Karakteristik Oseanografi Fisik (Batimetri, Pasang Surut, Gelombang Signifikan Dan Arus Laut) Perairan Teluk Bungus Kota Padang
Karakteristik Oseanografi Fisik (Batimetri, Pasang Surut, Gelombang Signifikan Dan Arus Laut) Perairan Teluk Bungus Kota Padang
Karakteristik Oseanografi Fisik (Batimetri, Pasang Surut, Gelombang Signifikan Dan Arus Laut) Perairan Teluk Bungus Kota Padang
net/publication/316661579
CITATION
READS
1
4,408
6 authors, including:
Try Al Tanto
Semeidi Husrin
Research Institute for Coastal Resources and Vulnerability, BRSDMKP, KKP
RI Ministry of Marine Affairs and Fisheries
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Kajian Dampak Reklamasi Teluk Benoa Terhadap Ekosistem Laut dan Pesisir View project
Kegiatan project di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, sekarang bernama BIG View project
All content following this page was uploaded by Try Al Tanto on 04 May 2017.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
http://journal.trunojoyo.ac.id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan
Volume 9, No. 2, Oktober
2016
ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)
ABSTRACT
Bungus bay waters have a lot of activity, but there is no reliable data related to their
oceanographic parameters. It is necessary to study their physical oceanography, to acquire basic
information of physical oceanographic characteristics that are useful for the daily activities around
these waters. Bathymetric data obtained from the map issued by Dishidros, analyzed in the form
of 2D and 3D map display. Tide data measured from ADCP measuring devices, a measuring
instrument for the major ocean currents, and also HOBO which has a pressure sensor in the
device. While the wave data obtained from ECMWF in the form of significant wave height, but it
also contained model / forecasting a significant wave height of BMKG. The depth of the bay of
Bungus relatively shallow sea, which reaches 30 m. Form of the sea bottom relief not seen a
significant impact on the influence of the ocean, because the waters are adequately protected by
the shape of the bay. Tide that occur is predominantly a mixture of type double, 139.30 cm
(October-November 2013). Significant wave Bungus bay waters and surrounding areas (January-
October 2013) is 0.42 to 1.7 m and 0.3 to 2.5 m (August-December 2015). Largest wave height
occurs mainly dated October 9, 2013 until October 11, 2013 is 1.5-1.7 m, and 8 to 14 September
2015 to reach 2.25 m. Currents in Bungus bay waters generally dominated by the influence of
zonal flows, both the depth current of 10.5 m and 18.5 m. The average velocity of depth current of
10.5 m by 0.0477 m/s, but there was a large current 0.5240 m / sec November 11, 2013 at 14:50
am with the South-East direction. At a depth of 18.5 m, the average current velocity 0.3799 m/s
and a maximum current of 0.9320 m/s on 14 November 2013 at 22:00 pm at South West
direction.
ABSTRAK
Perairan Teluk Bungus berlangsung cukup banyak aktivitas, namun belum ada data-data valid
berkaitan dengan parameter oseanografi perairannya. Perlu dilakukan kajian oseanografi fisik,
sehingga diperoleh informasi dasar karakteristik oseanografi fisik yang berguna untuk kelancaran
aktifitas di sekitar perairan ini. Data batimetri diperoleh dari peta yang dikeluarkan oleh Dishidros,
dianalisis berupa tampilan peta 2D dan 3D. Data pasang surut air laut terukur dari alat ukur
ADCP, merupakan alat ukur utama untuk arus laut, dan juga HOBO yang memiliki sensor
tekanan dalam perangkatnya. Sedangkan data gelombang diperoleh dari ECMWF berupa tinggi
gelombang signifikan, selain itu juga terdapat model/peramalan tinggi gelombang signifikan dari
BMKG. Kedalaman laut Teluk Bungus tergolong dangkal, yaitu mencapai 30 m. Bentuk relief
dasar lautnya tidak terlihat dampak signifikan dari pengaruh samudera, karena perairan cukup
terlindungi oleh bentuk teluk. Pasang surut yang terjadi adalah tipe campuran dominan ganda,
107
tunggang pasut sebesar 139,30 cm (Oktober - November 2013). Gelombang signifikan perairan
108
Jurnal Kelautan, 9(2), 107-121, Oktober 2016
Teluk Bungus dan sekitarnya (Januari - Oktober 2013) adalah 0,42-1,7 m dan 0,3-2,5 m (Agustus
– Desember 2015). Tinggi gelombang cukup besar terjadi terutama tanggal 9 Oktober 2013
hingga 11 Oktober 2013 yaitu 1,5-1,7 m, serta 8 - 14 September 2015 hingga mencapai 2,25 m.
