Contempt of Court (Kajian Tentang Ide Dasar Dan: Implementasinya Dalam Hukum Pidana)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

135

CONTEMPT OF COURT (KAJIAN TENTANG IDE DASAR DAN


IMPLEMENTASINYA DALAM HUKUM PIDANA)
Oleh:
Ruby Hadiarti Johny
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Abstract

Contempt of Court historically comes from Common Law in England where as it represents the king
as the God Representative in the world to punish whoever against its commands and prohibitions.
The term of Contempt means indignity so contempt of court means an action insulting the board of
court. The researcher is interested in the Contempt of Court research in Indonesia since there are a
lot cases which could be qualified as Contempt of Court but the regulation has not been clear
enough. The data needed are secondary data and supported by the primary data got from interviews
with the experts of criminal law. The result of the research shows that the basic idea of the
contempt of court managed in the criminal code is closely related with and afford to promote the
high authority and privilege. Contempt of Court in Indonesia is implemented in the articles which
spread out of the Criminal Code especially offences related with “rechtspleging” and draft of law of
criminal code which has been directed on its chapter itself namely Chapter VI about crime act on
holding the judicature from the article 325 up to 335 of draft of law of the Criminal Code. The
conducts which could be classified as the contempt of court is now days essential in Indonesia to
keep the authority and privilege of justice institution to take action againts the actors of contempt
of court to apply the articles of Criminal Code.

Kata kunci : melawan hukum, sistem hukum

A. Pendahuluan ngadilan. Jadi seseorang yang melakukan Con-


Contempt of Court apabila dilihat dari tempt of Court sama identik dengan “Con-
sistem hukumnya berasal dari sistem keluarga tempt of The King”, sehingga pidana yang
hukum Common Law atau keluarga hukum dijatuhkan sangat berat.
Anglo-Saxon, sehingga ajaran Contempt of Pengertian Contempt of Court dari
Court tidak dikenal di sistem keluarga Indo- Black’s Law Dictionary disebutkan bahwa Con-
nesia yang menganut sistem keluarga Civil Law, tempt of Court adalah setiap perbuatan yang
tetapi kasus-kasusnya banyak terjadi di Indo- dapat dianggap mempermalukan, menghalangi
nesia. Dilihat sejarah Contempt of Court da- atau merintangi tugas peradilan dari badan-
hulu lembaga pengadilan keberadaannya adalah badan pengadilan ataupun segala tindakan yang
untuk mewakili raja Inggris sebagai wakil Tuhan dapat mengurangi kewibawaannya atau mar-
di dunia, menghukum kepada siapa saja yang tabatnya. Perbuatan itu dilakukan oleh seorang
terang-terangan melawan perintah atau larang- dengan sengaja menentang atau melanggar
annya. kewibawaannya atau menggagalkan tugas per-
Hukuman itu dijatuhkan oleh raja sendiri, adilan atau dilakukan oleh seseorang dengan
karena ia adalah sebagai raja atau raja sebagai menjadi pihak dalam perkara yang diadili, yang
pribadi bukan sebagai lembaga kerajaan dan dengan sengaja tidak mematuhi perintah
raja bertanggung jawab pada Tuhan. Raja pengadilan yang sah.1
mempunyai kekuasaan paling tinggi dan raja Dari istilah Contempt of Court berasal
merupakan sumber keadilan, sumber hukum dari kata Contempt yang artinya menghina atau
dan kemudian mendelegasikan kekuasaannya
pada aparatnya dalam hal ini lembaga pe- 1
Wahyu, W, 2005, Contempt of Court Dalam Rancangan
KUHP 2005, Jakart: Elsam, hlm. 5
136 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 2 Mei 2009

