Analisis Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pembelajaran PKN Di Kelas Viii

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ANALISIS INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA

DALAM PEMBELAJARAN PKn di KELAS VIII

(Bambang Irawan, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis internalisasi


nilai-nilai Pancsila dalam pembelajaran PKn di kelas VIII semester genap di
SMP Negeri 2 Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian evaluatif
fenomologis. Instrumen pengumpul data menggunakan tekhnik snowball
sampling dengan panduan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis
data menggunakan Analysis Interactive Model yang dilakukan melalui
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen dalam internalisasi nilai-nilai


Pancasila dalam pembelajaran PKn seperti karakteristik guru, internalisasi
nilai-nilai Pancasila, serta penerapan nilai-nilai Pancasila sudah dapat
dilaksanakan oleh guru, sekolah dan hampir seluruh siswa kelas VIII di SMP
N 2 Way Kenanga. Namun tidak seluruh siswa dapat melaksanakannya.

Kata kunci : Internalisasi, Pancasila, Pembelajaran


AN ANALYSIS OF INTERNALIZATION FIVE BASIC PRINCIPLES OF
INDONESIA’S VALUES IN LEARNING CIVIC EDUCATION AT CLASS
VIII

(Bambang Irawan, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa)

ABSTRACT

This research was aimed to describe and analyze the internalization of five
basic principles of Indonesia’s values in learning civic education at class VIII
of even semester of SMP Negeri 2 Way Kenanga Regency of Tulang Bawang
Barat. Method of this research was descriptive qualitative. Type of research
used was fenomologic evaluative. Instrument to gain data used snowball
sampling technique based on interview, observation and documentation. Data
analysis used Interactive Model Analysis which was conducted through
gaining the data, data reduction, data presentation and creating conclusion.

Result of this research showed that component in the internalization of five


basic principles of Indonesia’s values in learning civic education such as
teacher characteristic, internalization of five basic principles of Indonesia’s
values and implementation of five basic principles of Indonesia’s values, have
already implemented by teacher, school and most students at class VIII of
SMP Negeri 2 Way Kenanga. Not all students, however, could implement it.

Keywords: five basic principles of indonesia, internalization, learning


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap warga Negara. Baik itu pendidikan
formal melalui lembaga resmi seperti sekolah, ataupun pendidikan diluar sekolah
atau masyarakat. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk
generasi penerus bangsa yang cerdas dan handal dalam pelaksanaan pembangunan
kehidupan bangsa. Sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional pada pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Memperhatikan isi UU Nomor 20 tahun 2003 tersebut maka dapat dipastikan


bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan bangsa
suatu. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan manusia agar
mampu mandiri, mengembangkan potensi diri, dan dapat menjadi angggota
masyarakat yang berdaya guna dalam pembangunan bangsa. Salah satu tuntutan
mendasar yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu
pendidikan. Dengan demikian, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
mempunyai tugas dalam memenuhi tuntutan tersebut untuk selalu meningkatkan
mutu pendidikan.

Mutu pendidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu kegiatan pembelajaran.


Kegiatan pembelajaran yang efektif dapat membuat siswa lebih tanggap terhadap
materi yang disampaikan di depan kelas, serta apabila dalam proses pembelajaran
setiap elemen, berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa tenang, puas dengan
hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana dan prasarana yang memadai serta
materi, metode dan media yang sesuai.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran efektif
adalah pembelajaran yang berorientasi pada program pembelajaran berkenaan
dengan usaha mempengaruhi, memberi efek yang dapat membawa hasil sesuai
dengan tujuan maupun proses yang ada di dalam pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran disekolah guru adalah sumber yang menempati possisi utama dan
memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Guru juga penentu dalam
keberhasilan proses belajar dan hasil belajar. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
kualitas seorang guru merupakan hal utama yang perlu diperhatikan. Kualitas
seorang guru dapat terlihat dari beberapa aspek, salah satunya pada keterampilan
mengelola kelas dan memasukkan nilai-nilai yang dapat menunjang hasil belajar
dari siswa tersebut.
Ketepatan penguasaan kelas yang dimiliki oleh seorang guru dapat menjadikan
suasana pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menarik sehingga dapat
meningkatkan motivasi, kerjasama, serta keaktifan belajar siswa. Proses
pembelajaran yang diberikan guru di kelas inilah yang nantinya dapat diterapkan
siswa dalam pergaulan sehari-hari dengan teman, lingkungan, maupun keluarga.

