Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Di Toko Online Pada Masa Pandemi Covid-19
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Di Toko Online Pada Masa Pandemi Covid-19
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Di Toko Online Pada Masa Pandemi Covid-19
Samrotul Janah
Sekolah Tinggi Agama Islam Ash-Shiddiqiyah, Lubuk Seberuk-Lempuing Jaya-OKI
[email protected]
Abstract
Received: 16-06-2021 The whole world is experiencing a terrible non-natural
Revised: 26-06-2021 disaster, namely the spread of the Covid-19 outbreak which
Accepted: 26-06-2021 has an impact on the surge in online shop visitors since
2019. Because of this, there has been a change in new
interactions from direct buying and selling transactions,
forced to switch to online buying and selling transactions.
This research method is normative research that refers to
the legislation, conceptual approach and case studies. The
main and supporting data are obtained from literature
studies sourced from books and other scientific works. The
result of this research is that in Islam the original law of
buying and selling is permissible as long as there is no
evidence from the Qur'an and hadith that forbids it. During
the Covid-19 mass, various parties took advantage of the
situation to gain worldly benefits by falsifying goods and
indeed the goods did not match the value offered and even
the goods were not sent by the seller to the buyer. The
scholars agree that the original law of fraud is sinful and it
removes the blessings of an object and forbidden money
should not be used by the owner (the perpetrator of the illicit
business). As a result of the fraud, the buyer has the right to
khiyar, namely continuing the sale and purchase transaction
or canceling it. If there is a dispute due to the transaction,
there are two ways to resolve the problem, namely through
the internal deliberation of the parties and the settlement of
legal issues.
Keywords: Islamic law; positive law; Fraud risk; online
store.
Abstrak
Seluruh dunia sedang mengalami suatu bencana non alam
yang dahsyat yaitu bertebarannya wabah covid-19 yang
berdampak pada lonjakan pengunjung toko online sejak
tahun 2019 lalu. Karena itu terjadi perubahan interaksi baru
dari tansaksi jual beli secara langsung terpaksa beralih ke
transaksi jual beli online. Metode penelitian ini adalah
penelitian normatif yang merujuk pada peraturan perundang-
undangan, pendekatan koseptual serta studi kasus. Data-data
utama dan pendukung diperoleh dari studi pustaka yang
10.36418/cerdika.v1i6.112 735
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
PENDAHULUAN
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
736
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
tetangga, bahkan masyarakat sekitar. Sebelum wabah penyakit ini datang dan tinggal di
Indonesia segala keperluan pemenuhan hidup dapat langsung terpenuhi dengan cara
datang langsung ke kepasar tradisional, super market, bahkan ke mall untuk memilah dan
memilih barang keperluan apa saja yang dibutuhkan dan diinginkannya dengan tawar-
menawar (potogan harga) ataupun return apabila barang tersebut tidak sesuai (rusak).
Akibat wabah covid-19 banyak masyarakat beralih kepada toko online (Muslih, 2020)
yang sebetulnya banyak dari masyarakat yang mau tidak mau harus berbelanja, jika tidak
mereka akan sangat sedih bahkan tersiksa apabila harus terjun dalam kerumunan lalu
melihat keluarga tercinta terbaring lemah dan tak berdaya walaupun banyak
kemungkinan untuk sembuh (Harahap, 2020). Toko online merupakan kumpulan dari
para pedagang dan pembeli dalam aplikasi digital dari seluruh penjuru nasional bahkan
internasional (Harmayani et al., 2020). Sebetulnya terdapat banyak ketidak sesuaian yang
terjadi akibat tidak bertemunya penjual dan pembeli, misalnya barang yang dikirim tak
sesuai ukuran, menunggu barang datang hingga berhari-hari lamanya, tidak semua toko
online menerima return, bahkan sering terjadi perselisihan hingga memicu konflik.
Kajian tentang transaksi jual beli onine sudah banyak diteliti seperti alif ilham
akbar fatriansyah, (Fatriansyah, 2020). Hasil dari penelitiannya adalah syarat dan
ketentuan jual beli adalah terhindar dari unsur riba, ketidakadilan, monopoli, dan
penipuan. Para pihak dalam jual beli harus suka sama suka dan saling merelakan.
