0% found this document useful (0 votes)
88 views10 pages

Rasulullah SAW. Sebagai Living Model Dalam Pendidikan Islam

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 10

Pendidikan ala Rasulullah SAW.

“Rasulullah SAW. sebagai living model dalam pendidikan Islam”

Oleh: Shoni Rahmatullah Amrozi, M.Pd.I1

ABSTRAK
At around the world drowned in a stream of lies, loss of human dignity, far from
the light of monotheism, and the social, political, economic, cultural and religious
communities, especially the Arab world is very fragile and apprehensive, appears a
major figure in the history of all time. He carried the torch of transformation from
darkness into bright light of life. He led a chaotic society into a society that guided and
educated, moreover released the Arab from polytheism to monotheism. He is the Prophet
Muhammad who is well known as a carrier rahmatallil'alamin. The biggest crisis in the
world today is a crisis exemplary. The crisis is more powerful than the energy, health,
food, transportation and water crisis. Due to the absence of a visionary leader,
competent, and have high integrity then the problem of water, forest conservation, health,
education, justice system, and transport will be more severe. As a result, more and more
day health care costs increasingly difficult to affordable, transportation management
increasingly chaotic, the education lose conscience of compassion-oriented noble
character, rivers and ground water increasingly polluted and garbage piled up
everywhere. Here, among the problems experienced by the Muslim world, including
Indonesia, as part of the world's third largest. Therefore, the education of the Prophet
Muhammad is the benchmark that must be followed by all human beings in terms of
projecting the pattern of education, because the education p taught by him will lead
people to be teacher who are respected, loved and followed by all student.

Kata Kunci: Pendidikan, Islam, Rasulullah SAW., Living Model.

PENDAHULUAN
Sesuai dengan eksistensinnya, Manusia selalu bernaluri untuk melakukan
perubahan, yang pada akhirnya perubahan tersebut akan bermuara pada kemajuan dalam
realitas kehidupannya, baik kemajuan pada ranah tehnis maupun mekanisnya. maka sejak
itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan
kebudayaan melalui pendidikan. Oleh sebab itu dalam sejarah perdaban manusia,

1
Dosen Pembina Mata Kuliah; Ilmu Pendidikan Islam. (STAIN Jember)
pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan
generasi ke generasi, selanjutnya dalam hal ini pendidikan berfungsi sebagai transfer of
knowlege dan transfer of culture pada generasi berikutnya. Sejalan dengan fenomena
tersebut, pendidikan menjadi tumpuan bahkan tuntutan kemajuan masyarakat dalam
lintasan zaman.2
Manusia bahu-membahu dan saling berpacu untuk melakukan perubahan,
sehingga pendidikan menjadi semakin penting peranannya untuk mengantarkan mereka
pada terciptanya kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, bahkan boleh dikatakan
pendidikan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup manusia sepanjang
sejarah peradapannya.
Pendidikan yang dapat diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik
(jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas,
kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakatnya selaku hamba Allah swt, maka
pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa
tanggung jawab. Dan usaha pendidikan bagi manusia menyerupai makanan bergizi yang
berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.
Sedangkan tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan
hidup masing-masing individu, di mana pendidikan menjadi media dalam mengantarkan
orientasi hidupnya di dunia. sehingga perlu adanya rumusan yang baku untuk
mengarahkan tujuan dan sasaran pendidikan dalam Islam, sebagai landasan pandangan
seorang muslim disebutkan dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
    
Artinya : “ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (QS. Al-
Imran: 19).3
Sasaran tersebut diatas akan pudar, bahkan akan hilang lenyap dari permukaan
jika kemelut yang di rasakan dalam tubuh pendidikan Islam selama ini belum teratasi.
Secara kasat mata pendidikan di Indonesia masih mengalami krisis multi dimensi,
terutama pendidikan yang notabenenya pendidikan agama, lebih-lebih pendidikan agama
Islam. Harapan besar di atas tinggal harapan dan tidak termanifestasi di permukaan.

