Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Luka Dekubitus Akibat Penggunaan Alat Medis Di Ruang Picu
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Luka Dekubitus Akibat Penggunaan Alat Medis Di Ruang Picu
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Luka Dekubitus Akibat Penggunaan Alat Medis Di Ruang Picu
Rini Angriani
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar
Telp. 082194084287
Email: [email protected]
sebanyak 219 anak masuk ruang PICU dalam leher dan lutut, tergantung alat medis yang
kurun waktu Januari-Juni 2013 (Sari, Iriani, & digunakan (Fletcher J. , 2012). Maka kejadian
Tjekyan, 2013). Sedangkan di RS Dr. Wahidin MDRPI bisa terjadi pada setiap pasien yang
Sudirohusodo Makassar sebanyak 599 pasien di menggunakan alat medis secara terus-menerus
rawat di Picu selama Januari-Desember 2017, dan dalam jangka waktu yang lama.
dan sebanyak 318 pasien dalam kurun waktu Prevalensi kejadian MDRPI relatif
Januari-Juni 2018, dengan rata-rata LOS masih terbatas. Dalam penelitian sebelumnya
(Length Of Stay) 7 hari. Dapat dilihat bahwa melaporkan sebanyak 1.631 (9,1%) dari 86.932
jumlah pasien yang di rawat di ruang PICU pasien yang menderita dekubitus (Kayser,
semakin meningkat. VanGilder, Ayello, & Lachenbruch, 2018).
PICU merupakan tempat khusus untuk Lokasi yang paling umum adalah telinga (20%),
manajemen anak-anak dengan penyakit serius diikuti oleh daerah sakral/tulang ekor, tumit,
dan berat (Ghaffari, Abbaskhanian, & Nazari, dan bokong. Pada tahun 2010, Black dkk.
2014). Penyakit kritis menyiratkan perlunya melakukan analisis sekunder terhadap delapan
perangkat medis baik invasif maupun non- kejadian triwulanan dan studi prevalensi pada
invasif yang memerlukan monitoring dan 2.079 pasien pusat medis akademis
perawatan yang lebih intens (Kudchadkar, Midwestern. Insiden luka dekubitus secara
Beers, Ascenzi, Jastaniah, & Punjabi, 2016). keseluruhan adalah 5,4%, dengan MDRPI
Sehingga penggunaan berbagai alat/ perangkat terjadi di 14 area tubuh, didominasi di telinga
medis di ruang PICU sangat dibutuhkan. (35%) dan kaki bagian bawah (11%) dan juga
Medical Devices/perangkat medis melaporkan bahwa pasien dengan alat medis
ditempatkan untuk berbagai indikasi mulai dari 2,4 kali lebih mungkin untuk mengalami luka
pencegahan (misalnya, sequential compression) dekubitus (Black, Cuddigan, Walko, Didier,
untuk pengobatan atau terapeutik (misalnya, Lander, & Kelpe, 2010).
tubing, drain bedah, enteral feeding tubes, Penelitian lain melaporkan prevalensi
endotracheal intubation tubes) dan untuk MDRPI dalam perawatan akut jangka panjang
diagnostik (misalnya tensimeter, termometer) pada 304 fasilitas yang diperoleh luka
(Makic, 2015). Kekakuan dan inelastisitas dekubitus; 44% berasal dari alat kesehatan. Di
perangkat medis ditambah dengan kesulitan antaranya, 14% ulkus terjadi pada stadium 1,
dalam menyesuaikan dan mengamankannya 50% adalah tahap 2, dan 36% adalah tahap 3
menempatkan kulit di bawah perangkat berisiko pressure ulcer(Long, Ayer, & Borchert, 2017).