Arus laut perairan Teluk Bungus umumnya didominasi oleh pengaruh arus zonal, baik arus
kedalaman 10,5 m maupun arus pada kedalaman 18,5 m. Kecepatan rata-rata arus kedalaman
10,5 m sebesar 0,0477 m/dt, namun terjadi arus cukup besar 0,5240 m/dt tanggal 11 November
2013 pukul 14.50 WIB dengan arah Tenggara-Selatan. Pada kedalaman 18,5 m, kecepatan arus
rata-rata 0,3799 m/dt dan arus maksimum 0,9320 m/dt tanggal 14 November 2013 pukul 22.00
WIB dengan arah Barat Daya.
Kata Kunci: Bathymetri, Pasang Surut, Gelombang Signifikan, Arus Laut, Perairan Teluk Bungus
perangkatnya, sehingga juga diperoleh data tampilan peta 2D yang biasa dalam
pasang surut laut. Kegiatan survei lapang pengolahan parameter oseanografi, hasil
terlaksana pada awal Bulan Oktober dan pengolahan peta batimetri juga ditampilkan
November Tahun 2013, dengan lokasi di berupa peta 3D, sehingga dapat terlihat
sekitar Pulau Kasiak - Teluk Bungus. topografi dasar perairan daerah studi.
Arus laut (sea current) merupakan gerakan Pasang surut air laut timbul terutama
massa air laut dari satu tempat menuju karena gaya tarik menarik gravitasi bumi
tempat lain secara vertikal (gerakan ke atas) terhadap bulan dan matahari, sedang
atau secara horizontal (gerakan ke samping) kontribusi gaya tarik menarik planet-planet
secara terus menerus hingga menuju lainnya kecil. Besar naik turunnya
kestabilan (Pond & Pickard, 1993 dalam permukaan laut tergantung pada kedudukan
Samskerta, I Putu, Huda Bachtiar, Fitri bumi terhadap bulan dan matahari.
Riandini, 2011). Di perairan dangkal Pemahaman akan jenis pasang surut
(kawasan pantai), arus laut dapat dengan mengetahui pola terjadinya pasang
dibangkitkan oleh gelombang laut, pasut laut dan surut sangat penting untuk berbagai
atau sampai tingkat tertentu angin. Di dekat aplikasi, seperti untuk navigasi, rekayasa
khatulistiwa, angin pasat (trade wind) pantai (pembuatan pelabuhan, bangunan
menggerakkan permukaan air ke arah barat. penahan gelombang, jembatan laut, dan
Sementara itu, di daerah lintang sedang pemasangan pipa bawah laut) (Modifikasi
(temperate), angin barat (westerlies wind) dari Pugh, 1987 dalam Sudjono et al., 2011),
menggerakan kembali permukaan air ke dan lain-lainnya. Data pasang surut perairan
timur (http://www.balipost.co.id). Teluk Bungus diperoleh langsung dari
Pengukuran data arus laut dilakukan dengan pengukuran oleh alat pengukur arus ADCP
menggunakan alat ukur ADCP dengan yang memiliki sensor tekanan dalam
metode euler. Perekaman data arus perangkatnya. Nilai kedalaman yang
dilakukan hampir selama dua bulan, diperoleh tersebut sesuai dengan hasil
pemasangan alat ukur pada awal Bulan pengukuran lapang, dilakukan proses
Oktober 2013 dan pengangkatan terlaksana filtering data berupa pengolahan data
pada akhir bulan November 2013. Analisis kedalaman menjadi tinggi muka air
arus laut yang dilakukan adalah spectral berdasarkan nilai surut terendah selama
analysis dengan menggunakan software waktu pengukuran. Penentuan jenis pasang