2
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 9.
3
Depag, Al-Qur’an Dan Terjemah, (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1974), 78.
Bila di runut secara kronologis pendidikan Islam mengalami persolan yang sangat
aspektual. Di satu sisi pendidikan Islam harus relevan dengan kebutuhan dan siap
menghadapi tantangan zaman, di sisi lain pendidikan Islam di hadapakan pada persoalan
di tubuh internal pendidikan Islam itu sendiri. Sehingga butuh sebuah pencerahan yang
bersifat konstruktif dalam dunia pendidikan yang tentunya menjadikan Rasulullah SAW
sebagai sebuah sandaran agung.
Karena, dimensi lain dari kesuksesan Rasulullah SAW adalah dalam bidang
pendidikan. Memang, beliau adalah anak yatim yang tidak mendapatkan pendidikan
sekolah yang mengajarkannya baca tulis, namun beliau sangat menekankan pentingnya
pendidikan untuk meningkatkan kualitas manusia. Beliau tidak pernah mengenyam
pendidikan di pusat-pusat pendidikan yunani dan diasuh oleh para filosof, namun
pemikiran yang beliau hasilkan mampu menjawab berbagai persoalan manusia.4

PERHATIAN RASULULLAH SAW. TERHADAP PENDIDIKAN


Pendidikan menurut islam mempunyai kedudukan yang tinggi. Ini dibuktikan
dengan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
menyuruh beliau membaca dalam keadaan beliau ummi.5 Disamping itu, wahyu ini juga
mengandung suruhan belajar mengenai Allah SWT memahami fenomena alam serta

4
dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
‫أخبرنا أبو المعالي عبد الكريم بن عبيد هللا الطلحي بإسفراين أنا أبو القاسم الفضل بن أبي حرب الجرجاني بنيسابور أنبأنا أبو عبد‬
‫الرحمن محمد بن الحسين السلمي أنا أبو الفتح يوسف بن عمر الزاهد ببغداد من كتابه ثنا أبو بكر من جعفر ثنا عمر بن عبد هللا البحراني‬
‫ثنا ص فوان بن مغلس الحني ثنا محمد بن عبد هللا عن سفيان الثوري عن االعمش قال قال عبد هللا رضه عنه قال قال رسول هللا صلى هللا‬
‫عليه وسلم إن هللا أدبني وأحسن أدبي ثم أمرني بمكارم االخالق فقال خذ العفو وأمر بالعرف اآلية‬
“sesungguhnya Allah Telah mendidikku, dan ia memdidikku dengan baik, kemudian ia menyuruhku
dengan akhlak-akhlak mulia dan berfirman, Ambillah kemaafan dan suruhlah dengan kebaikan, serta
berpalinglah dari orang-orang yang jahil” jelasnya lihat di dalam kitab adabul imla’ wa al-istimla’ karya
abdul karim bin Muhammad bin manshur abu sa’id al-tamimi al-sam’ani yang diterbitkan oleh dar al-
kutub al-ilmiyah, 6. (Hadits ini dinyatakan sahih oleh Abu al- I’adhl bin Nashir, dan dinyatakan dha’if
oleh yang lainnya).
5
Wahyu Allah yang perta kali diturunkan pada saat beliau dalam keadaan ummi;
.     
  .    
 .    . 
.    
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam (Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca). Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
mengenali diri yang merangkumi prinsip-prinsip Aqidah, ilmu, dan amal. Ketiga prinsip
ini merupakan serambi falsafah pendidikan islam.6
Pendidikan Islam harus terus dikembangkan sebagai proses menuju 3 tujuan
pokok hidup manusia yaitu: isti’mar, khilafah dan ibadah sebagai muaranya.7 Sedangkan
landasan pengembangannya adalah nilai – nilai iman dan Islam agar dapat dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1.
‫إنا هلل‬ Hidup ‫وانا اليه راجعون‬