terkena iritasi, tekanan, dan kerusakan. Apold dan Rydrych menganalisis 255 pasien
Kelembapan dari sekresi, drainase, dan/atau pressure injury (Stage 3, Stage 4, atau
diaforesis di dekat perangkat dapat membuat unstageable), melaporkan bahwa hanya di
kulit lebih rentan terhadap cedera (Black, bawah sepertiga (29%) dari pressure injury
Cuddigan, Walko, Didier, Lander, & Kelpe, terkait dengan perangkat medis. Jenis perangkat
2010).Maka penggunaan perangkat medis dapat yang terkait dengan pengembangan MDRPI
juga menyebabkan cedera kulit dan jaringan adalah cervical collar (22%), jenis immobilizer
seperti luka dekubitus. (17%), tabung oksigen (13%), stoking atau
Cedera kulit dan jaringan yang sepatu bot (12%), dan nasogastrik tube ( 8%)
diakibatkan oleh penggunaan alat medis yang (Apold & Rydrych, 2012). Sehingga
dikenal dengan istilah Medical Device Related disimpulkan bahwa prevalensi MDRPI masih
Pressure Injury (MDRPI) (Black & Kalowes, cukup tinggi.
Medical device-related pressure ulcers, 2016). Kejadian MDRPI terjadi lebih cepat
National Pressure Ulcer Advisory Panel pada anak-anak dan neonatal karena kulitnya
(NPUAP) mendefinisikan MDRPI sebagai lebih intoleran dan belum matang secara
ulkus tekanan yang diakibatkan oleh fisiologis. Selain itu, semua bayi, anak-anak
penggunaan perangkat/alat yang dirancang dan dan remaja yang sakit akut dan mengalami
diterapkan untuk keperluan diagnostik atau imobilitas berisiko mengalami luka dekubitus
terapeutik (NPUAP, 2013). Tekanan ulkus yang (Schober-Flores, 2012). Tingkat prevalensi luka
dihasilkan umumnya sesuai dengan pola atau dekubitus yang dilaporkan pada bayi, anak-
bentuk perangkat. Luka yang terjadi bukan pada anak dan remaja di perawatan akut berkisar
area seperti pada luka dekubitus umumnya. Hal antara 7% sampai 17% yang meningkat
ini bisa terjadi pada uretra, telinga, punggung, menjadi 27% untuk yang mengalami sakit kritis
dan mendapatkan perawatan intensif. Selain terkelupas, dan mengalami gangguan kulit
kerusakan jaringan terkait dengan imobilitas, (Blume-Peytavi, et al., 2016). Sehingga faktor
sekitar 50% luka dekubitus pada bayi, anak- risiko terjadinya MDRPI pada anak lebih besar
anak dan remaja berhubungan dengan terjadi.
penggunaan perangkat medis yang menekan Terjadinya perlukaan pada kulit tentu
atau menggosok pada kulit mereka (Murray, mempunyai dampak buruk, terutama pada anak.
Noonan, Quigley, & Curley, 2013). Pada tahun Hal yang bisa dialami pasien yang mengalami
2003, Curley et al menerbitkan data prospektif MDRPI di antaranya nyeri, kehilangan
pertama pada MDR pada anak-anak berusia fungsi/kecacatan, dan memungkinkan
antara 21 hari dan 8 tahun. Kejadian dekubitus terjadinya infeksi, sehingga memperpanjang
keseluruhan adalah 27%, dengan 8% anak hari rawat dan biaya rumah sakit pun meningkat
mengalami dekubitus akibat penggunaan alat (Pittman et.al, 2015). Visscher dkk. (2013)
medis. Alat oksigenasi seperti masker tekanan menjelaskan bahwa pasien anak merupakan
udara, endotrakheal tube (ETT) dan saturasi kelompok yang berisiko mengalami luka
oksigen merupakan alat yang paling sering dekubitus dan mengakibatkan nyeri, risiko
mengakibatkan MDRPI yaitu sekitar infeksi dan perawatan rumah sakit lebih lama.
