Artikel Ilmiah Mohamad Safri Sauqi

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

ARTIKEL ILMIAH

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA KELELAWAR


BUAH (Cynopterus brachyotis) DI DESA KETAPANG TIMUR KECAMATAN
KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

MOHAMAD SAFRI SAUQI


NIM. 061711133265

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
IDENTIFICATION ECTOPARASITES AND ENDOPARASITES ON FRUIT BATS
(Cynopterus brachyotis) IN KETAPANG TIMUR, KETAPANG DISTRICT, SAMPANG

Mohamad Safri Sauqi 1) , Muchammad Yunus 2) , Tjuk Imam Restiadi 3) , Setiawan


Koesdarto 4) , Poedji Hastutiek 5) , Boedi Setiawan 6).

1) Student, 2) Department of Parasitology, 3) Department of Veterinary Reproduction,


4) Department of Parasitology, 5) Department of Parasitology, 6) Department of Clinic
Faculty of Veterinary Medicine, Airlangga University

ABSTRACT

This study aims to determine the ectoparasites and endoparasites that infest fruit bats
(Cynopterus brachyotis) in Ketapang Timur, Ketapang District, Sampang Regency. The
samples in this study were blood, feces and ectoparasites from 50 fruit bats taken in
Ketapang District, Sampang Regency. Blood samples were examined using a blood
smear method with Giemsa staining, while stool samples were examined using three
methods, namely native, sucrose floating, and acid-fast modification. Blood examination
was checked using a microscope with 1000x magnification and stool examination at
400x magnification. The sample is considered positive if under microscope observation
found parasites that match the characteristics of the protozoa sourced from scientific
references. The results of the study of 50 fruit bats examined found five positives for
digestive protozoa and ectoparasites, the infection was single, with details of one tail
being infected with Eimeria sp. and one tail was infected by Leptocyclopodia ferrarii, while
blood protozoa were not found. This study concludes that the type of protozoa found in
the digestive tract is Eimeria sp. (14%) and ectoparasite Leptocyclopodia ferrarii. (2%). The
total percentage obtained was 16% positive for a single infection of protozoa and
ectoparasites from 50 fruit bats. Suggestions that can be put forward are to conduct
further research using PCR and sequencing to obtain more specific and accurate
identification results, for subspecies or strains.

Keywords: Cynopterus brachyotis, Leptocyclopodia ferrarii, Eimeria sp.


Agreement to be published with Author Mohamad Safri Sauqi
Surabaya, August 3rd 2021
Student Approval of Supervisor Approval of Supervisor

Mohamad Safri Prof. Muchammad Yunus, drh., M.Kes., Dr. Tjuk Imam R., drh., M.Si.
Sauqi SIN. Ph.D. NIP.196612291993031001 NIP.196109111989031002
061711133265
Approval of Lecturer I Approval of Lecturer II Approval of Lecturer III

Prof. Dr. Setiawan Koesdarto, drh., Dr. Poedji Hastutiek, drh, Dr. Boedi Setiawan, drh.,
M.Sc. NIP.195209281978031002 M.Si. M.P.
NIP.196104021988031003 NIP.197103161996031001
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA KELELAWAR BUAH
(Cynopterus brachyotis) DI DESA KETAPANG TIMUR KECAMATAN KETAPANG
KABUPATEN SAMPANG

Mohamad Safri Sauqi 1) , Muchammad Yunus 2) , Tjuk Imam Restiadi 3) , Setiawan


Koesdarto 4) , Poedji Hastutiek 5) , Boedi Setiawan 6).