2. Konsep ini dapat dikembangkan menjadi :

Nilai-nilai Pedidikan Islam Pertanggung jawaban


Iman & Islam (Isti'mar, Khilafah, Ibadah) di hadapan Allah

Keterangan.8
Disisi lain, istilah pendidikan Islam memiliki tiga hal diantaranya, Ta’dib, Ta’lim,
dan Tarbiyah. karena pendidikan Islam merupakan terjemah dari istilah bahasa arab
Ta’dib, Ta’lim, dan Tarbiyah, sehingga hal itu tidak pernah tersentuh. Selain itu makna
pendidikan Islam, karena pada makna ini tidak pernah dikembangkan sehingga banyak
orang tidak faham dengan makna pendidikan Islam, dan juga pengertian pendidikan
Islam, hal ini sangat tidak pernah disentuh bahkan dikembangkan secara holistik oleh
lembaga pendidikan Islam sehingga peserta didik tidak memahami secara menyeluruh
tentang esensi pendidikan.9
Hakikat pendidikan islam sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan
Langgulung dalam Muhaimin, mendefinisikan pendidikan islam ditinjau dari tiga
pendekatan, yaitu: pertama menganggap pendidikan islam sebagai pengembangan
potensi. Kedua cenderung melihatnya sebagai pewaris kebudayaan. Ketiga,
menganggapnya sebagai interaksi antara potensi dan budaya. Dari definisi tersebut akan
6
Muhammad Syafi’I Antonio (Nio Gwan Chung), Muhammad SAW The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre, 2008), 181-182.
7 Yusuf al-Qardhawi, Islam Masa Depan, Terj. Mustholah Maufur ( Jakarta : Pustaka al Kautsar, 1996),172
8
Maksudnya : Kita hidup berawal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka pendidikan yang kita
kembangkan selama hidup harus bertumpu pada nilai-nilai iman dan Islam dan menuju arah kemajuan
yang bisa dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.
9
Abd Halim Soebahar , Matrik Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), 36.
mncul pernyataan bahwa pendidikan islam merupakan pengembangan khasanah ilmu
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.10
Jadi pendidikan islam merupakan upaya untuk membentuk peserta didik berbudi
luhur serta memiliki prilaku positif, baik berupa perkataan, perbuatan dan tindakannya
sehari-hari, sehingga pendidikan islam akan bermuara dan berkiblat kepada sumber
utama agama islam berkiblat dan bermuara kepada al-qur’an dan hadits. Ini pengertian
dari pendidikan islam.
Dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama ajaran islam dapat ditemukan
kata-kata atau istilah-istilah yang pengertiannya terkait dengan pendidikan, yaitu rabba,
‘allama dan addaba. Misalnya seperti yang terdapat dalam surah al-Isra’ ayat 24.11
Ayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa istilah rabba, ‘allama dan addaba
memiliki pengertian sebagai berikut:
a) Kata kerja rabba yang masdarnya tarbiyyatan memiliki beberapa arti, antara lain,
mengasuh, mendidik serta memelihara.
b) Kata kerja ‘allama yang masdarnya ta’liman berarti mengajar yang lebih bersifat
memberi dan penyampaian pengetahuan sebagai sebuah transformasi dalam dunia
pendidikan.
Kata kerja addaba yang masdarnya ta’diban dapat diartikan mendidik yang secara
khusus mendidik budi pekerti, dan secara umum lebih pada peningkatan peradaban.12
Rasulullah SAW sangat memperhatikan dunia pendidikan dan mendorong
umatnya untuk terus belajar. Beliau juga membuat beberapa kebijakan yang berpihak
kepada pendidikan umatnya. Misalnya ketika kaum muslim berhasil menawan sejumlah
pasukan musyrik dalam perang badar, beliau membuat kebijakan bahwa para tawanan
tersebut dapat bebas kalu mereka membayar tebusan atau mengajar baca tulis kepada

