JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari - Juni 2019

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PEMBERLAKUAN ASAS KELAYAKAN DAN KEPATUTAN (ASAS EX AEQUO ET BONO)

SEBAGAI UPAYA PENGENYAMPINGAN HUKUMAN PIDANA TERHADAP LANSIA

Oleh : Irvan Suherry


Pembimbing I : Dr. Erdianto, S.H.,M.Hum
Pembimbing II : Ferawati, S.H., M.H
Alamat: Jalan Rokan Jaya, Perum Fajar Mas Blok H5, Pekanbaru-Riau
Email : [email protected] / Telepon : 0822 8439 7899

ABSTRACT

Elderly or Elderly is someone who, even though he is said to be old, still has rights and obligations.
So that the elderly are also included as subjects of criminal law. An elderly person is not impossible to
commit a criminal act. Many elderly people have reported that those who commit criminal acts are an
elderly person.
And as a legal subject who fulfills the requirements to be held accountable for crimes, an elderly
person must be held accountable for criminal acts. By looking at the physical and mental condition of an
elderly person, it is difficult for the law to provide fair punishment.
Because the imposition of a criminal offense is not merely revenge for an act that has been violated,
but rather an attempt to provide guidance to the perpetrator of a crime. It becomes very difficult if an
elderly person who is old and in poor condition must undergo a process of punishment that takes not a little
time and the mental stresses are there. In the punishment of law enforcement officials in this case the police,
prosecutors, judges are important.
Keywords: Elderly, Criminal Objectives, Role of Law Enforcement Officials

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 1
BAB I hukuman selama 6 bulan dipenjara oleh Jaksa
PENDAHULUAN Penuntut Umum, namun berdasarkan Putusan
A. Latar Belakang Masalah Nomor 247/Pid.B/2009/PN.PWT Hakim
Dalam kehidupan sehari-hari manusia menjatuhkan vonis pidana 1 bulan 15 hari,
sering dihadapkan pada kebutuhan yang dengan masa perubahan 3 bulan. Vonis itu
mendesak. Secara umum kebutuhan manusia tentu lebih ringan dari tuntunan jaksa dan
dapat terpenuhi walaupun tidak seluruhnya tidak harus menjalani hukuman penjara.
terpenuhi. Kebutuhan yang mendesak harus Walaupun secara sah terbukti bersalah, sang
dipenuhi dengan secepatnya biasanya sering hakim memberikan putusan yang bijak,
dilaksanakan atau dilakukan tanpa pemikiran dengan tidak menyalahi undang-undang
yang matang dan dapat merugikan diri dengan tetap memberikan sanksi kepada
sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar.1 nenek Minah. Namun nenek Minah tidak
Tindak pidana pencurian di Indonesia harus merasakan dinginnya sel tahanan. Hal
sangat marak terjadi dan sering kita ini tentu sudah sesuai dengan Pasal 5 ayat 1
dengarkan, bahkan mungkin kita pernah jadi Undang-undang No.48 tahun 2009 tentang
korban tindak pidana pencurian tersebut. Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan
Namun satu hal yang disesalkan adalah tindak “Hakim wajib menggali, mengikuti dan
pidana pencurian yang telah dilakukan oleh memahami nilai-nilai hukum dan rasa
pelaku lanjut usia. Bukannya memperbanyak keadilan yang hidup dalam masyarakat”
amal untuk menghadap sang Ilahi malah dalam putusannya juga terdapat yang
menambah dosa dan memperburuk keadaaan. meringankan bagi hakim dalam memberikan
Akan tetapi para lanjut usia dalam putusan diantaranya faktor nenek minah yang
melakukan tindak pidana bukanlah murni sudah lanjut usia,terdakwa nenek minah
sebagai tindak kejahatan. Hal ini ada adalah seorang petani yang tidak mempunyai
pengaruh-pengaruh lain yang mempengaruhi apa-apa.2
dirinya baik dari segi fisiknya yang lemah, Dalam Rancangan Undang-Undang
pemikiran psikologinya, ataupun gaya hidup Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tahun
sosialnya yang belum mampu diraih untuk 2018, terdapat pada Pasal 72, antara lain
kesejahteraan hidup. disebutkan bahwa dengan tetap
Lansia merupakan golongan mempertimbangkan Pasal 55 dan Pasal 56
masyarakat yang lemah disamping wanita dan pidana penjara sejauh mungkin tidak
anak, namun pada kenyataannya wanita dan dijatuhkan, jika dijumpai keadaan-keadaan
anak selalu ditempatkan pada posisi khusus sebagai berikut:
ditengah-tengah masyarakat dibandingkan a. Terdakwa berusia dibawah 18 (delapan
dengan lansia. Kenyataan ini dapat dilihat belas) tahun atau diatas 70 (tujuh puluh)
dalam berbagai hal contohnya di LSM tahun;
(Lembaga Swadaya Masyarakat) dan b. Terdakwa baru pertama kali melakukan
lembaga-lembaga lain yang begitu tindak pidana;
mengupayakan hak-hak serta keselamatan c. Kerugian dan penderitaan korban tidak
anak dan perempuan. Sementara untuk lansia terlalu besar;
sendiri jarang dikaji oleh banyak orang d. Terdakwa telah membayar ganti kerugian
Seperti pada kasus hukum yang kepada korban;
menimpa nenek Asyani pada tahun 2015. e. Terdakwa tidak mengetahui bahwa
Nenek tersebut divonis hakim 1 tahun penjara tindak pidana yang dilakukan akan
serta denda Rp.500 ribu karena didakwa menimbulkan kerugian yang besar;
mencuri dua batang pohon jati milik perhutani f. Tindak pidana terjadi karena hasutan
untuk dijadikan sebagai tempat tidur. yang sangat kuat dari orang lain;
Seperti kasus yang dialami oleh nenek g. Korban tindak pidana mendorong
Minah. Nenek tersebut mencuri 3 buah coklat terjadinya tindak pidana terserbut;
milik PT. RSA, nenek tersebut dituntut

1 2
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Raja Grafindo Pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009
Persada, Jakarta:2011, hlm.3. tentang Kekuasaan Kehakiman
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 2
h. Tindak pidana tersebut merupakan akibat proposal skripsi dengan judul:
dari suatu keadaan yang tidak mungkin “Pemberlakuan Asas Kelayakan dan
terulang lagi; Kepatutan (Asas Ex Aequo Et Bono)
i. Kepribadian dan perilaku terdakwa Sebagai Upaya Pengenyampingan
meyakinkan bahwa ia tidak akan Hukuman Pidana Terhadap Lansia”
melakukan tindak pidana lain;
j. Pidana penjara akan menimbulkan B. Rumusan Permasalahan
penderitaan yang besar bagi terdakwa 1. Bagaimanakah pemberlakuan asas
atau keluarganya; kelayakan dan kepatutan sebagai upaya
k. Pembinaan yang bersifat non- pengenyampingan hukuman pidana
institusional diperkirakan akan cukup terhadap lansia dalam regulasi hukum di
berhasil untuk diri terdakwa; Indonesia?