74%(Black & Kalowes, Medical device-related Adanya luka dekubitus yang tidak ditangani
pressure ulcers, 2016). Di Indonesia kejadian dengan baik dapat mengakibatkan masa
MDRPI dilaporkan oleh Widiati (2018) pada perawatan pasien menjadi panjang dan
anak usia 1 hari hingga 18 tahun pada 50 peningkatan biaya rumah sakit sehingga
responden, alat yang menyebabkan cedera membebani ekonomi pasien, lembaga dan
adalah OGT (42%), Saturasi O2 (6,67%), dan masyarakat secara umum terutama pasien yang
ETT (6,67%). Jadi luka akibat penggunaan alat dirawat di ruang intensif yang memerlukan
medis sangat mungkin terjadi terutama pada biaya yang sangat besar(Black, Cuddigan,
anak terutama yang dirawat di ruang intensif. Walko, Didier, Lander, & Kelpe, 2010).
Kejadian luka tekan akibat penggunaan Sehingga perlu ada upaya untuk mencegah
alat medis (MDRPI) di ruang PICU bisa terjadi terjadinya MDRPI di ruang intensif.
dengan berbagai penyebab antara lain: Perawatan di Pediatric Intensive Care
karakteristik bahan, kesulitan untuk fiksasi ke Unit (PICU) adalah ruang khusus untuk
tubuh pasien, tekanan dalam jangka waktu lama merawat pasien kritis khusus anak umur 1 bulan
di tempat yang sama, dan tekanan yang hingga 18 tahun. Pasien yang dirawat
menyebabkan udem lokal (Apold & Rydrych, merupakan pasien dengan penyakit kritis yang
2012). Selain karena kekuatan mekanik alat menggunakan berbagai macam alat medis untuk
medis yang bisa menyebabkan perlukaan belum medikasi dan terapi pasien, yang
diketahui, fiksasi untuk merekatkan alat ke memungkinkan terjadinya luka dekubitus atau
tubuh pasien juga menimbulkan tekanan dan MDRPI (Kayser, VanGilder, Ayello, &
menyebabkan udem, ditambah dengan Lachenbruch, 2018). Di RSUP DR. Wahidin
perubahan iklim mikro kulit sekitar akibat Sudirohusodo sendiri tersedia ruang PICU yang
keringat merupakan faktor lain yang terdiri dari 12 tempat tidur, dimana pasien
menyebabkan terjadinya perlukaan pada kulit berisiko mengalami MDRPI karena
dan jaringan (Black, et al., 2015). Kulit bayi menggunakan berbagai macam alat medis.
berbeda dari kulit dewasa untuk bayi berusia 1 Selama ini kejadian luka akibat penggunaan
tahun. Perbedaan ini dalam predisposisi kulit alat medis ini sering terjadi, namun masih
bayi berisiko tinggi mengalami cedera kulit sering luput dari perhatian. Sebagai data awal
karena kekurangan penghalang kulit yang sehat peneliti melakukan studi kasus selama 7 hari,
dan matang (Schober-Flores, 2012). Salah satu dan didapatkan 2 kejadian MDRPI dari 11
perbedaan struktural pada kulit bayi adalah sel responden. Ini menunjukkan bahwa MDRPI
kulit lebih kecil dan lebih tipis dari kulit orang memang terjadi pada pasien PICU dengan
dewasa, yang bisa berakibat penghalang bagi presentasi kejadian sebanyak 18%. Proses
lingkungan menjadi lemah. Kulit bayi juga terjadinya luka dekubitus ini tentu dipengaruhi
memiliki tingkat penyerapan dan reabsorpsi oleh banyak hal, dan akibatnya bisa
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit menyebabkan nyeri, infeksi bahkan kecacatan
orang dewasa. Perbedaan ini dalam tingkat pada pasien. Oleh karena itu peneliti tertarik
penyerapan juga membuat bayi menjadi kering, untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan
kejadian dekubitus akibat penggunaan alat (PEWSS), tingkat kesadaran di gunakan Full
medis (MDRPI) di Ruang PICU RSUP Dr. Outline of UnResponsiveness score (FOUR
Wahidin Sudirohusodo Makassar. score) dan evaluasi risiko kami akan
menggunakan Braden QD scale (Curley, et al.,
METODE PENELITIAN 2018.
