Filosofi Sarung Tenun Samarinda Sebagai Simbol Dan
Filosofi Sarung Tenun Samarinda Sebagai Simbol Dan
Filosofi Sarung Tenun Samarinda Sebagai Simbol Dan
ABSTRACT. Sarong Samarinda or Tajong Samarinda is a kind of traditional woven fabric that can be
obtained in the city of Samarinda, East Kalimantan. This sarong is woven using a loom (ATBM called gedokan).
Samarinda weaving stamps become icons or symbols because Sarong Weaving has its own characteristics.
Sarong Tenun Samarinda has also become the identity according to the election and voting by the government
and set in 2013, then inaugurated by the Minister of Education and Culture by establishing the cultural work
of Sarong Tenun Samarinda as the object of Indonesian cultural heritage from East Kalimantan Province in
2016. This research aims to know the philosophy of Sarong Tenun Samarinda as symbol and identity of East
Kalimantan capital city. The research method used in this research is qualitative with phenomenology
approach. The phenomenology approach is all about the nature of attitudes until a certain foundation is found.
The subject of this research is Samarinda City Government Office which is related to Sarong Tenun Samarinda
and Samarinda Sarong weaving craftsmen. Data analysis techniques used in this study are data completion,
data reduction, data presentation and decision and verification.
INTISARI. Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah sejenis kain tenun tradisional yang dapat
diperoleh di kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun menggunakan alat tenun (ATBM disebut
gedokan). Perangko tenun Samarinda menjadi ikon atau simbol karena Tenun Sarung memiliki ciri khas
tersendiri. Sarung Tenun Samarinda juga telah menjadi identitas menurut pemilihan dan pemungutan suara oleh
pemerintah dan ditetapkan pada tahun 2013, kemudian diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan membentuk karya budaya Sarong Tenun Samarinda sebagai objek warisan budaya Indonesia dari
Kalimantan Timur Provinsi 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui filosofi sarung Tenun Samarinda
sebagai simbol dan identitas ibu kota Kalimantan Timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologis adalah semua tentang sifat
sikap sampai fondasi tertentu ditemukan. Subjek penelitian ini adalah Kantor Pemerintah Kota Samarinda yang
terkait dengan Sarung Tenun Samarinda dan pengrajin sarung tenun Samarinda. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kelengkapan data, reduksi data, penyajian data serta pengambilan
keputusan dan verifikasi
kain tradisional Indonesia yang diproduksi diberbagai dengan menggunakan jahitan tangan. Warna yang
wilayah Nusantara seperti Sumatera, Kalimantan, dominan adalah warna-warna tua dan kontras.
Bali, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa. Warna-warna yang dominan adalah hitam, putih,
Kain tenun tradisional yang berkembang di nusantara merah, ungu, biru laut dan hijau. Corak yang dibuat
telah memberikan ragam corak yang sangat menarik dalam sarung Samarinda sangatlah beragam serta
untuk memperkaya khasanah budaya bangsa. Sebagai memiliki makna dan nilai filosofi masing-masing
karya seni yang luhur, keberadaan kain tradisional yang akhirnya membuat sarung tenun Samarinda
nusantara sarat akan hubungan kontekstual ruang dan menjadi simbol dan identitas dari Ibu Kota
waktu yang saling terkait dengan kebudayaan Kalimantan Timur. (Kantor Perwakilan BI
masyarakat setempat. Kain tenun tradisional tidak Kalimantan Timur, 2014). Kalimantan Timur serta
hanya menyajikan aspek keindahan saja namun sebagai sumbangan teoritis terhadap kajian ilmu
dibalik keindahan kain tersebut terdapat ketekunan pengetahuan Psikologi terutama pada Universitas
penenun dalam menghasilkan karya seni dengan Mulawarman.
didasari nilai serta falsafah hidup yang patut untuk
dilestarikan. Nilai yang terdapat dalam setiap pola
tenun menandakan adanya keterkaitan dengan 2 TINJAUAN PUSTAKA
berbagai hal seperti falsafah hidup, nilai-nilai, adat 2.1 Simbol
istiadat, serta identitas masyarakat setempat.