l. Penjatuhan pidana yang lebih ringan 2. Bagaimanakah bentuk hukuman yang
tidak akan mengurangi sifat beratnya selayaknya diberikan terhadap lansia
tindak pidana yang dilakukan terdakwa; yang melakukan perbuatan pidana?
m. Tindak pidana terjadi dikalangan
keluarga, atau; C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
n. Terjadi karena kealpaan.3 1. Tujuan Penelitian
Meskipun Rancangan Undang- a. Untuk mengetahui pemberlakuan
Undang Kitab Undang-Undang Hukum asas kelayakan dan kepatutan
Pidana belum disahkan, namun berdasarkan sebagai upaya pengenyampingan
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman hukuman pidana terhadap lansia
Pasal 2 ayat 1 dikatakan bahwa peradilan dalam regulasi hukum di Indonesia
dilakukan demi keadilan berdasarkan b. Untukk mengetahui bentuk hukuman
Ketuhanan yang Maha Esa 4. Keadilan yang yang selayaknya diberikan terhadap
didasarkan kepada Ketuhanan yang Maha lansia yang melakukan perbuatan
Esa sudah pasti mengedepankan atau pidana
menerapkan isi dari asas ex aequo et bono 2. Kegunaan Penelitian
(asas kelayakan dan kepatutan). a. Sebagai persyaratan penulis untuk
Oleh sebab itu menarik untuk diteliti memperoleh gelar Sarjana Hukum di
yang pada prinsipnya guna mengetahui Fakultas Hukum Universitas Riau
upaya hukum terhadap lanjut usia. Sehingga b. Untuk menambah pengetahuan dan
meski pelaku tindak pidana usia lanjut memperluas wawasan bagi para
terbukti bersalah, tidak perlu diputus dengan peneliti maupun bagi yang lainnya
pidana penjara, bilamana perlu perbuatannya c. Untuk menambah khasanah ilmu
dimaafkan. pengetahuan dapat dijadikan sebagai
Dalam hal ini mengapa penegak referensi bahan penelitian dan bahan
hukum menyamakan perlakuan perkara kajian bagi kalangan akademis
tindak pidana yang dilakukan oleh lansia lainnya yang akan melakukan
dengan perkara tindak pidana yang dilakukan penelitan yang sama
oleh orang dewasa yang secara jelas ada
perbedaan umur. Apakah lansia layak dan D. Kerangka Teori
patut dipidana, apakah keputusan tersebut 1. Teori Keadilan
telah mempertimbangkan rasa keadilan dan Setiap pembicaraan tentang
kemanusiaan dalam masyarakat. hukum, akan terkait dengan keadilan.
Berdasarkan latar belakang masalah Hukum tanpa keadilan akan
yang telah penulis uraikan diatas, maka menimbulkan kesewenang-wenangan
penulis tertarik untuk melakukan sebuah atau ketidakadilan, sedangkan keadilan
penelitian dan dituangkan dalam bentuk tanpa hukum akan menimbulkan
ketidakpastian. Dengam demikian, setiap
3
Pasal 72 ayat 1 Rancangan Undang-Undang Kitab pembicaraan tentang hukum pasti
Undang-Undang Hukum Pidana tahun 2018. terkait dengan keadilan. Hukum dan
4
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang keadilan bagaikan dua keping sisi
Kekuasaan Kehakiman
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 3
mata uang dan merupakan satu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
kesatuan yang tidak terpisahkan. rakyat Indonesia sebagaimana
Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa diamanatkan dalam alinea IV pembukaan
membicarakan hukum adalah Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
membicarakan hubungan antar manusia. Republik Indonesia 1945, namun hingga
Membicarakan hubungan antar manusia kini masih merupakan suatu harapan
adalah membicarakan keadilan. Dengan yang masih harus terus diperjuangkan.
demikian, setiap pembicaraan mengenai Selain model keadilan yang
hukum, 5 jelas atau samar-samar, berbasis kesamaan, Aristoteles juga
senantiasa merupakan pembicaraan mengajukan model keadilan lain yakni
mengenai kepada wujudnya sebagai keadilan distributif dan keadilan korektif.
suatu hubungan yang formal. Kita juga Keadilan distributif identik dengan
perlu melihatnya sebagai ekspresi dari keadilan atas dasar kesamaan
cita-cita keadilan masyarakatnya. proporsional. Sedangkan keadilan
Negara kesejahteraan (welfare korektif atau remidial berfokus pada
state) adalah negara dengan fungsi "pembetulan pada sesuatu yang salah".
utamanya adalah menyelenggarakan Jika sesuatu dilanggar, atau kesalahan
kesejahteraan umum atau welvaarstaats dilakukan maka keadilan korektif
atau verzorgingstaats, merupakan berupaya memberi kompensasi yang
konsepsi negara hukum modern yang memadai bagi pihak yang dirugikan. Jika
menempatkan peranan negara pada posisi suatu kejahatan dilakukan maka
yang kuat dan besar. Tugas dan hukuman yang sepantasnya harus
wewenang serta tanggung jawab diberikan Pada sipelaku, singkatnya
pemerintah semakin berkembang dan keadilan korektif bertugas membangun
bertambah luas baik secara kembali keharmonisan. Keadilan korektif
mengharuskan setiap tindakan merupakan standar umum untuk
pemerintah harus berdasarkan atas memperbaiki setiap akibat dari perbuatan
hukum dan kepada pemerintah diserahi tanpa memandang siapa pelakunya.
pula peran, tugas dan tanggung jawab Prinsipnya adalah hukuman harus
yang luas dan berat.6 Namun karena luas memperbaiki kejahatan, ganti rugi harus
dan kompleksnya permasalahan memperbaiki kerugian dan memulihkan
masyarakat yang dihadapi ternyata tidak keuntungan yang tidak sah. Konsep
semua tindakan yang akan dilaksanakan Themis, dewi keadilan melandasi
oleh pemerintah tersebut tersedia keadilan jenis ini yang bertugas
aturannya dalam undang-undang dan menyeimbangkan prinsip-prinsip tersebut
oleh karena itu timbul konsekuensi tanpa memandang siapa pelakunya.8
khusus di mana pemerintah memerlukan 2. Teori Tujuan Pemidanaan
kebebasan bertindak atas inisiatif sendiri, Perumusan tujuan pemidanaan
utamanya dalam menyelesaikan masalah- dimaksudkan sebagai “fungsi
masalah urgensi yang muncul secara pengendalian kontrol” dan sekaligus
tiba-tiba. Hal demikian ini disebut memberikan landasan filosofis, dasar
discretionary power atau pouvoir rasionalitas dan motivasi pemidanaan
discretionaire atau freies ermessen. 7 yang jelas dan terarah. 9 Pemidanaan
Salah satu tugas negara yang harus adalah penjatuhan hukuman kepada
diemban oleh pemerintah adalah pelaku yang telah melakukan perbuatan-

5
Hannah Henkel, “Let Them Frye: Frye Hearings for
Determination of “Mental Disorders” In the sexually Violent
Persons Act”, Journal of Criminal Law and Criminology,
Vol.107, No.1, Januari, 2016.