penghinaan dan Court artinya pengadilan, se- benaran dan keadilan walaupun dengan me-
hingga istilah Contempt of Court diterjemah- ngubah undang-undang sekali pun tidak men-
kan sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk jamin posisi hakim atau lembaga peradilan
menghina badan pengadilan.2 Menurut Oemar akan berubah menjadi suatu lembaga yang
Senoadji bahwa Contempt of Court ditujukan independen dalam menjalankan tugas wewe-
terhadap ataupun berhadapan dengan “Admi- nangnya bebas dari pengaruh pihak-pihak lain.
nistration of Justice”, recht pleging (jalannya Menurut Luhut Pangaribuan terjadinya
peradilan).3 semacam itu karena posisi hakim yang tidak
Selanjutnya untuk memahami Contempt netral misalnya menempatkan hakim dari
of Court di Indonesia dapat dilihat pada pen- bagian Muspika, dengan demikian menyamakan
jelasan umum butir 4 Undang-undang No. 14 hakim sebagai bagian birokrasi, sehingga yang
Tahun 1985 yang telah dirubah oleh Undang- terjadi hakim bisa dipanggil menyidangkan per-
undang No. 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah kara di kantor polisi. Hakim ditempatkan posisi
Agung yang menyebutkan: “Untuk dapat lebih di bawah koordinasi eksekutif, urusan penegak-
menjamin terciptanya suasana yang sebaik- kan hukum menjadi urusan koordinasi, padahal
baiknya bagi penyelenggaraan pengadilan guna hakim seharusnya berada pada ruang yang
penegakkan hukum dan keadilan berdasarkan berbeda. Terlalu banyak forum-forum meng-
Pancasila, maka perlu dibuat suatu undang- akibatkan persepsi masyarakat bahwa hakim
undang yang mengatur penindakan terhadap adalah bagian dari eksekutif. 5
perbuatan, tingkah laku, sikap dan atau ucapan Pertanyaan yang timbul adalah apakah
yang dapat merendahkan dari rongrongan ke- memang benar bahwa kekuasaan kehakiman itu
wibawaan, martabat dan kehormatan badan mandiri atau independen dalam arti sebebas-
peradilan yang dikenal sebagai Contempt of bebasnya. Indepen-densi kekuasaan kehakiman
Court. atas badan-badan kehakiman/peradilan me-
Di Indonesia persepsi masyarakat ter- rupakan salah satu dasar untuk terseleng-
hadap lembaga peradilan kian memprihatin- garanya pemerintah yang demokratis di bawah
kan. Peradilan tidak lagi dipersepsikan masya- Rule of Law sebagaimana pemikiran mengenai
rakat sebagai tempat mencari keadilan dalam negara hukum modern yang pernah dicetuskan
rangka penegak-kan hukum, tetapi sebagai dalam konferensi oleh International Communi-
bagian kepanjangan tangan dari penguasa atau cation of Jurists di Bangkok pada tahun 1965. 6
kekuasaan. 4 Dalam pertemuan konferensi tersebut di
Banyak contoh kasus yang menunjukkan tekankan pemahaman tentang apa yang disebut
bahwa pengadilan merupakan bagian dari pe- sebagai “The Dynamic Aspects of The Rule of
nguasa/kekuasaan, misalnya mengatur dengan Law In The Modern Age” (aspek-aspek dinamika
pihak medis atau pihak lainnya untuk mem- Rule of Law dalam abad modern). dikatakan
berikan data kesehatan palsu atau tidak sesuai bahwa ada 6 (enam) syarat-syarat dasar untuk
kenyataan sehingga terdakwa dikatakan tidak terselenggaranya pemerintah yang demokratis
bisa mengikuti persidangan yang menyebabkan di bawah Rule of Law yaitu:
proses pengadilan tertentu atau gagal, kasus 1. Perlindungan Konstitusional
Suharto adalah bukti salah satu. Persepsi 2. Peradilan atau badan kehakiman yang bebas
masyarakat meng-indikasikan bahwa tidak yakin dan tidak memihak
lembaga pengadilan mampu menegakkan ke- 3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan menyatakan pendapat
2 5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan ber-
Kuat Pudji Prayitno, 2005, Prospek Pengaturan Contempt
of Court dan Permasalahannya, Dinamika, Fakultas
5
Hukum, Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, Ibid, hlm. 4
6
hlm. 37 Paulus E. Lotulung, 2003, Kebebasan Hukum Dalam
3
Wahyu W, 2005, Op.Cit.,hlm. 5 Sistem Penegakkan Hukum, Makalah Seminar
4
Luhut M. Pangaribuan, 1999, Soal Topeng di Persidangan, Pembangunan Hukum Nasional VIII, Jakarta: Perum
Wibawa Peradilan Telah Runtih, Jakarta, hlm. 3 Percetakan Negara Republik Indonesia, hlm. 103
Contempt Of Court (Kajian tentang IDe Dasar dan 137
Implementasinya Dalam Hukum Pidana)

