Pembentukan Asam Humat Dan Fulvat Selama Pembuatan Kompos J Erami Padi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

J. Solum Vol. I No.

1, Januari 2004: 9 - 14 ISSN: 1829-7994

PEMBENTUKAN ASAM HUMAT DAN FULVAT SELAMA PEMBUATAN


KOMPOS J ERAMI PADI
Agustian, Petr ia Susila dan Gusnidar
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
Abstr act

Production of humic substances during the composting of organic matter becomes one
criterion of compost quality. The objectives of this study were to measure and quantify the amounts
of humic substances produced during the composting of rice straw by commercial decomposer,
Effective Microorganism 4 (EM4). The experiment was carried out by using twenty kilograms of
rice straw with C/N ratio 105 and containing 32.28% of cellulose and 4.48% lignin. The treatment
essayed was the quantity EM4 applied i.e 10, 20, 30 ml and without inoculation as control.
Experimental design used was Completely Randomized Design with three replications. Parameters
observed are C/N ratio, humic acid, fulvic acid, and humification ratio. The results clearly showed
that the increase of EM4 applied was closely related with the sum of humic substances, humic acid,
and fulvic acid produced. The significance results were observed after 60 days applying compost
with 30 ml EM4. It could be concluded that the quantity of EM4 applied to determine the rate of
compost maturity as indicated by the value of humification ratio, was significantly different. On the
other hand, the low contents of lignin in rice straw might also determine humic and fulvic acid
formation.

Key words : Rice straw, compost, humic acid, fulvic acid

PENDAHULUAN dan dampaknya terhadap ling


kungan. .Penggunaan kompos yang belum
Jerami padi merupakan batang dan daun
matang dengan nisbah C/N yang masih
padi sebagai produk sisa dari hasil panen.
tinggi ke dalam tanah akan menyebabkan
Tangenjaya (1991) menyatakan bahwa dalam
terjadinya imobilisasi N yang akan
satu hektar sawah sisa panen berupa jerami
menimbulkan defisiensi N dalam tanah.
padi dapat ditemukan sebanyak 40 ton. Sejauh
Sebaliknya kompos yang belum matang
ini menurut Darwis, Bunasor, Hartarto dan
dengan nisbah C/N yang sangat rendah
Sailah (1988) pemanfaatan jerami padi yang
cenderung mengakibatkan keracunan NH3
pernah dilakukan adalah : makanan ternak,
terhadap tanaman (Inbar, Chen dan Hadar,
bahan bakar, media penanaman jamur dan
1990).
industri kertas serta sebagai bahan kompos.
Dalam sistem pertanian tradisional biasanya Pengomposan merupakan suatu proses
jerami padi tersebut dikembalikan ke dalam dekomposisi atau perombakan bahan organik
tanah atau dibakar dan abunya digunakan padat ke dalam bentuk bahan humik yang
sebagai pupuk. Pemberian jerami tersebut relatif tahan terhadap pelapukan. Proses
tanpa melalui proses pengomposan terlebih dekomposisi ini dilakukan oleh berbagai
dahulu mengandung resiko besar karena mikroorganisme termasuk bakteri,
nisbah C/N nya terbilang tinggi. aktinomisetes dan jamur yang umumnya
bersifat aerobik. Menurut He, Traina dan
Kematangan kompos yang didefinisikan Logan (1992), berbagai faktor dapat
sebagai tingkat kestabilan fisik, kimia dan mempengaruhi sifat dan ciri kompos yang
biologis kompos merupakan faktor penting dihasilkan antara lain: pertama sumber atau
dalam penggunaannya dalam bidang pertanian