6
S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara, dan Upaya
8
Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1997, hlm. Ibid. hlm. 53-54
9
166-167. Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum
7
Ibid Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm.152.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 4
perbuatan pidana. 10 Pidana merupakan E. Kerangka Konseptual
suatu yang terpaksa perlu diadakan.11 Adalah penggambaran antara konsep-
Sanksi pidana perlu dilakukan konsep khusus yang merupakan dalam arti
kepada pelaku tindak pidana atau yang berkaitan, dengan isitilah yang akan
pelanggar hukum, sehingga dapat diteliti dan atau diuraikan dalam karya
memberikan efek jera kepada pelaku. ilmiah.15
Menurut penjelasan umum Undang- 1. Pemberlakuan adalah proses, cara,
Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang perbuatan, memberlakukan.16
Pemasyarakatan menyatakan bahwa 2. Asas adalah suatu pemikiran yang
tujuan pemidanaan adalah upaya untuk dirumuskan secara luas dan mendasari
menyadarkan narapidana dan anak pidana adanya sesuatu norma hukum.17
untuk menyesali perbuatannya dan 3. Kelayakan adalah perihal layak18
mengembalikannya menjadi warga 4. Kepatutan adalah kesesuaian, kecocokan,
masyarakat yang baik, taat kepada segala yang kita lakukan hendaknya
hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai sesuai dengan batas-batas kepaputan
moral, sosial, dan keagamaan, sehingga yang berlaku dalam masyarakat.19
tercapai tujuan kehidupan masyarakat 5. Upaya adalah usaha atau ikhtiar untuk
yang aman, tertib dan damai. mencapai suatu maksud, memecahkan
Teori tujuan pemidanaan yang persoalan, mencari jalan keluar
dipakai pada penelitian ini adalah teori 6. Hukuman adalah suatu keputusan yang
gabungan seperti yang dikemukakan oleh dijatuhkan oleh hakim pada akhir sidang
N.E Algra serta teori teleologis dan teori pengadilan dengan vonis kepada
retributif teleologis menurut Muladi. siapapun yang melanggar hukum.20
Teori gabungan (gemengdetheorie). 7. Pidana adalah suatu penderitaan yang
Algra dan kawan-kawan, mengemukakan bersifat khusus yang telah dijatuhkan
pandangannya tentang teori gabungan, oleh kekuasaan yang berwenang untuk
yakni biasanya hukuman memerlukan menjatuhkan pidana atas nama negara
suatu pembenaran ganda. Pemerintah sebagai penanggung jawab dari
mempunyai hak untuk menghukum, ketertiban hukum bagi seorang
apabila berbuat kejahatan (apabila pelanggar, yakni semata-mata karena
seseorang melakukan tingkah laku yang orang tersebut melanggar suatu peraturan
pantas dihukum) dan 12 apabila dengan yang harus ditegakkan oleh negara.21
itu kelihatannya akan dapat mencapai 8. Lansia adalah seseorang yang telah
tujuan yang bermanfaat. 13 Dasar mencapai umur 60 (enam puluh) tahun
pemikiran gabungan adalah bahwa keatas.22
pemidanaan bukan saja untuk masa lalu 9. Tindak Pidana adalah suatu perbuatan
tetapi juga untuk masa yang akan datang, yang dapat dijatuhi hukuman, sebagai
karenanya pemidanaan harus memberi kejahatan atau pelanggaran yang baik
kepuasan bagi hakim, penjahat itu sendiri yang disebut KUHP maupun peraturan
maupun kepada masyarakat.14 perundang-undangan lainnya.23

15
Zainudin Ali, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Sinar
Grafika, Jakarta, 2008, hlm.96.
16
Ibid,
17
Charlie Rudyat, Kamus Hukum, PT Pustaka Timhardika,
10 hlm.59.
Salim HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum,
18
Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm.149 Idrus H.A, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
11
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Pustaka, Jakarta, 2001, hlm.199.
19
Grafika, Jakarta:2004, hlm.6. Ibid,hlm.202.
12 20
Joseph O Ukpata, Anderson A Etika, “Traffic Congestion Charlie Rudyat, Op.Cit,hlm.220.
21
in Major Cities of Nigeria” Intertional Journal of Engineering P.A.F Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Amico,
and and Technology, Volume 2, No.8, August, 2012. Bandung, 1984,hlm.34.
13 22
Salim HS, Op.cit,hlm.159 Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
14
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, PT.Refka Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
23
Aditama, Bandung, 2011, hlm.143. Charlie Rudyat, Op.Cit, hlm.405.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 5
F. Metode Penelitian artikel, hasil-hasil penelitian dan hasil
1. Jenis Penelitian karya dari kalangan hukum.
Jenis penelitian yang digunakan c. Bahan Hukum Tersier
dalam penelitian ini merupakan Yaitu bahan yang memberikan
penelitian hukum normatif yaitu disebut petunjuk maupun penjelasan terhadap
juga sebagai penelitian kepustkaan, bahan hukum primer dan sekunder,
penelitian ini dilakukan ditujukan hanya contohnya adalah kamus dan internet.
pada peraturan perundang-undangan 3. Teknik Pengumpulan Data
yang tertulis atau bahan-bahan hukum Dalam pengumpulan data untuk
yang lain. 24 Penelitian ini dilakukan penelitian hukum normatif digunakan
terhadap asas-asas hukum yang bertitik metode kajian kepustakaan, yaitu penulis
tolak dari bidang-bidang tata hukum mengambil kutipan dari buku bacaan,
tertentu, yaitu asas ex aequo et bono literatur, atau buku pendukung dan
(asas kelayakan dan asas kepatutan), berbagai peraturan perundang-undangan
dengan cara mengadakan identifikasi yang memiliki kaitan permasalahan yang
terlebih dahulu terhadap kaidah-kaidah akan diteliti.26
hukum yang telah dirumuskan didalam 4. Analisis Data
perundang-undangan tertentu. Data yang terkumpul dari studi
2. Sumber Data kepustakaan selanjutnya diolah dengan
Dalam penelitian hukum normatif cara diseleksi, diklasifikasikan secara
sumber datanya adalah data sekunder. sistematis, logis, yuridis secara kualitatif.