oposisi moral menuntut adanya kebebasan apabila ti-


6. Pendidikan kewarganegaraan. 7 dak ada kebebasan dalam mengadili merupakan
Dari syarat-syarat itulah bahwa indepen- perbuatan yang salah atau bertentangan de-
sensi kekuasaan kehakiman merupakan salah ngan nilai-nilai moral, sedangkan sosok hakim
satu pilar pokok yang apabila komponen itu merupakan figur sentral dalam proses pengadil-
tidak ada maka tidak lagi bisa bicara negara an. Tegaknya nilai keadilan yang menjadi ke-
hukum. butuhan pokok rohaniah masyarakat menjadi-
Selain di negara Indonesia yang ter- kan suatu kebutuhan adanya aturan Contempt
cantum dalam Pasal 24 UUD 1945 dengan segala of Court yang bukan semata-mata untuk ke-
implementasinya, independensi badan-badan pentingan hakim tapi demi menjaga dan me-
peradilan juga secara universal dicantumkan lindungi eksistensi keadilan masyarakat. Oleh
dan diterima dalam berbagai instrumen hukum karena itu, dalam hal ini penulis tertarik untuk
antara lain: membahas tentang :
1. Universal Declaration of Human Rights Pasal 1. Ide dasar apakah Contempt of Court diatur
10 dalam hukum pidana?
2. International Covenant of Civil and Political 2. Bagaimana implementasinya dalam hukum
Rights Pasal 14 positif dan RUU KUHP?
Dalam rangka tugas dan kewenangannya
menegakkan keadilan haruslah dikaitkan de- B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
ngan profesionalisme dalam bidangnya dan Penelitian ini menggunakan teori dari
selain itu sebagai penegak hukum dalam rangka Hans Kelsen yaitu Stufenbau dengan Grund-
kebebasannya sebagai hakim juga dikaitkan norm (basic norm) sebagai kerangka awal ber-
pula: pikir tentang jalinan norma sebagai mata rantai
1. Akuntabilitas keseluruhan dari norma-norma yang secara
2. Integritas moral dan etika hirarki saling berkaitan antara norma yang
3. Transparansi paling rendah dengan norma yang paling tinggi
4. Pengawasan (kontrol) dalam hal ini UUD 1945.
5. Profesionalisme. 8 Apabila dilihat dan digambarkan teori
Kekuasaan kehakiman yang mengandung Stufenbau dari Hans Kelsen sebagai berikut:
makna kebebasan juga berarti pula merupakan
GRUNDNORM
perlindungan bagi hakim dari pengaruh-penga-
ruh dan directiv yang berasal dari: Konkrit UUD
1. Lembaga-lembaga di luar badan-badan per-
adilan baik eksekutif, legislative dan lain-
lain. Peraturan-
Abstrak peraturan di bawah
2. Lembaga internal di dalam jajaran kekuasa- UUD
an kehakiman sendiri.
3. Pengaruh-pengaruh pihak yang berperkara
4. Pengaruh tekanan-tekanan masyarakat, baik
nasional maupun inter-nasional.
5. Pengaruh-pengaruh yang bersifat “trial by Penerapan hukum

the press” 9
Hakim sebagai subjek yang bertanggung Peraturan semakin ke bawah semakin
jawab atas adanya keadilan dalam memutus konkrit dan paling konkrit pada saat penerapan
perkara dan tanggung jawab dalam filsafat peraturan, misalnya di pengadilan dalam se-
buah kasus sedangkan peraturan dilihat sema-
7
Ibid, hlm. 104 kin ke atas semakin abstrak dan sampai pada
8
Ibid., hlm. 106 norma dasar yang paling tinggi yaitu yang
9
Loc.Cit.
138 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 2 Mei 2009

disebut dengan Grundnorm letaknya di luar a. Lembaga-lembaga di luar badan-badan per-