Proses pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh seorang guru, harus mampu
memberikan nilai-nilai positif yang dapat diterapkan oleh siswa, sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam tiap butir pancasila. “Kegiatan belajar berpusat
pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas
lebih hidup. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik
(Darsono, 2000:24)”. Oleh karena itu, mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan mempunyai peranan yang penting untuk menjadikan siswa
sebagai warga Negara yang baik dan mengerti cara bertingkah laku dan bergaul
dengan lingkungan sekitar.

Nilai moral merupakan nilai yang penting bagi kehidupan manusia, baik sebagai
makhluk pribadi, makhluk Tuhan, maupun makhluk sosial. Nilai moral
merupakan nilai yang digunakan sebagai dasar, tuntunan, dan tujuan manusia
dalam kehidupannya. Nilai moral yang terkandung didalam pendidikan
kewarganegaraan dapat mendukung siswa untuk dapat bergaul dengan teman
sebaya dan lingkungan. Agar pendidikan moral dapat diimplementasikan dan
tercapai sesuai harapan bangsa diperlukan rasa memiliki (sense of belonging)
dasar konsep pendidikan moral,diperlukan rasa solidaritas yang tinggi terhadap
sesama (sense of solidarity) , dan diperlukan rasa bertanggung jawab (sense of
responsibility ) terhadap dasar konsep pendidikan moral itu sebagai bahan
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk mengamalkan nilai – nilai luhur
Pancasila.

Makna “pendidikan moral” adalah bertujuan membantu peserta didik untuk


mengenali nilai – nilai dan menempatkannya secara integral dalam konteks
keseluruhan hidupnya. Pendidikan semacam ini semakin penting dan menempati
posisi sentral karna tingkat kadar persatuan dan kesatuan terutama yang berkaitan
dengan kesadaran akan nilai – nilai dalam masyrakat akhir – akhir ini cenderung
semakin “pudar”. Hal ini diperkuat oleh beberapa fakta yang sering terjadi seperti,
tawuran antar pelajar, asusila, hilangnya rasa gotong royong ditengah
masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan nilai moral berkaitan erat dengan
kebaikan, yang ada dalam suatu sikap dan tingkah laku. Suatu sikap dan tingkah
laku itu bisa dianggap baik tetapi tidak bernilai bagi seseorang dalam suatu
konteks peristwa tertentu.

Ada gejala bahwa pendidikan dalam pengajaran ditekankan segera untuk


memperoleh keterampilan. Keterampilan memang bermanfaat untuk jangka
pendek, tetapi melupakan pembinaan sikap sebagai manifestasi pendidikan moral
yang justru diperlukan bagi pembinaan hidupnya. Akibatnya peserta didik
berlomba –lomba berlatih dalam bidang tertentu demi sukses pribadi tanpa
memikirkan efek samping dan akibat yang ditimbullkannya.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan secara observasi oleh peneliti
pada hari senin tanggal 10 februari 2014, pukul 09.00 kondisi SMP Negeri 2 Way
Kenanga yang menjadi fokus penelitian memiliki permasalahan yang sama. Latar
belakang pengetahuan, lingkungan keluarga, tempat tinggal, dan kebiasaan siswa
yang beragam menjadikan SMP ini memiliki permasalahan terhadap siswa yang
melakukan kenakalan dilingkungan sekolah, seperti tidak mematuhi tata tertib,
mengganggu, dan menjahili teman saat proses belajar mengajar berlangsung
sehingga kegiatan belajar mengajar dikelas menjadi kurang efektif.

Materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas VIII tentang nilai-nilai


Pancasila telah dipelajari di semester ganjil. Materi pelajaran nilai-nilai Pancasila
ini menekankan pada aplikasinya dalam berbagai kehidupan siswa, tujuannya
adalah siswa dapat menerapkan dalam kehidupan, khususnya dilingkungan
sekolah, masyarakat dan keluarga. Siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Way
Kenanga masih banyak yang melakukan perilaku yang bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila meskipun telah mempelajari tentang nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.

Masih banyak perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang


dilakukan oleh siswa-siswi di SMP Negeri 2 Way Kenanga. Mulai dari mengejek
teman, apakah dikarenakan kesalahan yang kecil ataupun karena tingkah laku
mereka dikelas sehingga menimbulkan kekacauan yang membuat suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif. Tidak menghargai pendapat teman di kelas,
baik pada saat diskusi maupun Tanya jawab di kelas. Banyak dari siswa-siswi di
SMP Negeri 2 Way Kenangaini yang kurang menghargai keberadaan guru
dikelas, banyak alasan yang disampaikan oleh siswa-siswi tersebut, mulai dari
kelincahan guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sampai suara guru
dikelas yang dianggap kurang jelas, kebanyakan dari mereka hanya takut kepada
guru apabila guru tersebut galak. Di SMP Negeri 2 Way Kenanga sendiri terdapat
bermacam-macam agama, yaitu, islam, hindu, Kristen, dan tidak sedikit dari
mereka yang membeda-bedakan itu semua, sehingga terjadi pengelompokan yang
membuat agama minoritas sering merasa tersinggung dengan agama mayoritas,
bahkan sampai menjahili teman yang berbeda agama pada saat pembelajaran
berlangsung.

Keadaan atau kondisi tersebut, masih terdapat masalah atau hambatan dalam
internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui pembelajaran PKn di sekolah.
Seyogyanya pembelajaran PKn di sekolah mampu menginternalisasikan nilai-nilai
Pancasila melalui tahap-tahap sebagai berikut; tahap transformasi nilai, tahap
transaksi nilai dan tahap trans internalisasi.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 2 Way Kenanga, Maka


peneliti tertarik untuk mengangkat judul mengenai: Analisis Internalisasi Nilai-
Nilai Pancasila Dalam Pembelajaran PKn Di Kelas VIII Semester Genap Di SMP
N 2 Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tujuan Penelitian

Tujuan dari peneltian ini adalah mengkaji dan menganalisis internalisasi nilai-
nilai Pancasila dalam pembelajaran PKn di kelas, supaya siswa dapat menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan, khususnya dilingkungan sekolah,
masyarakat, dan keluarga.

TINJAUAN PUSTAKA

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Menurut Muhaimin dalam Mona, (2010 : 153) Dalam proses internalisasi yang
dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang
mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, yaitu:
a. Tahap Transformasi Nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik
dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara
pendidik dan peserta didik atau anak asuh.
b. Tahap Transaksi Nilai : Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik
dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.
c. Tahap Transinternalisasi : Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap
transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi
verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini
komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.

Menurut Dictionary of Sociology and Related Sciences mengemukakan “nilai


adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia, sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
kelompok”. menurut Kuperman dalam Mulyana, Rohmat (2004) “nilai adalah
patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya
diantara cara-cara tindakan alternatif”.

Menurut Prof. Dr. Notonegoro dalam eko widodo,taufiqurrahman (2009:9) nilai


dapat dibagi rnenjadi tiga, yaitu:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Sugiarti dalam Ristina dalam mona (2010:15) mengemukakan bahwa


“pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan disengaja untuk
menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Dalam
kegiatan itu terjadi interaksi antara kedua belah pihak, yaitu peserta didik (warga
belajar) yang melakukan kegiatan belajar, dengan pendidik (sumber belajar) yang
melakukan kegiatan membelajarkan”.