Tenun yang dihasilkannya pun berbeda-beda dan Kata simbol berasal dari kata Yunani yaitu Symbolos
memiliki makna, nilai sejarah dan teknik yang yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan
berbeda juga. Hal ini terlihat dari segi warna, ragam sesuatu hal kepada seseorang. Simbol sebagai benda
hias, dan jenis bahan serta benang yang digunakan. atau objek material yang nilai atau arti yang ada
Keahlian bangsa Indonesia dalam membuat kain padanya ditetapkan oleh orang yang menggunakan
tenun dapat dilihat dari ragam hiasnya yang tidak objek tersebut (White, 1955).
terlepas dari makna dan nilai sejarah dari para Simbol sebagai kelas tanda dikelompokkan menjadi
leluhurnya dahulu. Kain tenun yang dipakai untuk tiga aspek : simbol sebagai tanda konvensional,
pakaian sehari-hari memakai motif yang sederhana, simbol sebagai jenis tanda ikonik, dan simbol sebagai
berbeda dengan busana adat yang dijadikan busana tanda konotasional. Berikut penjelasan aspek
pembesar kerajaan pada waktu upacara adat, busana menurut North (1990) yaitu:
untuk pengantin, kain samping untuk pria, a. Simbol sebagai tanda konvensional (kesepakatan
perlengkapan peralatan adat yang memakai kain yang bersama).
khusus dan motif yang mempunyai simbol dan makna Sesuatu yang dibangun oleh masyarakat atau
tertentu. individu-individu dengan arti tertentu yang kurang
Kerajinan tenun sarung Samarinda ini pada mulanya lebih standar yang disepakati atau dipakai anggota
dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi masyarakat itu.
yang berdiam di kawasan Tanah Rendah (sekarang b. Simbol sebagai jenis tanda ikonik.
bernama Samarinda Seberang) pada tahun 1668. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang
Orang Bugis pendatang inilah yang mengembangkan diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang
corak asli tenun Bugis menjadi tenun Samarinda. Sar- memiliki ciri–ciri sama dengan apa yang
ung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah jenis dimaksudkan.
kain tenun tradisional yang bisa didapatkan di Kota c. Simbol sebagai tanda konotasional (mengandung
Samarinda Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun makna).
dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin Konotasi merupakan makna-makna kultural yang
(ATBM) yang disebut Gedokan. muncul atau bisa juga disebut makna yang muncul
Produk yang dihasilkan untuk satu buah sarung karena adanya konstruksi budaya sehingga ada
memakan waktu 2 hari paling cepatnya. Ciri khas sebuah pergeseran, tetapi tetap melekat pada
sarung Samarinda adalah bahan bakunya yang simbol atau tanda tersebut
menggunakan benang yang khusus di datangkan dari 2.2 Identitas
Cina. Sebelum ditenun bahan baku benang masih
harus menjalani beberapa proses agar kuat saat Secara etimologi kata Identitas berasal dari kata
dipintal. Sehelai sarung yang dihasilkan pengrajin identity yang berarti: kondisi atau kenyataan tentang
biasanya memiliki lebar 80 centimeter dan panjang 2 sesuatu yang sama, mirip satu sama lain (Liliweri,
meter. Dengan ukuran sarung sebesar itu pasti ada 2007). Menurut Kaplan (2006) dalam pandangannya
jahitan sambungan di bagian tengahnya yang dibuat terhadap identitas yang dilekatkan pada etnisitas
22
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6, No 2, Desember 2017, hlm. 21-31 ISSN: 2302-2582
mengatakan bahwa etnisitas merupakan sebuah Sarung Samarinda sebagai salah satu hasil asimilasi
konsep yang kompleks, memiliki ciri dan pandangan budaya suku Bugis dan Kutai yang dibawa dari Tanah
yang berbeda-beda di dalam mengartikan diri. asalnya dan dikembangkan sebagai usaha keluarga
Biasanya diasosiasikan dengan perilaku kebudayaan, atau home industri, sampai kini terkenal sampai
contohnya pada bahasa, adat istiadat, keyakinan, mancanegara sebagai hasil budaya khas daerah
sejarah, pakaian dan budaya materi. Kalimantan Timur dengan kualitas yang tinggi. Lahir
Tilaar (2007) dalam bukunya berjudul dari tangan penenun Bugis. Sarung Samarinda
“MengIndonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa”, berkembang karena berhasil memadukan motif
menguraikan hubungan antara identitas individu, Bugis, Dayak, dan Kutai. Secara garis besar sarung
identitas etnis terbentuk menjadi identitas bangsa. Samarinda terdiri dari beberapa motif yaitu motif
Berikut tiga aspek identitas yaitu : Hatta, Soeharto, dan Sari Pengantin. Berdasarkan
1. Identitas diri hasil data dari Dinas Pariwisata, Dinas Perindsutrian
Identitas diri merupakan komponen penting yang Perdagangan dan Koperasi serta Dinas Kebudayaan
menunjukkan identitas personal individu. Semakin Kota Samarinda (2017) maka terdapat empat aspek
baik struktur pemahaman diri seseorang sarung tenun yaitu:
berkembang, semakin sadar individu akan 1. Aspek Sosial
keunikan dan kemiripan dengan orang lain, Dalam aspek sosial kain tenun banyak digunakan
sebaliknya jika kurang berkembang maka individu untuk upacara-upacara adat seperti kelahiran,
semakin tergantung pada sumber-sumber eksternal perkawinan, ataupun kematian. Bahkan lambang
untuk evaluasi diri. dan warnanya pun telah disesuaikan.
