887-Research Results-4589-1-10-20210411

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan

Volume 12 No. 1, April 2021


ISSN:2086-3861
E-ISSN: 2503-2283

Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa Oreochromis sp.


Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta
Optimization of The Breeding Process on Nilasa Red Tilapia Fish Oreochromis niloticus at WUFA
Cangkringan, Yogyakarta

Andri Iskandar1)*, Riza Septyanigar Islamay1, Yudi Kasmono2


1)Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Sekolah.Vokasi, Institut
Pertanian Bogor
2)Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan, Balai Pengembangan Teknologi Perikanan

Budidaya (BPTPB) Yogyakarta

Penulis korespondensi: Email : [email protected]

(Diterima September 2020/ Disetujui Maret 2021)

ABSTRACT
The aim of this study was to evaluate the optimization of Nilasa red tilapia fish Oreochromis sp.
breeding process at Work Unit Freshwater Aquaculture (WUFA) Cangkringan, Technology
Development Center of Fisheries (TDCOF) Yogyakarta. Nilasa red tilapia fish is one of the
commodities that has advantages, including respond to artificial feed, grow fast, can live with high
density and resistance to disease. WUFA Cangkringan was one of the government fisheries unit
which develop nilasa red tilapia fish. The hatchery activities were including maintenance of the
parentstock, spawning, larval rearing, harvesting and post harvests. Nilasa red tilapia fish was a
test fish that used at the WUFA Cangkringan from red tilapia study and released under the name
Nilasa in 2012, start from 1st generation (F-0) to the 5th generation (F-4) in the program selection.
The survival rate resulting from the hatchery activities with seed 2-3 cm was 80% and the seed was
sold at Rp50/ fish. The profit obtained Rp150 699 688/ year, R/C ratio 1,34 and payback period 9
month.
Key word: nilasa red tilapia fish, breeding process, survival rate

ABSTRAK
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi optimalisasi pembenihan ikan nila merah nilasa
Oreochromis sp. di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan, Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Yogyakarta. Ikan nila merah nilasa merupakan salah satu
komoditas air tawar yang memiliki keunggulan seperti dapat merespon terhadap pakan buatan,
pertumbuhan cepat, dapat hidup dalam kondisi kepadatan tinggi dan tahan terhadap penyakit.
UKBAT Cangkringan menjadi satu-satunya instansi yang berhasil membudidayakan ikan nila
merah strain nilasa. Kegiatan pembenihan meliputi pemeliharaan induk, pemijahan induk,
pemeliharaan larva, pemanenan dan penanganan pasca panen. Ikan nila merah nilasa
Oreochromis niloticus merupakan ikan uji yang digunakan dalam penelitian ikan nila merah
“Cangkringan” (yang dirilis dengan nama Nilasa pada tahun 2012) mulai dari generasi 1 (F-0)
hingga generasi ke-5 (F-4) dalam program seleksi di UKBAT Cangkringan, BPTPB Yogyakarta.
Persentase kelangsungan hidup rata-rata benih yang dipelihara dari kegiatan pembenihan yaitu
benih berukuran 2-3 cm adalah 80% dan dijual seharga Rp50/ ekor. Keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp150 699 688/tahun, R/C ratio 1,34 dan payback period 9 bulan.
Kata kunci: ikan nila merah nilasa, pembenihan, tingkat kelangsungan hidup.