susunan Stufenbau. Pancasila sebagai core phi- adilan baik eksekutif, legislatif dan lain-lain;
losophy merupakan sumber nilai bagi adanya b. Lembaga internal di dalam jajaran ke-
sistem hukum yang menyebabkan keter- kuasaan kehakiman itu sendiri;
hubungan internal dari adanya sistem. c. Pengaruh pihak-pihak yang ber-perkara;
Menurut Hans Kelsen apabila menggu- d. Pengaruh-pengaruh pihak yang berperkara
nakan Stufenbau secara teoritis Pancasila ini baik nasional maupun internasional;
bila sebagai ide dasar pencerminan norma e. Pengaruh-pengaruh yang bersifat “trial by
dasar yang paling tinggi (grundnorm) yang the press”.
mendasari Contempt of Court di Indonesia me- Apabila hakim memiliki kredibilitas yang
lalui UUD 1945 dalam pembukaan kemudian tinggi serta didukung oleh suatu sistem yang
dijabarkan dalam pasal-pasal batang tubuh memberikan kebebasan dan kemandirian hakim
beserta penjelasannya. beserta institusinya, maka kepercayaan masya-
Melalui Pasal UUD 1945 tentang kekuasa- rakat terhadap fungsi hakim dan institusional
an kehakiman yang intinya bahwa kekuasaan pengadilan menjadi lebih baik, orang senang
kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan perkaranya diproses karena percaya akan men-
lain-lain, badan kehakiman menurut UU. Jadi dapatkan keadilan sesuai dengan harapannya.
apabila menurut Hans Kelsen dengan Stufen- Undang-undang Dasar tahun 1945 mem-
bau-nya maka secara hirarki UUD memberikan berikan dasar hukum atas kekuasaan kehakiman
kewenangan pada peraturan di bawahnya untuk melalui Pasal 24, kemudian UU No. 14 Tahun
mengaturnya dalam hal ini Contempt of Court 1970 yang dirubah dengan UU No. 35 Tahun
diatur dalam UU No. 14 Tahun1985 Jo UU No. 1999 dan sekarang dengan UU No. 4 Tahun
Tahun 2005. 2004. Kekuasaan kehakiman yang bebas mandiri
Permasalahan Contempt of Court di berkaitan erat dengan Contempt of Court yaitu
indonesia juga keterkaitan erat dengan krimi- suatu perbuatan yang merendahkan wibawa,
nalisasi, yaitu suatu proses untuk menjadikan martabat dan kehormatan badan peradilan.
perbuatan yang semula bukan merupakan tin- Apabila dilihat keberadaan Contempt of
dak pidana menjadi tindakan pidana. Court di Indonesia terdapat dalam penjelasan
Kriminalisasi juga menyangkut criminal umum butir 4 UU No. 14 Tahun 1985 yang telah
policy serta criminal justice system. Jadi Con- dirubah oleh UU No. 5 Tahun 2004 tentang
tempt of Court implementasinya dalam un- Mahkamah Agung yang menyebutkan: “Untuk
dang-undang/hukum positif melalui kriminali- dapat lebih menjamin terciptanya suasana yang
sasi dan kewenangan peraturan yang menurut sebaik-baiknya bagi penyelenggaraan peradilan
Hans Kelsen secara hirarki tersusun dalam guna penegakkan hukum dan keadilan ber-
stufenbau teori antara lain KUHP dan RUU dasarkan Pancasila, maka perlu dibuat suatu
KUHP undang-undang yang mengatur penindakan ter-
Berdasarkan pada perumusan pokok per- hadap perbuatan, tingkah laku, sikap dan atau
masalahan seperti tersebut di atas dan ucapan yang dapat merendahkan dari rong-
landasan teori sebaaimana diuraikan pada rongan kewibawaan, martabat dan kehormatan
bagian sebelumnya, maka bagian di bawah ini badan peradilan yang dikenal sebagai Contempt
merupakan bahasan atas permasalahan yang of Court.
diajukan itu. Perbuatan yang dikualifikasikan Con-
tempt of Court menurut Civil Law System yang
1. Ide Dasar Pengaturan Contempt of Court
bertujuan untuk melindungi badan-badan per-
Kekuasaan kehakiman yang mengandung
adilan agar supaya menjaga efektivitas sistem
kebebasan juga berarti merupakan perlindung-
peradilan berfungsi secara baik dan wajar, dan
an bagi hakim beserta lembaganya dari pe-
diatur dalam kodifikasi perundang-undangan
ngaruh-pengaruh antara lain sebagai berikut.
negara-negara yang menganut civil law. Per-
Contempt Of Court (Kajian tentang IDe Dasar dan 139
Implementasinya Dalam Hukum Pidana)