Jenis Penelitian Penelitian ini telah mendapatkan
Jenis penelitian yang digunakan adalah persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian
analitik observasional dengan menggunakan Kedokteran dan Kesehatan Universitas
pendekatan Cohort Prospective. Subjek Hasanuddin Makassar.
penelitian di observasi setiap hari tentang
kondisi pasien dan alat yang digunakan. Setiap Pengolahan dan Analisis Data
3 hari atau pada saat penggantian fiksasi, Data diuji dengan uji statistik Chi Square Test
dilakukan observasi kulit sekitar alat dengan dengan tingkat kepercayaan 95%. Semua data
mengecek kelembapan dan suhu, serta melihat dianalisis dengan program SPSS versi 21,0
adanya luka dekubitus. (SPSS, Inc Chicago, IL).
Observasi dilakukan pada subjek
dengan perawatan minimal 3 hari dan maksimal HASIL PENELITIAN
15 hari perawatan. Penelitian ini bertujuan Berdasarkan Tabel 1 tentang
untuk mengetahui faktor risiko kejadian luka karakteristik responden di Ruang PICU RSUP
dekubitus akibat penggunaan alat medis di Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
ruang PICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo menunjukkan bahwa dari 76 orang responden
Makassar. ditemukan responden berjenis kelamin laki-laki
lebih banyak dari perempuan dengan usia rata-
Lokasi dan Waktu Penelitian rata 2,11 tahun. Sedangkan diagnosa utama
Penelitian ini dilakukan di Ruang PICU RSUP terbanyak adalah pasien dengan post operasi
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari dan disertai 1 diagnosa sekunder.
tanggal 8 Mei – 6 Juli 2019.
Tabel 1. Karakteristik Responden Ruang
Populasi dan Sampel PICU RSUP Dr. Wahidin
Populasi penelitian ini adalah seluruh Sudirohusodo Makassar
pasien yang dirawat di ruang PICU RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan rata- Karakteristik n % Mean±SD
rata per bulan 50 orang dengan jumlah pasien Umur (Tahun) 76 100 2.11±1.04
baru rata-rata sebanyak 45 orang. Maka Lama rawat 76 100 5.17±4.09
perkiraan besarnya populasi yang akan diteliti Jenis Kelamin
selama observasi 2 bulan adalah 90 orang. Laki-laki 42 55.3
Perempuan 34 44.7
Pengambilan sampel menggunakan
Diagnosa Utama 76 100
teknik probability sampling dengan pendekatan Post operasi 25 32.9
simple random sampling (Sugiyono, 2013). Encepalopaty 22 28.9
Dengan menggunakan rumus slovin, jumlah CAP/PJB 13 17.1
sampel yang dibutuhkan sebanyak 74 orang AKI 6 7.9
(n=73,47). Namun selama 2 bulan penelitian Sepsis 5 6.6
didapatkan sampel sebanyak 76 orang. Tumor 3 3.9
DBD 2 2.6
Pengumpulan Data Diagnosa Sekunder 76 100
Pengumpulan data akan dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi, alat Tabel 2 tentang variabel penelitian di
tulis dan kamera digital, kamera infra merah Ruang PICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
dan alat moisture checker untuk mengumpulkan Makassar menunjukkan gambaran responden
data tentang faktor risiko kejadian luka sebagian besar berisiko tinggi mengalami
dekubitus akibat penggunaan alat medis di dekubitus, dengan kriteria kondisi kritis
PICU RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. berdasarkan PEWSS berada pada kode
Untuk menilai kondisi kritis digunakan hijau/kuning, serta mengalami penurunan
Pediatric Early Warning Scoring System tingkat kesadaran berdasarkan FOUR Score.