9
Pembentukan Asam Humat dan Fulvat (Agustian, et al): 9 - 14 ISSN: 1829-7994

asal bahan organik yang dikomposkan, BAHAN DAN METODE


kedua praperlakuan yang diberikan, ketiga Penelitian ini dilakukan dengan
temperatur selama pengomposan, menggunakan jerami padi kering panen
keempat kelembaban, kelima aerasi dan sebanyak 20 kg. Dalam proses pembuatan
keenam lamanya pengomposan Bokhasi (kompos fermentasi) digunakan
berlangsung. Faktor yang pertama akan mikroba perombak yang diperdagangkan
menentukan kemudahan terhadap dengan merek Effective Microorganism 4
(EM4) yang diproduksi oleh Indonesian
perombakan, faktor kedua akan
Kyusei Nature Farming Societies Jakarta.
menentukan kandungan kompos, Bahan jerami yang digunakan mengandung
sedangkan faktor ke tiga sampai lima akan selulosa 32,28%, lignin 4,48% dengan
menentukan kecepatan perombakan dan nisbah C/N 105. Bahan tambahan lainnya
yang terakhir faktor keenam umumnya adalah dedak 0,5 kg, gula pasir 100g, dan
akan menentukan tingkat kematangan. larutan EM4 sesuai dengan perlakuan. Dosis
Menurut Gaur (1982) selain faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini 0, 10,
diatas peranan mikroorganisme perombak 20 dan 30 ml EM4 per 20 kg jerami padi.
juga sangat penting. Penambahan inokulan Percobaan ini menggunakan Rancangan
perombak akan dapat mempercepat proses Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan.
pengomposan dan meningkatkan kualitas Uji lanjutan menggunakan Duncan’s New
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf
kompos yang dihasilkan.
nyata 5%.
Terdapat banyak sekali metoda yang Pengamatan yang dilakukan selama
telah dikembangkan dalam menilai tingkat pengomposan adalah kandungan bahan
kematangan dan kualitas kompos. Inbar et humik, jumlah asam humat dan fulvat,
al. (1990) menilai tingkat kematangan nisbah C/N, nisbah humifikasi pada umur
melalui nilai nisbah humifikasi selama kompos 20, 40 dan 60 hari serta rendemen
kompos yang dihasilkan. Ekstraksi bahan
pengomposan. Secara garis besar He et al.
humik dilakukan dengan menggunakan
(1992) mengelompokkan metoda-metoda larutan NaOH 0,1 N, selanjutnya pemisahan
tersebut atas : analisis sifat kimia, analisis asam humat dan fulvat dilakukan
sifat fisik, analisis biologis, uji tanaman, pengasaman dan sentrifugasi mengikuti
spektroskopik dan tingkat humifikasi. prosedur Tan, 1996. Sebanyak 1 g contoh
Dikarenakan sangat beragamnya bahan kompos yang telah dihaluskan dikocok
asal dari kompos maka sangat tidak dengan 25 ml NaOH 0,1 N selama 24 jam,
mungkin hanya menggunakan satu metoda kemudian disentrifus pada kecepatan 10.000
saja dalam evaluasi tingkat kematangan rpm pada suhu 4 oC selama 15 menit untuk
kompos. Biasanya digunakan kombinasi memisahkan larutan dengan bahan kompos
dari beberapa metoda seperti sifat kimia atau residu. Residu kemudian dicuci dengan
25 ml aquades dan disentrifus kembali
dan biologis
selama 15 menit pada kecepatan 15.000 rpm.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Filtrat yang diperoleh dari hasil sentrifugasi
menghitung kandungan asam humat dan asam kemudian disaring dengan kertas saring
fulvat dalam menilai kematangan kompos Whatman 40 dan diasamkan dengan
serta mempelajari peranan effective menambahkan 25 ml
microorganism (EM4) dalam proses
pengomposan jerami padi..