aturan yang berkenaan dengan recht pleging ini tuk membayar kerugian dan sebagainya.
tidak dengan istilah tindak pidana Contempt of Kasus perebutan hak asuh anak oleh Pangki
Court, tetapi dikenal dengan istilah tindak Suwito terhadap mantan menantunya yang
pidana terhadap penyelenggaraan peradilan, telah diputus pengadilan untuk memiliki hak
oleh karena sistem (civil law) maka tindak pi- asuh putrinya. Sanksi terhadap civil con-
dana terhadap penyelenggaraan peradilan di tempt ini bersifat paksaan (coercive
atur dalam suatu Kitab Undang-undang Hukum nature).
Pidana (KUHP).10 b. Criminal Contempt yaitu perbuatan-per-
Melihat di media televisi kasus-kasus yang buatan yang bertujuan mengganggu atau
menyangkut Baasyir dengan pengikutnya sem- merintangi penyelenggaraan peradilan pi-
pat terjadi kegaduhan dan sampai pemukulan dana, jadi merupakan bentuk perlawanan
pada aparat keamanan tak jarang berakhir terhadap penyelenggaraan peradilan (an
dengan pengrusakan. Kasus korupsi yang me- offence against the administrator of jus-
nyangkut Dirut Jamsostek juga terjadi keribut- tice). Sanksi terhadap criminal contempt ini
an sampai terjadi pelemparan papan nama yang bersifat pidana (primitive nature).
dilakukan terdakwa pada Jaksa Penuntut Umum Criminal contempt dapat diklasifikasikan
karena merasa tidak puas. antara lain:12
Di dalam KUHP memuat pasal-pasal yang a. Contempt in the face the court, direct con-
dapat dikategorikan memenuhi unsur tindak tempt in the face
pidana penyelenggaraan peradilan, demikian Gangguan di muka atau di dalam ruang si-
juga hasil-hasil seminar yang diselenggarakan dang dapat berupa: kata-kata jaksa atau
oleh IKAHI di Jakarta pada 24 Maret 1986 dan perbuatan misalnya mengancam, menghina,
juga pendapat dari Muladi dan Oemar Senoadji. serangan fisik kepada hakim, jaksa, pe-
Contempt of Court juga teraplikasikan dalam nasehat hukum, saksi dan lain-lain.
konsep KUHP Nasional dalam Bab VI Buku II b. Act calculated to prejudice the fair trail
dengan istilah “tindak pidana terhadap pe- indirect contempt ex facie
nyelenggaraan peradilan” mulai Pasal 325 Perbuatan untuk mempengaruhi proses per-
sampai Pasal 335 RUU KUHP. adilan yang tidak memihak ini dilakukan di
Contempt of Court merupakan istilah luar pengadilan. Perbuatan yang termasuk
umum untuk menggambarkan perbuatan-per- kategori ini antara lain:
buatan (tidak melakukan perbuatan) yang pada 1) Mengancam, intimidasi, penyuapan, me-
hakikatnya ingin mencampuri atau mengganggu lakukan komunikasi pribadi untuk mem-
proses peradilan atau melarang anggota pengaruhi putusan.
masyarakat memanfaatkan sistem peradilan 2) Memberi komentar di surat kabar suatu
dalam menyelesai-kan perselisihan mereka.11 kasus yang sedang menunggu putusan.
Dari buku-buku literatur tentang Con- 3) Memberi informasi atau publikasi-publi-
tempt of Court menunjukkan bahwa ajaran kasi yang sifatnya memihak untuk mem-
Contempt of Court secara umum di Inggris pengaruhi putusan.
dibagi menjadi dua: c. Scandalizing in the court
a. Civil Contempt yaitu ketidakpatuhan putus- Perbuatan yang memalukan atau menimbul-
an atau perintah pengadilan, jadi merupa- kan skandal bagi pengadilan. Contempt of
kan perlawanan terhadap pelaksanaan hu- Court ini tujuannya untuk menurunkan wi-
kum (an offence against the enforcement of bawa pengadilan, misalnya kabar tentang
justice). Contoh-nya menolak untuk mema- perbuatan yang tercela yang dilakukan oleh
tuhi perintah pengadilan (dalam perkara hakim.
perdata) untuk menghentikan gangguan, un- d. Obstructing Court Officer

10
Rochmat, Op.Cit., hlm. 29
11 12
Barda Nawawi Arief, Op.Cit., hlm. 72-73 Kuat P. Prayitno, Op.Cit, hlm. 38-39
140 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 2 Mei 2009