Namun dari segi perfusi jaringan, kadar Tabel 3 tentang Kejadian Dekubitus
hemoglobin, tekanan darah, pengisian kapiler, MDRPI di Ruang PICU RSUP Dr. Wahidin
Saturasi O2, serta kadar albumin sebagian besar Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa
masih dalam batas normal. Sedangkan responden yang mengalami MDRPI sebanyak
kelembapan kulit, responden cenderung 14 orang (18,4%) dengan waktu kejadian
mengalami kulit kering. Responden juga terbanyak di hari ke-3, serta mengalami luka
menggunakan alat medis yang banyak (lebih dekubitus tertinggi adalah derajat 1. Adapun
dari 5 alat) disertai dengan teknik fiksasi yang alat medis yang menyebabkan MDRPI meliputi
kurang tepat. Endotracheal Tube (ETT), Non-Rebreathing
Mask (NRM), dan Saturasi O2.
Tabel 2. Gambaran Hasil Pemeriksaan
Responden berdasarkan Tabel 3. Gambaran Hasil Pemeriksaan
Variabel Penelitian di Ruang Responden berdasarkan
PICU RSUP Dr. Wahidin Kejadian MDRPI di Ruang
Sudirohusodo Makassar PICU RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar
Variabel n %
Risiko Dekubitus MRDPI n %
Berisiko (≥13) 40 52.6 Kejadian
Tidak berisiko (<13) 36 47.4 Tidak 62 81,6
Kondisi Kritis (PEWSS) Ya 14 18,4
Hijau/Kuning 47 68,1 Waktu Kejadian
Oranye/Merah 29 38,2 Tidak 62 81,6
Kesadaran (FOUR Score) Hari ke-1 3 3,9
Ada 42 55,3 Hari ke-3 7 9,2
Tidak Ada 34 44,7 Hari ke-6 4 5,3
Perfusi Jaringan Hari ke-9 0 0
Adekuat 40 52,6 Hari ke-12 0 0
Tidak Adekuat 36 47,4 Hari ke-15 0 0
Kadar Hemoglobin Derajat
Normal 45 59,2 Tidak 62 81,6
Rendah 31 40,8 Derajat 1 12 15,8
Tekanan Darah Derajat 2 2 2,6
Normal 70 92,1 Penyebab
Rendah 6 7,9 Tidak 62 81,6
Pengisian Kapiler ETT 9 11,8
Normal 64 84,2 NRM 3 3,9
Rendah 12 15,8 Saturasi O2 2 2,6
Saturasi O2
Normal 73 96,1 Tabel 4 tentang faktor risiko kejadian
Rendah 3 3,9 luka dekubitus akibat penggunaan alat medis
Kadar Albumin
menunjukkan bahwa risiko dikubitus, kondisi
Normal 48 63,2
Kurang 28 36,8 kritis (p=0,002), penurunan kesadaran
Kelembapan Kulit berdasarkan FOUR score (p=0,025), jumlah
Kering 49 64,5 alat terpasang (p=0,015), dan teknik fiksasi alat
Normal 26 34,2 (p=0,025) berhubungan dengan kejadian
Lembap 1 1,3 dekubitus MDRPI di Ruang PICU RSUP Dr.
Jumlah Alat Terpasang Wahidin Sudirohusodo Makassar. Adapun
Sedikit (< 5) 20 26,3 perfusi jaringan, kadar hemoglobin, tekanan
Banyak (≥5) 56 73,7 darah, CRT/ pengisian kapiler, saturasi oksigen
Teknik Fiksasi (SpO2), kadar albumin, dan kelembapan kulit
Tepat 34 44,7
tidak berhubungan dengan kejadian dekubitus
Tidak Tepat 42 55,3
MDRPI (p> 0,05).