Statistica 7, untuk melihat pola arus yang surut dapat diketahui dengan melihat pola
terjadi dan periode dominan dalam rentang terjadinya pasang dan surut. Penentuan
waktu pengukuran tersebut. Dalam hal ini jenis pasang surut lainnya yang paling
arus yang dianalisis adalah arus pada sederhana adalah secara numeris dengan
kedalaman 10.5 m yang masih mewakili menggunakan periode dominan dari pasang
untuk arus permukaan dan arus kedalaman surut yang diamati. Hal ini didasarkan pada
18.5 m. Dengan analisis ini akan terlihat bilangan Formzahl (F), yaitu perbandingan
perbedaan dari kedua arus laut yang terjadi jumlah amplitudo dua komponen diurnal
pada kedalaman berbeda tersebut. utama (AK1 dan AO1) terhadap jumlah
amplitudo dua komponen semi-diurnal
Batimetri merupakan ukuran tinggi utama (AM2 dan AS2). Hal ini tertuang dalam
rendahnya dasar laut, dimana peta tulisan Wyrki yang menyebutkan bahwa
bathymetri memberikan infomasi mengenai Empat pasang parsial yang paling penting,
dasar laut (Nurjaya, 1991 dalam Ariana K, M2, S2, K1 and O1 memberikan gambaran
2002). Data batimetri perairan Teluk Bungus yang relatif lengkap pola pasang surut,
dan sekitarnya diperoleh dari peta yang sehingga representasinya cukup untuk
dikeluarkan oleh Dishidros. Peta tersebut informasi Umum. Komponen pasang surut
diperbarui oleh Jawatan Hidro-Oseanografi tersebut diperoleh dari analisis admiralty
Tahun 2006, dan koreksi terakhir Tahun yang dibuat dari modifikasi modul pasut
2011. Selain itu, data batimetri juga (Silalahi dalam www.academia.edu dan
diperoleh dari pengukuran lapang tulisan Fadilah et al., 2014). Persamaan
menggunakan alat echosounder dan GPS bilangan Formzahl adalah:
pada Tahun 2008 oleh Yulius dkk.
Pengolahan peta batimetri dilakukan AK 1 AO1
F
menggunakan perangkat lunak pengolah
data Golden Software Surfer. Selain hasil
AM 2 AS 2
109
Jurnal Kelautan, 9(2), 107-121, Oktober 2016
Klasifikasi karakteristik pasang surut lebih tinggi dari air surut primer dalam satu
berdasarkan nilai bilangan Formzahl hari (Tanto, 2009). Selain itu juga ditentukan
(Bakosurtanal, 2007): elevasi penting muka air lainnya, yaitu HWL
0 < F < 0.25 : semi diurnal, dimana (Highest Water Level), MHHWL (Mean
dalam sehari terjadi dua kali pasang dan Higher High Water Level), MHWL (Mean
dua kali surut dengan bentuk gelombang High Water Level), MLWL (Mean Low Water
simetris. Level), MLLWL (Mean Lower Low Water
0.25 ≤ F < 1.5 : campuran condong Level), dan LWL (Lowest Water Level)
semi diurnal, dalam sehari terjadi dua kali (https://tidesandcurrents.noaa.gov).
pasang dan dua kali surut. bentuk
gelombang pasang pertama tidak sama Gelombang laut adalah pergerakan naik
dengan gelombang pasang kedua dan turunnya air laut dengan arah tegak
(asimetris) dengan bentuk condong semi lurus pemukaan air laut yang membentuk
diurnal. kurva/grafik sinusoidal (Holthuijsen L.H.,
1.5 ≤ F ≤ 3.0 : campuran condong 2007 dalam Kurniawan dkk, 2011).