Somantri (2001:299) mengemukakan “pendidikan kewarganegaraan yang cocok


dengan Indonesia adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik
yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh
positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu
diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan
bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan
pancasila dan UUD 1945”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan


kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian evaluatif
fenomologis. Instrumen pengumpul data menggunakan tekhnik snowball
sampling dengan panduan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan Analysis Interactive Model yang dilakukan melalui pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan Penarikan kesimpulan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang datanya diambil dari subjek
penelitian atau sumber data. Penggalian informasi akan menggunakan teknik
pengambilan sumber data dengan metode tertentu. Adapun sumber data yang
ditetapkan dengan metode tertentu salah satunya wawancara. Teknik
pengumpulan yang penulis gunakan dalam penelitian ini menggunakan
wawancara langsung dengan informan sedemikian rupa dengan cara terlebih
dahulu mewawancarai informan yang menjadi kunci.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Pemaparan Data
1) Karakteristik guru

Karakteristik guru PKn di SMP Negeri 2 Way Kenanga merupakan salah satu
factor penentu keberhasilan dalam pembelajaran di dalam kelas. Berikut ini
akan dijabarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai
berikut:

a. Hasil Wawancara
1) Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru PKn di sekolah di SMP
Negeri 2 Way Kenanga, sebagai berikut :

Kalau dilihat dari latar belakang guru PKn sendiri sebenarnya kurang
mendukung dikarenakan SMP N 2 Way Kenanga hanya memiliki 1 orang
guru dan latar belakangnya lulusan S1 dalam jabatan di UNILA tahun 2010.
(W.TU.22.4.2014)

Latar belakang pendidikan terakhir saya S1 dalam jabatan, lulusan tahun


2010, sebenarnya saya masih merasa kurang cukup hanya dengan lulusan S1
dalam jabatn saja tapi dikarenakan umur yang sudah cukup tua, maka sudah
tidak mungkin untuk melanjutkan sekolah lagi, tetapi saya selalu mempelajari
metode-metode baru dalam memberikan pelajaran dikelas, supaya siswa
dapat menangkap pelajaran dengan baik.
(W.GP.22.4.2014)

2) Masa Kerja
Masa kerja guru PKn di SMP N 2 Way Kenanga dan pengaruh masa kerja
dengan cara guru dalam memberikan pelajaran dikelas kepada siswa, sebagai
berikut :

Guru PKn disini sudah mengajar cukup lama, yakni sejak sekolahan ini
berdiri ditahun 2010 sampai dengan sekarang. Berarti sudah 4 tahun guru
PKn ini mengabdikan diri disini, Jadi sudah dapat dipastikan guru PKn disini
memberikan pembelajaran dikelas dengan sangat baik dan sungguh-sungguh.
(W.TU.22.4.2014)

Saya sudah menjadi guru disini selama 4 tahun, dan saya merasa sudah
memberikan yang terbaik.
(W.GP.22.4.2014)

3) Pangkat dan Golongan


Pangkat dan golongan guru PKn di SMP N 2 Way Kenanga dan pengaruhnya
dengan cara guru dalam memberikan pembelajaran dikelas, sebagai berikut :

Guru PKn disini masih berstatus guru honorer, tapi walaupun masih berstatus
guru honorer, guru PKn disini selalu dengan sepenuh hati memberikan
pelajaran kepada siswa-siswa disini, dan guru PKn disini juga selalu berusaha
memberikan yang terbaik dan selalu belajar metode-metode belajar yang baru
dan variatif agar siswa dapat mengerti materi dengan baik
(W.TU.22.4.2014)

Saya masih berstatus sebagai guru honorer jadi belum memiliki pangkat
apalagi golongan, tetapi saya selalu memberikan yang terbaik untuk murid-
murid dan juga untuk sekolah ini
(W.GP.22.4.2014)