MRDPI
Variabel Tidak Ya p
n % n %
Risiko Dekubitus
≥13 27 65,7 13 32,5 0,002
<13 35 97,2 1 2,8
Kondisi Kritis
Hijau/Kuning 44 93,6 3 6,4 0,002
Oranye/Merah 18 62,1 11 37,9
Kesadaran
Ada 30 71,4 12 28,6 0,025
Tidak Ada 32 94,1 2 5,9
Perfusi Jaringan
Adekuat 35 87,5 5 12,5 0,268
Tidak Adekuat 27 75,0 9 25,0
Kadar Hemoglobin
Normal 37 82,2 8 17,8 1,000
Rendah 25 80,6 6 19,4
Tekanan Darah
Normal 57 81,4 13 18,6 1,000
Rendah 5 83,3 1 16,7
Pengisian Kapiler
Normal 53 82,8 11 17,2 0,685
Rendah 9 75,0 3 25,0
Saturasi O2
Normal 60 82,2 13 17,8 0,462
Rendah 2 88,7 1 33,3
Kadar Albumin
Normal 37 77,1 11 22,9 0,309
Kurang 25 89,3 3 10,7
Kelembapan
Kering 40 81,6 9 18,4
0,888
Normal 21 80,8 5 19,2
Lembap 1 100 0 0
Jumlah Alat
Sedikit (< 5) 20 100 0 0 0,015
Banyak (≥5) 42 75,0 14 25,0
Teknik Fiksasi
Tepat 32 94,1 2 5,9 0,025
Tidak Tepat 30 71,4 12 28,6
*Chi Square Test
dekubitus MDRPI di Ruang PICU RSUP Dr. Namun, bagaimanapun juga, ini harus
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Didapatkan dilakukan tanpa menciptakan tekanan tambahan
responden yang mengalami MDRPI adalah pada jaringan sekitarnya. Tabung nasogastrik
yang menggunakan alat medis yang banyak dan endotrakeal sering dikaitkan dengan
yaitu lebih dari 5 alat yang berbeda. Masing- kerusakan sebagai akibat dari teknik fiksasinya
masing alat tersebut mempunyai fungsi yang (McNichol, Lund, Rosen, & Gray, 2013).
berbeda pula yang digunakan untuk keperluan Meskipun perekat ini efektif dalam memfiksasi
diagnostik maupun terapeutik. Alat untuk alat, penerapannya dapat menyebabkan
keperluan diagnostik meliputi elektroda, ketegangan pada jaringan di sekitarnya,
saturasi O2, tensimeter, suhu monitor. Adapun meningkatkan gesekan dan menyebabkan
alat yang digunakan untuk keperluan terapeutik tekanan dari peralatan ke kulit yang berdekatan
yang paling banyak digunakan adalah (Mohammed & Hassan, 2015). Teknik fiksasi
Endotracheal Tube, O2 Non Rebreathing Mask, yang tepat diharapkan mampu mengamankan
O2 sungkup, O2 binasal kanul, oropharingeal alat medis namun tidak menimbulkan tekanan
tube, Nasogastric Tube (NGT), serta Intra Vena pada kulit. Hal ini sangat sulit dilakukan,
(IV) Catheter. Alat yang paling banyak Disimpulkan bahwa pasien dengan
digunakan adalah alat oksigenasi merupakan teknik fiksasi alat yang tidak sesuai lebih
alat yang sangat penting untuk mengatasi gagal berisiko mengalami dekubitus MDRPI
napas. Selain itu responden juga semua dibandingkan dengan pasien yang teknik fiksasi
menggunakan IV kateter untuk terapi obat dan alatnya sesuai.