2. Identitas budaya 2. Aspek Ekonomi
Identitas budaya mengacu keanggotaan formal Kain tenun dalam aspek ekonomi dipakai sebagai
atau informal dalam kelompok yang meneruskan alat pertukaran. Pertukaran dalam arti barang yang
dan menanamkan pengetahuan, keyakinan, nilai, dipertukarkan dengan barang lainnya.
sikap, tradisi dan cara hidup. Perhatian identitas 3. Aspek Religi
budaya adalah mengenai apa yang telah dipelajari Pada aspek religi terlihat bahwa ragam hias yang
seseorang di masa lalu dan bagaimana mereka diterapkan mengandung unsur perlambangan yang
menggunakannya untuk mempengaruhi masa berhubungan dengan kepercayaan atau agama
depan. tertentu. Dalam upacara keagamaan kain tenun
3. Identitas nasional atau bangsa khusus digunakan oleh pemuka agama atau dukun.
Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki 4. Aspek Estetika
oleh suatu bangsa yang secara filosofis Aspek estetika terlihat pada keterampilan,
membedakan antara bangsa yang satu dengan ketekunan didalam menciptakan suatu karya. Baik
bangsa yang lain. dari segi garis, motif dan warnanya dan
menghasilkan suatu nilai estetika.
2.3 Sarung Tenun Samarinda
Tenun termasuk benda-benda seni rupa yang
mengandung nilai fungsional, benda seperti itu 3 METODE PENELITIAN
mempunyai manfaat ganda yaitu sebagai
3.1 Jenis Penelitian
alat/perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Di samping itu tenun dinikmati karena Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
keindahannya. Tenun merupakan salah satu kerajinan menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian
seni yang patut dilestarikan (Fisher, 1981). kualitatif adalah suatu penelitian untuk memahami
Sarung samarinda atau Tajong Samarinda adalah masalah-masalah manusia atau sosial dengan
sebuah karya kerajinan rakyat berupa tenunan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks
tradisional yang bisa di dapatkan di Kota Samarinda yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan
Kalimanta Timur. Kerajinan ini berasal dari daerah pandangan terinci dari para sumber informasi serta
Sulawesi Selatan, dibawa oleh orang-orang Bugis ke dilakukan dalam latar yang alamiah. Penelitian
Samarinda tepatnya Samarinda Seberang pada kualitatif bertujuan untuk menyediakan penjelasan
sekitar abad ke 18, dan berkaitan erat dengan sejarah tersurat mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas
kedatangan suku Bugis ke Kalimantan Timur. Sarung yang terdapat dalam suatu kelompok partisipan.
ini di tenun dengan menggunakan alat tenun bukan Penelitian kualitatif dilakukan dalam latar (setting)
mesin(ATBM) yang di sebut Gedokan yang alamiah (naturalistic), peneliti kualitatif
menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh
23
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6, No 2, Desember 2017, hlm. 21-31 ISSN: 2302-2582
makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana Informan yang terlibat dalam penelitian ini memiliki
makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. pengetahuan tentang sarung tenun Samarinda dengan
Menurut Huserl (2011) fenomenoogi adalah ciri-ciri sebagai berikut:
pengalaman subjektif atau pengalaman a. Berusia 28-80 tahun.
fenomenologikal; atau suatu studi tentang kesadaran b. Masih aktif sebagai pengrajin sarung tenun
dari perspektif pokok dari seseorang. Fenomenologi Samarinda.
memiliki riwayat cukup panjang dalam penelitian c. Tidak memiliki gangguan komunikasi (untuk
sosial, termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan kepentingan wawancara).
sosial. d. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
secara utuh.