Dampak positif adanya jual beli online yaitu praktis, cepat dan mudah bagi pembeli.
Menurut (Sudaryono et al., 2020) mengkaji dibalik bisnis online e-commerce
banyak manfatnya ternyata masih banyak dampak bagi para pebisnis offline lainnya yang
tidak menggunakan media sosial sebagai sarana bisnisnya.
Fenomena jual beli online juga pernah dikaji oleh (Anwar & Adidarma, 2016)
Hasil penelitian menemukan bahwa kepercayaan konsumen pada toko online berpengaruh
negatif terhadap persepsi risiko dalam membeli secara online. Sebaliknya, kepercayaan
berpengaruh positif terhadap niat beli online. Namun, studi ini membuktikan bahwa tidak
ada risiko dalam minat beli yang mengarahkan mereka untuk berbelanja online. Lebih
lanjut, penelitian ini menemukan bahwa tingkat kepercayaan pelanggan wanita terhadap
situs belanja online lebih tinggi dibandingkan pelanggan pria.
Penelitian serupa juga dikaji oleh (Syauki, 2019) fiqh merupakan seperangkat
aturan atau hukum allah yang didalamnya mengatur pemenuhan kebutuhan terkait jual
beli dengan memperhatikan maslahat dan mafsadatnya. Dalam pemenuhan kebutuhan
hidup hukum allah dan hukum negara saling mendukung dalam peraturan jual beli yang
mencangkup hak kewajiban penjual dan pembeli. Resiko jual beli online banyak terjadi
penipuan karena penjual mengabaikan hukum allah dan hukum negara (sanksi), penipuan
terjadi akibat kurang kehati-hatian pembeli.
Penelitian-penelitian tersebut terjadi sebelum merebaknya wabah covid-19 atau
biasa disebut corona sehingga pada tahun-tahun sebelumnya masyarakat masih bisa dapat
secara langsung melakukan transaksi jual beli di lokasi pasar tradisional, super market,
bahkan ke mall. Beberapa artikel yang ada, belum ditemukan yang fokus tentang tinjauan
fiqh muamalah dan hukum perlindungan konsumen terhadap jual beli di toko online pada
masa pandemi covid-19 (Fitria, 2017).
Dilansir dari halaman website KumparanTech terkait dengan cara berbelanja
online dan barang cepat sampai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan calon pembeli
yaitu sebagai berikut: Pertama risert dan perbandingan harga, calon pembeli dapat
dengan muda melihat harga yang tertera di dalam produk, sehingga calon pembeli dapat
menyesuaikan harga produk dengan kondisi keuangan yang dimilikinya. Kedua lihat
keterangan produk terkait ukuran dan cara penggunaanya. Ketiga lihat jangka waktu
pengirimannya, jangka waktu pengiriman sesuai dengan jasa pengiriman yang kita pilih.
Keempat cek rating seller dan produknya, semakin tinggi rating yang dimiliki maka
sudah dapat dipastikan bahwa toko tersebut terpercaya. Kelima tanya ketersediaan
sebelum membeli, tanyakan deskripsi barang tersebut kepenjual. Keenam pantau garansi
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
737
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
barang, sehingga apabila barang tidak sampai sesuai waktu yang ditentukan atau kualitas
barang tidak sesuai pembeli dapat complain atau klaim jika ada kerusakan. Ketujuh total
biaya, tolal dari keseluruhan produk yang dibeli. Kedelapan pilih metode pembayaran
yang diinginkan, seperti transfer lewat ATM, memakai kartu kredit, membayar ke
minimarket alfamart/indomaret serta melalui aplikasi mobile banking.
Bila diteliti lebih jauh lagi ada beberapa hal yang harus diketahui dan difahami
serta waspadai terhadap transaksi pembelian di toko online, terlalu banyak resiko yang
harus diketahui oleh pembeli yaitu: Pertama setelah pembeli mentransfer sejumlah uang
ke penipu, barang tidak akan dikirim. Kedua barang yang dikirim tidak seperti yang di
janjikan, baik palsu ataupun memang barang tidak sesuai nilai yang ditawarkan.