2) Internalisasi Nilai-nilai Pancasila


a. Hasil Wawancara

1) Transformasi nilai
Proses sosialisasi nilai-nilai Pancasila yang disampaikan oleh guru kepada
siswa di dalam kelas,sebagai berikut :

Nilai-nilai Pancasila sebenarnya sudah saya ajarkan di semester kemarin, dan


disetiap ada kesempatan saya selalu menyisipkan nilai-nilai Pancasila ini di
dalam pembelajaran PKn di dalam kelas. (W.GP.22.4.2014)

Sudah sering, pak guru sering menjelaskan setiap pelajaran yang


dihubungkan dengan sikap-sikap yang berhubungan dengan nilai-nilai
Pancasila
(W.SW1.22.4.2014)

Sudah hampir setiap awal dan akhir pelajaran PKn, pak guru selalu
mengingatkan kami tentang nilai-nilai Pancasila
(W.SW2.22.4.2014)

Sudah sering, tapi penerapannya kurang. (W.SW3.22.4.2014)

Nilai-nilai Pancasila yang telah diinformasikan oleh guru kepada siswa


didalam kelas, sebagai berikut :

Mulai dari pemberian tugas, kerja kelompok, memberikan contoh berupa


gambar-gambar dan video.
(W.GP.22.4.2014)

Dengan memberikan contoh-contoh, baik berupa gambar, video, atau berita-


berita dari Koran atau TV.
(W.SW1.22.4.2014)

Biasanya dengan memberikan contoh-contoh yang berhubungan dengan nilai-


nilai yang terkandung dalam Pancasila seperti gotong royong dan lain-lain.
(W.SW2.22.4.2014)

Melalui pembelajaran di kelas. (W.SW3.22.4.2014)

Saat dimana guru PKn menginformasikan Nilai-nilai Pancasila kepada siswa


sebagai berikut :

Pada saat pembelajaran di kelas. (W.GP.SW1.SW2.SW3.22.4.2014)

Hal-hal yang diinformasikan oleh guru didalam kelas sebagai berikut :

Sikap tenggang rasa, toleransi antar umat beragama, tolong menolong, saling
menghormati, sopan santun dan lain sebagainya.
(W.GP.22.4.2014)

Sikap-sikap positive yang berhubungan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti;


tenggang rasa, tolong menolong, sopan santun saling menghormati dan lain-
lain.
(W.SW1.22.4.2014)

Sikap cinta kepada tanah air, tolong menolong, saling menghormati antar
umat beragama dan lain-lain.
(W.SW2.22.4.2014)

Pelajaran tentang menghormati guru dan teman. (W.SW3.22.4.2014)

2) Transaksi Nilai
Proses diskusi yang dilakukan oleh guru dan siswa tentang nilai-nilai
Pancasila di dalam Kelas sebagai berikut:

Ya, kami pernah melakukannya di semester kemarin, saya membagi kelas


kedalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
nilai-nilai Pancasila dan saya juga membuat semacam kelompok belajar
sepulang sekolah biasanya 2 minggu sekali, untuk memperdalam materi
(W.GP.22.4.2014)

Sering, dua minggu sekali biasanya kami membentuk gruf diskusi setiap
pulang sekolah, tapi tidak semuasiswa mengikuti diskusi tersebut, diskusinya
menyeluruh tentang pembelajaran PKn jadi bukan cuma Pancasila saja
(W.SW1.22.4.2014)

Semester kemarin pernah melakukan diskusi, kalo semester ini biasanya pak
guru membuat kelompok diskusi sepulang sekolah biasanya dua minggu
sekali tapi bukan hanya mendiskusikan tentang Pancasila saja tetapi semua
yang berhubungan dengan pelajaran PKn (W.SW2.22.4.2014)

Jarang melakukan diskusi, waktu semester kemarin saja. (W.SW3.22.4.2014)

Nilai-nilai yang dikembangkan oleh guru dan siswa merupakan keputusan


bersama antara guru dan siswa :