Data sekunder dalam penelitian ini dapat Dalam penelitian normatif, pengolahan
dibedakan menjadi 3 (tiga):25 data hakikatnya kegiatan untuk
a. Bahan Hukum Primer mengadakan sistematisasi terhadap
Merupakan bahan hukum yang bahan-bahan tertulis. 27 Penulis
bersumber dari penelitian mengumpulkan data sekunder dianalisis
perpustakaan yang berkaitan dengan secara deskriptif kualitatif yaitu metode
Undang-undang dalam analisis studi kepustakaan kedalam
1) Undang-Undang Nomor 48 bentuk penggambaran permasalahan
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan dengan menggunakan teori-teori dan
Kehakiman. menguraikan dalam bentuk kalimat dan
2) Undang-Undang Nomor 13 disimpulkan dengan metode deduktif,
Tahun 1998 Tentang metode deduktif ialah cara berpikir yang
Kesejahteraan Lanjut Usia. menarik suatu kesimpulan dari suatu
3) Undang-Undang Nomor 12 pernyataan atau dalil yang bersifat umum
Tahun 1995 Tentang menjadi suatu pernyataan yang bersifat
Pemasyarakatan khusus.28
4) Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi BAB II
Manusia TINJAUAN PUSTAKA
5) Rancangan Undang-Undang A. Tinjauan Umum Lansia
Kitab Undang-Undang Hukum Proses menua adalah suatu proses
Pidana Tahun 2018 alami pada semua makhluk hidup. Menjadi
b. Bahan Hukum Sekunder tua merupakan proses biologis secara terus-
Yaitu yang memberikan menerus yang dialami manusia pada semua
petunjuk maupun penjelasan mengenai tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia
bahan hukum primer, seperti jurnal, lanjut adalah istilah untuk tahap akhir dari
proses penuaan tersebut. Semua makhluk

24 26
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktik, Burhan Ashshafa, Metode Penelitian Hukum, Rineka
Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm.13. Cipta, Jakarta, 2010, hlm.103.
25 27
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI
Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Press, Jakarta, 2010, hlm.251.
28
Jakarta, 2007, hlm.24. Burhan Ashshafa,Op.Cit, hlm.100.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 6
hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua dalam Undang-Undang lain seperti
yang diawali dengan proses kelahiran Undang-Undang Pajak, Undang-Undang
kemudian tumbuh menjadi dewasa dan Bea dan Cukai, Undang-Undang Imigrasi
berkembang biak, selanjutnya menjadi dan sebagainya.31
semakin tua dan akhirnya akan meninggal. Pompe memberikan dua macam
Masa usia lanjut merupakan masa yang tidak definisi terhadap perbuatan pidana,32 yaitu
bisa dielakkan oleh manusia hanyalah yang bersifat teoritis dan yang bersifat
menghambat proses menua agar tidak terlalu perundang-undangan. Berdasarkan definisi
cepat, karena pada hakikatnya dalam proses teoritis maka perbuatan pidana adalah
menua terjadi suatu kemunduran atau pelanggaran norma/kaedah/tata hukum
penurunan.29 yang diadakan karena kesalahan pelanggar,
Menurut Budi Anna Keliat usia lanjut dan yang harus diberikan pidana untuk
dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan dapat mempertahankan tata hukum dan
pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menyelamatkan kesejahteraan umum.
menurut Nugroho.W. mengatakan menua Sedangkan dari sisi perundang-undangan,
atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang perbuatan pidana ialah suatu peristiwa
terjadi di dalam kehidupan manusia. Menjadi yang oleh Undang-Undang ditentukan
tua merupakan proses alamiah, yang berarti mengandung perbuatan dan pengabaian
seseorang telah melalui tiga tahap atau tidak berbuat. Tidak berbuat ini
kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua.30 biasanya dilakukan dalam beberapa
Menua bukanlah suatu penyakit, keadaan yang merupakan bagian suatu
tetapi merupakan suatu proses yang peristiwa. Uraian perbuatan dan keadaan
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang ikut serta itulah yang disebut uraian
kumulatif, merupakan proses menurunnya delik.
daya tahan tubuh dalam menghadapi Moeljatno menggunakan istilah
rangsangan dari dalam tubuh dan luar tubuh tindak pidana, dimana perkataan “tindak”
yang berakhir mengakibatkan kematian. tidak menunjuk pada hal abstrak seperti
Proses menua merupakan kombinasi perbuatan, tapi sama dengan perkataan
bermacam-macam faktor yang saling peristiwa yang juga menyatakan keadaan
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi kongkrit seperti kelakuan, gerak gerik atau
dan teori yang menjelaskan tentang proses sikap jasmani, hal mana lebih dikenal
menua yang tidak seragam. Secara umum dalam tindak tanduk, tindakan dan
proses didefinisikan sebagai perubahan yang bertindak.33
terkait dengan waktu, bersifat universal, Istilah-istilah yang pernah
instrinsik, progresif dan dentrimental. dipergunakan baik dalam perundang-
B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana undangan maupun dalam berbagai literatur
1. Pengertian Tindak Pidana hukum sebagai terjemahan dari istilah
Dalam literatur untuk pengertian strafbaar feit adalah:34
”strafbaar feit’’ terdapat banyak istilah a. Tindak pidana
antara lain, tindak pidana, perbuatan b. Peristiwa pidana
pidana, peristiwa pidana atau delik. Istilah c. Delik
“tindak pidana” yang sering dijumpai dapat d. Pelanggaran pidana
dianggap sebagai istilah yang sudah e. Perbuatan yang boleh dihukum
dibakukan. Tindak pidana ialah suatu f. Perbuatan yang dapat dihukum
perbuatan yang memenuhi perumusan g. Perbuatan pidana
yang diberikan dalam ketentuan pidana,
perlu dipahami bahwa ketentuan pidana
tidak semata-mata terdapat dalam Undang- 31
Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan, PT
Undang pidana, tetapi dapat dijumpai juga ERESCO, Bandung;1990, hlm.1.
32
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, AS Rineka
29
Siti Partini Suadirman, Psikologi Usia Lanjut,Gadjah Cipta,Jakarta,2009,hlm.4.
33
Mada University Press, Yogyakarta, 2011, hlm.1 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
30
Siti Maryam dkk, Mengenal Usia Lanjut dan Cipta,Jakarta,2008,hlm.69.