Konsekwensi resiko bagi penipu lebih kecil ketimbang saat penipu harus bertemu
langsung dengan calon korban, penipu dapat dengan mudah untuk bisa menghapus akun
serta memalsukan identitasnya bahkan memblokir akun tersebut.
Dilansir dari halaman website patroli siber, tren kejahatan siber 2019 penipuan menempati
posisi teratas, laporan tentang penipuan melalui email selama tahun 2019 berjumlah 61
laporan polisi dengan jumlah kerugian mencapai lebih dari 144 miliyar rupiah sehingga
modus ini tercatat sebagai modus penipuan dengan kerugian terbanyak selama tahun 2019.
Ditinjau dari jumlah kerugiannya, modus penipuan via situs menempati posisi kedua
(Prasetyo, 2014). Dengan jumlah kerugian mencapai angka lebih dari 73 miliyar rupiah.
Khusus modus ini, pelaku menyasar para pengguna situs e-commerce yang menyediakan
fitur jual beli secara online. Meskipun jumlah kerugiannya tidak sebanyak modus
sebelumnya, tapi modus ini justru paling banyak dilaporkan oleh masyarakat. Penelitian ini
dilakukan dimasa wabah covid-19 untuk dapat menemukan hukum islam dan hukum
perlindungan konsumen terhadap jual beli di toko online ini pada masa pandemi covid-19.
METODE PENELITIAN
Fokus penelitian penulis adalah tinjauan fiqh muamalah dan hukum perlindungan
konsumen terhadap jual beli di toko online pada masa pandemi covid-19. Tipe penelitian
yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan ini yaitu penelitian normatif dengan
melakukan pendekatan perundangan-undangan, pendekatan konseptual, serta pendekatan
kasus. Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder dan melakukan penelusuran terhadap peraturan dan
literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti (Tektona, R. I., & Putra,
2021).
A. Hasil Penelitian
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
738
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa belanja di toko online dapat menekan
angka penurunan pasien covid-19 yaitu dengan belanja dari rumah membuat keluarga
terhindar dari rasa yang mengancam ketenangan batin dan jiwa. Tentunya belanja
online adalah suatu program digitalisasi yang membuat pembelinya nyaman dan
aman, namun harus diperhatikan juga resiko dibelakangnya. Secara tidak langsung
kebiasaan belanja online dapat mengurangi pendapatan pedagang di pasar, toko
hingga mall karena tidak adanya pengunjung dan pembeli.
1. Bentuk-bentuk penipuan dan contoh kasus dalam situs jual beli online masa
pandemi covid-19
Banyak sekali kejahatan yang terjadi pada toko online. Penipuan merupakan
bentuk pelanggaran kepercayaan terhadap pembeli (Rahmanto et al., 2019).
Resiko kerugian yang diterima pembeli yaitu pertama penjual lalai/tidak
bertanggungjawab sehingga menimbulkan kerugian. Kedua adanya
kesengajaan/wanpestasi sehingga menimbulkan kerugian.
Berikut beberapa kasus yang marak terjadi dalam toko online adalah:
a. Penjual lalai/tidak bertanggung jawab sehingga menimbulkan kerugian.
Penjual tidak memperhatikan cara pengemasan sehingga terjadi kerusakan, bahkan
barang yang dikirim tidak sesuai dengan pesanan. Lebih parahnya lagi toko
menjanjikan bahwa barang tersebut adalah asli yang nyata-nyata adalah tiruan
(KW).
b. Penjual lalai/tidak bertanggung jawab sehingga menimbulkan kerugian.
Penjual yang nyata-nyata dengan sengaja tidak mengirimkan barang tersebut dan
mencantumkan identitas palsu sehingga pembeli yang tidak dapat menemukan
identitas dan tempat tinggal pelaku untuk meminta pertanggungjawaban.