To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

29
PENDAHULUAN
Budidaya ikan nila di Indonesia telah banyak mengalami peningkatan dengan munculnya beberapa
strain ikan nila hasil pemuliaan. Salah satu jenis ikan nila yang cukup berkembang di Indonesia
yakni ikan nila merah nilasa Oreochromis sp.. Ikan nila merah nilasa merupakan ikan hibrida hasil
persilangan yang terdiri dari 16 kombinasi yang digabung menjadi populasi sintetik (Rahman dan
Arif 2012).
Ikan nila merah Oreochromis sp., merupakan genus ikan yang dapat hidup dalam kondisi
lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air yang rendah. Ikan nila merah
menjadi komoditas ekspor pengganti ikan laut red sea bream Chrysophrys major, disukai oleh
konsumen dunia karena memiliki warna daging yang menarik, lezat rasanya dan tidak memiliki duri
antar muskular (Nugroho et al., 2014). Guna meningkatkan performa produksi ikan nila, pada
tahun 2012 dilakukan studi ikan nila merah “Cangkringan” dalam program seleksi di UKBAT
Cangkringan, Yogyakarta yang selanjutnya dihasilkan varian baru yang dirilis dengan nama Nilasa,
mulai dari generasi 1 (F-0) hingga generasi ke-5 (F-4). Program seleksi yang dilakukan adalah
seleksi individu. Kegiatan diawali dengan pembentukan populasi sintetik dengan
mengawinsilangkan empat strain ikan nila merah sebagai bahan populasi yaitu, ikan nila Citralada,
Filipina, Nifi dan Singapura. Seleksi dilakukan dengan memilih 10% populasi terbaik pada ikan
yang telah mencapai ukuran konsumsi pada setiap generasi (Nugroho et al., 2014).
Secara umum, produksi pada sektor perikanan khususnya ikan nila tercatat mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut KKP (2018), produksi ikan nila tahun 2016 sebesar
1.114.156 ton, tahun 2017 dan 2018 produksi ikan nila kembali meningkat dengan jumlah masing-
masing sebesar 1.265.201 ton dan 1.169.144 ton. Tingginya volume ekspor tersebut merupakan
peluang yang bisa dimanfaatkan para stakeholder terkait dengan pengembangan alternatif-
alternatif komoditas sejenis agar lebih bervariasi dan dapat semakin mendongkrak perkembangan
budidaya ikan di Indonesia. Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi optimalisasi pembenihan ikan
nila merah nilasa Oreochromis sp. di UKBAT Cangkringan, BPTPB Yogyakarta dengan mengaji
teknik dan metode pembenihan ikan nila nilasa agar diperoleh gambaran dan informasi teknis
untuk bisa dijadikan sebagai referensi para pembudidaya ikan dalam upaya pengembangan usaha
perikanan budidaya, khususnya ikan nila sehingga pada akhirnya akan memperbaiki
kesejahteraan.
METODE
Kegiatan studi dilaksanakan di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan, Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Yogyakarta, selama 3 bulan mulai 6
Januari 2020 hingga 6 April 2020.
Metode kerja yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Iskandar (2020), metode
deskriptif adalah sebuah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginter-pretasi
objek sesuai dengan apa adanya. Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah
dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara), melalui wawancara, observasi,
partisipasi aktif maupun memakai instrumen pengukuran yang khusus sesuai dengan tujuan
(Dwiyana, 2019). Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang telah diolah untuk
menunjang kegiatan melalui pihak-pihak lain yang ada hubungannya dengan analisis (Dwiyana,
2019).
Pengumpulan data yang diamati dalam kegiatan studi meliputi persentase pembuahan, derajat
penetasan telur dan tingkat kelangsungan hidup larva. Pengukuran kualitas air meliputi suhu,
derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO) dilakukan setiap hari selama pemeliharaan untuk
mengetahui pengaruh lingkungan pemeliharaan terhadap hewan uji. Persentase pembuahan,
derajat penetasan telur dan tingkat kelangsungan hidup ikan yang diamati, dihitung dengan
menggunakan rumus:

To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

30
Persentase Pembuahan
Persentase telur yang dibuahi; Fertilisation Rate (FR) menggunakan rumus:

Derajat Penetasan Telur


Persentase Derajat penetasan telur yang dihasilkan (Hatching Rate; HR) menggunakan rumus:

Tingkat Kelangsungan Hidup


Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) larva dihitung menggunakan rumus:
SR =

SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)


Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharan (ekor)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan kegiatan meliputi teknik pemeliharaan induk, pemijahan induk, pemanenan dan
penetasan telur, pemanenan larva, pemeliharaan larva, pemanenan dan pengemasan benih.
Seluruh kegiatan tersebut dikontrol agar panen yang didapatkan optimal.
Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan induk adalah kolam semi permanen (dinding kolam
terbuat dari beton, dasar kolam berupa tanah), berbentuk persegi dengan luas 400 m2 berjumlah 4
unit. Persiapan kolam diawali dengan pengeringan selama 2 sampai 3 hari bertujuan untuk
mengoksidasi bahan organik yang terkandung di dalam tanah menjadi mineral atau hara (Prihatini,
2014). Bagian tanah dasar kolam dicangkul dengan kedalaman 5-10 cm bertujuan untuk
membolak-balik struktur tanah sehingga dapat mengurangi kandungan bahan organik yang
terperangkap di dalam tanah dasar kolam, serta untuk meninggikan pematang dan menutup
kebocoran pada pematang (Salsabila dan Suprapto, 2018).
Kegiatan selanjutnya yaitu pengapuran menggunakan kapur tohor (CaO) dosis 50 g/m2 yang
dilakukan dengan cara menebarkan CaO ke seluruh dasar kolam hingga merata. Pengapuran
kolam bertujuan untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) tanah dan air sekaligus
memberantas hama penyakit dalam kolam pemeliharaan ikan nila merah nilasa (Marie et al.,
2018). Proses berikutnya adalah pemupukan kolam menggunakan pupuk kandang berupa kotoran
burung puyuh sebanyak dosis 250 g/m2. Pupuk ditebarkan secara manual ke setiap sudut dan sisi
kolam untuk menumbuhkan pakan alami di dalam kolam pemeliharaan setelah kolam diisi air
(Salsabila dan Suprapto 2018). Kualitas air di dalam kolam pemeliharaan diukur dan dipantau
secara berkala meliputi pengukuran suhu, keasaman air (pH) serta kandungan oksigen terlarut di
dalam air (DO). Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 1.

To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

31
Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas air pemeliharaan induk
Parameter Satuan Rata-rata Standar Baku
Suhu °C 26,1-29,2 25-30
pH - 7,0-8,0 6,5-8,5
DO Mg/L 3,5-5,4 3,0-5,0

Seleksi Induk
Calon induk yang diseleksi berasal dari stok induk yang ada di UKBAT Cangkringan. Menurut
Sumarni (2018), seleksi induk bertujuan untuk memilih induk yang memiliki kualitas baik untuk
dipijahkan, sehingga dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas telur yang baik. Induk diseleksi
secara manual dengan visualisasi melalui perbedaan bentuk tubuh, organ genital, warna tubuh
ikan jantan dan ikan betina serta pemeriksaan kesehatan ikan yang diseleksi. Bobot induk betina
berkisar 300-400 g/ekor, sedangkan bobot induk jantan berkisar 400-500 g/ekor. Perbedaan induk
nila merah nilasa jantan dan betina dapat dilihat dari morfologisnya yaitu ukuran tubuh, jumlah
lubang pada bagian anal dan warna tubuh induk. Ciri-ciri induk jantan (Gambar 1a) memiliki
bentuk tubuh besar dan membulat, warna tubuh lebih cerah, organ genital berupa tonjolan kecil
dan meruncing, serta mulut lebih lebar. Ada pun ciri-ciri induk betina (Gambar 1b) memiliki bentuk
tubuh lebih kecil dan memanjang, warna tubuh pudar, organ genital berbentuk cekung, serta mulut
lebih kecil.