cairan. Serta penggunaan NGT/OGT untuk
intake nutrisi. Banyaknya alat yang terpasang KESIMPULAN DAN SARAN
membuat gerakan pasien menjadi terbatas, dan Pasien anak yang dirawat di ruang
tidak mampu untuk mengidentifikasi intensif berisiko tinggi mengalami dekubitus
ketidaknyamanannya (Curley et al, 2017). akibat penggunaan alat medis (MDRPI). Faktor
Disimpulkan bahwa pasien dengan yang berhubungan adalah adanya kondisi kritis
jumlah alat yang terpasang banyak lebih berdasarkan PEWSS, penurunan kesadaran
berisiko mengalami dekubitus MDRPI berdasarkan FOUR Score, jumlah alat yang
dibandingkan dengan pasien yang jumlah alat terpasang, serta teknik fiksasi alat yang
yang terpasang sedikit. digunakan. Adapun faktor lain yaitu perfusi
jaringan perifer (meliputi kadar hemoglobin,
Hubungan antara teknik fiksasi alat dengan tekanan darah, dan pengisian kapiler), kadar
kejadian luka dekubitus akibat penggunaan albumin serta kelembapan kulit tidak
alat medis memberikan pengaruh secara signifikan
Hasil penelitian ini didapatkan teknik terhadap kejadian MDRPI.
fiksasi alat berhubungan dengan kejadian Diharapkan kepada pihak rumah sakit
dekubitus MDRPI di Ruang PICU RSUP Dr. agar memberikan perhatian yang lebih terkait
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Teknik dengan luka dekubitus akibat penggunaan alat
fiksasi yang ideal yaitu tidak menyebabkan medis dengan memasukkannya sebagai salah
kulit keriput atau terjepit, tidak pada tonjolan satu indikator mutu rumah sakit sehingga dapat
tulang, serta mudah direposisi. Namun tidak dinilai secara berkelanjutan. Diharapkan kepada
semua alat yang digunakan tidak dapat difiksasi perawat untuk memperhatikan faktor risiko
dengan baik. Pemasangan plaster fiksasi yang yang lebih terkait dengan luka dekubitus akibat
tidak hati-hati bisa menyebabkan kulit berkerut penggunaan alat medis sehingga kejadian
dan terjepit, yang bisa menyebabkan aliran MDRPI dapat diminimalisir. Diharapkan
darah ke daerah tersebut terhambat. Selain itu, kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan
ada beberapa alat yang tidak mudah untuk penelitian dengan menilai hubungan dekubitus
direposisi, seperti endotracheal tube (ETT) akibat penggunaan alat medis dengan lama
karena bisa tercabut, serta rata-rata pemakaian perawatan dan outcome pasien.
dalam jangka waktu lama dan penekanan di
area tersebut secara terus-menerus DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan terjadinya MDRPI. Apold, J., & Rydrych, D. (2012). Preventing
Fiksasi diperlukan untuk mengamankan Device-Related Pressure Ulcers Using
peralatan medis untuk mencegah pergeseran.
Data to Guide Statewide Change. J Nurs Pressure Injuries: Results from the
Care Qual , Vol. 27, No. 1, pp. 28–34. International Pressure Ulcer Prevalence
Baharestani, M. M., & Ratliff, C. R. (2007). Survey. Adv Skin Wound Care , 31:276-
Pressure Ulcers in Neonates and 85.
Children: An NPUAP White Paper. Kudchadkar, S. R., Beers, M. C., Ascenzi, J. A.,
Advances in Skin & Wound Care , Jastaniah, E., & Punjabi, N. M. (2016).
20(4):208-220. Nurses' Perceptions of Pediatric Intensive
Black, J. M., & Kalowes, P. (2016). Medical Care Unit Environment and Work
device-related pressure ulcers. Chronic Experience After Transition to Single-
Wound Care Management and Research, Patient Rooms. AJCC, 25(5): e98-e107.
3 91–99. 10.4037/ajcc2016463.
Black, J. M., Cuddigan, J. E., Walko, M. A., Lerner, J. C. (2014). Medical Devices ’ Role in
Didier, L. A., Lander, M. J., & Kelpe, M. Causing Pressure Ulcers. https://www.
