0% found this document useful (0 votes)
65 views6 pages

Bertanya Dan Menjawab 2

The document discusses analyzing students' questioning skills in a 7th grade science class when taught about heat and temperature using problem-based learning. It finds that: 1) The quantity of students asking questions was 37.63%. 2) The quality of questions was 100% at the low cognitive level based on Bloom's taxonomy, with no high-level questions. 3) This indicates that the students' questioning abilities were relatively low and need improvement. The study aims to determine students' questioning skills using problem-based learning to make the learning process more interactive.

Uploaded by

arlika
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
65 views6 pages

Bertanya Dan Menjawab 2

The document discusses analyzing students' questioning skills in a 7th grade science class when taught about heat and temperature using problem-based learning. It finds that: 1) The quantity of students asking questions was 37.63%. 2) The quality of questions was 100% at the low cognitive level based on Bloom's taxonomy, with no high-level questions. 3) This indicates that the students' questioning abilities were relatively low and need improvement. The study aims to determine students' questioning skills using problem-based learning to make the learning process more interactive.

Uploaded by

arlika
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

ANALISIS KETERAMPILAN BERTANYA SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPA MATERI SUHU DAN KALOR DENGAN MODEL PROBLEM BASED


LEARNING DI SMP NEGERI 2 JEMBER
1)
Dewi Ika Pratiwi, 1)Nur Wandiyah Kamilasari, 2)Dama Nuri, 1)Supeno
1)
Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Jember
2)
SMP Negeri 2 Jember
Email: [email protected]

Abstract: The knowledge has always starts with asking. For teachers, asking questions is
seen as an activity to encourage, guide, and assess students' thinking abilities. For students,
asking questions is an important part of exploring information, informing what is known, and
directing what is not yet known. The aim of this research is to determine the quantity and
quality of students' asking ability based on revised Bloom's taxonomy by applying the
problem based learning model to the material temperature and heat. The method in this
research is descriptive qualitative method. This research was conducted at SMP Negeri 2
Jember with research respondents being all students of class VII F of the odd semester of the
2019/2020 school year. Data collection using observation sheets to ask students. Based on
the data obtained, it shown that the quantity of students who ask questions is 37.63%. The
quality of questions in this research is 100% in the low level but there are no questions
classified as high level. Based on these results, it can be concluded that the asking ability of
students of class VII F in SMP Negeri 2 Jember are relatively low and need to be improved.

Keywords: question skills, problem-based learning, natural science.

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa


Hakikat pembelajaran sains bermula dari sebagian besar siswa tidak tertarik untuk
pengamatan terhadap gejala-gejala alam yang belajar fisika (Istyowati et al., 2017). Suprapto
ada di sekitar sehingga menimbulkan rasa ingin (2014) menyatakan bahwa pembelajaran fisika
tahu dan keinginan untuk mengamati dan sangat penting untuk diajarkan di kelas untuk
mempelajari gejala alam tersebut melalui meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
penyelidikan secara ilmiah. Maka dari itu, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013
dalam proses pembelajaran, siswa perlu menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran
diberikan pengalaman belajar dalam harus dilakukan secara interaktif, inspiratif,
mengembangkan kemampuan berpikir, dapat menarik perhatian siswa dan dapat
bernalar, berproses dan sikap ilmiah. Kegiatan memotivasi siswa untuk berperan aktif serta
berpikir dan bernalar dapat mendorong para dapat menjadi ruang mengasah kreativitas dan
siswa untuk mengembangkan pemikirannya kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
sehingga daya pikir dan pengetahuannya pun perkembangan fisika serta psikologis siswa.
akan bertambah (Erlina et al., 2016; Supardi et Penjelasan tersebut menyatakan bahwa
al., 2012; Supeno et al., 2017). aktivitas pembelajaran yang ada di kelas
Salah satu bagian dari sains adalah fisika. memungkinkan terjadinya hubungan timbal
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran balik dan interaksi antara siswa dengan guru
wajib yang diajarkan kepada siswa karena ataupun interaksi dengan teman sebaya. Dalam
dalam pembelajarannya fisika menuntut siswa interaksi tersebut, komunikasi merupakan
untuk berpikir dan bernalar melalui syarat penting dalam proses pembelajaran
pengamatan, eksperimen dan analisis (Rosidah, 2019; Zahrok et al., 2017).
(Muliardi et al., 2018). Namun pada realitanya Siswa tidak hanya terfokuskan pada
dalam pembelajaran, kerap kali ditemukan rumus yang mengakibatkan proses
sejumlah siswa beranggapan bahwa fisika pembelajaran kurang interaktif atau hanya
merupakan mata pelajaran yang sulit. bersifat satu arah saja. Namun perlu adanya