Gambar 1. Seleksi induk: (a) induk jantan, (b) induk betina


Selama proses pemeliharaan, induk diberikan pakan buatan komersial berbentuk pelet terapung
berdiameter 3-4 mm dan memiliki kandungan protein 32-34% (Apriani et al., 2019), dan nutrisi
pakan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan nutrisi pakan induk

Kandungan Kadar
Protein 32-34%
Lemak 6%
Serat Kasar 4,3
Abu 11
Kandungan Air 12%
Sumber: label kemasan pakan
Metode pemberian pakan secara restricted dengan FR 1-3%. Frekuensi pemberian pakan 2 kali
sehari pada pagi hari pukul 09.00 dan sore hari pukul 15.00. Pemberian pakan dilakukan secara
manual yakni, menebarkan pakan di dekat saluran inlet pada kolam pemeliharaan dengan
menggunakan alat bantu berupa piring atau gayung. Tujuan pemberian pakan yang ditebar di
salah satu titik dekat saluran inlet pada kolam adalah karena ikan nila merah nilasa berkumpul di
titik tersebut (Hidayat et al., 2019).
Penebaran dan Pemijahan Induk
Induk yang telah diseleksi kemudian dilepas ke dalam kolam pemijahan dengan tingkat kepadatan
tebar 1 ekor/ m2 (SNI 6141:2009). Penebaran induk dilakukan pada pagi hari untuk menghindari
To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

32
suhu terlalu tinggi yang akan mengakibatkan stres pada induk (Sumarni, 2018; Hidayat, 2018).
Pemijahan ikan nila merah nilasa di UKBAT Cangkringan dilakukan secara alami yaitu dengan
menempatkan induk jantan dan betina di dalam satu unit kolam pemijahan. Ikan nila merah nilasa
bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis (Sumarni, 2018). Pemijahan ikan dilakukan secara
massal dan pasangan dengan perbandingan 1:3. Pemijahan alami diawali dengan induk jantan
membuat sarang pemijahan berdiameter 30-50 cm (Gambar 2), selanjutnya induk betina akan
mendiami sarang yang telah dibuat oleh induk jantan sampai induk jantan menghampiri induk
betina dan terjadi proses pemijahan (induk betina mengeluarkan telur dan induk jantan
mengeluarkan sperma). Proses pemijahan ikan nila merah nilasa berlangsung sangat cepat.
Menurut Sumarni (2018), dalam waktu 50 sampai 60 detik ikan betina mampu menghasilkan 20-40
butir telur yang telah dibuahi. Pemijahan ikan nila merah nilasa terjadi beberapa tahap dengan
pasangan yang sama atau berbeda. Selanjutnya, telur akan dierami di dalam mulut induk betina.
Induk betina bersifat mouth breeder (mengerami telur di dalam mulut). Induk betina yang sedang
mengerami telur akan terlihat membesar pada bagian mulutnya (Sumarni 2018).

Gambar 2. Sarang pemijahan

Panen dan Penetasan Telur


Pemanenan telur dilakukan secara berkala dengan memeriksa keberadaan telur di dalam mulut
induk setiap harinya (Gambar 3). Induk yang sedang mengerami telur ditimbang untuk mengetahui
bobot induk betina sebelum dilakukan pemanenan telur. Langkah selanjutnya setelah pemanenan
telur yakni, inkubasi telur ke dalam wadah berupa baskom plastik berdiameter 30 cm dengan
ketinggian air 50% dari volume wadah dan diberi aerasi. Pemeriksaan telur yang menetas
dilakukan secara berkala. Menurut Nainggolan et al. (2015), telur nila yang dibuahi akan nampak
transparan dan terjadi perkembangan embrio, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih
keruh dan tidak mengalami perkembangan embrio pada jam 12 setelah pembuahan.
Telur akan menetas menjadi larva setelah diinkubasi selama 48 jam. Larva selanjutnya
dipindahkan ke dalam wadah berukuran 2 m2 dengan ketinggian air 60 cm. Pemeliharaan larva
dilakukan selama 21 hari. Fekunditas yang diperoleh dari satu ekor induk nila merah nilasa
sebanyak 1.589 butir dengan FR 95% dan HR 76,7%. Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa
diameter telur berkisar antara 1,75 mm-2,47 mm dengan bobot per butir 1,63 mg. Berdasarkan
KEPMEN KP Nomor KEP.47/MEN/2012, jumlah rata-rata telur per individu induk mencapai 1.773
butir, FR 91,73% dan HR 81,55%.