10
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PSAPM dan Pustaka Pelajar, 2004),
20
11
yang memiliki arti “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik
Aku waktu kecil". Dan surah al- alaq ayat 5 yang artinya: “dia yang mengajarkan manusia tentang apa
yang tidak diketahuinya”.
12
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam ”Paradigma Humanisme theosentris”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), 24-25.
warga Madinah. Kebijakan ini beliau ambil karena cukup strategis mempercepat
terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dikalangan kaum muslim.13
Sebagaimana diketahui, sebagian pengikut Rasulullah SAW pada masa awal
islam adalah orang-orang miskin, bekas budak, dan golongan lemah lainnya.
Kemungkinan karena latar belakang ekonomi dan social mereka yang lemah, akses
mereka terhadap dunia pendidikan sangat lemah pula. Dengan mempunyai kemampuan
baca tulis mereka akan mampu mengangkat harkat mereka disamping kekuatan iman
yang mereka miliki, sehingga pendidikan sangat diperhatikan oleh beliau pada masa
itu.14
Rasulullah SAW juga terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan di Masjid
Nabawi. Ketika Rasulullah SAW hadir bersama para sahabat, mereka akan belajar
banyak hikmah darinya dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an. Ketika Rasulullah SAW
tidak bersama mereka, para sahabat senior yang menyampaikan pelajaran yang telah
mereka dengar lebih dulu dari Rasulullah SAW.15
Ketika Rasulullah SAW sedang duduk dimasjid16 bersama para sahabatnya, tiba-
tiba ada tiga orang lelaki datang, dua orang diantaranya bergabung dengan majlis
Rasulullah SAW dan seorang lagi pergi keluar. Keduanya bergabung dengan majlis
Rasulullah SAW dengan mengucapkan salam; yang pertama ketika melihat ada tempat
duduk dalam pengajian, ia duduk mengikutinya dan yang kedua duduk dibelakangnya
dengan malu-malu, adapun yang ketiga pergi keluar. Ketika Rasulullah SAW selesai
menyampaikan pengajaran, beliau bersabda: Tahukan kalian tentang kabar tiga orang
yang bergabung tadi, bahwa yang pertama telah mendekat kepada Allah SWT maka
Allah SWT akan mendekatkannya denganNya, adapun yang kedua, dia telah bersikap

13
Ibrahim al-ali’, Shahih al- Sirah al Nabawiyyah, (Jordan: al-Nafais, 1998), 261
14
Perhatian Rasulullah SAW terhadap pendidikan sangat Nampak, hal itu bisa dibuktikan dengan semangat
motivasi beliau untuk menciptakan umatnya menjadi seorang yang terdidik, bahkan tempat ibadah dan
sentra aktivitas sosial, Rasulullah SAW juga menjadikan Masjid Nabawi sebagai pusat pendidikan. Di
masjid ini, terjadi transformasi ilmu pengetahuan antar kaum muslim terutama pengajaran ajaran islam.
Jelasnya Shahih al-Bukhari, kitab al-Ilmu, bab dzikir al-ilmi wa al-fatawa fi al-masjid, hadits no. 133.
15
Muhammad Syafi’I Antonio (Nio Gwan Chung), Muhammad SAW The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre, 2008), 184.
16
Rasulullah SAW sedang menyampaikan pengajian.
malu-malu kepada Allah, maka Allah pun bersikap malu-malu padanya dan yang terahir
dia telah berpaling dari Allah, maka Allah pun berpaling darinya.17
Dari hadits diatas, Rasulullah SAW telah memberikan gambaran kepada umatnya
bahwa mendahulukan dalam menuntut ilmu merupakan sikap mulia yang dimiliki oleh
manusia, karena apabila manusia merasa enggan dalam menuntut ilmu meraka termasuk
orang yang menjauh kepada Allah SWT.18

RASULULLAH SAW. SEBAGAI LIVING MODEL


Salah satu factor penting kejayaan pendidikan Rasulullah SAW adalah karena
beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan terbaik bagi umatnya. Rasulullah
SAW adalah Al-Qur’an yang hidup (the living Qur’an). Artinya, pada diri Rasulullah
SAW tercermin semua ajaran Al-Qur’an dalam bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana
pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu,
para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru dan
meneladani prilaku Rasulullah SAW.
Sekolah atau sistem pendidikan Rasulullah SAW belum mengeluarkan pengakuan
kelulusan melalui gelar atau ijazah. Nilai tertinggi murid-muridnya terletak pada tingkat
ketakwaan. Ukuran takwa terletak pada akhlak dan amal sholeh yang dilakukan oleh
masing-masing sahabatnya. Dengan demikian, out put sistem pendidikan Rasulullah
SAW adalah orang yang langsung beramal, berbuat dengan ilmu yang didapat karena
Allah SWT bukan karena yang l ain.19
Sehingga dengan sistem pendidikan yang demikian dan kemudian dikembangkan
lebih lanjut oleh para sahabat, maka lahirlah generasi yang dikenal sebagai salafusshalih
yang disebut-sebut sebagai generasi islam terbaik.