269
Pratwi, Analisis Keterampilan Bertanya... 270

interaksi komunikasi antar siswa serta siswa siswa dan pemahaman siswa terhadap konsep
dengan guru yang sehingga proses dan materi yang diajarkan di kelas (Ramadhan
pembelajaran tidak hanya bersifat satu arah. et al, 2017). Sedangkan bagi siswa, bertanya
Menurut Rosidah, (2019) salah satu kecakapan merupakan kegiatan menggali informasi,
dalam berkomunikasi, yaitu keterampilan menginformasikan apa yang diketahui, dan
siswa dalam bertanya. Namun pada mengarahkan pada apa yang belum diketahui.
kenyataannya, sebagian besar siswa memiliki Beberapa keterampilan dasar bertanya
kendala untuk bertanya sehingga siswa menurut Lestari (2017), adalah sebagai
memilih untuk menjawab pertanyaan daripada berikut; (1) memberikan pertanyaan secara
memberi pertanyaan (Royani dan Muslim, jelas dan singkat; (2) penyebaran lingkup
2014). pertanyaan; (3) tingkatan kognitif pertanyaan;
Menurut Royani dan Bukhari (2014), (4) urutan pertanyaan yang mempunyai urutan
mengajukan pertanyaan sama dengan yang logis. Sedangkan menurut Husain (2013:
menunjukkan pola pikir seseorang sehingga 4), indikator kemampuan bertanya antara lain;
dengan bertanya dapat mendorong (1) konten; (2) performansi nonverbal; (3)
kemampuan berpikir siswa. Kegiatan menanya suara; (4) pengungkapan secara verbal atau
dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi redaksi kalimat; (5) kategori pertanyaan; dan
tambahan dan tidak dipahami mengenai apa (6) sikap.
yang sedang diamati. Menurut Kemendikbud Menurut Harlen dan Qualter (2004),
(2013) bahwa standar kompetensi lulusan pada keterampilan bertanya dapat diukur dengan
domain kemampuan, yaitu mengamati, menganalisis jenis pertanyaan yang diajukan
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan siswa. Salah satu cara untuk mengukur
mencipta . Berdasarkan standar kompetensi keterampilan bertanya siswa adalah melalui
lulusan tersebut, dapat dilihat bahwa salah satu pengamatan kualitas dan kuantitas pertanyaan
aspek penilaiannya adalah menanya. Maka dari yang diajukan siswa. Kualitas pertanyaan
itu, kegiatan pembelajaran berbasis pertanyaan dapat diukur berdasarkan taksonomi Bloom
perlu dikembangkan untuk meningkatkan revisi yaitu pertanyaan kognitif tingkat rendah,
kemampuan bertanya siswa, demikian juga yaitu pertanyaan yang diajukan siswa berada
dengan pembelajaran IPA atau fisika. pada tingkatan kognitif menghafal,
Pentingnya siswa pada kegiatan bertanya memahami, dan menerapkan, sedangkan
sebagai bentuk dari pengembangan pola pertanyaan kognitif tingkat tinggi meliputi
pikirnya. Dengan bertanya, siswa dapat pertanyaan pada tingkat menganalisis,
menunjukkan bagaimana sikap, keterampilan, mengevaluasi, dan mengkreasi (Anderson et
dan pemahaman yang dimiliki siswa atas al., 2001). Sebagai indikator lainnya dari
materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. keterampilan bertanya adalah kuantitas
Kegiatan bertanya akan membentuk karakter pertanyaan. Kuantitas pertanyaan merupakan
siswa dalam membiasakan siswa untuk jumlah seluruh pertanyaan yang diajukan siswa
spontan berpikir, cepat, dan sigap merespon selama proses pembelajaran. Semakin sering
suatu persoalan serta melatih keterampilan siswa bertanya menunjukkan bahwa siswa
siswa dalam berbicara. Agustina, dkk. (2015) tersebut semakin aktif mengikuti proses
menyatakan bahwa keterampilan bertanya pembelajaran.
dengan hasil belajar memiliki hubungan positif Hasil observasi pada kegiatan
yang dapat diartikan bahwa semakin tinggi pembelajaran IPA kelas VII F di SMP Negeri
keterampilan bertanya siswa maka semakin 2 Jember tahun ajaran 2019/2020 menunjukan
meningkat hasil belajarnya. Hal ini sejalan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas masih
dengan pernyataan Trianto (2008) yang dominan menggunakan metode yang berpusat
menjelaskan bahwa jika tidak ada siswa yang pada guru seperti metode ceramah. Hal ini
bertanya maupun menjawab pertanyaan, maka dapat menyebabkan siswa kurang aktif dalam
dapat dikatakan jika siswa tersebut belum pembelajaran. Sementara kurikulum 2013
melakukan kegiatan belajar. menuntut siswa aktif dalam seluruh aktivitas
Bagi guru, kegiatan bertanya yang pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat
dilakukan oleh siswa dapat dijadikan sebagai pada guru atau teacher centered learning
media untuk menilai seberapa jauh kesiapan seperti metode ceramah, masih digunakan oleh
271 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 4, Desember 2019, hal 269 - 274