Contoh kasus penipuan yang pertama penipuan paket masker senilai
36,4 juta melalui aplikasi facebook. Korban berasal dari palembang, korban dan ke
25 temannya melakukan patungan guna dapat membeli masker dan membaginya ke
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
739
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
sejumlah ruma sakit diantaranya adalah sumatera barat dan jawa barat. Dalam
video amatir terlihat bahwa dus-dus paket barang nyata-nyata bukan berisi masker
melainkan batu bata.
Contoh kasus penipuan yang kedua kasus penipuan online semakin
melonjak ditengah merebaknya wabah covid-19 dan begitu pesatnya jumlah
pengunjung dan konsumen digital. Korban yang mengalami kerugian akibat
penipuan online di Grabtoko diperkirakan sejumlah Rp.17 Miliar.
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
740
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
produk tidak sesuai yang dinyatakan dalam label. Kelima keterangan kadaluarsa
tidak tercantum pada barang. Keenam larangan memperdagangkan barang yang
tidak layak pakai (rusak), cacat, bahkan bekas, tanpa memberi informasi yang
lengkap dan jelas.
B. Pembahasan
Terdapat beberapa ayat alquran dan hadist yang berbicara tentang jual beli, antara
lain:
Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada
Allah di Masy'arilharam. dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana
yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-
benar Termasuk orang-orang yang sesat”. (QS. Al-Baqarah: 198)
طنُ مِّ نَ ٱل َم ِّس َٰذَ ِّل َ بِّأَنَّ ُهم قَالُواْ إِّنَّ َما ٱلبَي ُع مِّ ث ُلَ َٰ شيَّ طهُ ٱلُ َّٱلربَ َٰواْ َال يَقُو ُمونَ إِّ َّال َك َما يَقُو ُم ٱلَّذِّي يَت َ َخب
ِّ َٱلَّذِّينَ يَأ ُكلُون
َعادَ مرهۥٓ ُ إِّلَى ٱَّللَّ ِّ َو َمن َ
ُ ف َوأ َ َظة ِّمن َّربِّ ِّهۦ فَٱنت َ َه َٰى فَلَهۥ ُ َما سَل َ ٱلربَ َٰواْ فَ َمن َجا َءهۥ ُ َمو ِّع َّ ٱلربَ َٰواْ َوأ َ َح َّل
ِّ ٱَّللُ ٱلبَي َع َو َح َّر َم ِّ
فَأ ُ ْو َٰلَئِّكَ أ َ َٰ َحبُ ٱلنَّ ِّار هُم فِّي َها َخ ِّلدُو َن
َٰ
ال يقومون في اآلخرة من قبورهم إال كما يقوم الذي-وهو الزيادة على رأس المال- الذين يتعاملون بالربا
ويؤدي إلى، في أن كال منهما حالل، إنما البيع مثل الربا:يتخب طه الشيطان من الجنون؛ ذلك ألنهم قالوا
وحرم الربا؛ لما في البيع والشراء من نفع لألفراد َّ وبيَّن أنه أحل البيع، فأكذبهم هللا،زيادة المال
فله ما مضى، فمن بلغه نهي هللا عن الربا فارتدع. ولما في الربا من استغالل وضياع وهالك،والجماعات
استمر على توبته فاهلل ال َّ فإن، وأمره إلى هللا فيما يستقبل من زمانه،قبل أن يبلغه التحريم ال إثم عليه فيه
وقامت، فقد استوجب العقوبة، ومن عاد إلى الربا ففعله بعد بلوغه نهي هللا عنه،يضيع أجر المحسنين
)٢٧٥( ) َص َحابُ النَّ ِّار ُه ْم فِّي َها خَا ِّلدُون ْ َ (فَأُولَئِّكَ أ: ولهذا قال سبحانه،عليه الحجة
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.Al-
Baqarah: 275).
Pada dasarnya kegiatan muamalah itu diperbolehkan, sepanjang belum ada dalil
yang melarangnya. Hal ini selaras dengan kaidah fiqih muamalah.
األصل في المعا ملة اال با حة اال ان يد ل د ليلعلي تحر يمها
Artinya:”Hukum asal dalam muamalah adalah kebolehan sampai ada dalil yang
menunjukan keharamannya”.