10
J. Solum Vol. I No. 1, Januari 2004: 9 - 14 ISSN: 1829-7994

HCl 0,1 N sehingga asam humat mengendap perlakuan pemberian EM4. Nisbah C/N
dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya terlihat menurun lebih rendah dengan
asam humat yang mengendap dipisahkan dari peningkatan jumlah pemakaian EM4, namun
asam fulvat yang ada dalam larutan dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang
sentrifugasi dengan kecepatan 15.000 rpm nyata antara pemberian 10, 20 dengan 30 ml
selama 10 menit. Asam humat yang terkumpul EM4.
di dasar tabung kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 60 oC begitu juga dengan Dari Tabel 2. Juga dapat kita lihat
filtrat yang mengandung asam fulvat. Berat bahwa nilai C/N menurun seiring dengan
yang diperoleh merupakan berat asam humat lamanya waktu pengomposan sedangkan
dan fulvat yang dikandung kompos. pemberian EM4 dalam hal ini tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan pengaruh yang nyata
terhadap perubahan nilai C/N sampai
a. Asam humat dan fulvat kompos berumur 60 hari.
Kandungan asam humat maupun asam
fulvat telah terbentuk setelah 20 hari Menurut Dalzel et al. (1987) proses
pengomposan dengan jumlah asam fulvat jauh pengomposan sangat tergantung kepada
lebih tinggi dibandingkan dengan asam humat. aktivitas mikroorganisme perombak.
Pada umur kompos 20 hari jumlah asam Mikroorganisme membutuhkan sumber C
humat yang terbentuk belum berbeda nyata untuk mendapatkan energi dan N sebagai
antar perlakuan yang dicobakan, sebaliknya bahan untuk pembentukan dan perbanyakan
peningkatan dosis pemakaian EM4 sudah sel. Tanpa adanya sumber C dalam bentuk
memperlihatkan pengaruh dimana pada taraf gula sederhana dan N yang cukup maka
30 ml ditemukan sebanyak 182,67 mg g-1 proses perombakan akan berlangsung
asam fulvat yang berbeda nyata dengan taraf lambat. Semakin tinggi nisbah C/N bahan
pemakaian yang lebih rendah. organik yang akan dirombak akan semakin
lama terbentuk bahan humus. Singer dan
Seiring dengan lamanya pengomposan Munns (1987) menyatakan bahwa proses
kandungan asam humat secara perlahan dekomposisi bahan organik menjadi humus
meningkat, sementara asam fulvat terlihat dalam lingkungan alami tanpa tambahan
sudah menurun jumlahnya pada umur kompos inokulan dari luar membutuhkan waktu yang
pada umur 60 hari.Hasil yang diperoleh dalam panjang yaitu lebih kurang 300 hari. Oleh
percobaan ini sejalan dengan apa yang sebab itulah untuk memacu aktivitas
dikemukakan oleh Inbar et al. (1990) dimana mikroorganisme dalam proses dekomposisi
dikatakan bahan organik yang perombakannya bahan organik dengan Nisbah C/N tinggi
baru pada tahap awal biasanya mengandung sering ditambahkan nutrisi seperti N, P, K ,
asam fulvat lebih banyak dibandingkan asam Mg dan S.
humat dan jika perombakannya telah berlanjut
asam fulvat menurun atau tetap jumlahnya c. Tingkat Humifikasi
sedangkan asam humat justru meningkat.
Tingkat humifikasi atau tingkat
b. Nisbah C/N dekomposisi bahan organik selain dapat di
Dari hasil yang ditampilkan pada Tabel 2 ekspresikan dengan nilai C/N juga dapat
terlihat bahwa nisbah C/N setelah 20 hari dinyatakan dalam bentuk nisbah humifikasi
pengomposan menurun dari 105 pada awal yang merupakan perbandingan antara fraksi
pengomposan menjadi 94,8 pada perlakuan asam humat dengan asam
tanpa EM4 yang berbeda nyata dengan

11
Pembentukan Asam Humat dan Fulvat (Agustian, et al): 9 - 14 ISSN: 1829-7994

Tabel 1. Kandungan asam humat (AH) dan asam fulvat (AF) selama 60 hari pengomposan
jerami padi

Perlakuan 20 hari 40 hari 60 hari


(EM4) ________________ _______________ ________________

AH AF AH AF AH AF

……………….mg g-1 kompos……………..

0 ml 23,94 161,67 b 25,58 186,67 b 26,72 a* 176,33

10 ml 16,62 152,33 b 20,87 211,60 a* 25,94 a 185,63

20 ml 20,79 168,33 ab 26,62 206,7ab 46,45 b 184,21

30 ml 20,82 182,67 a* 25,59 188,3 b 60,37 b 177,58

* Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT
pada taraf nyata 5%.

Tabel 2. Nisbah C/N selama 60 hari pengomposan jerami padi

Perlakuan 20 hari 40 hari 60 hari


EM4

0 ml 94,8 a* 47,9 39,5

10 ml 77,6 b 44,5 42,9

20 ml 75,7 b 43,0 42,2

30 ml 71,0 b 48,2 37,5

* Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT
pada taraf nyata 5%.