guru saat ini karena dianggap praktis dan tidak Desain penelitian yang digunakan
banyak menyita waktu. Namun dengan merupakan desain penelitian deskriptif. Desain
pembelajaran tersebut, siswa akan cenderung penelitian deskriptif adalah suatu desain
pasif dan kurang berperan aktif selama proses penelitian yang menjelaskan secara nyata atau
pembelajaran berlangsung sehingga diperlukan sebenar-benarnya kondisi suatu objek yang
pembaharuan suasana kelas, salah satunya akan diteliti. Tujuan dari penelitian deskriptif
dengan beralih pada pembelajaran student adalah untuk mendeskripsikan atau
centered learning yaitu Problem Based menggambarkan suatu objek secara sesuai
Learning. dengan keadaan yang sebenarnya mengenai
Problem Based Learning merupakan sifat dan keterkaitan antar objek yang sedang
pembelajaran yang menuntun siswa untuk diamati.
menyelesaikan permasalahan dengan Tujuan penelitian ini untuk memberikan
mengaitkan pada pengalaman mereka, deskripsi tentang keterampilan bertanya siswa
sehingga siswa diharapkan dapat pada materi suhu dan kalor menggunakan
mengembangkan keterampilan berpikir untuk model pembelajaran problem based learning di
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi kelas VII F SMP Negeri 2 Jember. Langkah-
serta cara menyampaikan solusi dari langkah pembelajaran dilakukan mengikuti
permasalahan yang dihadapi melalui sintaks model pembelajaran problem based
komunikasi yang baik. Problem based learning (Arends, 2015). Selama pelaksanaan
learning merupakan aktivitas belajar mengajar pembelajaran, kelas dikondisikan agar
yang memfokuskan siswa untuk melatih siswa memungkinkan siswa untuk mengajukan
membuat penyelesaian dari suatu pertanyaan dengan cara kegiatan dialogis yang
permasalahan yang bermakna (Nafisah et al., interaktif.
2019). Sintakmatik atau tahapan model Sampel penelitian terdiri dari siswa
pembelajaran problem based learning sebanyak 31 orang. Instrumen penelitian yang
berturut-turut meliputi orientasi siswa pada dipakai berupa lembar observasi keterampilan
masalah; mengorganisasi siswa untuk belajar; bertanya siswa. Data penelitian diperoleh dari
membimbing penyelidikan individual maupun lembar observasi kemampuan bertanya siswa.
kelompok; mengembangkan dan menyajikan Keterampilan bertanya yang diukur pada
hasil karya; serta menganalisis dan penelitian ini, yaitu kuantitas (jumlah
mengevaluasi proses pemecahan masalah pertanyaan yang diajukan siswa) dan kualitas
(Arends, 2015). pertanyaan yang diajukan. Kualitas pertanyaan
Problem based learning saat diterapkan dilihat dari jenis pertanyaan yang diajukan
pada aktivitas pembelajaran menghasilkan siswa berdasarkan klasifikasi taksonomi
beberapan kelebihan (Kilbane dan Milman, Bloom revisi. Adapun rumus analisis deskriptif
2014), diantaranya: (1) menumbuhkan dalam bentuk persentase untuk kuantitas dan
keterampilan abad 21 pada siswa; (2) kualitas pertanyaan siswa yaitu:
mengembangkan pemahaman dan penguasaan 𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑥 100%
siswa terhadap berbagai permasalahan 𝑁
kompleks dalam kehidupan sehari-hari; (3) Keterangan:
mengembangkan kekuatan retensi siswa n = jumlah pertanyaan yang diajukan siswa
terhadap konten materi; (4) meningkatkan N = jumlah semua pertanyaan
motivasi siswa untuk belajar; 5) mengaktifkan
pengetahuan awal siswa. Problem based Prosedur penelitian yang dilakukan
learning melatih siswa dengan memberi adalah sebagai berikut :
permasalahan dalam dunia nyata sehingga 1. Persiapan
perlu dicari solusi yang tepat agar masalah Tahap ini meliputi persiapan instrumen-
tersebut dapat diselesaikan secara tepat. Maka instrumen yang akan digunakan pada saat
dari itu siswa dibiasakan untuk berpikir penelitian serta observasi awal mengenai
menemukan solusi serta cara untuk keadaan siswa ke guru mata pelajaran.
mengkomunikasikannya. 2. Pelaksanaan
Tahap ini berisi pelaksanan penelitian yang
METODE dilakukan dengan mengamati secara
Pratwi, Analisis Keterampilan Bertanya... 272