Nilai-nilai yang dikembangkan merupakan nilai-nilai yang dapat membantu


siswa dalam pergaulannya sehari-hari dan semuanya merupakan keputusan
bersama antara siswa dan guru.
(W.GP.22.4.2014)

Iya nilai yang dikembangkan ya nilai yang menurut kami dan pak guru harus
dikembangkan.
(W.SW1.22.4.2014)
Yang dikembangkan atau sering disampaikan sih antara lain, tenggang rasa,
saling menghormati antara umat beragama dan saling tolong menolong.
(W.SW2.22.4.2014)

Kadang-kadang iya, kadang juga gak, maksudnya kadang-kadang nilai yang


dikembangkan itu di tetapkan oleh guru.
(W.SW3.22.4.2014)

Respon dan kritik yang disampaikan oleh siswa setelah guru memberikan
informasi mengenai nilai-nilai Pancasila sebagai berikut :

Ya, siswa merespon dengan baik terhadap nilai-nilai yang menurut mereka
membantu dan perlu dikembangkan, seperti: saling menghormati, tolong
menolong, tenggang rasa, toleransi antar umat beragama dan lain-lain.
(W.GP.22.4.2014)

Sebagian siswa merespon materi yang disampaikan dengan memberikan


pertanyaan-pertanyaan mengenai contoh dalam kehidupan sehari-hari.
(W.SW1.22.4.2014)

Banyak temen-temen di kelas yang mulai mengembangkan nilai-nilai


Pancasila yang telah di ajarkan oleh guru di kelas.
(W.SW2.22.4.2014)

Yang pinter-pinter saja. (W.SW3.22.4.2014)

3) Transinternalisasi Nilai
Sikap yang ditunjukkan oleh guru dan staf di sekolahan alam menanamkan
nilai-nilai Pancasila terhadap siswa sebagai berikut :

Setiap guru dan staf disini selalu memberikan contoh yang baik kepada siswa
disekolah (W.GP.22.4.2014)

Ya, mereka memberikancontoh yang baik kepada kami. (W.SW1.22.4.2014)

Mereka selalu menjadi contoh yang baik bagi kami. (W.SW2.22.4.2014)

Iya, waktu disekolah. (W.SW3.22.4.2014)

Moto dan poster-poster yang mendukung dalam penanaman nilai-nilai


Pancasila terhadap siswa di sekolah sebagai berikut :

Moto yang ada disekolah dan poster-poster yang dipasang siswa dikelas dapat
membantu dalam penanaman nilai-nilai Pancasila kepada siswa di Sekolah.
(W.GP.22.4.2014)
Kalau menurut saya, sudah cukup mendukung, mulai dari moto yang ada di
sekolah sampai yang ada di dalam kelas dan di dalam mushola.
(W.SW1.22.4.2014)

Mulai dari poster-poster pahlawan yang ada dikelas-kelas serta moto yang
ada di sekolahan selalu memberikan motivasi lebih kepada kami.
(W.SW2.22.2014)

Iya banyak poster dan tulisan dikelas yang mendukung itu.


(W.SW3.22.4.2014)

3) Penerapan Nilai-nilai Pancasila

a. Hasil Wawancara
1) Penerapan Nilai-nilai Pancasila sila ke-1 sampai sila ke-5
Sikap yang dilakukan siswa dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila yang ada
di sila 1 sampai dengan sila 5 di kelas VIII sebagai berikut :

Nilai-nilai Pancasila sudah dapat diterapkan oleh sebagian siswa dengan


cukup baik. Seperti dalam pergaulan sehari-hari di sekolah ataupun dikelas
dengan sesama siswa bahkan antara siswa dengan guru.
(W.GP.22.4.2014)

Penerapannya sudah cukup baik, tapi tidak semua siswa menerapkan nilai-
nilai yang sudah disampaikan oleh guru.
(W.SW1.22.4.2014)

