mana remaja kekinian lokal dalihan na tolu, mengindikasikan bahwa
revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal adat dalihan na
tolu diperlukan agar karakter remaja
masyarakat Batak Angkola tidak kehilangan idenditasnya. Khususnya pada era digital saat

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 6


Selatan
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021

sekarang ini, pengembangan literasi digital terkait Berdasarkan hasil temuan penelitian yang
budaya daerah sangat diperlukan. Seperti dipaparkan dalam pembahasan hasil penelitian ini,
dikemukakan Sormin (2019) dampak perkembangan ada beberapa saran yang dikemukakan kepada pihak
digitalisasi telah merubah tatanan kehidupan yang terkait dengan hasil penelitian ini antara lain:
diberbagai aspek kehidupan. Istilah yang populer [1] Kepada masyarakat Batak Angkola di Kota
sekarang dikenal dengan disrupsi yaitu kebiasaan Padangsidimpuan, hendaknya melaksanakan
lama ditinggalkan secara radikal dan cepat. Sehingga nilai-nilai kearifan lokal dalihan na tolu dalam
diperlukan adaptasi teknologi informasi dalam sendi- kehidupan sehar-sehari, serta melakukan
sendi kehidupan melalui pengembangan literasi Pendidikan nilai-nilai adat dalihan na tolu dalam
digital. Artinya, dalam mentransformasikan Kembali keluarga.
nilai-nilai kearfian lokal dalihan na tolu [2] Kepada para tokoh adat, hendaknya melakukan
pengembangan digitalisasi nilai-nilai kearifan lokal sosialisasi Kembali nilai-nilai kearifan lokal adat
yang urgen untuk dilakukan. Hal ini tidak terlepas dalihan na tolu kepada remaja melalui
dari, generasi masa sekarang sangat melek dengan pengaktifan kembali organisasi tradisional remaja
teknologi digital, setiap aktivitas mereka tidak yaitu naposo-nauli bulung disetiap lingkungan
terlepas dengan akses ke dunia digital. Sehingga /desa/ kelurahan/ huta.
untuk mentrasmisikan Kembali nilai-nilai kearfian [3] Kepada pemerintah Kota Padangsidimpuan,
lokal dalihan na tolu pada remaja selain dengan hendaknya memasukkan kembali kearifan lokal
menerapkan kurikulum muatan lokal dalihan na tolu, adat dalihan na tolu dijenjang Pendidikan mulau
pengembangan konten digital terkait nilai-nilai adat dari sekolah dasar hingga sekolah menengah
dalihan na tolu juga sangat diperlukan. dalam kurikulum mutan lokal masing-masing
tingkat Pendidikan.
4. SIMPULAN DAN SARAN [4] Kepada peneliti lain, hendaknya memperdalam
a. Simpulan kajian implementasi nilai-nilai kearifan lokal
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian dalihan na tolu dalam Pendidikan sehingga dapat
adalah: menghasilkan bahan ajar maupun model
[1] Kearifan lokal dalihan na tolu adalah wujud dari pembelajaran yang berbasis kearifan lokal adat
hubungan kekerabatan atas perkawinan dari suatu dalihan na tolu di Kota Padangsidimpuan.
marga (clan) dalam masyarakat Batak Angkola
yang melahirkan konsep mora, kahanggi, anak 5. DAFTAR PUSTAKA
boru.Hubungan kekerabatan tersebut memiliki Abubakar, Mustafa.2010. Membangun Semangat
konsep nilai sebagai pengikat hubungan Nasionalisme dengan Bingkai Kearifan Lokal
persaudaraan yang kuat diantara masyarakat Rakyat Aceh Tinjauan Ketahanan Pangan,
Batak Angkola antara lain; hormat Marmora [Online], Tersedia: www.setneg.go.id, (28
terkandung nilai karakter; sopan santun, lemah Oktober 2020).
lembut dan tanggung jawab, elek maranak boru; Armawi, Armaidy. 2008. Kearifan Lokal Batak Toba
ditemukan nilai kerja keras, mandiri, jujur, setia, Dalihan Na Tolu Dan Good Governance
disiplin dan peduli, sedankan pada manat Dalam Birokrasi Publik. Jurnal Filsafat Vol.
markahanggi terkandung nilai; jujur, kerja keras, 18, Nomor 2, Agustus 2008.
disiplin, demokratis, adil dan tenggang rasa. Arwansyah, dkk (2017). Revitalisasi Peran Budaya
[2] Berdasarkan hasil anaisis yang dilakukan dalam Lokal Dalam Materi Pembelajaran Bahasa
penelitian ini ditemukan bahwa telah terjadi Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA. The 1st
kemerosotan nilai-nilai kearifan lokal adat Education and Language International
dalihan na tolu khususnya pada remaja di Kota Conference Proceedings Center for
Padangsidimpuan antara lain; hilangnya budaya International Language Development of
gotong royong, sikap toleransi, tutur kata dan Unissula.
sopan santun. Selain itu,para remaja di Kota Fauzan, S. 2011. Revitalisasi Nilai-Nilai Moral
Padangsidimpuan sudah tidak lagi mengenali Keagamaan dalam Merespon Realitas Zaman.
secara utuh konsep nilai dalam adat dalihan na ISLAMICA,Vol. 6, No. 1, Sepetmber 2011.
tolu, seperti sikap terhadap orang tua, sikap Harahap, Masitoh (2015). Nilai-Nilai Pendidikan
terhadap teman dan konsepsi nilai adat dalihan Dalam Adat Dalihan Na Tolu di Desa Purba
na tolu dalam kehidupan bermasyarakat. Dolok Kecamatan Barumun Tengah. Skripsi.
Aktivitas kelembagaan naposo-nauli bulung yang Institut Agama Islam Negeri
sebelumnya menjadi wadah bagi para remaja Padangsidimpuan.
untuk mengenali dan mamahami kultur adat Harahap, Rosmawati dan Parinduri, Mhd. Bakhsan
dalihan na tolu saat ini sudah jarang ditemukan di (2017). Apakah Hasangapon, Hagabeon, dan
Kota Padangsidimpuan. Hamoraon sebagai Faktor Protektif atau
b. Saran Faktor Risiko Perilaku Bunuh Diri Remaja
Batak Toba? Sebuah Kajian Teoritis tentang
Nilai Budaya Batak Toba. Buletin Psikologi
2018, Vol. 26, No. 1, 1 – 11. DOI: 10.22146/buletinpsikologi.28489. ISSN 0854-