Dasar hukum jual beli berdasarkan hadist Rasulullah saw , antara lain:
1. Hadist yang diriwayatkan oleh Rifa’ah Ibn Rafi:
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
741
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
عمل الر جل بيده و كل بيخ مبر و ز (ر و ا ه: اي الكسب اطيب ؟ فقا ل: سئل النبي صل هللا عليه و سلم
)البزا ر و ا لحا كم
Artinya: “Rasulullah saw. ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan
(profesi) apa yang paling baik. Rasulullah saw. menjawab: Usaha tangan
manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati” (HR.Al-Bazzar dan Al-
Hakim)
2. Hadist dari Al-Baihaqi, Ibn Majah dan Ibn Hibban, Rasulullah saw bersabda
)انماا لبيح عن تراض (ر و ا ه البيهقي
Artinya:”jual beli itu didasarkan atas suka sama suka”
Artinya: “Rasulullah Saw. melarang bai al-gharar dan bai al-hashah”. (HR.
Bukhari Muslim).
5. Hukum pendapatan non halal
Pendapatan non halal adalah setiap pendapatan yang bersumber dari
usaha yang tidak halal (al-kasbu al-ghairi al-mayru). Terkait kepemilikan dana
non halal para ulama sepakat tentang bahwa pendapatan non halal hukumnya
haram dan tidak boleh dimanfaatkan oleh pemiliknya (pelaku usaha haram
tersebut) untuk hajat (kebutuhan) apa pun, baik secara terbuka ataupun dengan
cara hilah, seperti digunakan untuk membayar pajak.
Para ulama sepakat bahwa pendapatan non halal harus
diberikan/disalurkan kepadapihak lain sebagai sedekah. Hal ini sebagaimana
penjelasan standar syariah AAOIFI Bahrain berikut:
باي وجه من وجوه االنتفاع وال التحيل على ذلك باي-ال يحوز االنتفاعبالمحرم الواحب التخلص منه
طريق كان ولو بدفع الضراىب
Artinya: “Pendapatan non halal tidak boleh dimanfaatkan untuk kegiatan
apapun, walaupun dengan cara hilah, seperti digunakan untuk membayar
pajak”.
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
742
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
a. Objek atau barang yang diperjual belikan ada saat akad dan di serah terima
barang dari penjual ke pembeli.
b. Objek atau barang yang diperjual belikan berupa gambar dan disebutkan sifat-
sifatnya atau transaksi jual beli tidak secara langsung tunai (pesanan).
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
743
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
1 Shopee 72,973,300
2 Tokopedia 67,900,000
3 Bukalapak 39,263,300
4 Lazada 28,383,300
5 Blibli 26,863,300
6 Jd Id 13,539,300
7 Fabelio 5,853,300
8 Bhinneka 5,145,700
9 Orami 3,708,300
10 Zalora 2,926,300
KESIMPULAN
Jual beli merupakan hukum adat terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup
setiap masyarakat. Jual beli tradisional seiring berkembangnya zaman mulai ditinggalkan
terlebih lagi akibat dampak wabah covid-19. Fenomena jual beli ditoko online mencapai
puncak gemilang pada massa covid-19 hal ini karena masyarakat dari pasar tradisional,
supermarket, mall, beralih ke pasar online dalam hal ini adalah situs toko online yang
didukung oleh aplikasi dan sistem yang canggih. Dapat kita lihat bersama bahwa sebelum
merebaknya wabah covid-19 kebiasaan jual beli dalam pemenuhan kebutuhan
berlangsung normal, lalu seketika indonesia dilanda wabah covid-19 yang berdampak
keharusan bagi masyarakat untuk memilih belanja dari rumah atau mengunjungi situs
toko online.
