Selulitis Orbita Pada Pasien COVID 19.gabriella Graziani

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN


PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG

Laporan Kasus : Selulitis Orbita pada Pasien COVID-19


Penyaji : Gabriella Graziani
Pembimbing : Dr. dr. R Angga Kartiwa, Sp.M(K), M.Kes

Telah diperiksa dan disetujui oleh


Pembimbing

Dr. dr. R Angga Kartiwa, Sp.M(K), M.Kes

Rabu, 7 Juli 2021


ORBITAL CELLULITIS AS UNUSUAL ORBITAL PRESENTATION IN
COVID-19 PATIENT

ABSTRACT
Inroduction: Coronavirus disease-2019 (COVID-19) has resulted in global
pandemic since March 2020. This new pandemic has spread quickly and caused 2
million deaths in 219 countries. Common symptoms of COVID-19 include fever,
cough, shortness of breath, and sore throat. It also caused dry eyes and
conjunctivitis as a common ocular manifestation. A few studies has reported orbital
cellulitis as unusual ocular manifestation of COVID-19 infection.
Purpose: to report unusual orbital presentation of COVID-19 in patient with
orbital cellulitis.
Case report: A 30-year-old male came to emergency department at Cicendo Eye
Hospital with chief complain of unilateral orbital swelling. He reported mild nasal
congestion for a week and denied fever, headache, anosmia, lower respiratory
symproms, myalgia, and symptoms of chronic sinusitis. Physical findings include
no light perception visual acuity, ophthalmoplegia, proptosis, edema and
hyperemia of eyelid. Laboratory findings include leukocytosis and tested positive
for COVID-19. CT scan result showed orbital cellulitis, bilateral maxillary,
ethmoid, and frontal sinusitis. Abscess incision and drainage procedure was done
to the patient under sedation. Polymerase chain reaction procedure was done to
the pus sample and tested positive for COVID-19.
Conclusion: COVID-19 infection should be suspected in case of orbital cellulitis
and management plan need to be modified to protect medical personnel from
COVID-19 infection.
Keywords: orbital cellulitis, sinusitis, COVID-19

I. Pendahuluan
Wabah coronavirus disease-2019 (COVID-19) ditetapkan menjadi pandemi
global oleh World Helath Organization (WHO) sejak Maret 2020. Pandemi baru
COVID-19 menyebar secara cepat ke seluruh dunia dan telah menginfeksi
111.824.273 orang dengan 2.475.190 kasus kematian di 219 negara. Data terbaru
dari WHO menunjukkan 1.911.358 penduduk Indonesia terkonfirmasi positif
COVID-19 dan 52.879 diantaranya dilaporkan meninggal.1,2
Mayoritas pasien dengan COVID-19 menunjukkan gejala ringan dan memiliki
prognosis yang baik. Gejala yang sering timbul pada pasien yang terinfeksi
COVID-19, diantaranya demam, batuk, sesak napas, myalgia, nyeri tenggorokan,
nyeri dada, dan gejala gastrointestinal. Manifestasi klinis yang dapat timbul pada
mata akibat infeksi COVID-19 antara lain konjungtiva yang hiperemis, kemosis,

2
3

epifora, dan produksi secret mata yang berlebihan. Beberapa studi melaporkan
adanya kasus keratokonjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi COVID-19. Pada
studi yang dilakukan oleh Kumar et al menunjukkan adanya 1 kasus selulitis orbita
dari 2.472 pasien yang terkonfirmasi COVID-19. Laporan kasus ini bertujuan untuk
memaparkan kasus selulitis orbita pada pasien yang terkonfirmasi COVID-19 di
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. 1,3,4

II. Laporan Kasus


Seorang pasien laki-laki berusia 30 tahun datang ke IGD Pusat Mata Nasional
Rumah Sakit Mata Cicendo pada tanggal 9 Mei 2021 dengan keluhan mata kanan
bengkak dan menonjol sejak 2 hari yang lalu. Empat hari sebelum keluhan muncul,
mata kanan pasien terkena benturan kunci motor saat sedang bermain dengan
anaknya. Dua hari setelah terbentur pasien mengeluhkan mata kanannya bengkak,
sulit dibuka, dan semakin lama semakin menonjol. Keluhan pasien disertai dengan
penglihatan buram, mata merah, dan nyeri pada mata. Pasien memiliki riwayat
hidung tersumbat 1 minggu dan gigi berlubang sebelum mata kanannya bengkak.
Keluhan demam, batuk, nyeri kepala, mual, dan muntah disangkal oleh pasien.