Penerapannya sendiri sih sudah mulai dilakukan oleh siswa, walaupun belum
keseluruhannya, masih ada sebagian siswa yang belum menerapkannya.
(W.SW2.22.4.2014)

Masih kurang. (W.SW3.22.4.2014)

Hal-hal yang sudah dilakukan siswa dalam menerapkan nilai-nilai yang


terkandung yang terkandung dalam Pancasila dari sila 1 sampai dengan sila 5
sebagai berikut :

Saling membantu apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam


pembelajaran, dan saling menghormati antara beda agama, dan mereka juga
sangat menghormati semua guru dan staf TU yang ada disekolah
(W.GP.22.4.2014)

Banyak, contohnya jum’at bersih. Jadi, setiap jum’at itu kita semua bersih-
bersih sekolahan, seluruh guru dan murid ikut bersih-bersih. Membuat
kelompok belajar, jadi murid-murid yang tidak mengerti mengenai pelajaran
yang diberikan guru di kelas bisa belajar bareng,. Menghargai teman-teman
yang berbeda agama, kan disini murid-muridnya bukan hanya beragama
muslim saja tetapi tidak sedikit yang beragama hindu dan khatolik jadi kalo
ibadah itu tidak saling mengganggu.
(W.SW1.22.4.2014)

Saling membantu teman yang kesusahan dalam belajar, seperti melakukan


kerja kelompok, hormat kepada guru, dan menghormati teman-teman yang
memiliki agama yang berbeda.
(W.SW2.22.4.2014)

Toleransi antar umat beragama, adil, sederajat dan tidak sombong.


(W.SW3.22.4.2014)

Temuan Penelitian

Dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru PKn di SMP N 2
Way Kenanga yang merupakan lulusan dari S1 Dalam Jabatan Unila 2010, sudah
cukup mendukung dalam pemberian materi pembelajaran di dalam kelas.
Walaupun masih berstatus guru honorer, guru PKn di SMP N 2 Way Kenanga
dapat memberikan pembelajaran yang baik kepada siswa-siswa di SMP N 2 Way
Kenanga. Terbukti guru PKn disini disenangi oleh murid-murid karena dalam
pembelajaran di kelas guru PKn disini selalu memberikan hal-hal yang baru
tentang materi PKn.

Dalam proses penanaman nilai-nilai Pancasila yang dilakukan oleh guru kepada
siswa sudah cukup baik, dan sudah memberikan pengetahuan yang lebih kepada
siswa-siswa di SMP N 2 Way Kenanga. Agar dapat menerapkan nilai-nilai yang
terkandung didalam Pancasila ini dalam kehidupan sehari-hari. Dan tidak sedikit
siswa yang menerapkan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh guru PKn di kelas.

Setelah melalui tahap Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran PKn


di kelas, yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari apa yang telah dilakukan guru
PKn di dalam kelas adalah penerapannya dalam pergaulan sehari-hari siswa di
dalam lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga. SMP Negeri 2 Way
Kenanga sudah bisa dikatakan baik dalam penerapan nilai-nilai Pancasila di dalam
pergaulan siswa di lingkungan sekolah. Sikap toleransi antar umat beragama
sudah dapat diterapkan oleh hampir seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2
Way Kenanga, saling menghormati antara siswa dengan siswa lainnya tanpa
memandang status sosial, agama, suku, warna kulit dan lain sebagainya, hormat
kepada guru dan seluruh staff dan kepala sekolah, saling membantu teman yang
dalam kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru di depan
kelas.

Pembahasan

Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran PKn di SMP Negeri 2 Way


Kenanga sudah dapat dikatakan berjalan dengan cukup baik. Dilihat dari tahap
transformasi nilai, dalam tahap ini guru sudah mensosialisasikan nilai-nilai yang
terkandung didalam Pancasila kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh
yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mensosialisasikan nilai-nilai
Pancasila di setiap pelajaran PKn yang diberikan siswa dapat dengan jelas
menerapkan berbagai sikap yang berhubungan dengan nilai-nilai Pancasila
seperti, toleransi antar umat beragama, sikap saling menghormati, saling tolong
menolong, dan lain sebagainya dengan sangat baik.