To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

33
Gambar 3. Pemanenan telur: (a) pemanenan telur, (b) telur pada mulut induk

Pemanenan Larva
Larva dipanen pada pagi hari pukul 10.00 dan ketinggian matahari berkisar lebih dari 45°,
sehingga memudahkan dalam pemanenan serta mengurangi tingkat stres pada larva (Tiani dan
Narayana, 2018). Pemanenan larva dilakukan dengan mengamati lokasi berkumpulnya larva yang
dapat dilihat dari permukaan kolam pemijahan dengan menyerok larva secara manual
menggunakan waring/ seser. Pemanenan larva dilakukan setiap hari di kolam pemijahan yang
sama. Jumlah larva yang diperoleh pada satu unit kolam pemijahan sebanyak 30.000-50.000
ekor.
Larva yang telah dipanen, dipindahkan ke dalam hapa dengan mata jaring berukuran 2-3 mm.
Fungsi hapa penampungan larva untuk wadah sortasi karena ukuran larva yang dipanen tidak
seragam dengan lama penampungan maksimal selama 5 hari.
Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva merupakan hal yang penting dalam pembenihan ikan karena mortalitas tinggi.
Larva merupakan fase yang paling kritis dalam siklus hidup ikan. Larva yang telah menetas,
kehidupan sepenuhnya bergantung pada sumber makanan atau cadangan energi yang telah
disiapkan induknya. Sumber makanan yang diberikan pada larva berupa pakan tenggelam
berdiameter kurang dari 0,4 mm dengan kadar protein 38-40%. Pakan tersebut diberikan ke larva
dalam bentuk pasta yang diracik secara manual yakni mencampurkan pakan tepung dengan air.
Pemberian pakan menggunakan metode at satiation dengan total pakan rata-rata 1 kg/hari.
Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 09.00, siang hari pukul 12.00
dan sore hari pukul 15.00.
Pengukuran kualitas air pada kolam pemeliharaan larva dilakukan setiap harinya pada pagi dan
sore hari. Rata-rata hasil pengukuran kualitas air pada wadah pemeliharaan larva suhu 27°C-31°C,
pH 7,0-7,8 dan DO 5-6,2 mg/L. Menurut Suyanto (2011), pertumbuhan optimal pada larva nila
berada pada kisaran suhu 25°C-33°C, pH 6,0-8,5 dan DO 4-7 mg/L. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kualitas air pada media pemeliharaan tergolong baik, sehingga larva tidak mudah terserang
penyakit, stres dan tingkat pertumbuhannya tinggi.
Kegiatan sampling dilakukan pada awal penebaran larva dan pada masa pemeliharaan. Sampling
pada masa pemeliharaan dilakukan setiap minggu sekali sebanyak tiga kali pengulangan.
Sampling dilakukan pada pagi hari agar menghindari suhu air kolam yang panas akibat pengaruh
sinar matahari (Kurnia et al., 2017). Proses penangkapan larva untuk sampling dapat dilakukan
dengan cara manual yakni menebar pakan secukupnya untuk memancing larva muncul ke
permukaan kolam, kemudian menangkapnya dengan alat bantu berupa jaring berdiameter 2-3
mm. Jumlah larva pada saat sampling sebanyak 30 ekor. Parameter sampling yang diukur adalah
panjang dan bobot. Rata-rata hasil sampling larva nila merah nilasa didapatkan nilai pertambahan
To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

34
panjang 1,3 cm dan 0,910 g/hari (Gambar 4). Selama masa pemeliharaan sampai dengan panen,
persentase tingkat kelangsungan hidup (SR) sebesar 80%.