langsung aktivitas belajar mengajar dengan Penanya C1 C2 C3 C4-C6


menggunakan model pembelajaran 11 6 4 1 -
Problem Based Learning. Selama proses 35,48% 19,35% 12,9% 3,22% -
pembelajaran berlangsung, guru mengamati
dan mencatat pertanyaan yang diajukan Berdasarkan data pada Tabel 2, jumlah
oleh siswa. pertanyaan pada tingkat mengingat berjumlah
6 dengan persentase 19,35%, tingkat kognitif
HASIL DAN PEMBAHASAN memahami berjumlah 4 dengan persentase
Proses pembelajaran dilakukan dengan 12,9%, dan tingkat kognitif menerapkan
mengukuti tahapan dalam sintaks model berjumlah 1 dengan persentase 3,22%.
pembelajaran berbasis masalah. Selama proses Kualitas pertanyaan siswa diklasifikasikan ke
pembelajaran berlangsung, siswa dimotivasi dalam tingkat kognitif rendah dan tinggi. Data
untuk aktif dalam mengungkapkan ide dan yang diperoleh menunjukkan bahwa sebesar
gagasan, sekaligus juga diberi banyak semua siswa berada pada kategori tingkat
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. kognitif rendah. Dengan demikian tidak ada
Hasil penelitian keterampilan bertanya siswa siswa yang bertanya pada tingkatan kategori
kelas VII F yaitu kuantitas pertanyaan tingkat kognitif tinggi. Jika diamati dari
ditunjukkan pada Tabel 1. kualitas pertanyaannya, siswa cenderung
mengarah pada tingkatan paling rendah, yaitu
Tabel 1. Jumlah pertanyaan siswa. pengetahuan atau mengingat.
Jumlah Sebagian besar pertanyaan siswa masih
Gender (L/P) % tergolong tingkat kognitif rendah disebabkan
Penanya
Laki-laki 3 9,67 % kurangnya kegiatan diskusi dua arah baik antar
Perempuan 8 25,81 % siswa ataupun siswa dengan guru. Walaupun
Jumlah 11 35,48% guru telah menggunakan model pembelajaran
Jumlah Siswa 31 100% Problem Based Learning di kelas dimana
siswa pada aktivitas pembelajarannya
Berdasarkan data pada Tabel 1, kuantitas diarahkan pada kegiatan diskusi untuk
bertanya siswa diamati berdasarkan jumlah merangsang keterampilan bertanya. Namun
pertanyaan yang diajukan siswa. Dari Tabel 1, pada kenyataannya, kebanyakan siswa kurang
persentase jumlah siswa yang bertanya secara tertarik dengan kegiatan diskusi berbasis
keseluruhan sebesar 35,48%. Dari keseluruhan masalah sehingga kualitas pertanyaan yang
pertanyaan yang diajukan sebanyak 3 siwa diajukan hanya tergolong pada tingkat kognitif
laki-laki yang mengajukan pertanyaan dengan rendah saja. Hanya beberapa siswa saja yang
persentase sebesar 9,67 % dan 8 siswa aktif dalam melakukan diskusi, sebagian besar
perempuan dengan persentase sebesar 25,81 siswa kurang tertarik. Hal tersebut disebabkan
%. karena diantaranya karena: 1) siswa yang
Pertanyaan berdasarkan kualitas siswa berkarakter individualis, 2) siswa masih
digolongkan menjadi dua macam, yaitu siswa cenderung malu untuk menyampaikan
dengan dengan kualitas bertanya tingkat pertanyaan, dan 3) kemauan berdiskusi aktif
kognitif rendah dan tinggi. Siswa dengan yang masih kecil.
kualitas bertanya untuk tingkat kognitif rendah Salah satu cara memotivasi siswa agar
merupakan siswa yang mengandalkan mau mengajukan pertanyaan adalah dengan
kemampuan ingatannya untuk menyelesaikan menggunakan teknik “tanya-jawab” saat
suatu permasalahan. Sedangkan siswa yang kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan
memiliki tingkat kognitif tinggi merupakan tanya-jawab dilakukan dalam lingkup besar
siswa yang memggunakan cara analisis yaitu lingkup kelas. Dengan diterapkannya
sebelum menyelesaikan suatu permasalahan sistem tanya jawab ini kemungkinan siswa
(Ramadhan et al, 2017). Berikut merupakan untuk bertanya akan lebih besar. Pentingnya
data kualitas pertanyaan siswa kelas VII F. keterampilan bertanya bertanya karena
bertanya merupakan landasan dasar untuk
Tabel 2. Kualitas pertanyaan siswa. membangun kemampuan berpikir siswa dalam
Jumlah Tingkat Kognitif Pertanyaan mencari solusi dari suatu permasalahan yang
273 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 4, Desember 2019, hal 269 - 274