Mengganggu pejabat pengadilan dilakukan di ayat (6), Pasal 159 ayat (2), Pasal 161 ayat (1),
luar, mengancam, menyerang, memukul, Pasal 167 ayat (3) Pasal 174 ayat (2), Pasal 218
mengancam hakim, jaksa atau juru sita ayat (1), (2), (3) KUHAP. Sementara itu, dalam
setelah meninggalkan ruang sidang. rancangan KUHP Nasional menurut Muladi
e. Revenge for acts done in the course of dalam Buku II RUU KUHP ada beberapa pasal
litigation yang merupakan refleksi dan usaha untuk
Contempt ini berupa pembalasan terhadap melindungi salah satu “indices” demokrasi yaitu
perbuatan yang dilakukan selama proses kekuasaan kehakiman yang merdeka (the
pengadilan berjalan yaitu perbuatan yang independence of the administration of justice)
ditujukan pada saksi yang telah bersaksi dari dari usaha-usaha untuk mengganggu proses
pengadilan untuk memperoleh keadilan.13
Jadi ide dasar Contempt of Court me- Aturan-aturan tersebut di atas ada pada
lindungi lembaga peradilan agar tetap ter- Bab VI tentang Tindak Pidana Penyelenggaraan
hormat dan berwibawa sebagai lembaga yang Peradilan dimulai Pasal 325 sampai dengan
merdeka, mandiri terlepas dari pengaruh-pe- Pasal 335 RUU KUHP Nasional yang digolongkan
ngaruh pihak lain (lembaga eksekutif, legislatif, tiga bagian:
internal dari lembaga yudikatif) atau orang- a. Bagian kesatu, yaitu penyesatan proses per-
orang yang hendak menjatuhkan kehormatan adilan
dan wibawa lembaga peradilan, dan ini dapat b. Bagian kedua, yaitu menghalang-halangi pro-
disimpulkan dari ketentuan Pasal 24 UUD 1945. ses peradilan
c. Bagian ketiga, yaitu perluasan perbuatan
2. Implementasi dalam Hukum Positif dan
dan pemberatan pidana
RUU KUHP
Perbuatan-perbuatan tersebut antara
Pasal-pasal KUHP yang dapat dikate-
lain:
gorikan masuk dalam Contempt of Court
a. Pasal 325 RUU KUHP
antara lain:
Dipidana karena melakukan tindak pidana
a. Pasal 224 KUHP
delik-delik terhadap penyelenggaraan peradilan dengan
b. Pasal 522 KUHP terhadap
penguasa pidana penjara maksimal 5 tahun atau
c. Pasal 242 KUHP
umum denda paling banyak kategori IV.
d. Pasal 217 KUHP
1) Advokat yang dalam menjalankan peker-
e. Pasal 210 KUHP
jaannya secara melawan hukum meng-
f. Pasal 220 KUHP
adakan kesepakatan dengan pihak lawan
g. Pasal 317 KUHP
yang patut diketahui dapat merugikan
h. Pasal 310 KUHP
kliennya.
i. Pasal 311 KUHP
2) Advokat yang berusaha memenangkan
j. Pasal 313 KUHP
kliennya, meminta imbalan dengan mak-
k. Pasal 314 KUHP
sud mem-pengaruhi saksi, juru bahasa
l. Pasal 312 KUHP
penyidik, penuntut umum, atau hakim.
m. Pasal 221 KUHP
3) Setiap orang yang menampilkan diri untuk
n. Pasal 223 KUHP
orang lain sebagai peserta atau pembantu
o. Pasal 231 KUHP
tindak pidana sehingga ia dijatuhi dan
p. Pasal 232 KUHP
menjalani pidana untuk orang lain.
q. Pasal 233 KUHP
4) Tidak mematuhi perintah pengadilan un-
r. Pasal 44 KUHP
tuk kepentingan proses peradilan.
s. Pasal 420 KUHP
5) Menghina hakim atau menyerang inte-
Dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang
gritas atau sifat tidak memihak hakim
KUHAP ada beberapa pasal yang mengatur tata
tertib dalam persidangan antara lain: Pasal 154
13
Kuat P. Prayitno, Op.Cit., hlm. 42.
Contempt Of Court (Kajian tentang IDe Dasar dan 141
Implementasinya Dalam Hukum Pidana)