1) Mahasiswa, 2) Departemen Parasitologi, 3) Departemen Reproduksi Veteriner,


4) Departemen Parasitologi, 5) Departemen Parasitologi, 6) Departemen Klinik

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ektoparasit dan endoparasit yang


menyerang kelelawar buah (Cynopterus brachyotis) di Ketapang Timur Kecamatan
Ketapang Kabupaten Sampang. Sampel dalam penelitian ini adalah darah, feses dan
ektoparasit dari 50 ekor kelelawar buah yang diambil di Kecamatan Ketapang,
Kabupaten Sampang. Sampel darah diperiksa menggunakan metode apusan darah
dengan pewarnaan Giemsa, sedangkan sampel feses diperiksa menggunakan tiga
metode yaitu natif, sukrosa mengambang, dan modifikasi tahan asam. Pemeriksaan
darah dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x dan
pemeriksaan feses pada perbesaran 400x. Sampel dianggap positif jika di bawah
pengamatan mikroskop ditemukan parasit yang cocok dengan karakteristik protozoa
yang bersumber dari referensi ilmiah. Hasil penelitian terhadap 50 kelelawar buah
yang diperiksa ditemukan lima positif protozoa pencernaan dan ektoparasit,
infeksinya tunggal, dengan rincian satu ekor terinfeksi Eimeria sp. dan satu ekor
terinfeksi Leptocyclopodia ferrarii, sedangkan protozoa darah tidak ditemukan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa jenis protozoa yang terdapat pada saluran
pencernaan adalah Eimeria sp. (14%) dan ektoparasit Leptocyclopodia ferrarii. (2%).
Persentase total yang diperoleh adalah 16% positif infeksi tunggal protozoa dan
ektoparasit dari 50 kelelawar buah. Saran yang dapat diajukan adalah melakukan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan PCR dan sequencing untuk mendapatkan
hasil identifikasi yang lebih spesifik dan akurat, untuk subspesies atau strain.

Kata kunci: Cynopterus brachyotis, Leptocyclopodia ferrarii, Eimeria sp.


PENDAHULUAN
Satwa liar bertindak sebagai reservoir utama berkembangnya penyakit menular
dan zoonosis pada manusia dan hewan domestik (Daszak et al., 2000). Zoonosis yang
bersumber pada satwa liar diketahui sebagian besar berasal dari bakteri, virus dan
parasit yang berdampak serius terhadap manusia (Kruse et al., 2004). Keberadaan
populasi kelelawar juga membawa berbagai penyakit. Kelelawar merupakan satwa
liar yang banyak disorot karena berperan sebagai reservoir virus zoonotik yang saat ini
bermunculan seperti Sars, Ebola, Marburg, Rabies, serta penyakit yang disebabkan
oleh paramyxovirus seperti Nipah virus dan Hendra virus (Calisher et al., 2006;
Damayanti dan Sendow, 2015). Selain penyakit viral, banyak spesies kelelawar yang
menjadi inang bagi banyak parasit (Bertola et al., 2005).
Kelelawar buah (famili Pteropididae) merupakan kelelawar pengonsumsi buah
dan produk bunga (Tan et al., 1998). Kelelawar juga sangat penting sebagai penyerbuk
dan penyebar biji di hutan tropis seluruh dunia (Pierson and Rainey, 1992). Kelelawar
juga merupakan makhluk sosial yang hidup dengan membentuk koloni dan
bermigrasi. Kepadatan koloni pada spesies kelelawar pemakan serangga dapat
mencapai 3000 ekor/m2, dengan jutaan individu per koloni (Betke et al., 2008).
Aktivitas hidup berkoloni dan bermigrasi ini meningkatkan peluang transmisi virus
antar spesies kelelawar dan juga hewan lain (Luis et al., 2015).
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi keanekaragaman satwa liar
yang tinggi. Keanekaragaman tersebut dapat dilihat dari beragamnya spesies satwa
liar yang terdiri atas burung, mamalia, reptil, dan amphibi (Hanafiah dkk. 2018),
dengan kekayaan fauna yang beragam salah satunya dari kelas mamalia yaitu
kelelawar. Indonesia setidaknya memiliki 215 jenis kelelawar atau 21% dari sekitar 977
jenis kelelawar yang sudah diketahui ada di dunia (Suyanto, 2001). Berdasarkan jenis
makanannya, kelelawar terbagi menjadi pemakan buah, pemakan serangga, pemakan
nektar dan penghisap darah.
Kelelawar buah (Cynopterus brachyotis) banyak dijumpai di hutan yaitu
menggantung pada pohon-pohon besar, dinding goa, serta pada atap bangunan.
Potensi habitat kelelawar buah sebagai transmisi penyakit sangat memungkinkan
dengan dekatnya dengan permukiman serta sistem pemeliharaan ternak yang masih
menggunakan sistem semi intensif.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan penelitian