dihadapi (Ramadhan et al., 2017).


Sederhananya, mengajukan sebuah pertanyaan DAFTAR PUSTAKA
akan memotivasi siswa untuk berpikir kritis Agustina, P., Lisdiana, dan Marianti, A.
dan juga berperan penting dalam pemecahan (2015). Problem Posing Card (PPC)
masalah serta mengambil keputusan. Dari hasil meningkatkan keterampilan bertanya dan
data tersebut dapat dilihat kuantitas atau hasil belajar siswa. Jurnal Biology
jumlah pertanyaan siswa masih rendah Education. Universitas Negeri Semarang.
dibuktikan dengan jumlah siswa yang bertanya 4(3).
tidak mencapai setengah dari jumlah Anderson, L. dan Krathwohl, D. R. (2001). A
keseluruhan siswa. Sedangkan kualitas Taxonomy for Learning, Teaching, and
pertanyaan yang diajukan siswa tergolong ke Assessing. New York: Longman.
dalam kategori tingkat kognitif rendah karena Arends, R. I. (2015). Learning to Teach, Tenth
siswa hanya bertanya pada tingkatan kognitif Edition. New York: McGraw-Hill
mengingat hingga menerapkan saja. Education.
Permasalahan tersebut juga dapat Erlina, N. Supeno, dan I. Wicaksono. (2016).
disebabkan oleh guru yang hanya berfokus Penalaran Ilmiah dalam Pembelajaran
pada jumlah siswa yang bertanya namun tidak Fisika. Prosiding Seminar Nasional 2016,
melihat kualitas dari pertanyaan yang diajukan 23, 473–480.
oleh siswa. Kemungkinan yang terjadi adalah Harlen, W. dan Qualter, A. (2004). The
guru berpikir jika semakin banyak siswa yang Teaching of Science in Primary Schools
bertanya maka semakin aktif pula keterlibatan Fourth Edition. London: David Fulton
siswa dalam pembelajaran, padahal jika Publishers.
diamati lebih lanjut menunjukkan jika tidak Istyowati, A., S. Kusairi, S. K. Handayanto.
semua pertanyaan dapat membuat siswa aktif (2017). Analisis Pembelajaran Dan
di dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru Kesulitan Siswa SMA Kelas Xi Terhadap
perlu memberikan bimbingan yang tepat agar Penguasaan Konsep Fisika. Prosiding
pertanyaan yang diajukan siswa berbobot dan Seminar Nasional Fisika III. 237- 243.
terkait dengan apa yang sedang dibahas. Kilbane, C. R dan Milman, N. B. (2014).
Teaching Model, Designing Instruction
KESIMPULAN for 21st Century Learners. New York:
Berdasarkan penelitian yang telah Pearson.
dilakukan, keterampilan bertanya siswa VII F Lestari, R. (2017). Profil Keterampilan
di SMP Negeri 2 Jember diperoleh data Bertanya Siswa Pada Pembelajaran
kuantitas bertanya sebesar 35,48% dan kualitas Biologi SMAN 1 Bandar Lampung Tahun
bertanya siswa yang tergolong tingkat kognitif Pelajaran 2016/2017. Skripsi. FKIP