3.2 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, dengan ciri-ciri diatas
Lokasi penelitian dibagi menjadi empat tempat yang didapatkanya jumlah keseluruhan subjek dan
berbeda sesuai dengan subjek yang diteliti. Pada informan sebanyak 8 orang yaitu 3 subjek dengan 5
subjek pertama yaitu saudari R proses pengumpulan orang informan
data dilakukan dengan metode observasi dan
3.4 Metode Pengumpulan Data
wawancara di kantor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Samarinda yang beralamat jalan Ir. Tekhnik pengumpulan data merupakan cara yang di
Juanda. Pada subjek kedua MF proses pengumpulan gunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam
data dilakukan dengan metode observasi dan suatu penelitia. Pada penelitian ini peneliti memilih
wawancara yang dilakukan di kantor Dinas jenis penelitian kualitatif maka data yang di peroleh
Pariwisata Kota Samarinda yang beralamat di jalan haruslah jelas spesifik dan terperinci.
Dahlia. Pada subjek ketiga D proses pengumpulan Selanjutnya di jelaskan oleh beberapa metode yang
data dilakukan dengan metode observasi dan lazim digunakan dalam penelitian kualitatif antara
wawancara dilakukan di kantor Dinas Kebudayaan lain wawancara, observasi, diskusi kelompok terarah,
yang beralamat di jalan Biola. analisis karya, analisis dokumen, analisis catatan
Pada informan H, K, S, M, proses pengumpulan data pribadi, studi kasus, studi riwayat hidup, dan lain
dilakukan dengan metode observasi dan wawancara sebagainya (Poerwandari, 2011). Metode
dilakukan di rumah kediaman informan yang pengumpulan data dalam, penelitian ini
beralamat di jalan Bung Tomo gang Karya Muharram menggunakan observasi, wawancara, dan
kelurahan kampung tenun Kota Samarinda dan pada dokumentasi.
informan W dilakukan di Dinas Pariwisata Kota
3.5 Teknik Analisis Data
Samarinda di jalan Dahlia.
Data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
3.3 Subjek Penelitian
Creswell (2010) mengatakan analisis data secara
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang
sampling. teknik ini digunakan karena pemilihan berupa teks atau gambar. Pada dasarnya proses
subjek dan informan penelitian didasarkan atas ciri- analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang dari berbagai sumber data. Adapun langkah-langkah
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri analisis data yang digunakan penelitian ini menurut
atau sifat populasi yang memenuhi tujuan-tujuan Miles dan Huberman (2009) yaitu pengumpulan data,
yang telah ditetapkan (Azwar, 2012). reduksi data, penyajian data serta kesimpulan dan
Secara khusus, subjek yang terlibat dalam penelitian verifikasi.
ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengetahui tentang simbol dan identitas sarung
tenun Samarinda. 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
b. Berusia 43-51 tahun. 4.1 Hasil Penelitian
c. Masih aktif sebagai pejabat pemerintah Kota
Samarinda yang menangani tentang sarung tenun Ketika melakukan wawancara dengan subjek
Samarinda. penelitian, peneliti melakukan wawancara, dan ber-
d. Tidak memiliki gangguan komunikasi (untuk interaksi sesering mungkin dengan subjek untuk
kepentingan wawancara). mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai
e. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian apa yang hendak diungkap dalam penelitian ini. Da-
secara utuh. lam melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu
meminta kesepakatan subjek mengenai waktu dan
24
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6, No 2, Desember 2017, hlm. 21-31 ISSN: 2302-2582
tempat yang disepakati atau yang dipilih oleh subjek 4.1.1 Sarung Tenun Samarinda
dan informan penelitian untuk melakukan proses wa- Hasil wawancara terhadap subjek terdapat empat
wancara. dalam proses wawancara subjek dan in- aspek pada Sarung Tenun Samarinda yaitu dapat
forman menjawab semua pertanyaan yang diajukan dilihat dari tabel berikut:
peneliti dengan lancar dan tanpa adanya hambatan
berkomunikasi.