identifikasi ektoparasit dan endoparasit pada kelelawar buah di Desa Ketapang Timur,
Kabupaten Sampang. Belum ada data mengenai kasus infeksi parasit baik ektoparasit
maupun endoparasit pada kelelawar buah (C. brachyotis) di Kabupaten Sampang. Perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui endoparasit dan ektoparasit pada kelelawar
buah di Desa Ketapang Timur, Kabupaten Sampang agar dapat dilakukan pencegahan
penyakit yang melibatkan kelelawar buah sebagai reservoir.

MATERI DAN METODE


Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei observasional dan deskriptif
dengan tujuan untuk mengetahui jenis parasit. Parasit yang didapat, dicatat dan
dideskripsikan sesuai dengan distribusi, yaitu pada bagian ektoparasit dan
endoparasit darah, serta saluran pencernaan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2021 sampai Maret 2021.
Pengambilan sampel endoparasit feses, darah dan sampel ektoparasit, dan
pengambilan spesimen dilakukan di Desa Ketapang Timur, Kabupaten Sampang.
Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Klinik Satwa Sehat Malang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2021.
Sampel dan Besaran Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel feses, darah dan
spesimen ektoparasit yang didapatkan dari kelelawar buah (Cynopterus brachyotis) yang
ada di Desa Ketapang Timur, Kabupaten Sampang. Besaran sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 ekor kelelawar buah.
Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan total
50 sampel feses, 50 sampel darah dan ektoparasit yang didapat dari 50 ekor kelelawar
buah (C. brachyotis) di Desa Ketapang Timur, Kabupaten Sampang. Bahan lain yang
digunakan untuk pemeriksaan endoparasit pencernaan yaitu larutan gula jenuh, aquadest,
air, kalium dikromat (K₂Cr₂O₇) 2%. Bahan yang digunakan pada pemeriksaan darah
yaitu methanol absolut, tabung EDTA, pewarna Giemsa 20%, aquades, oil emersi. Pada
pemeriksaan ektoparasit menggunakan formalin 5%, formalin 10%, alkohol bertingkat
(30%, 50%, 70%, 95% dan 96%), xylol, Canada balsam dan KOH 10%.
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sangkar burung, pot
steril, sendok plastik, pipet Pasteur, gelas pengaduk, object glass, cover glass, sentrifus,
tabung sentrifus, kertas label, timbangan Sartorius, mikroskop, gelas plastik, saringan,
scalpel, blade, sisir kutudan kamera digital, box penyimpanan, stanning jar, tabung
EDTA. Jaring yang digunakan adalah jaring kabut yang memiliki bentang panjang 12
meter dengan lebar 2,5 meter, serta lebar mata jaring (mesh) berukuran 30-32 mm.

Analisis Data

Sampel feses yang didapat dari kelelawar buah (Cynopterus brachyotis) di Desa
Ketapang Timur, Kabupaten Sampang diperiksa secara berurutan dengan metode natif,
sedimentasi dan apung, apabila dalam pemeriksaan ditemukan telur cacing dan
protozoa maka selanjutnya dilakukan identifikasi spesies parasit yang ditemukan.
Sampel darah diperiksa dengan metode ulas darah, apabila dalam pemeriksaan
ditemukan protozoa darah selanjutnya dilakukan identifikasi spesies parasit yang
ditemukan. Spesimen ektoparasit yang ditemukan juga diidentifikasi dengan kunci
identifikasi morfologi menurut Klimpel et al., (2016) dan Taylor et al., (2016). Data yang
diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif.