Gambar 2.1. Foto klinis pasien pre operasi.

Pemeriksaan tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan oftalmologi didapatkan proptosis mata kanan dan tajam penglihatan
mata kanan no light perception (NLP) dan mata kiri 0,8. Gerak bola mata kanan
terhambat ke segala arah dan tekanan intraokular mata kanan N+ dengan palpasi.
Pemeriksaan segmen anterior didapatkan edema dan hiperemia pada kelopak mata
kanan, injeksi siliar pada konjungtiva bulbi, dan relative afferent pupillary defect
4

(RAPD) grade IV. Pada pemeriksaan posterior didapatkan papil bulat membayang
dan media agak keruh. Pemeriksaan segmen anterior dan posterior mata kiri dalam
batas normal. Pada pasien dilakukan pemeriksaan ultrasonografi dengan kesan
selulitis orbita. Pemerikssaan rontgen schedel menunjukkan kesan radioopak pada
ruang orbita kanan. Pada pemeriksaan CT scan tampak lesi isodens inhomogen
ireguler yang mendesak bulbus okuli kanan ke arah anteroinferior dengan kesan
proptosis okuli dekstra yang disebabkan oleh proses inflamasi yang mengarah pada
selulitis orbita. Hasil pemeriksaan CT scan juga menunjukkan adanya sinusitis
maksilaris bilateral terutama kanan, sinus etmoidalis bilateral terutama kanan dan
sinus frontalis kanan. Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan laboratorium darah
rutin dengan leukosit 18.210/µL dan hasil pemeriksaan polymerase chain reaction
(PCR) COVID-19 menunjukkan hasil positif dengan cycle threshold (CT) value
24,17.

Gambar 2.2. Foto klinis pasien post operasi.

Diagnosis pada pasien ini adalah proptosis mata kanan et causa selulitis orbita
OD dan COVID-19. Pasien diberikan terapi ciprofloxacin 500 mg 2 kali per hari,
metronidazole 500 mg 3 kali per hari, metilprednisolon injeksi 125 mg 4 kali per
hari, salep mata antibiotik 3 kali per hari mata kanan, levofloxacin tetes mata 1 tetes
per jam mata kanan, dan air mata buatan 1 tetes per jam mata kanan. Pada tanggal
11 Mei 2021 dilakukan tindakan eksplorasi dan insisi drainase serta pemasangan
darin pada mata kanan pasien. Tindakan dilakukan dalam sedasi dan menggunakan
protokol COVID-19 dengan alat pelindung diri (APD) level 3. Dilakukan insisi 2
cm di atas subsiliar mata kanan, dilakukan eksplorasi retroorbital dan ditemukan
pus. Dilakukan pengambilan sampel pus, kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan drain. Pada tahap akhir operasi dilakukan tarsorafi pada mata kanan
5

pasien. Sebagai terapi post operasi, diberikan salep mata antibiotik 3 kali per hari
mata kanan, injeksi ceftriaxone 1 gram 2 kali per hari, dan injeksi metronidazole
500 mg 3 kali per hari. Pasien dirawat di ruang perawatan khusus COVID-19 dan
mendapatkan terapi favipiravir 600 mg 2 kali per hari.

Gambar 2.3. CT scan orbita kepala pasien.

Pewarnaan gram dilakukan pada sampel pus yang diambil pada saat operasi dan
hasilnya ditemukan bakteri Streptococcus gordonii. Pada pemeriksaan dengan
KOH tidak ditemukan adanya jamur. Pemeriksaan PCR juga dilakukan pada
sampel pus tersebut dan menunjukkan hasil positif COVID-19 dengan CT value
24,17. Prognosis pasien quo ad vitam adalah ad bonam, quo ad functionam adalah
dubia ad malam mata kanan, dan quo ad sanationam adalah dubia ad bonam.