Tabel 1. Sarung Tenun Samarinda Pada Subjek
Aspek Umum Khusus
Subjek R Subjek MF Subjek D
Sosial Sarung Tenun Corak pengantin yang harus Sarung samarinda Sarung Samarinda
Samarinda digunakan dibawa pada saat seorang laki-laki dikembangkan sebagai dikembangkan sebagai
untuk berbagai acara melamar kekasihnya tarian Tajong Samarinda pakaian adat Samarinda
adat dan baju Adat Samarinda adat yaitu baju Takwo
Ekonomi Untuk menaikan Dengan melakukan Peningkatan produksi dari Mengembangkan
sektor pemasaran pengembangan industri kreatif modifikasi Sarung Tenun ekonomi kreatif untuk
sarung tenun dan dari program Indonesia BERSERI Samarinda menjadi brand memenuhi permintaan
menaikan tingkat fashion sehingga memiliki pemerintah pusat
ekonomi penenun nilai jual yang lebih tinggi
dikota Samarinda
Religi Kain yang digunakan − − −
untuk acara
keagaman
Estetika Penggunaan Sarung Saat menggunakan sarung tumpal Nilai estetika dari Sarung Nilai estetika dari
Tenun Samarinda (kepala) harus berada didepan. Tenun Samarinda dari Sarung Samarinda, yaitu
yang harus sesuai Hal tersebut merupakan nilai pengembangan sarung keindahanya terbuat dari
dengan fungsi dan estetika secara adat. Nilai estetika menjadi busana sehingga sutera yang lembut
nilai estetika sarung kombinasi warna, motif dan terlihat lebih baik dan
teknik menenun supaya simetris memiliki nilai
dan indah
4.1.2 Simbol menjadi tiga aspek. Adapun aspek dari symbol ter-
hadap subjek penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
Simbol menurut North (1990) adalah salah satu istilah
yang cukup berpengaruh dalam ruang lingkup ke-
manusiaan. Dalam bukunya, North membagi simbol
Tabel 2. Simbol Sarung Tenun Samarinda Pada Subjek
Aspek Umum Khusus
Subjek R Subjek MF Subjek D
Simbol sebagai Sarung Samarinda Berawal dari program Kami melakukan survei Dipilihnya Sarung Tenun
tanda ditetapkan berdasar- yang dibuat oleh kurang lebih tiga sampai Samarinda karena selama
konvensional kan hasil voting. Dari Kementrian Dinas empat tahun untuk mencari ini produk sarung tenun
(kesepakatan hasil voting tersebut Perindustrian yaitu produk unggulan Kota Sa- yang dikenal masyarakat
bersama) skor untuk Sarung program Indonesia marinda. seluruh Indonesia dan
Tenun Samarinda BERSERI (bersih, sehat, luar negeri.
yang paling tinggi ramah dan indah)
Simbol sebagai Sarung Tenun Sa- Sarung Tenun Samarinda Dibuatlah pakaian khas untuk Karena Sarung Tenun
jenis tanda marinda terdapat pada sudah menjadi ikon Kota pejabat, walikota, DPRD, kita Samarinda sudah terkenal
ikonik beberapa hal yang su- Samarinda seperti kita buatlah pakaian adatnya Sa- hingga keluar negeri
dah ada seperti pot lihat pada gapura dan pot marinda semuanya dari sar- seperti Malaysia bahkan
bunga yang berada di bunga di pinggir jalan ung Samarinda. Kita buatlah India makanya dijadikan
jalan, gapura, seragam Kota Samarinda . pakaian khas itu khusus untuk landmark karena memang
pemerintahan dan pejabat, walikota, DPRD, kita itulah yang tidak dimiliki
sekolah buatlah pakaian adatnya Sa- kota lain
marinda semuanya dari sar-
ung Samarinda.
Simbol sebagai Setiap corak yang ada − − −
tanda mengandung makna
konotasional yang berbeda-beda.