R. (2010). Medical device related ecri.org/components/PSOCore/Pages/PS
pressure ulcers in hospitalized patients. ONav0814.aspx: ECRI Institute.
Int Wound J, 7:358–365. doi: Long, M. A., Ayer, M., & Borchert, K. (2017).
10.1111/j.1742-481X.2010.00699.x. Medical Device-Related Pressure Injuries
Black, J., Alves, P., Brindle, C. T., Dealey, C., in Long-term Acute Care Hospital
Santamaria, N., Call, E., et al. (2015). Setting. J Wound Ostomy Continence
Use of wound dressings to enhance Nurs, Jul/Aug;44(4):325-330. doi:
prevention of pressure ulcers caused by 10.1097/WON.0000000000000347.
medical devices. Int Wound J., Makic, M. B. (2015). Medical Device–Related
Jun;12(3):322-7. doi: 10.1111/iwj.12111. Pressure Ulcers and Intensive Care
Blume-Peytavi, U., Lavender, T., Jenerowicz, Patients. Journal of PeriAnesthesia
D., Ryumina, I., Stalder, J. F., Torrelo, Nursing, Vol 30, No 4 (August): pp 336-
A., et al. (2016). Recommendations from 337.
a European Roundtable Meeting on Best McNichol, L., Lund, C., Rosen, & Gray, M.
Practice Healthy Infant Skin Care. (2013). Medical Adhesives and Patient
Pediatric Dermatology, Vol. 33 No. 3 Safety: State of the science. Consensus
311–321. statements for the assessment, prevention
Curley, M. A., Hasbani, N. R., Quigley, S. M., and treatment of adhesive-related skin
Stellar, J. J., Pasek, T. A., Shelley, S. S., injuries. J Wound Ostomy Continence
et al. (2018). Predicting Pressure Injury Nurs, 40(4): 365-80. doi:
Risk in Pediatric Patients: The Braden 10.1097/NOR.0b013e3182a39caf.
QD Scale. J Pediatr, 192:189-95. Mohammed, H. M., & Hassan, M. S. (2015).
doi.org/10.1016/j.jpeds.2017.09.045. Endotracheal tube securements:
Fletcher, J. (2012). Device related pressure Effectiveness of three techniques among
ulcers made easy. Wounds uk , 8(2):1-4. orally intubated patients. Egyptian
Ghaffari, J., Abbaskhanian, A., & Nazari, Z. Journal of Chest Diseases and
(2014). Mortality Rate in Pediatric Tuberculosis, 64(1), 183–196.
Intensive Care Unit (PICU): A Local https://doi.org/10.1016/j.ejcdt.2014.09.00
Center Experience. International Journal 6.
of Pediatrics, Volume 2, Issue 3.2, Murray, J. S., Noonan, C., Quigley, S., &
August, Page 81-88. doi: Curley, M. A. (2013). Medical device-
10.22038/IJP.2014.2956. related hospital-acquired pressure ulcers
Hansen, R.‐L., & Fossum, M. (2016). Nursing in children: an integrative review. J
documentation of pressure ulcers in Pediatr Nurs, Nov-Dec;28(6):585-95.
nursing homes: comparison of record doi: 10.1016/j.pedn.2013.05.004.
content and patient examinations. National Pressure Ulcer Advisory Panel,
Nursing Open, 3(3), 159–167. European Pressure Ulcer Advisory Panel
https://doi.org/10.1002/nop2.47. and Pan Pacific Pressure Injury Alliance.
Kayser, S. A., VanGilder, C. A., Ayello, E. A., (2014). Prevention and Treatment of
& Lachenbruch, C. (2018). Prevalence Pressure Ulcers: Quick Reference Guide.
and Analysis of Medical Device-Related Perth, Australia: Cambridge Media.