34
Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta, 2008,hlm.7. Ibid,hlm.75.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 7
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana C. Tinjauan Umum Tentang Keadilan
Jika kita berusaha untuk Pergaulan hidup manusia diatur oleh
menjabarkan suatu rumusan delik berbagai macam kaidah atau norma yang pada
kedalam unsur-unsurnya, maka yang hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan
mula-mula dapat kita jumpai adalah kehidupan yang tertib dan tentram. 37
disebutkannya sesuatu tindakan manusia Kedamaian melalui keserasian antara
dengan tindakan itu manusia telah ketertiban dan ketentraman, merupakan suatu
melakukan suatu tindakan yang terlarang ciri yang membedakan hukum dengan kaidah-
oleh Undang-Undang. Menurut ilmu kaidah sosial lainnya.38
pengetahuan hukum pidana, sesuatu Kehadiran Undang-Undang Nomor 8
tindakan itu dapat merupakan een doen Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
atau een nataten yang berarti hal Hukum Acara Pidana (KUHAP) diharapkan
mengalpakan sesuatu yang diwajibkan akan membawa gagasan baru dengan
oleh Undang-Undang.35 semangat kemanusiaan dan nilai keadilan
Sungguh pun demikian setiap yang didambakan oleh semua pihak. Nilai
tindak pidana yang terdapat didalam keadilan yang diharapkan adalah sesuai
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan Pancasila sebagai falsafah bangsa
umumnya dapat kita jabarkan kedalam Indonesia. Nilai keadilan merupakan nilai
unsur-unsur yang pada dasarnya dapat yang sangat penting dari setiap peraturan
kita bagi menjadi dua macam unsur, yaitu perundang-undangan yang dibentuk.
unsur subjektif dan unsur objektif. Peraturan-peraturan hukum yang ada
Unsur objektif adalah unsur-unsur sesungguhnya tidak hanya sebagai peraturan
yang melekat pada diri si pelaku atau yang sah, namun juga harus mengandung
yang berhubungan dengan diri si pelaku, nilai-nilai keadilan.
dan termasuk kedalamnya yaitu segala Peraturan perundang-undangan yang
sesuatu yang terkandung didalam telah dibuat sedemikian rupa yang
hatinya. menjunjung tinggi nilai-nilai tentu akan
Unsur-unsur Subjektif dari suatu berjalan dengan baik apabila dilaksanakan
tindak pidana adalah:36 oleh penegakan hukum yang baik pula. Tapi
a. Kesengajaan atau ketidak sengajaan akan sia-sia bila peraturan yang baik tidak
(dolus atau culpa) didukung oleh sikap mental yang baik aparat
b. Maksud atau voormmen pada suatu penegak hukum dalam melaksanakannya.
percobaan atau poging seperti yang Keadilan yang dicanangkan tentu hanya akan
dimaksud di dalam Pasal 53 ayat 1 menjadi angan-angan belaka.
KUHP Berbicara mengenai penegakan
c. Macam-macam maksud atau seperti hukum, maka kita akan melihat bahwa
yang terdapat di dalam kejahatan- terkadang nilai-nilai kehidupan dalam
kejahatan pencurian, penipuan, masyarakat itu baik yang tertulis maupun
pemerasan, pemalsuan dan lain-lain yang tidak tertulis sering kita abaikan. Oleh
d. Merencanakan terlebih dahulu atau karena terabaikannya aturan-aturan yang
seperti yang terdapat didalam mengatur tingkah laku manusia maka
kejahatan pembunuhan menurut diperlukan penegak hukum yang
Pasal 340 KUHP mempertahankan keseimbangan kehidupan
e. Perasaan takut atau seperti yang bermasyarakat. Pengertian penegakan hukum
terdapat didalam tindak pidana dapat dirumuskan sebagai usaha
menurut rumusan Pasal 308 KUHP melaksanakan hukum sebagaimana mestinya,
mengawasi pelaksanaannya agar tidak terjadi
pelanggaran dan jika terjadi pelanggaran

35 37
Ibid, hlm.193. Soerjono Soekanto, Op.Cit,hlm.67.
36 38
Ibid Ibid,hlm.68.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 8
memulihkan hukum yang dilanggar itu jalan untuk meratakan jalan menuju ke
supaya ditegakkan kembali.39 pemerataan keadilan itu. 43 Hukum seharusnya
Keadilan adalah suatu nilai dan rasa berada pada posisi yang paling tinggi diatas
yang bersifat nisbi atau relatif. Relatif dalam segalanya. Jika hukum telah berada pada posisi
artian adil menurut seseorang belum tentu adil tertinggi dan ditegakkan dengan sebenar-
menurut orang lain. Melihat hal demikian benarnya, maka keadilan akan dapat dirasakan
berarti keadilan hanya bisa didapatkan oleh oleh semua orang. Tidak akan ada lagi
satu pihak. Dengan kata lain, keadilan yang perbedaan yang didapatkan oleh si miskin dan
sebenarnya adalah merupakan suatu si kaya.
ketidakadilan. Penyelanggaraan pemberian bantuan
Sedangkan menurut Subekti hukum kepada warga negara merupakan upaya
sebagaimana dikutip Kartini Sari Handayani, untuk memenuhi dan sekaligus sebagai
keadilan kiranya dapat digambarkan sebagai implementasi negara hukum yang mengakui
suatu keadaan keseimbangan yang membawa dan melindungi serta menjamin hak asasi warga
ketentraman didalam hati setiap orang dan negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan
jika diusik atau dilanggar akan menimbulkan (Acces to Justice) dan kesamaan dihadapan
kegelisahan dan kegoncangan.40 hukum (Equality Before the Law) khususnya
Sebenarnya, keadilan berasal dari bagi masyarakat miskin yang termarjinalkan.44
Tuhan Yang Maha Esa, tetapi seseorang
manusia diberi kecakapan atau kemampuan D. Tinjauan Umum Mengenai Putusan
untuk meraba atau merasakan keadaan yang Hakim Dalam Perkara Pidana
dinamakan adil itu. Dan segala kejadian di Putusan dalam Bahasa Belanda
alam dunia ini pun sudah semestinya antara lain vonnis, vonnis een eitspreken, 45
menumbuhkan dasar-dasar keadilan itu pada dalam Bahasa Inggris verdict, dicision,
manusia. 41 Selain itu, penegakan dan sedangkan dalam Bahasa Latin adalah
pelaksanaan hukum tidak boleh dilakukan veredictum. 46 Putusan adalah kesimpulan
sedemikian rupa, sehingga sama sekali atau ketetapan hakim untuk mengakhiri
menghilangkan nilai etika pada umumnya, suatu kasus yang dihadapkan kepadanya.
dan martabat kemanusiaan khususnya.42 Putusan hakim merupakan akhir dari
Keadilan yang merupakan kebutuhan rangkaian proses pemeriksaan suatu kasus. 47
utama dalam kehidupan manusia dan karenanya Menurut ketentuan Pasal 14 ayat (1)
adalah wajar apabila kemudian dilakukan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
usaha-usaha untuk melakukan pemerataan tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman putusan
keadilan. Jika selama ini si kaya sudah cukup diambil berdasarkan sidang Permusyawaratan
banyak merasakan keadilan dan si miskin sudah hakim yang bersifat rahasia.48Menurut pendapat
cukup jauh dari keadilan, maka sudah saatnya Sudikno Martokusumo49 putusan hakim adalah
keadaan yang demikian tidak terjadi lagi. suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai
Artinya, keadilan itu sudah terimplementasi pejabat Negara yang diberi wewenang untuk
secara merata bagi semua lapisan masyarakat. itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan
Dalam kaitannya dengan program bantuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu
hukum khususnya bagi si miskin dan tidak perkara antara para pihak.
mampu, pada dasarnya merupakan salah satu
43
Ibid,hlm.62-63
39 44
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Kartini Sari Handayani, Op.Cit, hlm.53.