dalam sidang. rampasan kemerdekaan berdasarkan putus-


6) Mempublikasikan atau mem-perkenankan an hakim.
untuk dipubli-kasikan segala sesuatu yang f. Pasal 330 RUU KUHP
menimbulkan akibat yang dapat mem- Secara melawan hukum tidak datang sebagai
pengaruhi sifat tidak memihak hakim saksi ahli atau juru bahasa atau tidak me-
dalam sidang.14 menuhi kewajiban yang harus dipenuhi.
b. Dalam Pasal 326 RUU KUHP lebih umum di g. Pasal 331, 332 RUU KUHP
pidana karena melakukan tindak pidana 1) Melepaskan barang dari sitaan atau me-
terhadap penyelenggaraan peradilan dengan nyembunyikan, menghancurkan merusak
pidana penjara paling singkat 2 tahun dan atau membuat tidak dapat dipakai suatu
paling lama 5 tahun dan denda paling barang yang disita.
banyak kategori IV. Unsur-unsurnya: 2) Memberikan keterangan palsu di atas
1) Dengan kekerasan atau ancaman kekeras- sumpah baik dengan lisan atau tulisan.
an atau intimidasi terhadap penyelidik h. Pasal 333 RUU KUHP
penyidik, penuntut umum, advokat dan Saksi dan orang lain yang berkaitan dengan
atau hakim sehingga mengganggu per- tindak pidana terorisme, korupsi, HAM atau
adilan. pencucian uang yang menyebutkan iden-
2) Menyampaikan alat bukti palsu, mem- titasnya pelapor.
pengaruhi saksi dalam memberi kete- i. Pasal 335 RUU KUHP
rangan di sidang pengadilan. Perbuatan sebagaimana rumusan Pasal 326
3) Melakukan penyerangan terhadap saksi apabila dilakukan terkait dengan perkara
atau petugas pengadilan dalam suatu pro- terorisme ada pemberatan pidananya.
ses peradilan. Selain pengaturan pada hukum pidana
4) Mencegah, merintangi atau menggagalkan materiil juga ada beberapa pasal yang memuat
secara langsung atau tidak langsung pro- ketentuan tata tertib persidangan dalam
ses penyidikan, penuntutan dan pemerik- Hukum Acara Pidana UU No. 8 Tahun 1981,
saan. Pasal 154 ayat (6); 159 ayat (2), 161 ayat (1),
c. Pasal 327 RUU KUHP 167 ayat (3), 174 ayat (1), (2), 176 (ayat 1) dan
1) Menyembunyikan orang yang melakukan Pasal 218 ayat (1), (2), (3) KUHAP.
tindak pidana atau orang yang dituntut Contempt of Court di Malaysia diatur
karena melakukan tindak pidana, atau dalam hukum pidananya KUHP Bab IX tentang
memberikan pertolongan kepadanya guna bukti palsu atau delik-delik terhadap Peradilan
menghindari penyidikan atau penahanan. Umum. Di KUHP Malaysia Contempt of Court
2) Dengan maksud menutupi, menghalangi, yang diatur dalam Bab IX ini terdiri 41 pasal
mempersulit penyidikan atau penuntutan, yaitu mulai Pasal 195 sampai dengan Pasal 229
menghancurkan, menghilangkan, me- KUHP Malaysia.
nyembunyikan benda yang menjadi sa- Istilah Contempt of Court adalah setiap
saran, sarana melakukan tindak pidana perbuatan baik pasif atau aktif yang bermaksud
atau berkas-berkasnya. untuk mengadakan intervensi/campur tangan
d. Pasal 328 RUU KUHP yang sifatnya bisa mengancam, mengganggu
Mencegah, menghalangi, menggagalkan pe- dan menghambat proses penyelenggaraan per-
meriksaan jenasah untuk kepentingan peng- adilan sehingga tidak dapat berjalan lancar dan
adilan. efektif. 15
e. Pasal 329 RUU KUHP Contempt of Court yang berasal dari
Melepaskan atau menolong orang untuk me- keluarga common law muncul di Indonesia
loloskan diri dari penahanan atau pidana pe- pertama kali pada kasus advokat senior Adnan

14 15
Ibid, hlm. 42-43 Ibid, hlm. 37
142 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 2 Mei 2009