17
HR. Anas bin Malik dengan no. 1515 bab Jami al-salam, Shahih Al-Bukhari no. 64 bab man qa’ada
haitsu yantahi bihi al-majlis dan Shahih Muslim no. 4042 bab man ata masjidan fawajada.
18
Realitas yang terjadi dikalangan pelajar pada saat ini, mereka mulai tidak lagi menjadikan pendidikan
sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya, bahkan sangat banyak pelajar yang kita jumpai
pada saat mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, mereka memiliki kecendrungan untuk
mendahulukan tempat paling belakang dalam menerima displin ilmu. Dengan demikian, perlu adanya
sebuah kesadaran positif bagi pelajar untuk selalu mengingat pelajaran-pelajaran yang telah Rasulullah
SAW berikan kepada umatnya.
19
Muhammad Syafi’I Antonio (Nio Gwan Chung), Muhammad SAW The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre, 2008), 185.
1. Tuntunan Rasulullah SAW tentang sifat-sifat pendidikan
Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat tertentu sebagaimana diajarkan
oleh Rasulullah SAW. beliau juga seorang pendidik yang selalu mengajarkan umatnya
dengan berbagai macam hal. Dalam mengajar, beliau memiliki sifat mulia sehingga
maksud ajarannya dapat disampaikan dan diamalkan oleh murid-muridnya. Adapun
beberapa sifat mulia yang patut diamalkan oleh para pendidik dalam meneladani
Rasulullah SAW antara lain;
a. Ikhlas dan Jujur
b. Welk The Talk
c. Adil dan egaliter
d. Akhlak mulia dan Tawadhu
e. Berani, dan
f. Jiwa humor yang sehat
g. Sabar dan menahan amarah
h. Menjaga lisan
i. Sinergi dan bermusyawarah20
2. Metode dan Teknik Pengajaran Rasulullah SAW (Holistic Learning Methods).
Metode dan teknik pengajaran yang dilakukan oleh beliau untuk proses belajar
mengajar dalam pendidikan merupakan syarat mutlak sebagai sebuah pendukung
efektifitas proses pembelajaran. Ada beberapa metode pengajaran yang telah
dicontohkan oleh beliau, antara lain;
a. Meminta diam untuk mengingatnya21
b. Menyeru secara langsung22

20
Ibid., 187-191.
21
Mempersiapkan murid agar siap menerima pelajaran dapat menggunakan metode langsung ataupun tidak
langsung. Metode berupa permintaan diam kepada muridnya adalah salah satu cara yang paling baik
untuk menarik perhatian mereka. Rasulullah pernah bersabda ketika Haji Wada, “Wahai Manusia,
tenanglah kalian!” Kemudian melanjtkan lagi,”…Diamlah, janganlah kalian kembali kafir setelah
(kematian)- ku, yaitu sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang lain” (ini adalah petikan dari
khutbah wada’ Rasulullah SAW yang panjang)
22
Seorang pendidikan hendaknya menggunakan cara berupa seruan langsung, seperti “Murid-murid, tolong
perhatikan…!” dan sejenisnya, metode berupa seruan langsung biasanya dilakukan pada awal pelajaran,
tetapi terkadang dilakukan ketika proses mengajar tengah berlangsung. Hal ini pernah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW dalam haditsnyadari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, Rasulullah SAW naik ke atas mimbar.
Majlis tersebut merupakan majelis terakhir yang beliau hadiri. Beliau menggunakan mantel yang beliau
lingkarkan diatas kedua bahunya. Kepala beliau terserang penyakit. Lalu beliau bertahmid dan memuji
c. Interaksi pendengaran dengan cara Teknik berbicara23 dan tidak bertele-tele atau
terlalu bernada puitis24 serta memperhatikan intonasi.25
d. Interaksi pandangan dengan cara eye contact dalam mengajar dan memanfaatkan
ekspresi wajah serta tersenyum26
Selain cara-cara yang sudah disebutkan diatas, masih banyak berbagai metode
yang harus dilakukan oleh seorang pendidikan dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran dalam dunia pendidikan, namun teknik diatas merupakan teknik dasar
yang harus melekat dalam diri pendidik untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran
yang sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah Rasulullah SAW contohkan dalam
hidupnya sebagai seorang pendidik.