rendah yang menunjukkan tidak adanya Universitas Lampung. Bandar Lampung.
pertanyaan yang tergolong tingkat kognitif Muliardi, M. W. R., Supeno, S., & Bektiarso,
tinggi. Hasil analisis tersebut menunjukkan S. (2018). Lembar kerja siswa scientific
bahwa kemampuan bertanya siswa kelas VII F explanation untuk melatihkan
di SMP Negeri 2 Jember masih tergolong kemampuan penjelasan ilmiah siswa
kurang memuaskan dan perlu adanya usaha SMA dalam pembelajaran fisika. In
yang optimal untuk mengembangkannya. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Selama aktivitas pembelajaran, guru harus Fisika, 3, 33–38.
membangun suasana pembelajaran yang Nasihah, E. D., Supeno, S., & Lesmono, A. D.
menarik sehingga siswa dapat menyimak (2019). Model Problem Based Learning
penjelasan guru dengan baik dan timbul (PBL) Disertai Tutor Sebaya Untuk
pertanyaan dari siswa dengan kuantitas dan Meningkatkan Keterampilan Berpikir
kualitas pertanyaan yang baik. Guru Kritis Siswa SMA. FKIP E-Proceeding,
hendaknya sering merangsang siswa dengan 3(2), 178–183.
jenis pertanyaan yang tergolong tingkat Ramadhan, F., Susriyati, M., dan Siti, Z.
kognitif tinggi, sehingga siswa juga terbiasa (2017). Kemampuan bertanya siswa kelas
untuk bertanya secara kritis, kreatif, dan X SMA Swasta Kota Batu pada pelajaran
analisis. biologi. Bioedukasi, 8(1), 11-15.
Pratwi, Analisis Keterampilan Bertanya... 274

Royani, M. dan Muslim, B. (2014). Supeno, S., Kurnianingrum, A. M., & Cahyani,
Keterampilan bertanya siswa SMP M. U. (2017). Kemampuan penalaran
melalui strategi pembelajaran aktif tipe berbasis bukti dalam pembelajaran fisika.
team quiz pada materi segi empat. EDU- Jurnal Pembelajaran Dan Pendidikan
MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Sains, 2(1), 65–78.
2(1), 22-28. Suprapto, N. (2014). Role of physics’
Rosidah, R. L. (2019). Analisis Kemampuan questions on the improvement of thinking
Bertanya Siswa dengan Memperhatikan skills: a case of indonesian student.
Dimensi Proses Kognitif Pada Penerapan International Journal of Education and
Pembelajaran Kooperatif. Skripsi, Research. 2(12), 71-82.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Zahrok, H., Supeno, & Lesmono, A. D. (2017).
Surabaya. Students’ argumentation skills through
Supardi, Leonard, H. Suhendri, dan PMA learning in vocational school. The
Rismurdiyati. (2012). Pengaruh media International Journal of Social Sciences
pembelajaran dan minat belajar terhadap and Humanities Invention, 4(7), 3619-
hasil belajar fisika. Jurnal Ilmiah 3624. doi: 10.18535/ijsshi/v4i7.08.
Pendidikan MIPA, 2(1), 71 – 81.

You might also like