HASIL
Identifikasi Protozoa Pada Darah, Saluran Pencernaan dan Ektoparasit
Infeksi protozoa dan infeksi ektoparasit pada penelitian ini tergolong infeksi
tunggal, yaitu satu ekor kelelawar buah terinfeksi satu jenis protozoa dan satu jenis
ektoparasit. Pada penelitian ini tidak ditemukan protozoa darah yang menginfeksi
kelelawar buah. Identifikasi pada penelitian ini terbatas pada tingkatan genus yang
diamati dibawah mikroskop berdasarkan morfologi yang disesuaikan dengan
beberapa buku dan jurnal terkait. Tabel 1 menyajikan hasil pemeriksaan protozoa dan
ektoparasit dari 50 ekor kelelawar buah yang diamati.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan protozoa dan ektoparasit kelelawar buah.


Jenis Parasit Jumla Prevalens Kategor Jenis
h i i Kelamin
Eimeria sp. 1 2% Kadang Jantan
Leptocyclopodia ferrarii. 4 8% Kadang Betina

Pada pemeriksaan feses kelelawar buah protozoa yang ditemukan dari saluran
pencernaan kelelawar buah adalah Eimeria sp. pemeriksaan feses kelelawar buah
melalui metode pengapungan didapatkan ookista Eimeria sp. yang telah bersporulasi
dengan tiga sporokista, berbentuk ovoid dan memiliki dinding berbatas jelas. Eimeria
sp. ditemukan pada satu ekor dari 50 ekor kelelawar buah yang diamati, sehingga
prevalensi Eimeria sp. adalah 2% berada pada kategori Occasionally dengan infeksi
kadang. Jumlah Eimeria sp. dalam satu lapang pandang berjumlah 170 ookista.
Gambaran Hasil pengukuran Eimeria sp. perbesaran 400x dapat dilihat pada Gambar
1.

Gambar 1. Eimeria sp. Pada pemeriksaan mikroskopis dengan


perbesaran 400x pada sampel feses kelelawar buah. Keterangan:
SK (Sporokista) dan D (Dinding ookista).

Pada pemeriksaan ektoparasit kelelawar buah yang ditemukan adalah


Leptocyclopodia ferrarii. Pemeriksaan ektoparasit kelelawar buah melalui metode
permanen mounting tanpa pewarnaan didapatkan Leptocyclopodia ferrari dengan ciri-
ciri fisik seperti laba-laba, tubuh yang berbulu, memiliki beberapa ctenidia atau sisir,
tibia ditandai oleh tiga garis berwarna putih dan kepala yang menempel pada thoraks.
Gambar 2. Tampak seluruh tubuh Leptocyclopodia ferrarii
perbesaran 100x. Lingkaran merah: tiga garis putih pada
tibia.

Gambar 3. Morfologi Leptocyclopodia ferrarii perbesaran


400x. A: Ctenidia thoraks, B: Ctenidia
abdominal, C: Kepala.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada 50 ekor kelelawar buah yang diambil dari
sekitar goa di Desa Ketapang Timur, Kabupaten Sampang. Didapatkan satu ekor
kelelawar buah positif Eimeria sp. (2%) dan empat ekor kelelawar buah positif
Leptocyclopodia ferrarii (8%). Sehingga jumlah kelelawar buah yang terinfeksi protozoa
bersifat tunggal sebanyak lima ekor (10%). Jumlah tersebut lebih rendah dari daripada
penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya yakni 15% oleh Gay et al. (2014).