diurnal, dalam sehari terjadi dua kali Gelombang laut pada kawasan pesisir
pasang dan dua kali surut. Bentuk umumnya dibangkitkan di laut lepas sebagai
gelombang pasang pertama tidak sama akibat interaksi antara angin dan permukaan
dengan gelombang pasang kedua dengan laut. Gelombang biasanya mendekati pantai
bentuk condong diurnal. dengan kedudukan yang membentuk sudut
F > 3.0 : diurnal, dalam sehari terhadap garis pantai sedemikian rupa,
terjadi sekali pasang dan sekali surut. sehingga gelombang menjadi agen
pembangkit arus sejajar pantai (longshore
Selain analisis admiralty, juga dilakukan current) sebagai akibat dari pengangkutan
perhitungan untuk elevasi penting kondisi massa air ke badan pantai (Poerbandono,
muka air. Diantaranya elevasi penting 2004). Data gelombang yang ada hanya
kondisi muka air yang ditampilkan (Tanto, dalam bentuk tinggi gelombang signifikan,
2009) adalah tinggi muka laut rata-rata diperoleh dari ECMWF (European Centre for
(MSL), tinggi muka laut pasang primer, Medium-Range Weather Forecasts) pada
tinggi muka laut pasang sekunder, tinggi lokasi area sekitar 1°0'0.00" - 1°7'30.00" LS
muka laut surut primer, dan tinggi muka laut dan 100°15'0.00" - 100°22'30.00" BT. Data
surut sekunder. Dengan penentuan elevasi gelombang ini tersedia dengan interval
penting muka air ini, dapat terlihat dengan waktu perekaman selama 6 jam, dan
jelas tinggi muka air tiap hari kejadian dianalisis untuk menentukan kisaran
pasang dan surut di perairan Teluk Bungus. gelombang dan tinggi gelombang
Sehingga dapat menentukan kapan maksimum yang terjadi selama rentang
terjadinya pasang purnama dan pasang waktu tersebut. Selain itu juga diperoleh
perbani di sekitar perairan. Tinggi muka laut data peramalan/model tinggi gelombang
rata-rata adalah nilai rata-rata perhitungan signifikan di sekitar perairan Sumatera Barat
perubahan paras laut yang terekam pada untuk rentang waktu Bulan Agustus sampai
suatu periode waktu tertentu. Tinggi muka Desember 2015 (BMKG, 2015). Dengan
laut pasang primer adalah muka air tertinggi analisis gelombang ini diharapkan
dari dua tinggi muka laut pasang harian bermanfaat bagi alur perlayaran di perairan
pada suatu periode waktu tertentu. Artinya Teluk Bungus dan sekitarnya, baik
akan ditentukan semua nilai tinggi muka laut perlayaran menuju maupun keluar dari Teluk
pasang yang diperoleh selama pengukuran. Bungus.
Tinggi muka laut pasang sekunder adalah
muka air terendah dari dua tinggi muka laut HASIL DAN PEMBAHASAN
pasang harian, yang mana nilainya lebih
rendah dari air pasang primer dalam satu Batimetri
hari. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasang
surut harian tunggal. Tinggi muka laut surut Perairan Teluk Bungus memiliki kedalaman
primer adalah muka air terendah dari dua perairan mencapai 30 m, dapat dilihat dari
muka laut surut harian pada suatu periode peta batimetri yang dihasilkan dari
waktu tertentu. Serta, tinggi muka laut surut pengolahan datanya berikut (Gambar 1).
sekunder adalah muka air tertinggi dari dua Kedalaman laut disekitar Teluk Bungus
muka air surut harian, yang mana nilainya masih tergolong dangkal (kurang dari 50 m).
110
Tanto et al., Karakteristik oseanografi fisik
Pola batimetri (Gambar 1) yang ada plate. Hal ini menyebabkan daerah ini
memperlihatkan morfologi dasar lautnya termasuk rawan dari gempa. Posisi
mengikuti garis pantai. Selain itu, daerah Kawasan Teluk Bungus yang terletak pada
Teluk Bungus - Sumatera Barat dengan jalur tektonik tersebut tentunya juga
posisi geotektonik, merupakan wilayah memberi pengaruh yang cukup besar
pertemuan indo-australia plate dan eurasian terhadap morfologi dasar lautnya.
Sebagai pembanding hasil pengolahan dari dilakukan oleh Yulius et al. (2000), pada
data bathimetri Dishidros tersebut, juga Gambar 3.
ditampilkan peta 3D hasil pengukuran yang
12
10
8
6
4
2
0
-2
-4
-6
-8
-10
-12
-14
-16
-18
-20
-22
-24
-26
-28
Gambar 3. Peta 3D batimetri perairan Teluk Bungus dan sekitarnya (Yulius et al., 2010)
Perairan Teluk Bungus yang berhadapan berbeda dengan pasang surut ke dua. Hal
langsung dengan laut lepas (Samudera ini dapat dilihat dari hasil grafik pasang surut
Hindia), dapat berpengaruh pada bentuk Teluk Bungus berikut yang terukur dari alat
relief dasar laut yang tidak beraturan. Hal ini ukur arus ADCP (Gambar 4). Dari data
tidak terlihat dampak yang signifikan, karena tinggi muka laut tersebut, sehingga
perairannya cukup terlindungi oleh bentuk diperoleh nilai kisaran pasang surut
teluk. Pengaruh samudera yang cukup (tunggang pasut) sebesar 139,30 cm.