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 7


Selatan
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.4 Edisi Nopember 2021
7106 (Print) ISSN 2528-5858 (Online) Konseling Berbasis KKNI, 4 –6 Agustus
https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi 2017, Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Hilda, Lelya, 2016. Relvitalisasi Kearifan Lokal Yunus, Rasid (2014). Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Dalihan Natolu Masyarakat Muslin (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter
Mandailing dalam Menjaga Harmonisasi Bangsa: Studi Empiris Tentang Huyula/oleh
Lingkungan Hidup. MIQOT Vol. XL No.1 Rasid Yunus.-Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta:
Januari-Juni 2016. Deepublish.
Lickona, T. (1992). Educating For Character How Zulkarnain, dkk. (2019). Konsep Diri dari
Our Schools Can Teach Respect and Perspektif Dimensi Internal: Kajian Psikologi
Responsibility. New York-Toronto-London- Komunikasi Nilai Tutur di Suku Mandailing.
Sydney-Auckland: Bantam Books. https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id. Jurnal
Miles, Matthew, B., Huberman, and Saldana, Jhony. Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique. Vol. 2
2014. Qualitative data analysis A methods No. 1 Oktober 2019.
sourcebook. Singapore: SAGE Publications.
Rahyono, FX. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata,
Jakarta: Wedatama Widyasastra.
Ramonasari, 1996, “Kaum Remaja, Kelompok
Penduduk yang Terabaikan dalam Pelayanan
Kesehatan Reproduksi” dalam Seksualitas,
Kesehatan Reproduks, dan Ketimpangan
Gender. Yogyakarta: PPK Universitas Gadjah
Mada.
Resmiwaty (2010). Degradasi Kultural Dalam
Kehidupan Remaja. Jurnal Academica:
Majalah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 1
No. 2 Tahun 2010.
Rismawati. 2011. “Perkawinan dan Pertukaran Batak
Toba (Sebuah Tinjauan Strukturalisme
Antropologi)”. Jurnal Academica, Fisip
Untad, Vol. 03 No. 02. Oktober 2011.
Sormin, dkk. (2019). Konsepsi Literasi Digital
Dalam Pembelajaran Sejarah Di Era Disruptif.
Seminar Nasional Sejarah ke 4 Jurusan
Pendidikan Sejarah Universitas Negeri
Padang.
https://osf.io/tjzrwDOI: 10.17605/OSF.IO/TJZRW.
Sormin, Salman Alparis, dan Siregar Ali Padang.
(2019) Dinamika Konflik dan Resolusi
Berbasis Kearifan Lokal Pertambangan Emas
di Hutan Batangtoru. Jurnal Education And
Development, Vol. 7 No. 4.
DOI: https://doi.org/10.37081/ed.v7i4.258
Siregar, E., & Sormin, S. A. (2021). Kepemimpinan
Tradisional Masyarakat Batak Angkola Di
Kerajaan Luat Marancar Pada Masa
Pendudukan Belanda Dan Jepang (1930 ….
Jurnal Education and …, 9(3), 505–511.
https://doi.org/https://doi.org/10.37081/ed.v9i
3.2456
Wibowo dan Anjar (2017). Internalisasi Nilai
Kearifan Lola (Local Wisdom) Dalam
Pelaksanaan Konseling Multikultural Dalam
Pengentasan Masalah Remaja Akibat Dampak
Negatif Globalisasi. Proceeding Seminar dan
Lokakarya Nasional Revitalisasi
Laboratorium dan Jurnal Ilmiah dalam
Implementasi Kurikulum Bimbingan dan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 8


Selatan

You might also like