12
J. Solum Vol. I No. 1, Januari 2004: 9 - 14 ISSN: 1829-7994

Tabel 3. Nisbah humifikasi (AH/AF) selama 60 hari pengomposan jerami padi

Perlakuan 20 hari 40 hari 60 hari

EM4

0 ml 0,15 0,14 0,15 b

10 ml 0,11 0,10 0,14 b

20 ml 0,12 0,13 0,25 ab

30 ml 0,11 0,14 0,34 a*

* Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut DNMRT pada taraf nyata 5%.

fulvat (AH/AF). Dari Tabel 3 dapat dilihat pada penelitian ini sampai umur 60 hari
bahwa nisbah humifikasi menaik sejalan masih jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan lamanya waktu pengomposan dengan asam humat yang dihasilkan sedangkan
EM4. Namun demikian nilai nisbah hal sebaliknya dijumpai pada penelitian
humifikasi baru memperlihatkan perbedaan Inbar et al. (1990). Hal lain yang bisa
yang nyata setelah kompos berumur 60 hari. menyebabkan terdapatnya perbedaan
adalah karena sumber dan asal bahan yang
Pada umur kompos tersebut pemakaian dikomposkan juga berbeda seperti yang
EM4 sebanyak 30 ml menunjukkan nisbah juga ditemui oleh Hadas dan Portnoy
humifikasi yang berbeda nyata dengan (1994).
perlakuan tanpa dan pemberian 10 ml EM4
KESIMPULAN
namun demikian masih tidak berbeda nyata
dengan pemakaian 20 ml. Dari hasil-hasil pengamatan yang
diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai
Nilai nisbah humifikasi yang diperoleh berikut :
dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan
hasil penelitian Inbar et al. (1990) yang 1. Dalam proses pengomposan jerami
menggunakan kotoran sapi sebagai bahan padi dengan maupun tanpa
kompos terbilang masih sangat rendah. Pada pemberian menggunakan Effective
umur kompos 20 hari pada percobaannya Microorganism 4 (EM4) tetap
nisbah humifikasi sudah mencapai lebih dari terbentuk asam humat dan asam
3,0 dan pada hari ke-147 nilai nisbah telah fulvat
mendekati 5,0. Rendahnya Nisbah Humifikasi 2. Pemakaian EM4 sebagai inokulan
yang diperoleh pada percobaan ini disebabkan dalam pengomposan jerami padi
karena kandungan asam fulvat yang diperoleh dapat mempengaruhi jumlah asam
humat dan
asam He X.T., S.J. Traina and T.J. Logan. 1992.
fulvat yang terbentuk pada percobaan ini Chemical Properties of Municipal

13
Pembentukan Asam Humat dan Fulvat (Agustian, et al): 9 - 14 ISSN: 1829-7994

pemakaian sebanyak 30 ml Solid waste Composts. J. Environ.


memperlihatkan hasil yang lebih tinggi Qual. 21: p. 318-329
pada umur kompos 60 hari.
Inbar Y., Y. Chen and Y. Hadar. 1990.
3..Selain nisbah C/N maka nisbah humifikasi Humic Substances Formed during the
(AH/AF)juga dapat digunakan dalam Composting of Organic Matter. Soil
penilaian tingkat kematangan kompos. Sci. Soc. Am. J. 54: p.1316-1323
DAFTAR PUSTAKA
Dalzel H.W., A.J. Biddlestone, K.R. Gray and Singer M.J. and N.M Munns. 1987. Soil
K. Thurairajan. 1987. Soil management, and Introduction. 2nd Edition. Mc.
compost production and use in tropical Millan Publishing Co.New York.
and subtropical environments. Soil Stevenson F.J. 1982. Humus Chemistry.
Bulletin FAO. United Nations. pp 56 Genesis, composition, reactions. John
Darwis A.A., T.K. Bunasor, L. hartato dan I. Wiley and Sons, New York: pp 440
Sailah. 1988. Laporan Tahap II studi Tan, K.H. 1996. Soil Sampling,
potensi bahan lignoselulosik. PAU preparation and analysis. The
Bioteknologi IPB Bogor. University of Georgia. Marcel Dekker
Hadas A and R. Portnoy. 1994. Nitrogen and Inc. New York. Pp 408
Carbon Mineralization Rates of Tangenjaya, B. 1991. Pemanfaatan limbah
Composted Manures Incubated in Soil. J. padi untuk pakan. Padi Buku III. Pusat
Environ. Qual. 23: p. 1184-1189 Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Bogor.

14

You might also like