Dalam islam hukum asal jual beli adalah boleh sepanjang tidak ada dalil alquran
dan hadits yang melarangnya. Terdapat rukun dan syarat dalam jual beli yaitu adanya
penjual dan pembeli, adanya lafal ijab dan kabul dan adanya objek atau barang. Syarat
mutlak dalam jual beli yaitu saling merelakan serta objek atau barang terhindar dari cacat
dan gharar, supaya tidak merugikan salah satu pihak yang bertransaksi. Transaksi jual
beli baik secara offline maupun secara online apabila rukun dan syarat nya terpenuhi
maka hukum nya adalah boleh/halal sesuai aturan syariah dan selagi terhindar dari hal-hal
yang membatalkannya.
Transaksi jual beli ditoko online dapat membawa suatu kemanfaatan dan suatu
kemudhorotan. Sepanjang massa covid-19 berlangsung berbagai pihak memanfaatkan
situasi untuk memperoleh keuntungan duniawi dengan cara memalsukan barang dan
memang barang tidak sesuai nilai yang ditawarkan bahkan barang tidak dikirimkan oleh
penjual kepada pembeli. Terkait Kedudukan pendapatan (uang) yang bersumber dari
transaksi penipuan atau transaksi ghoror yang merugikan orang lain, para ulama sepakat
bahwa hukum asal penipuan adalah berdosa serta mengilangkan keberkahan atas suatu
barang dan uang haram tidak boleh dimanfaatkan oleh pemiliknya (pelaku usaha haram
tersebut ). Akibat penipuan tersebut pembeli mempunyai hak untuk khiyar yaitu
melanjutkan transaksi jual beli atau membatalkannya. Apabila terjadi sengketa akibat
transaksi tersebut ada dua jalur penyelesaian masalah yaitu melalui jalur musyawarah
internal para pihak dan penyelesaian permasalahan jalur hukum.
BIBLIOGRAPHY
Anwar, r., & adidarma, w. (2016). Pengaruh kepercayaan dan risiko pada minat beli
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
744
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
Brata, i. B. (2016). Pasar tradisional di tengah arus budaya global. Jurnal ilmu
manajemen (juima), 6(1).
Fatriansyah, a. I. A. (2020). Bisnis jual beli online dalam perspektif islam. Al amwal
(hukum ekonomi syariah), 3(1), 38–44.
Fitria, t. N. (2017). Bisnis jual beli online (online shop) dalam hukum islam dan hukum
negara. Jurnal ilmiah ekonomi islam, 3(01), 52–62.DOI:
http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v3i01.99
Harmayani, h., marpaung, d., hamzah, a., mulyani, n., & hutahaean, j. (2020). E-
commerce: suatu pengantar bisnis digital. Yayasan kita menulis.
Mungkasa, o. (2020). Bekerja dari rumah (working from home/wfh): menuju tatanan baru
era pandemi covid 19. Jurnal perencanaan pembangunan: the indonesian journal of
development planning, 4(2), 126–150.https://doi.org/10.36574/jpp.v4i2.119
Rahmanto, t. Y., kav, j., & kuningan, j. S. (2019). Penegakan hukum terhadap tindak
pidana penipuan berbasis transaksi elektronik. Jurnal penelitian hukum de jure,
19(1), 32–52.
Sudaryono, s., rahwanto, e., & komala, r. (2020). E-commerce dorong perekonomian
indonesia, selama pandemi covid 19 sebagai entrepreneur modern dan pengaruhnya
terhadap bisnis offline. Jurnal manajemen dan bisnis, 2(01), 200–2014.DOI:
https://doi.org/10.47080/10.47080/vol1no02/jumanis
Syauki, u. (2019). Analisis kemaslahatan dan kontekstual praktek jual beli berbasis online
(e-commerce). Dinar: jurnal prodi ekonomi syariah, 3(1), 122–144.
Tektona, r. I., & putra, r. C. (2021). Implikasi hukum pandemi covid-19 terhadap
transaksi akad bai’as-salam (pre order) dalam transaksi dropship. Jurnal supremasi,
79–93. https://doi.org/10.35457/supremasi.v11i1.1093
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
745
Samrotul Janah /Cerdika: JurnalIlmiah Indonesia, 1(6), 735-745
Tinjauan Fiqh Muamalah Dan Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli DiToko
Online Pada Masa Pandemi Covid-19
746