45
Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung,2008, hlm.118-119. Martin Basiang, The Contemporary Law Dictionary
40
Kartini Sari Handayani ‘Peranan Lembaga Bantuan (First Edition), Red & White Publishing, 2009, hlm. 467
46
Hukum Dalam Upaya Meningkatkan Akses Terhadap Henry Camphbel Black, Black’s is Law Dictionary
Keadilan (Acces To Justice) Masyarakat Kota Pekanbaru (Resived Fourth Edition), Minnesota: West Publishing, 1968,
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 hlm. 1720
47
Tentang Bantuan Hukum (Studi di LBH Pekanbaru- Andi Hamzah, Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia,
YLBHI)”, Skripsi, Program Kekhususan Hukum Pidana 1968, hlm. 62
48
Fakultas Hukum Universitas Riau, Pekanbaru, 2016,hlm.49. Pasal 14 ayat (1) tentang Undang-Undang Kekuasaan
41
C.S.T Kansil,Op.Cit,hlm.7. Kehakiman
42 49
Sunaryati Hartono, Apakah the Rule of Law itu? Cetakan Fence M.Wantu, Kepastian Hukum, Keadilan dan
Ketiga, Alumni, Bandung, 1976,hlm.114-115 Kemanfaatan, Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2011, hlm. 108
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 9
Unsur-unsur penting yang menjadi 2. Macam-macam Pertimbangan Hukum
syarat untuk dapat disebut sebagai putusan. Hakim
Adapun syarat untuk dapat dikatakan putusan Menurut Rusli Muhammad dalam
yakni sebagai berikut : melakukan pertimbangan hakim ada dua
1. Putusan diucapkan oleh pejabat Negara macam yaitu pertimbangan secara yuridis
yang diberi kewenangan oleh peraturan dan sosilogis:
Perundang-Undangan; a. Pertimbangan Yuridis
2. Putusan diucapkan dalam persidangan Pertimbangan
perkara yang terbuka untuk umum; yuridis adalah pertimbangan hakim
3. Putusan yang dijatuhkan sudah melalui yang didasarkan pada fakta-fakta
proses dan prosedural hukum; yuridis yang terungkap dalam
4. Putusan yang dibuat dalam bentuk yang persidangan dan oleh Undang-Undang
tertulis; ditetapkan sebagai hal yang harus
5. Putusan bertujuan untuk menyelesaikan dimuat didalam putusan.
atau mengakhiri suatu perkara50 b. Pertimbangan Non-Yuridis
Putusan hakim penting untuk
mewujudkan adanya kepastian hukum, 3. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim
keadilan dan kemanfaatan di dalam Menjatuhkan Putusan
pengadilan.Putusan hakim harus memuat Seorang hakim dalam hal
alasan yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan pidana kepada terdakwa
mengadili.Eksistensi harus memuat alasan- tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut
alasan sebagai dasar putusan adalah penting kecuali apabila dengan sekurang-
untuk menjaga jangan sampai putusan dapat kurangnya dua alat bukti yang sah,
dibatalkan. Apabila putusan hakim sehingga hakim memperoleh keyakinan
Pengadilan Negeri dinyatakan kurang lengkap bahwa suatu tindak pidana benar-benar
dipertimbangkan, maka baik Pengadilan terjadi dan terdakwalah yang bersalah
Tinggi maupun Mahkamah Agung akan melakukannya (Pasal 183 Kitab Undang-
membatalkan putusan hakim tersebut dan Undang Hukum Acara Pidana).
kemudian mengadili perkara itu sendiri.51 Alat bukti sah yang dimaksud
E. Tinjauan Umum Mengenai Dasar adalah :
Pertimbangan Hukum Hakim Dalam a. Keterangan Saksi;
Menjatuhkan Putusan b. Keterangan Ahli;
1. Pertimbangan Hukum Hakim c. Surat;
Pertimbangan hukum diartikan d. Petunjuk;
suatu tahapan dimana majelis hakim e. Keterangan Terdakwa
mempertimbangkan fakta yang terungkap
selama persidangan berlangsung,mulai BAB III
dari dakwaan, tuntutan,eksepsi dari HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
terdakwa yang dihubungkan dengan alat A. Pemberlakuan Asas Kelayakan dan
bukti yang memenuhi syarat formil dan Kepatutan dalam Upaya Pengenyampingan
syarat materil, yang disampaikan dalam Hukuman Pidana terhadap Lansia dalam
pembuktian, pledoi. Dalam pertimbangan Regulasi Hukum di Indonesia
hukum dicantumkan pula pasal-pasal dari Asas kelayakan dan kepatutan ( asas ex
peraturan hukum yang dijadikan dasar aequo et bono) merupakan suatu istilah yang
dalam putusan tersebut. 52 Pertimbangan terdapat dalam peradilan, baik perdata
hakim atau Ratio Decidendi adalah maupun pidana yang prinsipnya menyerahkan
argumenatau alasan yang dipakai oleh kepada kebijaksanaan hakim pemeriksa
hakim sebagai pertimbangan hukum yang perkara, atau arti harfiahnya apabilah hakim
menjadi dasar sebelum memutus kasus. berpendapat lain mohon putusan yang seadil-
adilnya. Hakim disini tidak tunduk lagi pada
50
Ibid. hlm. 109 Undang-Undang, hakim diberi kebebasan
51
52
Ibid, hlm. 110 untuk memberi putusan berdasarkan
Damang, Definisi Pertimbangan Hukum, dalam
http://www.damang.web.id, diakses tanggal, 9 November 2018
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 10
kepantasan dan kesesuaian rasa keadilan terpisahkan, karena putusan pengadilan adalah
masyarakat. produk hakim maka putusan berkualitas
Menurut teori keadilan, setiap mencerminkan Hakim yang berkualitas.54
permasalahan hukum akan terkait dengan Secara akademik, mengenai kebebasan
keadilan. Hukum tanpa keadilan akan hakim dapat ditelusuri mulai dari Undang-
menimbulkan kesewenang-wenangan atau Undang Dasar 1945, Undang-Undang tentang
ketidakadilan, sedangkan keadilan tanpa Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman dan
hukum akan menimbulkan ketidakpastian. Mahkamah Agung yang telah beberapa kali
Dengan demikian setiap pembicaraan tentang mengalami amandemen. Misalnya sebagaimana
hukum pasti terkait dengan keadilan. yang disebutkan pada Pasal 32 ayat (5)
Aristoteles berpendapat bahwa tujuan Undang-Undang No.14 tahun 1985 tentang
hukum itu semata-mata untuk mewujudkan Mahkamah Agung (yang tidak diubah oleh
keadilan. Keadilan disini artinya adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004), kata
memberikan kepada setiap orang apa yang kebebasan hakim tidak diberikan penjelasan