PENUTUP
Keterlibatan Rasulullah SAW dalam pendidikan merupakan salah satu sarana
untuk lebih meningkatkan sistem pendidikan islam, baik dalam aspek pengajaran maupun
uswatun hasanahnya. Karena pendidik merupakan komponen penting untuk
mengantarkan peserta didik berkualitas dan memiliki martabat yang tinggi sesuai dengan
tujuan dari pendidikan Islam.
Oleh karena itu, pendidikan ala Rasulullah SAW bisa dijadikan sebagai literatur
untuk meningkatkan mutu pendidikan islam di masa yang akan datang, dengan tekhnik
dan metode yang diajarkan beliau bisa melahirkan pendidik yang memiliki kompetensi
yang luhur, arif dan bijaksana serta tidak meninggalkan nilai-nilai keislaman yang selama
ini tetap terjaga kemurniannya.

Allah SWT, kemudia bersabda, “Wahai sekalian manusia, berkumpulah!” lalu beliau melanjutkan
khutbahnya. (bagian dari khutbah Haji Wada).
23
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah SAW tidak berbicara seperti cara kalian berbicara. Beliau berbicara
dengan ucapan yang terdapat jeda didalamnya. Sehingga orang yang duduk bersamanya akan dapat
mengingat ucapan beliau” (jelasnya lihat Tirmidzi no. 3639).
24
Abdullah bi Umar r.a. berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah terlalu banyak bicara
kecuali dalam bentuk dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara selain berdzikir kepada
Allah SWT menyebabkan keras hati, dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah adalah orang
yang keras hatinya”. (jelasnya lihat Tirmidzi, no. 2413).
25
Intonasi merupakan hal penting dalam mengajar, namun memberat-beratkan (menfasih-fasihkan) ucapan
adalah sikap yang tidak terpuji, baik secara syariat, indrawi, maupun logika. Disisi lain, mengeraskan
suara ketika mengajar adalah cara yang baik untuk menarik perhatian pendengar dan untuk menunjukkan
ketidaksetujuan terhadap sesuatu, sebagaimana hadits Rasulullah SAW. “Nabi SAW ketika berkhutbah
dan memberikan peringatan tentang Hari Akhir, maka beliau akan terlihat sangat murka dan suaranya
terdengar keras”. Jelasnya lihat Shohih Muslim no. 876.
26
Ibid., 198-199.
Daftar Rujukan:

Achmadi, 2005, Ideologi Pendidikan Islam ”Paradigma Humanisme theosentris”,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Al-Ali’, Ibrahim, 1998, Shahih al- Sirah al Nabawiyyah, Jordan: al-Nafais.
Al-Qardhawi, Yusuf, 1996, Islam Masa Depan, Terj. Mustholah Maufur, Jakarta :
Pustaka al Kautsar.
Antonio, Muhammad Syafi’I (Nio Gwan Chung). 2008. Muhammad SAW The Super
Leader Super Manager, Jakarta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre.
Depag, 1974, Al-Qur’an Dan Terjemah, Jakarta: PT. Bumi Restu.
Muhaimin, 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: PSAPM dan
Pustaka Pelajar.
Soebahar, Abd Halim, 2005. Matrik Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Uhbiyati, Nur, 1999. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia.

You might also like