Buyung Nasution menyusul banyak kasus-kasus mengatur hidup masyarakat atau menyeleng-
yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana garakan tata dalam masyarakat.16
Contempt of Court, tetapi penindakan ter-
hadap kasus-kasus semacam itu tidak tegas C. Penutup
prosesnya, contoh kasus Maman Suherman, 1. Simpulan
adanya pengerahan massa, kasus Jaksa yang Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
dilempar papan nama, kasus pengacara Raja bahasan yang telah diuraikan dalam bab di atas
yang dianggap menghina hakim dan lain-lain. dapat disimpulkan sebagai berikut:
Istilah Contempt of Court yang dulu asing 1. Dalam permasalahan Contempt of Court di
menjadi sering dibicarakan dan diterima masuk Indonesia ide dasar pengaturan Contempt of
menjadi bagian dari sistem hukum di Indonesia Court dalam hukum pidana di Indonesia yang
melalui UU No. 14 tahun 1985 dan diperlukan secara secara historis yang berasal dari
ada pengaturan yang jelas dan tindakan yang ajaran keluarga common law di Inggris.
tegas bagi pelaku Contempt of Court, demi Yang intinya hendak melindungi lembaga
wibawa dan kehormatan dari lem-baga per- peradilan agar tetap terhormat dan ber-
adilan. Implementasi Contempt of Court di wibawa sebagai lembaga yang merdeka,
Indonesia pengaturannya tersebar dalam pasal- mandiri terlepas dari pengaruh-pengaruh
pasal KUHP dan menjadi satu bab sendiri pihak lain (lembaga eksekutif, legislative,
dalam RUU KUHP demikian juga asas-asas internal dari lembaga yudikatif) atau orang-
hukum pidana yang berkaitan dengan Contempt orang yang hendak menjatuhkan kehormatan
of Court antara lain asas legalitas, asas dan wibawa lembaga peradilan, dan ini
kesalahan, asas teritorial. dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 24
Di dalam masalah Contempt of Court UUD 1945.
yang berkaitan dengan kebijakan hukum pidana 2. Pengaturan Contempt of Court implemen-
(penal policy) khususnya dalam tahap for- tasinya terdapat dalam KUHP dan tersebar
mulasi, yaitu masalah penentuan perbuatan apa dalam pasal-pasalnya antara lain Pasal 212
yang se-harusnya dijadikan tindak pidana dan KUHP, Pasal 356 ke 2, Pasal 211, Pasal 336,
masalah penentuan sanksi yang akan dikena- Pasal 217, 231, 168, Pasal 224, 522 dan lain-
kan, dan hal ini ada hubungannya dengan kri- lain. Khusus Pasal 210 – Pasal 420 KUHP
minalisasi. Berkaitan dengan permasalahan tentang suap masuk dalam Undang-undang
Contempt of Court di Indonesia dalam imple- Tindak Pidana Korupsi dan dalam RUU KUHP
mentasi yang terdapat dalam pasal-pasal KUHP dalam bab sendiri yaitu Bab VI mulai Pasal
maupun RUU KUHP, bahwa negaralah yang me- 325 sampai dengan Pasal 335 RUU KUHP.
netapkan norma-norma perilaku mana yang Dari hasil pembahasan terdapat pula
dikukuhkan menjadi kaidah hukum dengan adanya persamaan dan perbedaan antara KUHP
mengingat kepentingan-kepentingan yang perlu dan RUU KUHP. Persamaannya antara lain:
dilindungi, terutama intervensi dari pihak lain. a. Perbuatan-perbuatan yang terkategori me-
Dengan demi-kian keberadaan Contempt of rupakan Contempt of Court.
Court di Indonesia nampak jelas, bahwa antara b. Pelaku adalah setiap orang baik di dalam
norma perilaku dan hukum pidana (perumusan sidang maupun di luar sidang
delik) mempunyai hubungan yang saling terikat c. Ruang lingkupnya di dalam sidang maupun di
terutama dalam merumuskan tidak boleh di luar sidang
lupakan keberadaan asas legalitas, yang sangat Perbedaannya pada RUU KUHP terdapat
penting sebagai salah satu tugas hukum pidana perluasan delik atau perbuatan-perbuatan yang
untuk menjalankan fungsinya yang menurut diperluas dengan pem-beratan pidana yang
Sudarto memiliki fungsi umum yaitu sebagai termuat dalam Pasal 334 RUU KUHP, termasuk
bagian dari keseluruhan lapangan hukum, maka
16
mempunyai fungsi hukum pada umumnya yaitu Sudarto, 1990-1991, Hukum Pidana, Purwo-kerto:
Unsoed, hlm. 10
Contempt Of Court (Kajian tentang IDe Dasar dan 143
Implementasinya Dalam Hukum Pidana)

pidana denda menurut Pasal 77 RUU KUHP W, Wahyu. 2005. Contempt of Court Dalam
wajib dibayar dengan minimal khusus paling Rancangan KUHP 2005. Jakarta: Elsam;
sedikit Rp. 15.000,- dan maksimal denda di Warasih, Esmi. 2005. Perdana Hukum Sebuah
tetapkan dengan kategori Telaah Sosiologis. Semarang: PT.
Suryandaru.
2. Rekomendasi
Permasalahan Contempt of Court saat ini
di Indonesia masih menjadi sekedar wacana
saja karena selama ini belum ada tindakan yang
tegas dari para hakim terhadap para pelaku
yang perbuatan dapat dikategorikan sebagai
perbuatan Contempt of Court, padahal pasal-
pasal yang tersebar di dalam KUHP dapat
dipergunakan dan untuk menjaga agar lembaga
peradilan tetap terhormat dan berwibawa
hakim hendaknya menindak tegas bagi pelaku
yang hendak mencemarkan harkat martabat
dan wibawa lembaga peradilan bukan sekedar
hanya peringatan.

Daftar Pustaka

Ibrahim, Johny. 2006. Teori dan Metodologi


Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayu Media Publishing;
Lotulung, Paulus E. 2003. Kebebasan Hukum
Dalam Sistem Penegakkan Hukum.
Makalah Seminar Pembangunan Hukum
Nasional VIII. Jakarta: Perum
Percetakan Negara Republik Indonesia;
Pangaribuan, Luhut M. 1999. Soal Topeng di
Persidangan, Wibawa Peradilan Telah
Runtih. Jakarta;
Prayitno, Kuat Pudji. 2005. Prospek Pengaturan
Contempt of Court dan Permasalah-
annya. Jurnal Dinamika Hukum. Fakul-
tas Hukum, Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman;
Sudarto. 1990-1991. Hukum Pidana, Purwo-
kerto: Unsoed;
Soekanto, Soerjono dan Sri Pamuji. 1990.
Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
Grafindo;
Soekanto, Soerjono. 2005. Pengantar Penelitian
Hukum. Jakarta: UI-Press;
Sunggono, Bambang. 2006. Metode Penelitian
Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Per-
sada;
144 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 9 No. 2 Mei 2009

You might also like