Pada tahap yang kedua, transaksi nilai, pada tahap ini guru PKn di SMP Negeri 2
Way kenanga sudah menjadi mediator yang sangat baik dalam mengembangkan
minat siswa tentang nilai-nilai Pancasila yang dapat membantu siswa dalam
pembelajaran ataupun dalam pergaulan sehari-hari baik dengan sesama siswa,
siswa dengan guru, bahkan siswa dengan masyarakat. Semua itu sudah dapat
dilakukan dengan baik oleh siswa dikarenakan peran guru PKn yang selalu
memberikan contoh yang baik kepada siswa.

Pada tahap yang terakhir, transinternalisasi nilai, pada tahap ini yang dituntut
untuk memberikan contoh-contoh yang baik adalah seluruh warga di lingkungan
sekolah. SMP Negeri 2 Way Kenanga sudah cukup baik memainkan perannya
dalam membangun sikap siswa yang selalu memberikan toleransi kepada siswa
yang memiliki agama yang berbeda, menghormati semua keputusan yang diambil,
selalu menghormati guru yang ada disekolahan, senantiasa membantu sesama
siswa dalam pembelajaran, dan semua ini sudah berjalan dengan cukup baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Proses internalisasi nilai-nilai Pancasila yang dilakukan oleh guru di dalam kelas
sudah dapat dimengerti dan dipahami oleh hampir seluruh siswa yang ada di kelas
VIII SMP Negeri 2 Way Kenanga. Dan sekolahan sudah menjadi wadah dan
contoh yang baik bagi siswa –siswa agar dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila
yang telah diberikan oleh guru di dalam kelas. Penerapan nilai-nilai Pancasila
yang dilakukan oleh siswa-siswa di SMP Negeri 2 Way Kenanga sudah berjalan
dengan lancar, dilihat dari pergaulan siswa sehari-hari, baik dilingkungan sekolah
maupun di dalam kelas.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas dan berdasarkan pengamatan penulis, maka


penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru dan MGMP PKn
Guru hendaknya dapat memberikan yang terbaik bagi siswa dan sekolah.
Jangan hanya dikarenakan memiliki latar belakang pendidikan yang rendah
dan belum memiliki status PNS lantas guru tidak dengan sungguh-sungguh
memberikan pembelajaran kepada siswa. Jadilah seorang guru professional
yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang selalu mencoba
memberikan yang tebaik tanpa selalu mengharapkan imbalan lebih dari apa
yang telah dikerjakan.
2. Sekolah
Sekolah seharusnya dapat menjadi tempat bagi siswa untuk mencurahkan
seluruh inspirasi siswa, sekolah juga seharusnya dapat mempasilitasi semua
hal yang dibutuhkan oleh siswa untuk mencapai cita-cita mulia yang
dimiliki oleh siswa di sekolah.

3. Siswa
Sebagai seorang siswa yang memiliki budi pekerti yang baik seharusnya
dapat memberikan yang terbaik untuk diri mereka sendiri, dan
memberikan yang terbaik bagi sekolah. Siswa juga seharusnya dapat
menjadi cermin bagi siswa-siswa yang lain untuk dapat menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Jadi lah siswa yang selalu mencoba menggapai semua
prestasi tanpa sekalipun mengucapkan kata menyerah untuk
mewuudkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, Max. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang


Press
Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:
CV. Afabeta
Mona. 2010, Model Project Citizen Untuk Meningkatkan Kecakapan
Kewarganegaraan Pada Konsep Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat,
Tesis Magister Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia, Bandung:
Tidak Diterbitkan
Somantri, N,M. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Widodo, Eko., Taufiqurrahman. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: CV
Sari Ilmu Pratama.

You might also like