Pada penelitian ini tidak ditemukan protozoa darah yang menginfeksi kelelawar
buah. Tidak ditemukannya protozoa darah tersebut kemungkinan disebabkan karena
perbedaan kondisi wilayah, habitat, umur, makanan, serta perbedaan perilaku antar
spesies. Menurut Wilson and Carpenter (1996) kerentanan hewan terhadap parasit dapat
disebabkan antara lain kapasitas penangkaran, suhu lingkungan, kebersihan, musim,
jumlah parasit, ketersediaan hospes, serta gizi dan usia hospes.

Pada beberapa penelitian kelelawar yang sering terinfeksi protozoa darah merupakan
kelelawar penghisap darah dan kelelawar pemakan serangga. Hal ini dikarenakan
serangga yang dikonsumsi sebelumnya telah terinfeksi oleh parasit, dimana serangga
diketahui bertindak sebagai hospes perantara atau transvektor untuk protozoa
(Adhikari, 2020). Kelelawar penghisap darah adalah kelelawar yang sering terindikasi
terinfeksi protozoa darah serta sebagai host dan vektor terhadap hewan lain yakni di
benua Amerika Selatan dan Amerika Utara (Hoare, 1965). Protozoa darah yang
ditemukan pada kelelawar juga bergantung pada keadaan geografis suatu daerah
apakah merupakan daerah endemis protozoa darah atau tidak.

Penyebaran Eimeria sp. bergantung dengan suhu, kelembaban dan kebersihan


lingkungan. Penelitian ini dilakukan ketika musim hujan dimana suhu lingkungan
rendah dan kelembaban tinggi, sehingga kemungkinan timbul adanya infeksi Eimeria
sp. pada kelelawar buah. Manajemen perawatan dan kebersihan lingkungan tidak
terkontrol karena kelelawar buah yang digunakan merupakan hasil dari tangkapan liar.
Rendahnya prevalensi Eimeria sp. yang berkaitan dengan faktor – faktor seperti suhu,
kelembapan dan manajemen lingkungan diperlukan adanya penyelidikan yang
lebih teliti terhadap Eimeria sp.

Eimeria sp. serta endoparasit pencernaan yang lainnya seperti giardia dan
cryptosporidium lebih banyak ditemukan pada kelelawar pemakan serangga hal ini
beralasan karena beberapa kelelawar pemakan serangga diketahui memangsa serangga
tanah dan memangsa laba-laba sebagai makanannya (Nowak, 1994). Serangga yang
dikonsumsi biasanya seperti lebah, kecoa, kumbang, lalat, belalang, nyamuk, ngengat
dan rayap. Satu dari beberapa serangga ini merupakan vektor untuk cacing atau parasit
protozoa (Adhikari et al., 2020).

Ektoparasit yang paling sering ditemukan pada kelelawar buah adalah


Leptocyclopodia ferrarii. Pada awalnya Leptocyclopodia merupakan submarga dari
Cyclopodia yang kemudian direvisi oleh (Maa, 1975) menjadi marga. Leptocyclopodia
ferrarii merupakan ektoparasit spesifik yang hanya ditemukan pada kelelawar buah
(Olival et al., 2013). Pada penelitian ini ditemukan satu jenis ektoparasit pada satu
spesies kelelawar buah, hal ini sesuai dengan penelitian di Singapura bahwa
Leptocyclopodia ferrarii tercatat sebagai monoxenous yakni hanya ditemukan satu jenis
ektoparasit pada satu spesies kelelawar buah (Lim et al., 2020), namun pada penelitian
di Malaysia tercatat sebagai oligoxenous yakni terdapat lebih dari satu jenis ektoparasit
pada genus yang sama. Perbedaan tersebut berhubungan dengan beragamnya dan
berbedanya ekosistem antar wilayah (Nangoy dkk, 2021).