terlihat adalah bentuk lerengnya terjal,
memiliki slope atau kemiringan yang drastis Analisis Admiralty yang dilakukan adalah
(Gambar 2 dan Gambar 3). Namun kondisi dengan menggunakan pengamatan 29 hari,
ini hanya terlihat sampai kedalaman 20 karena cukup banyak data yang tersedia.
meter, yang masih berada dekat dengan Waktu pengamatan yang diambil untuk
pinggir garis pantai. Setelah kedalaman analisis ini adalah data pada tanggal 15
tersebut, bentuk lereng dasar laut Teluk Oktober - 12 November 2013. Tabel 1
Bungus terjadi penurunan yang cukup kecil. merupakan komponen pasang surut yang
Dan juga, tidak terlihat bentuk relief dasar diperoleh dari analisis Admiralty.
laut Teluk Bungus yang curam.
Dengan nilai komponen pasang surut yang
Pasang Surut dihasilkan tersebut (Tabel 1), maka dapat
ditentukan nilai bilang Formzahl, yaitu
Grafik pasang surut laut perairan Teluk sebesar 0,3976. Dapat diketahui secara
Bungus dibuat berdasarkan nilai surut pasti tipe pasang surut yang terjadi pada
terendah pada rentang waktu pengukuran. perairan Teluk Bungus, yaitu tipe campuran
Jenis pasang surut yang terjadi adalah tipe condong semidiurnal (0,25 ≤ F ≤ 1,5). Untuk
campuran (Mixed Tide), terjadi 2 kali pasang elevasi penting tinggi muka air yang
dan 2 kali surut dalam satu hari namun diperoleh adalah seperti Gambar 5.
dengan bentuk pasang surut pertama
112
Tanto et al., Karakteristik oseanografi fisik
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A (cm) 61.55 35.21 14.46 8.01 12.25 7.50 1.61 0.60 3.90 4.04
g° 180.05 231.74 160.69 276.18 266.19 80.57 217.64 231.74 276.18
113
Jurnal Kelautan, 9(2), 107-121, Oktober 2016
Dari nilai elevasi penting muka air tersebut, yang tertinggi, dan tanggal 11 November
dapat ditentukan dan terlihat kondisi 2013 juga tidak terjadi pasang sekunder
pasang purnama terjadi pada Tanggal 8 yang paling rendah.
Oktober, 20 Oktober, 5 November dan 18
November 2013. Waktu-waktu tersebut Untuk nilai elevasi penting muka air lainnya
merupakan awal bulan baru (8 Oktober dan adalah MSL (mean sea level) sebesar
5 November 2013) dan bulan purnama (20 61,69 cm, MLWL (mean low water level)
Oktober dan 18 November 2013) dari 35,89 cm, MLLWL (mean lower low water
penanggalan kalender lunar. Pada saat level) 22,11 cm, MHWL (mean high water
tersebut terjadi pasang tinggi (pasang level) 88,32 dan MHHWL (mean higher
primer) yang paling tinggi dan surut primer high water level) sebesar 104,58 cm.
yang sangat rendah (Modifikasi dari
Surbakti, 2007). Gelombang
Sedangkan kejadian pasang perbani terjadi Gelombang yang terjadi pada wilayah
pada tanggal 13 dan 28 Oktober 2013 (1/4 sekitar perairan Teluk Bungus berupa tinggi
kuartal pertama), serta 11 November 2013 gelombang signifikan, dengan interval
(1/4 kuartal terakhir) dari penanggalan waktu perekaman data 6 jam. Gambar 6
kalender lunar. Pada kejadian pasang merupakan hasil pengolahan data
perbani ini, terjadi pasang sekunder yang gelombang laut perairan Teluk Bungus dan
paling rendah dan surut sekunder yang sekitarnya.
tertinggi (Modifikasi dari Surbakti, 2007).