Gambar 4. Rata-rata pertumbuhan panjang larva ikan nila nilasa


Pemanenan dan Pengemasan Benih
Pemanenan benih dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 21 hari dengan output panen
berupa benih berukuran 2-3 cm/ekor. Benih yang akan dipanen, diberok selama 24 jam sebelum
hari pemanenan. Pemanenan dilakukan pada pagi hari untuk menghindari stres dan kematian
pada ikan (Setiawan, 2017). Prosedur pemanenan dimulai dengan menyurutkan air kolam dengan
cara membuka saluran outlet dan menutup saluran inlet. Setelah volume air berkurang, benih
dapat ditangkap secara manual dengan alat bantu berupa waring/ seser, kemudian ditampung ke
dalam krembeng’ (drum galon yang telah dipotong pada bagian atasnya) yang telah diisi air
sebanyak 20-30 L setiap krembeng’.
Benih selanjutnya diangkut dan ditampung didalam kolam penampung yang berfungsi sebagai
tempat penampungan ikan sementara sebelum dikemas. Kegiatan pengemasan benih di UKBAT
Cangkringan adalah pengemasan tertutup menggunakan plastik kemas berukuran 80 cm x 50 cm
dengan kepadatan 200-300 ekor/plastik, perbandingan air dan oksigen 1:2. Benih dijual dengan
harga Rp50,00/ekor. Penjualan dilakukan secara langsung dengan cara pembeli datang ke
UKBAT Cangkringan atau melakukan pemesanan via telepon.
Analisa Usaha
Pada tahun pertama produksi di segmen pembenihan diperlukan induk sebanyak 18 paket. Satu
paket ikan nila merah nilasa berisi 400 induk dengan perbandingan 100 ekor induk jantan dan 300
ekor induk betina. Berdasarkan hasil produksi benih selama studi, diperoleh persentase derajat
penetasan telur sebesar 76,7%, dengan SR 80%. Berdasarkan kondisi induk yang ada (18 paket),
mampu diproduksi benih ikan nila merah nilasa sebanyak 11.940.240 ekor, berukuran 2-3 cm
setiap tahunnya. Benih tersebut dijual dengan harga Rp50,00/ekor. Dalam studi ini, diperoleh
perhitungan analisa usaha yang disajikan pada Tabel 3.

To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

35
Tabel 3. Analisa usaha kegiatan pembenihan ikan nila merah nilasa
No Komponen Analisa Usaha Pembenihan
1 Biaya Investasi Rp113.568.000,00
2 Biaya Total (TC) Rp446.312.312,00
3 Penerimaan (TR) Rp597.012.000,00
4 Keuntungan Rp150.699.688,00
5 R/C Ratio 1,34
6 BEP Unit 7.686.422 ekor/tahun
7 BEP Rupiah Rp384.321.105,00
8 Harga Pokok Produksi (HPP) Rp37,00/ekor
9 Payback Period (PP) 9

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai produksi yang optimal dari
kegiatan pembenihan pada tahun pertama produksi diperlukan ketersediaan induk sebanyak 18
paket. Dari hasil pemijahan induk ikan nilasa, diperoleh jumlah fekunditas telur rata-rata sebanyak
1.589 butir per ekor induk, dengan FR rata-rata 95% dan HR rata-rata 76,7%. Persentase tingkat
kelangsungan hidup larva yang diperoleh rata-rata sebesar 80%. Berdasar pengamatan,
kapasitas produksi di lokasi studi mampu menghasilkan benih ikan nila merah nilasa sebanyak
11.940.240 ekor berukuran 2-3 cm setiap tahunnya. Benih tersebut dijual dengan harga
Rp50,00/ekor. Hasil perhitungan analisa usaha didapatkan keuntungan sebesar
Rp150.699.688,00/tahun, R/C Rasio 1,34, payback periode (PP) selama 9 bulan, break event point
(BEP) Rp384.321.105,00, BEP unit 7.686.422 ekor, dan harga pokok produksi (HPP) Rp37/ekor.

DAFTAR PUSTAKA

Amri K, Khairuman. 2005. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta (ID): PT. Agromedia Pustaka

Apriani, F., Prasetiyono, E., & Syaputra, D. 2019. Performa Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) Dengan Pemberian Pakan Komersil yang Ditambahkan Tepung
Daun Gamal (Gliricidia sepium) Terfermentasi. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 10(2), 57-
65.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI-01-6141-2009. Produksi Benih Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Bogor (ID): BSN.