III. Diskusi
Manifestasi okular yang ditemukan pada pasien COVID-19 dapat bervariasi.
Pada studi yang dilakukan oleh Nasiri et al, manifestasi okular yang banyak
ditemukan antara lain mata kering atau adanya sensasi benda asing, mata merah,
berair, gatal, dan nyeri pada mata. Namun ada beberapa penelitian yang melaporkan
ditemukannya selulitis orbita pada pasien dengan COVID-19. Turbin et al
melaporkan 2 kasus selulitis orbita pada pasien dengan COVID-19. Kedua pasien
mengeluhkan adanya mata bengkak dan menonjol disertai nyeri 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pemeriksaan PCR dari apus nasofaring menunjukkan hasil
positif. Kasus selulitis orbita pada pasien dengan COVID-19 juga dilaporkan oleh
Schmidt dan Viswanathan. Pasien menunjukkan gejala mata bengkak dan merah 2
hari sebelum masuk rumah sakit, serta hasil PCR menunjukkan hasil positif.3,5–7
6

Pada pasien ini, gejala yang ditemukan sesuai dengan 2 studi sebelumnya yaitu
mata bengkak dan menonjol disertai nyeri. Pemeriksaan PCR dari apus nasofaring
pada pasien ini juga menunjukkan hasil positif.
Selulitis orbita merupakan proses inflamasi pada jaringan okular yang terletak
pada bagian posterior dari septum orbita. Pasien dengan selulitis orbita
menunjukkan adanya edema kelopak mata yang hiperemis, kemosis, nyeri
periokular, nyeri gerak bola mata, proptosis, dan penurunan tajam penglihatan
disertai dengan adanya afferent pupillary defect (APD). Sebagian besar kasus
selulitis orbita disebabkan oleh infeksi bakteri. Sumber infeksi dapat berasal dari
sinusitis, dakryosistitis, dakryoadenitis, atau infeksi odontogenik. Penyebaran
infeksi secara hematologis juga dapat menyebabkan selulitis orbita contohnya
seperti otitis media, pneumonia, dan endokarditis. Menifestasi selulitis orbita pada
pasien ini diduga berhubungan dengan infeksi COVID-19. Menurut hipotesis yang
dibuat oleh Turbin et al dan Bagheri et al, kongesti saluran pernapasan bagian atas
akibat infeksi COVID-19 menyebabkan terganggunya fungsi mukosiliar sehingga
mengakibatkan obstruksi sinus sekunder. Hal ini akan berakibat pada superinfeksi
bakteri pada orbita sehingga menyebabkan selulitis orbita.1,6–8
Selama pandemi COVID-19 dilaporkan adanya materi genetik berupa asam
ribonukleik (RNA) virus severe acute respiratory syndrome-coronavirus-2 (SARS-
CoV-2) yang ditemukan pada sekresi konjungtiva pasien COVID-19. Kaushik et al
melaporkan dalam studinya bahwa dari 30 pasien hanya 2 pasien yang
terkonfirmasi positif COVID-19 melalui tes PCR dari sampel apus konjungtiva.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Shemer et al melaporkan bahwa dari 11 pasien
yang dilakukan apus konjungtiva, tidak ada yang menunjukkan hasil positif pada
tes PCR. Hasil kultur 1 pasien dari 3 pasien yang dilakukan apus konjungtiva
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Studi
terbaru yang dilakukan oleh Hadrawi et al melaporkan hanya 4,9% pasien yang
menunjukkan hasil positif COVID-19 melalui tes PCR dengan sampel apus
konjungtiva. Jumlah virus yang tidak mencapai batas minimum pada alat
pemerikssaan diduga menjadi penyebabnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh periode
keberadaan virus pada mata yang singkat sehingga membutuhkan waktu yang
7

spesifik dan tepat untuk pengambilan sampel.9–11 Pada pasien ini, dilakukan
pemeriksaan reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) dengan
menggunakan sampel pus yang diambil intraoperasi. Hasil PCR menunjukkan CT
value yang sama dengan hasil apus nasofaring sehingga diduga penyebab selulitis
orbita pada pasien ini adalah infeksi COVID-19.
Hasil dari pemeriksaan kultur resistensi dari sampel pus menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri Streptococcus gordonii yang merupakan bakteri odontogenik.
Penyebaran infeksi odontogenik melalui sinus paranasal dapat menyebabkan
selulitis orbita. Penelitian yang dilakukan oleh Karimzadeh et al menunjukkan
adanya peningkatan kolonisasi bakteri Streptococcus sp pada pasien dengan
COVID-19 sehingga dapat menyebabkan koinfeksi.8,12,13
Selama pandemi COVID-19, European Society of Ophthalmic Plastic and
Reconstructive Surgery (ESORPS) merekomendasikan untuk menunda tatalaksana
surgikal kecuali kasus yang bersifat emergensi. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan transmisi virus SARS-CoV-2. Contoh kasus yang bersifat emergensi
salah satunya adalah drainase abses orbita dan periorbita seperti pada laporan kasus
ini. Rekomendasi alat pelindung diri (APD) dari ESORPS antara lain penggunaan
masker N-95, kacamata pelindung, face shield, sarung tangan, dan gown sekali
pakai. Prosedur yang menghasilkan micro-aerosol seperti dalam anestesi umum
harus dihindari kecuali dianggap perlu oleh operator contohnya seperti pada kasus
yang memerlukan prosedur pengeboran tulang. European Society of Ophthalmic
Plastic and Reconstructive Surgery juga merekomendasikan untuk mengurangi
jumlah staf medis yang terlibat dalam operasi, sehingga diharapkan dapat
mengurangi transmisi virus SARS-CoV-2.14,15