Pada penelitian ini ektoparasit Leptocyclopodia ferrarii ditemukan pada tubuh


kelelawar bagian punggung. Menurut Iqbal (2014) lokasi pelekatan ektoparasit pada
kelelawar paling banyak ditemukan pada bagian tubuh dengan rambut paling tebal
yakni punggung dan leher. Bagian tubuh dengan rambut paling tebal merupakan
habitat yang menguntungkan bagi ektoparasit. Lokasi tersebut sulit untuk dijangkau
oleh kelelawar melalui perilaku grooming. Rambut yang tebal memberikan
perlindungan yang baik karena ektoparasit dapat mengaitkan tubuhnya dengan lebih
kuat, sehingga tidak terpengaruh pergerakan dan aktivitas kelelawar (Miller, 2014).

Lebih spesifik lagi Leptocyclopodia ferrarii pada penelitian ini seluruhnya ditemukan
pada kelelawar buah betina. Preferensi Leptocyclopodia ferrarii pada kelelawar buah betina
juga dipengaruhi oleh adanya perilaku grooming. Menurut Mille (2014) perilaku
grooming merupakan mekanisme pertahanan terhadap ektoparasit. Meskipun
merupakan mekanisme pertahanan, namun perilaku grooming memiliki beberapa
kerugian, seperti dapat merontokkan rambut dan menguras banyak energi (Hofstede
et al., 2005). Dengan energi yang terbatas kelelawar betina umumnya tidak melakukan
perilaku grooming karena lebih mengalokasikan energinya untuk aktivitas menyusui
dan perawatan anak (Piksa, 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jenis
protozoa dan ektoparasit yang ditemukan pada kelelawar buah adalah Eimeria sp. dan
Leptocyclopodia ferrarii. Jumlah kelelawar buah yang terinfeksi Eimeria sp. sebanyak 1
ekor serta jumlah kelelawar buah yang terinfeksi Leptocyclopodia ferrarii sebanyak 4 ekor.
Saran
Penelitian ini merupakan penelitian dasar berupa sebuah proses identifikasi.
Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah dalam ektoparasit
mengandung protozoa, untuk mengetahui protozoa pada kelelawar buah yang belum
ditemukan, serta diperlukan identifikasi di lokasi lain yang memiliki keragaman jenis
kelelawar lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Adhikari, R. B., Maharjan, M., and Ghimire, T. R. 2020. Prevalence of Gastrointestinal