Dwiyana I M A. 2019. Analisis trend pada koperasi PRIMKOPPOS (Primer Koperasi Pegawai Pos)
periode 2012-2015. Jurnal Akuntansi Profesi. 10(1):1-6.

Hidayat, A. 2018. Potensi Pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Kolam Air Deras Di
Daerah Irigasi Banjaran, Purwokerto, Jawa Tengah. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 9(1),
12-17.

Hidayat, K. W., Prabowo, D. G., & Amelia, D. 2019. Natural Breeding of Snakehead Fish (Channa
striata) On Concrete Ponds in Cangkringan Center for Aquaculture Technology Development
Special Region of Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 10(2), 83-93.

Iskandar S M. 2020. Metode Deskriptif. Bandung (ID): Repository Unikom.

To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

36
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor KEP.47/MEN/2012 tentang Pelepasan Ikan Nila Merah Nilasa. Jakarta (ID): KKP.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2018. Satu Data Kementerian Kelautan dan
Perikanan Produksi Nasional Perikanan Budidaya Tahun 2018. Jakarta 2018 [internet].
[diunduh pada tanggal 10 Juli 2020]. Terdapat pada:
https://satudata.kkp.go.id/dashboardproduksi.

Kurnia R, Widyorini N, Solichin A. 2017. Analisis kompetisi makanan antara ikan tawes
(Barbonymus gonionotus), ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan nila
(Oreochromis niloticus) di perairan Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Jurnal
Manajemen Sumberdaya Perairan. 6(4):515-524.

Marie R, Syukron M A, Rahardjo S S P. 2018. Teknik pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus)
dengan pemberian pakan limbah roti. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 5(1):1–6.

Mulkan M, Rahimi S A E, Dewiyanti I. 2017. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila
gesit (Oreochromis niloticus) pada sistem akuaponik dengan jenis tanaman yang berbeda.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan. 2(1):183-193.

Nainggolan. 2015. Penambahan madu dalam pengenceran sperma untuk motilitas spermatozoa,
fertilisasi dan daya tetas telur ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Budidaya Perairan.
3(1):131-140.

Nugroho E, Rustadi, Priyanto D, Sulistyo H, Susila, Sunaryo, Wasito B. 2014. Penurunan


keragaman genetik pada F-4 ikan nila merah “Cangkringan” hasil pemuliaan dideteksi
dengan marker genetik. Jurnal Riset Akuakultur. 9(1):25-30.

Nugroho E. 2017. Panen Nila 500 gram per Ekor. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Prihatini E S. 2014. Manajemen Kualitas Air Pada Pembesaran Ikan Nila Salin (Oreochromis
aureus X niloticus) di Instalasi Budidaya Air Payau Kabupaten Lamongan. Jawa Timur (ID):
Grouper Faperik.

Salsabila M, Suprapto H. 2018. Teknik pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus) di Instalasi
Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. Jurnal Akuakultur dan Kesehatan Ikan. 7(3):118–
123.

Setiawan A. 2017. Manajemen pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus) di Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Perikanan. 3(1):15-
26.

Suhardi, Sapriansyah A, Triyanto D. 2018. Sistem penyortir dan penghitung bibit ikan nila merah
menggunakan arduino dan website. Jurnal Komputer dan Aplikasi. 6(2):1-12.

Sumarni. 2018. Penerapan fungsi manajemen perencanaan pembenihan ikan nila (Oreochromis
niloticus) untuk menghasilkan benih ikan yang berkualitas. Jurnal Galung Tropika. 7(3):175–
183.

Suyanto S R. 2011. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Tiani, Narayana Y. 2018. Teknik pemeliharaan larva ikan nila Genetically Male Tilapia GMT
(Oreochromis niloticus) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT)
Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Pengetahuan dan Teknologi. 1(2):52-62.

To Cite this Paper: Iskandar, A., Islamay, R, S., Kasmono, Y. 2021. Optimalisasi Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa oreochromis
sp. Di Ukbat Cangkringan, Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12 (1) : 29-37.
Journal Homepage: https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI

37

You might also like