Namun kejadian pasang perbani tanggal 13
Oktober 2013 tidak terjadi surut sekunder
Gelombang yang terjadi di perairan Teluk dengan tinggi gelombang 1,5 – 1,7 m
Bungus dan sekitarnya pada bulan Januari - (Gambar 7). Namun, kejadian gelombang
Oktober 2013 memiliki tinggi gelombang cukup besar ini tidak dipengaruhi oleh faktor
dengan kisaran 0,42 m sampai 1,7 m angin di daratan yang tercatat pada stasiun
(Gambar 6). Kisaran tinggi gelombang Automatic Weather System Bukit Lampu -
cukup besar terjadi pada bulan Oktober Bungus. Asumsi ini dapat diperkuat dari nilai
2013 dengan kisaran 0,65 – 1,7 m, terutama data angin pada saat terjadinya gelombang
tanggal 9 Oktober hingga 11 Oktober 2013 besar tersebut, angin di daratan masih
114
Tanto et al., Karakteristik oseanografi fisik
berkisar rendah (sepoi-sepoi) sampai angin yang terukur masih berada dekat
sedang (Laporan Tahunan 2013 - Kegiatan dengan pantai yang hanya bisa
di Bungus). Hal ini dapat terjadi karena membangkitkan gelombang di dalam
tinggi gelombang signifikan yang terukur kawasan Teluk Bungus.
berada pada laut lepas pantai, sedangkan
115
Jurnal Kelautan, 9(2), 107-121, Oktober 2016
Gambar 10. Stick diagram komponen Gambar 11. Arah pergerakan arus dominan
kecepatan arus kedalaman 10,5 meter kedalaman 10,5 meter
117
Tanto et al., Karakteristik oseanografi fisik
angin muson dan menyebabkan terjadi pada tanggal 20, 23 dan 29 Oktober
pengangkutan partikel tersuspensi yang 2013, serta tanggal 20 November 2013.
tinggi di wilayah Teluk Bungus. Namun dominansi arus juga terlihat ke arah
Untuk kecepatan rata-rata harian arus barat daya (menuju laut), yang
permukaan berkisar antara 3.58 - 6.13 cm/s menyebabkan pada saat-saat tertentu pada
dengan arah arus rata-rata menuju selatan pesisir pantai sekitar teluk bungus terjadi
(168.39°). Arah arus dominan (Gambar 11) abrasi yang cukup parah.
terjadi ke arah timur laut-timur (menuju ke Hasil pengolahan data arus (Gambar 12),
arah daratan), sehingga dapat terlihat kejadian arus di dominasi oleh
mempengaruhi terjadinya akresi pada pengaruh arus zonal, yaitu arah arus
beberapa lokasi pesisir di wilayah Teluk umumnya ke arah timur atau barat. Asumsi
Bungus. Hal ini dapat terlihat pada daerah tersebut juga didukung dengan hasil
Pantai Sako pada bulan Oktober hingga analisis spektral yang dilakukan. Berikut
November 2013 dengan bertambahnya hasil pengolahan data arus dengan analisis
pesisir pantai tersebut. Kejadian arus ini spektral.
(a) (b)
Gambar 12. Grafik Spectral Density Arus, (a) arus zonal, (b) arus meridional
117
Jurnal Kelautan, 9(2), 107-121, Oktober 2016
Gambar 15. Stick Diagram komponen kecepatan arus kedalaman 18,5 meter
118
Tanto et al., Karakteristik oseanografi fisik
(a) (b)
Gambar 17. Grafik Spectral Density Arus, (a) arus zonal, (b) arus meridional
Nilai spektrum density arus tertinggi pada selatan. Nilai spektrum density arus
komponen timur - barat (kedalaman 18,5 m) komponen timur - barat jauh lebih tinggi dari
adalah 128,49 ((m/s)2)/C.P.D), dan 88,80 komponen utara - selatan, yang dapat
((m/s)2)/C.P.D) untuk nilai spektrum density menunjukkan dominasi arus zonal tersebut.
arus tertinggi pada komponen utara -
119
Jurnal Kelautan, 9(2), 107-121, Oktober 2016
120
Tanto et al., Karakteristik oseanografi fisik
121