Parasites in the Frugivorous and the Insectivorous Batsin South central Nepal.
Journal of Parasitology Research, 2020.
Bertola, P., Aires, Favorito, Graciolli, Amaku, and Pinto-da-Rocha. 2005. Bat Flies
(Diptera: Streblidae, Nycteribiidae) Parasitic on Bats (Mammalia: Chiroptera) at
Parque Estadual da Cantareira, Sa˜o Paulo, Brazil: parasitism rates and host- parasite
associations. Mem Inst Oswaldo Cruz 100(1), 25–32. doi:10.1590/S0074
02762005000100005.
Betke, M., Hirsh, D. E., Makris, N. C., McCracken, G. F., Procopio, M., Hristov, N. I., and
Kunz, T. H. (2008). Thermal imaging reveals significantly smaller Brazilian free-
tailed bat colonies than previously estimated. Journal of Mammalogy, 89(1):18-24.
Calisher, C., Childs, Field, Holmes, and Schountz, T. 2006. Bats: Important Reservoir
Hosts of Emerging Viruses. Clin Microbiol Rev. 19(3):531-545.
Damayanti, N. dan Sendow, I. 2015. Ebola: Penyakit Eksotik Zoonosis yang Perlu
Diwaspadai. 25(1):29-38.
Daszak, P., Cunningham, and Hyatt. 2000. Emerging Infectious Diseases of Wildlife–
Threats to Biodiversity and Human Health. Science 287:443–449.
Gay, N., Olival, K.J., Bumrungsri, S., Siriaroonrat, B., Bourgarel, M., and Morand, S.
2014. Parasite and viral species richness of Southeast Asian bats:
fragmentation of areadistribution matters. International Journal for
Parasitology: Parasites and Wildlife, 3(2):161-170.
Hanafiah, M., H. D. Alfiansyah, dan A. Sayuti. 2018. Identifikasi Parasit pada Biawak Air
(Varanus salvator). Jurnal Sains Veteriner. 36(1):24-31.
Hoare, C. A. 1965. Vampire bats as vectors and hosts of equine and bovine trypanosomes.
Actatropica, 22(3):20 4-16.
Hofstede, H.M., and Fenton, M.B. (2005). Relationships between roost preferences,
ectoparasite density, and grooming behaviour of neotropical bats. Journal of
Zoology,266(4):333-340.
Iqbal, H.P. 2014. Hubungan Inang- Ektoparasit Pada Kelelawar Pemakan Buah Di
Kampus Universitas Indonesia, Depok.
Klimpel, S., and Mehlhorn, H. 2016. Bats (Chiroptera) as vectors of diseases and
parasites. Springer-Verlag Berlin An. 25-131
Kruse, H., Kirkemo, and Handeland. 2004. Wildlife as Source of Zoonotic Infections.
Emerging Infectious Diseases. 10(2):2067-2072.
Lim, Z. X., Hitch, A. T., Lee, B. P. H., Low,
D. H., Neves, E. S., Borthwick, S. A., and Mendenhall, I. H. 2020. Ecology of bat
flies in Singapore: A study on the diversity, infestation bias and host specificity
(Diptera: Nycteribiidae). International Journal for Parasitology: Parasites and
Wildlife, 12:29-33.
Luis, A. D., Hayman, D. T., O'Shea, T. J., Cryan, P. M., Gilbert, A. T., Pulliam, J. R.,
and Webb, C. T. 2015. A comparison of bats and rodents as reservoirs of
zoonotic viruses: are bats special. Proceedings of the Royal Society B: Biological
Sciences, 280(1756).
Maa, T.C. 1975. On new Diptera Pupipara from the oriental region. Pacific Insects, 16:
465-486.

Miller, C. 2014. Host specificity and ectoparasite load of batflies in Utila, Honduras.
Nangoy, M., Ransaleleh, T., Lengkong, H., Koneri, R., Latinne, A., and Kyes,
R.C. 2021. Diversity of fruit bats (Pteropodidae) and their ectoparasites in Batuputih
Nature Tourism Park, Sulawesi, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological
Diversity, 22(6).
Nowak, R.M., and Walker, E.P. 1994. Walker's bats of the world. JHU Press.
Olival, K. J., Dick, C. W., Simmons, N. B., Morales, J. C., Melnick, D. J., Dittmar, K., and
DeSalle, R. 2013. Lack of population genetic structure and host specificity in the
batfly, \Cyclopodia horsfieldi, across species of Pteropus bats in Southeast Asia.
Parasites &Vectors,6(1):1-18.
Pierson, E., and Rainey. 1992. The Biology of Flying Foxes of the Genus Pteropus: a
review. In: Pacific Island Flying Foxes: Proceedings of an International
Conservation Conference (eds. D.E. Wilson and
G.L. Graham). 1-17.
Piksa, K., Skwarek, M., and Siuda, K. 2011. Argasid and spinturnicid mite load on
swarming bats in the Tatra mountains, Poland. Folia parasitologica, 58(4),322.
Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Cetakan Pertama.Puslitbang Biologi –
LIPI. Bogor.
Tan, K., Zubaid, and Kunz. 1998. Food Habits of Cynopterus brachyotis (Muller)
(Chiroptera: Pteropodidae) in Peninsular Malaysia. Journal of Tropical Ecology.
14:299–307.
Taylor, M., Coop., and Wall. 2016. Veterinary Parasitology. 4th Edition. Blackwell
Publishing. UK. 853-886.
Wilson, S. C., and Carpenter, J. W. 1996. Endoparasitic diseases of reptiles. In Seminars
in Avian and Exotic Pet Medicine Vol. 2, No. 5:64-74

You might also like