menjadi hak atau bagiannya.53 lebih rinci dan lebih teknis oleh undang-undang
Berdasarkan teori keadilan tersebut, tersebut, oleh karena itu dalam memaknai dan
peneliti berpendapat bahwa perlu dilakukan memahami prinsip asas kebebasan hakim harus
pengenyampingan hukuman pidana terhadap berada dalam kerangka kontekstual prinsip
lansia, hal ini karena bertentangan dengan kemandirian kekuasaan kehakiman. Karena
teori keadilan. Seharusnya lansia yang secara organisatoris, hakim adalah bagian dari
melakukan tindak pidana, dijatuhi hukuman subsistem lembaga peradilan, yaitu sebagai
yang ringan karena melihat kondisi fisik dan pejabat yang melaksanakan kekuasaan
psikologis mereka, dan karena pada dasarnya kehakiman, sehingga kebebasan hakim harus
apa yang mereka lakukan sekedar untuk selalu berada dalam koridor kemerdekaan
memenuhi kebutuhan hidup. lembaga kekuasaan kehakiman sebagaimana
Berdasarkan teori tujuan pemidaan ini, ditentukan dalam Pasal 3 Undang-Undang
peneliti berpendapat bahwa lansia yang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
melakukan tindak pidana tidak layak Kehakiman yang menyatakan bahwa, dalam
diberikan hukuman kurungan penjara, karena menjalankan tugas dan fungsinya, hakim wajib
hukuman ini tidak relevan lagi dengan kondisi menjaga kemandirian peradilan.55
lansia yang sudah mengalami kemunduran Secara filosofis harus dipahami bahwa
dari segi fisik dan mental. Hukuman putusan hakim atau majelis hakim yang pada
kurungan penjara hanya akan membuat lansia awalnya merupakan putusan yang bersifat
menderita. Hal ini tentu tidak sesuai karena individual atau majelis, namun pada saat palu
pemidaan itu sendiri bukan bertujuan untuk hakim diketukkan sebagai tanda putusan, maka
membuat seseorang menderita. pada saat itu putusan hakim harus dipandang
Kekuasaan kehakiman merupakan sebagai putusan pengadilan yang bersifat
kekuasaan yang merdeka untuk kelembagaan, karena setelah putusan hakim
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan atau putusan majelis hakim tersebut diucapkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, dalam persidangan yang terbuka untuk umum,
demi terselenggaranya Negara Hukum maka putusan yang demikian telah menjelma
Republik Indonesia. Kekuasaan kehakiman menjadi putusan lembaga pengadilan dan telah
yang merdeka ini mengandung arti bahwa menjadi milik publik.
kekuasaan kehakiman yang bebas dari campur Dalam menghadapai perkara yang
tangan pihak kekuasaan negara lainnya dan melibatkan lansia sebagai terdakwanya, masih
kebebasan dari paksaan, direktiva atau
rekomendasi yang datang dari pihak ekstra 78
yudisial, kecuali dalam hal-hal yang diizinkan
https://kepaniteraan.mahkamahagung.co.id/index.php/peraturan
oleh Undang-Undang. Dalam pelaksanaan /6-artikel/artikel- hakim -agung/ 122-mewujudkan-putusan-
kekuasaan kehakiman antara “putusan” dan berkualitas-yang-mencerminkan-keadilan-prof-dr-paulus-e-
“hakim” merupakan dua hal yang tak lotulung-sh diakses, tanggal, 14 november 2018
55
Mahkamah Agung RI, Penemuan hukum dan Pemecahan
Masalah Hukum, Proyek Pengembangan Teknis Yustisial
53
Dudu Duswara Machmudin, Op.Cit,hlm.23. Mahkamah Agung RI
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 11
banyak hakim yang memberi putusan tanpa memeriksa, serta memutus suatu perkara
mempertimbangkan rasa keadilan, kelayakan pidana. Oleh karena itu hakim dalam
dan kepatutan. menangani suatu perkara harus dapat berbuat
Hal ini tentu bertentangan dengan Pasal adil, sebagai seorang hakim dalam
5 Undang-Undang No 48 tahun 2009 tentang memberikan putusan kemungkinan
Kekuasaan Kehakiman yang menyebutkan dipengaruhi oleh hal yang ada pada dirinya
bahwa ‘hakim wajib menggali, mengikuti, dan sekitar karena pengaruh dari faktor
dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa agama, kebudayaan, pendidikan, nilai, norma
keadilan yang hidup di dalam masyarakat”. dan sebagainya sehingga dapat dimungkinkan
Seharusnya hakim lebih memperhatikan adanya perbedaan cara pandang sehingga
banyak hal, seperti faktor usia, faktor mempengaruhi pertimbangan dalam
kesehatan, faktor tindak pidana yang memberikan putusan.
dilakukan, karena faktor-faktor ini dapat Mengenai tata cara dan proses
menjadi hal-hal yang meringankan bagi lansia persidangan yang ada, sebelum seorang
sebelum diberikan putusan. terdakwa dijatuhi sanksi terlebih dahulu ia
akan menjalani proses pembuktian dalam
B. Bentuk Hukuman yang Selayaknya peradilan. Dalam proses pembuktian itu akan
Diberikan terhadap Lansia yang ditemukan fakta-fakta hukum yang pada
Melakukan Perbuatan Pidana akhirnya akan dijadikan pertimbangan hakim
Seperti yang kita ketahui, lansia di dalam memutus suatu perkara, maka hakim
Indonesia memiliki kriteria yang berbeda- akan memiliki dasar pertimbangan dalam
beda. Ada yang usianya sudah termasuk mengambil keputusan. Pertimbangan hakim
lansia tetapi dari segi fisik dan mental mereka itu dapat menjadi berupa hal yang telah diatur
masih sehat dan tidak ada gangguan. Namun dalam KUHP maupun berdasarkan hal-hal
ada pula yang sudah renta dari segi fisik dan yang tidak diatur dalam KUHP, misalnya
mentalnya. Disinilah sulitnya menentukan pertimbangan kondisi sosiologis terdakwa.
bagaimana pemidanaan terhadap lansia. Faktor usia dalam pertanggung
Belum lagi melihat penyakit yang pasti jawaban pidana sangat mempengaruhi.
dialami oleh lansia saat mengalami proses Bahkan kita mengenal adanya Undang-
menua. Menua (menjadi tua) adalah suatu Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
proses menghilangnya secara perlahan-lahan Sistem Peradilan Pidana Anak yang mengatur
kemampuan jaringan untuk memperbaiki mengenai pemidanaan anak dengan
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi menentukan batasan-batasan usia anak.