IV. Simpulan
Selulitis orbita merupakan komplikasi okular yang jarang ditemukan pada
pasien COVID-19. Pendekatan diagnostik dan tatalaksana multidisiplin diperlukan
dalam manajemen pasien COVID-19. Apabila diperlukan tindakan operatif,
operator dan staf medis diharuskan mengenakan APD untuk mencegah penularan
infeksi COVID-19.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagheri M, Jafari A, Jafari S. Orbital apex syndrome in COVID-19 patient, a


case report. Visual Journal of Emergency Medicine. 2021;23:101006.
2. WHO. Coronavirus disease 2019: situation report. Indonesia: Wordl Health
Organization; 2021 Jun. Report No.: 58.
3. Chen L, Deng C, Chen X, Zhang X, Chen B, Yu H, et al. Ocular manifestations
and clinical characteristics of 535 cases of COVID‐19 in Wuhan, China: a
cross‐sectional study. Acta Ophthalmol. 2020;98.
4. Kumar K, Smapritha U, Prakash AA.Ophthalmic manifestations in the COVID-
19 clinical spectrum. Indian Journal of Ophthalmology. 2021;69:691–4.
5. Nasiri N, Sharifi H, Bazrafshan A, Noori A, Karamouzian M, Sharifi A. Ocular
Manifestations of COVID-19: A Systematic Review and Meta-analysis. JOVR.
2021.
6. Schmidt F, Viswanathan H. Coronavirus disease (COVID-19) with orbital
complication in young child. Authorea, Inc.2021
7. Turbin RE, Wawrzusin PJ, Sakla NM, Traba CM, Wong KG, Mirani N, et al.
Orbital cellulitis, sinusitis and intracranial abnormalities in two adolescents
with COVID-19. Orbit. 2020;39:305–10.
8. Korn BS, Burkat CN, Carter KD, editors. Oculofacial Plastic and Orbital
Surgery. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2019. (BCSC).
9. Kaushik J, Marwah V, Singh A, Chaitanya YVK, Gupta RM, Kumar P.
Estimation of conjunctival swab and nasopharyngeal swab specimens for viral
nucleic acid detection in Coronavirus disease 2019 patients to compare the viral
load. LAJO. 2021;4:2.
10. Shemer A, Einan-Lifshitz A, Itah A, Dubinsky-Pertzov B, Pras E, Hecht I.
Ocular involvement in coronavirus disease 2019 (COVID-19): a clinical and
molecular analysis. Int Ophthalmol. 2021;41:433–40.
11. Hadrawi M, Malak M, Almahmoudi F, Mogharbel A, Rozy O, Hanafi S, et al.
Testing the Sensitivity of Conjunctival Swabs from Confirmed COVID-19
Patients. OPTH. 2021;Volume 15:2489–96.
12. Karimzadeh F, Sajedi SM, Taram S, Karimzadeh F. Comparative evaluation of
bacterial colonization on removable dental prostheses in patients with COVID-
19: A clinical study. The Journal of Prosthetic Dentistry.
2021;S0022391321002523.
13. Brandini DA, Takamiya AS, Thakkar P, Schaller S, Rahat R, Naqvi AR. Covid‐
19 and oral diseases: Crosstalk, synergy or association? Rev Med Virol.
2021;rmv.2226.
14. Homer NA, Epstein A, Shore JW, Somogyi M. Oculoplastic Surgeons’
Surgical, Clinical, and Management Experiences During the COVID-19 Crisis.
Am J Cosmet Surg. 2021;074880682110090.
15. Lanni V, Iuliano A, Laezza MP, Uccello G, Tranfa F, Strianese D. Oculoplastic
management of patients in the Covid-19 era: experience from an Italian tertiary
referral center. Orbit. 2020;39:391–3.

You might also like