25
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6, No 2, Desember 2017, hlm. 21-31 ISSN: 2302-2582
26
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6, No 2, Desember 2017, hlm. 21-31 ISSN: 2302-2582
27
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6, No 2, Desember 2017, hlm. 21-31 ISSN: 2302-2582
28
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6, No 2, Desember 2017, hlm. 21-31 ISSN: 2302-2582
gapura, seragam pemerintahan dan seragam sekolah. Indonesia BERSERI yaitu program pada zaman Pres-
Ketiga simbol sebagai tanda konotasional (mengan- iden SBY yang memiliki arti Bersih, Sehat, Ramah,
dung makna) yaitu setiap corak Sarung Tenun Sa- dan Indah. Program BERSERI ini dikaitkan dengan
marinda yang ada mengandung makna yang berbeda- program DEKRANAS (Dewan Kerajinan Nasional).
beda. Penetapan Kota Wisata Kampung Tenun Samarinda
Munculnya Saruung Tenun Samarinda sebagai sim- sebagai destinasi wisata ditetapkan pada tahun 2013.
bol menjadi salah satu diantara beragam keunikan ciri Hal ini juga memperkuat sebagai salah satu bentuk
khas Samarinda yang memiliki nilai estetika dan penghormatan founding father kepada Ir. Muhammad
filosofi hingga di kenal sampai saat ini dan di jadikan Hatta pada saat itu. Sarung Samarinda memiliki
identitas Samarinda yang sudah terkenal di berbagai kualitas yang bermutu tinggi dan dinilai dari tekstur
daerah maupun mancanegara. Selain dijadikan sim- kelembutannya, dari nilai estetika inilah yang men-
bol Kota Samarinda, secara tidak langsung Sarung jadikan corak Hatta menjadi ikon utama Samarinda
Tenun Samarinda juga menjadi identitas dari Kota yang tidak luput dari pandangan masyarakat, karena
Samarinda. Tilaar (2007), dalam bukunya berjudul sesuatu yang akan diangkat menjadi identitas harus-
“MengIndonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa”, lah sesuatu yang dikenal dan terkenal, maka dari itu
menguraikan bahwa setidaknya terdapat empat kon- corak Hatta yang mengungguli dari semuanya.
sep yang dapat berkembang: identitas berarti indentik Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
dengan yang lain. Mengarah pada adanya kesamaan ditetapkannya Sarung Tenun Samarinda menjadi sim-
antara individu dengan individu lainnya; identitas be- bol dan idenitas Kota Samarinda didasarkan pada pro-
rarti menjadi diri sendiri, dilahirkan sebagai suatu in- gram Indonesia BERSERI pada zaman bapak presi-
dividu yang memiliki jiwa sendiri yang terhubung den SBY. Indonesia BERSERI artinya bersih, sehat,
dengan proses kemerdekaan; indentitas berarti men- ramah dan indah. Program BERSERI ini dikaitkan
jadi identik dengan suatu ide. Adapun aspek identitas dengan program DEKRANAS (Dewan Kerajinan
yang telah disampaikan oleh Tilaar (2007) maka Nasional), yang pada saat itu ketua adalah ibu kepala
didapatkan 3 aspek identitas yaitu identitas diri, iden- negara, program ini terintegrasi antara program pres-
titas budaya, dan identitas nasional atau bangsa, ka- iden, program pemerintah, dan program kerajinan na-
rena identitas terbentuk dari keadaan yang tidak ter- sional. Kedua dasarnya adalah program kempetensi
lepas dari lingkungan budaya maupun lingkungan inti dari Kementerian Perindustrian yang esensinya
alamiah yang mana di angkatnya sebuah identitas dari program itu mencari produk unggulan daerah yang
ciri khas haruslah budaya lokal asli yang turun sudah berakar budaya, dan Sarung Tenun Samarinda
temurun di wariskan dari nenek moyang sesuai letak merupakan salah satu hasil budaya masyarakat yang
daerah masing-masing yang mengkhususkanya sudah berakar budaya, tumbuh dan sampai sekarang
hingga akhirnya Sarung Samarinda di akui secara na- tetap ada. Indonesia BERSERI, DEKRANAS Pusat,
sional menjadi warisan budaya tak benda dan menjadi kemudian Kementerian Perindustrian menetapan Sar-
ikon khas dari Kota Samarinda yang telah di sahkan ung Tenun Samarinda ini menjadi salah satu produk
hingga terkenal di masyarakat luas. Berdasarkan hasil unggulan dan ciri khas Kota Samarinda hingga men-
wawancara pada subjek tentang aspek identitas pada jadi simbol dan identitas Kota Samarinda yang kita
Sarung Tenun Samarinda. Pertama aspek identitas lihat di kantor dinas pemerintahan, seragam dinas, se-
diri bahwa kurangnya inovasi dari setiap pengrajin ragam sekolah, serta gapura di Kota Samarinda.
dalam pengembangan motif maupun warna. Kedua
aspek identitas budaya bahwa Sarung Tenun Sa-
marinda merupakan hasil kebudayaan perempuan 5 PENUTUP
suku Bugis Wajo yang sudah ada sejak dahulu dan 5.1 Kesimpulan
terus dilestarikan di Samarinda Sebrang hingga
sekarang. Terakhir identitas nasional atau bangsa Sarung Tenun Samarinda atau Tajong Samarinda
yaitu Sarung Tenun Samarinda memang sudah terke- adalah jenis kain tenunan tradisional yang bisa
nal dalam tingkat nasional maupun mancanegara. didapatkan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Serangkaian kompleksitas dari asal mula di Sarung ini ditenun dengan menggunakan Alat Tenun
angkatnya ikon Kota Samarinda yaitu Sarung Sa- Bukan Mesin (ATBM) yang disebut Gedokan.
marinda atau Tajong samarinda sebagai simbol dan Produk yang dihasilkan untuk satu buah sarung
identitas Samarinda pada mulanya muncul corak memakan waktu 2 hari paling cepatnya.
Hatta sebagai ikon Kota Samarinda pada dasarnya Ciri khas Sarung Samarinda adalah bahan bakunya
bermula dari program Indonesia BERSERI oleh Ke- yang menggunakan benang yang khusus didatangkan
menterian Perindustrian dan selain program dari China. Sebelum ditenun, bahan baku benang
30
Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 6, No 2, Desember 2017, hlm. 21-31 ISSN: 2302-2582
masih harus menjalani beberapa proses agar kuat saat Creswell JW. 2010. Research design, qualitative,
dipintal. Sehelai sarung yang dihasilkan pengrajin quantitative, and mixed approaches. Singapore:
biasanya memiliki lebar 80 centimeter dan panjang 2 Sage Publications.
meter. Dengan ukuran sarung sebesar itu pasti ada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.
jahitan sambungan di bagian tengahnya yang dibuat Sarung Samarinda, Museum Negeri Propinsi
dengan menggunakan jahitan tangan. Sarung asli Kalimantan Timur “Mulawarman”.
tidak pernah disambung dengan menggunakan mesin Fisher J. 1979. Threads of tradition: textiles of
jahit. Inilah salah satu cara untuk membedakan kain Indonesia and Sarawak. Berkeley: Lowie
yang asli dari yang palsu atau buatan mesin pabrik. Museum of Anthropology.
Penetapan Sarung Tenun Samarinda ini memiliki Husserl E. 2006. The basic problems of
beberapa dasaran program Indonesia BERSERI pada phenomenology: From the lectures, Winter
zaman bapak presiden SBY. Beliau memiliki sebuah Semester. Netherlands: Springer.
program yaitu Indonesia BERSERI artinya bersih, Kaplan & Manners. 2006. Teori budaya. Yogyakarta:
sehat, ramah dan indah Dasarnya adalah program PT. Pustaka Pelajar.
kempetensi inti dari Kementerian Perindustrian yang Kartiwa S. 2007. Tenun ikat: ragam kain
esensinya program itu mencari produk unggulan tradisional Indonesia. Jakarta: Gramedia
daerah yang sudah berakar budaya. Hal ini sudah Pustaka Utama.
berakar budaya dan sudah tumbuh hingga sampai Liliweri A. 2007. Dasar-dasar Sikap. Yogyakarta:
sekarang tetap ada. Indonesia BERSERI, Pustaka Pelajar.
DEKRANAS Pusat, kemudian Kementerian Miles MB, Huberman AM. 2009. Analisis Data
Perindustrian menetapankan Sarung Tenun Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Samarinda ini menetapkan Sarung Tenun Samarinda Noth W. 1990. Handbook of Semiotics. USA:
ini menjadi salah satu produk unggulan dan ciri khas Indiana University Press Obituary band
Kota Samarinda hingga menjadi simbol dan identitas (online).
Kota Samarinda yang kita lihat di kantor dinas Poerwandari EK. 2011. Pendekatan Kualitatif untuk
pemerintahan, seragam dinas , seragam sekolah, serta Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3.
gapura di Kota Samarinda. Tilaar. 2007. Mengindonesia etnisitas dan identitas
bangsa Indonesia: tinjauan dari perspektif ilmu
pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
6 DAFTAR PUSTAKA White LA. 1966. The social organization of
Azwar S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: ethnological theory. Rice University. 52 (4).
Pustaka Pelajar.
31