normalnya sehingga tidak dapat bertahan Dengan adanya Undang-Undang tersebut
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan makan anak-anak tidak dapat diberikan
yang diderita. Ini merupakan proses yang perlakuan dan pemidanaan yang sama dengan
terus menerus berlanjut secara alami. yang diberikan kepada seseorang yang masuk
Ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam kategori dewasa. Karena jika
untuk dapat memidana seseorang, yaitu ada diperlakukan sama maka keadilan tidak akan
perbuatan pidana, adanya unsur kesalahan bisa dipenuhi.
berupa kesengajaan atau kealpaan, adanya Inilah salah satu alasan mengapa usia
pembuat yang mampu bertanggung jawab, mempengaruhi pertanggung jawaban pidana
dan tidak adanya alasan pemaaf.56 Jika lansia seseorang. Berbeda dengan anak, lansia
telah memenuhi syarat-syarat tersebut tidak memang usianya terpaut jauh dan melewati
ada ditemukan alasan pemaaf maka lansia batas dikatakan dewasa. Mereka juga
dapat tetap dipidana dan melaksanakan dianggap sudah memiliki banyak pengalaman
hukum yang berlaku. yang menjadi bekal pengetahuan mereka.
Sebagai salah satu dari pelaksana Sehingga sudah tahu mana yang yang
hukum yaitu hakim diberi wewenang oleh termasuk perbuatan benar dan tidak benar.
Undang-Undang untuk menerima, Dari faktor mental pun lansia lebih
tahan dari tekanan mental dibandingkan
56
seorang anak dibawah umur. Akan tetapi jika
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar melihat dari fisik mereka, seorang lansia
Grafika, Jakarta, 2012, hlm.156.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 12
dapat dikatakan lebih tidak baik dari fisik 2. Proses penuaan telah merubah lansia.
seorang anak. Hal ini dikarenakan seorang Dengan kondisi yang seperti itu maka
lansia yang sudah mengalami proses penuaan tidak adil bagi mereka tersangka lansia
sesuai dengan yang telah dijelaskan jika haruslah tetap diperlakukan sama
sebelumnya fisiknya akan menurun. dengan subyek hukum lainnya yang
Aparat penegak hukum khususnya usianya lebih muda. Proses hukum yang
hakim dapat memberikan hukuman dalam memakan waktu tidak sedikit dan dengan
bentuk lain sebagai bentuk tanggung jawab adanya tekanan-tekanan mental dan batin
atas perbuatan pidana yang dilakukan lansia, yang mereka alami selama proses hukum
tentunya hukuman tersebut dengan berlangsung pasti akan memperburuk
mempertimbangkan kemampuan, keahlian, kondisi mereka. Melihat dari segi inilah
pengetahuan, serta kondisi para lansia. mengapa faktor usia berperan penting
Pemidanaan oleh masyarakat dalam pertanggungjawaban pidana. Akan
(community punishment) bisa menjadi tetapi tidak sedikit pula kita temukan
alternatif penyelesaian perkara bagi lansia lansia yang ternyata masih memiliki
yang melakukan tindak pidana. Ini diberikan kondisi baik maupun mentalnya yang
kepada lansia pelatihan kerja yang sifatnya baik. Memang cukup sulit jika hukum
melayani masyarakat, tentunya dengan harus benar-benar mempertegas aturan
mengacu pada tujuan perlakuan kepada lansia mengenai hal ini. Karena akan salah jika
agar lebih baik lagi. hukum tidak memberikan keringanan
Karena apabila hukuman yang terhadap tersangka lansia yang
diberikan kepada lansia dalam bentuk kondisinya buruk, namun akan salah juga
kurangan penjara akan tidak sesuai dengan jika hukum tetaplah memberikan
fungsi pemidanaan itu sendiri. Karena fungsi keringanan terhadap lansia yang
pemidanaan itu tujuannya bukan untuk kondisinya masih baik dengan alasan
membuat seseorang menderita tapi lebih yang sama. Dalam hal ini kasus yang
kepada memulihkan konflik dan dihadapi lansia juga berperan sangat
mengembalikan terpidana kepada penting, kasus tersebut haruslah
masyarakatnya. Pemidanaan juga bukan merupakan tindak pidana ringan yang
ditujukan sebagai pembalasan, melainkan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk
untuk mencapai tujuan atau maksud dari memperingan hukuman terhadap lansia.
pemidanaan itu.57 B. Saran
1. Seorang tersangka lansia dalam
BAB IV pertanggungjawaban pidana di mata
PENUTUP hukum tidaklah dibedaka dengan
A. Kesimpulan tersangka lainnya yang usianya lebih
1. Secara hukum, lansia tidak dibedakan muda. Selama syarat untuk bisa dimintai
dengan subyek hukum perorangan yang pertanggungjawaban terpenuhi maka
usianya lebih muda darinya. Tidak ada siapapun baik itu masih muda ataupun
aturan hukum yang mengatur bahwa sudah tua tetaplah harus dimintai
tersangka lansia diberikan perlakuan pertanggungjawaban. Harapannya agar
khusus daripada tersangka lainnya yang hukum bisa menjadi adil tanpa membeda-
usianya lebih muda. Sehingga dalam bedakan. Akan tetapi melihat adanya
pertanggung jawaban pidana, jika lansia yang tidak jarang menjadi
terbukti kesalahannya dan memenuhi tersangka dalam sebuah kasus pidana
persyaratan untuk bisa dimintai sering menimbulkan pro kontra mengenai
pertanggungjawaban pidana maka keadilan itu sendiri dengan berbagai
tersangka lansia tetap dapat dimintai alasan-alasannya. Sehingga ada baiknya
pertanggungjawaban pidana. pula hukum di bidang pidana juga
memperjelas pengertian mengenai seperti
apa lansia itu dan bagaimana cara
57
membedakan lansia yang dianggap dapat
P.A.F Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, bertanggung jawab dan mana lansia yang
(Edisi Ke-2), PT Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm.15.
JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 13
dianggap tidak dapat untuk bertanggung DAFTAR PUSTAKA
jawab. A. Buku
2. Pada pembahasan sebelumnya telah
dikatakan bahwa haruslah ada perlakuan Ali, Mahrus, 2012, Dasar-Dasar Hukum
yang berbeda terhadap tersangka lansia Pidana, Sinar Grafika, Jakarta
dengan kondisi mereka yang lemah.
Namun hukum juga harus jeli dalam Ali, Zainudin, 2008, Pengantar Metode
melihat, karena tidak semua lansia sudah Penelitian Hukum, Sinar Grafika,
mengalami penuaan, dan tidak semua Jakarta.
lansia masih memiliki kondisi yang baik.
Disini peran aparat penegak hukum Arief Barda, Nawawi, 2010, Masalah
sangat penting khusunya polisi dan Penegakan Hukum dan Kebijakan
hakim. Selama ini aturan hukumnya Hukum Pidana dalam
masih secara praktik saja, tidak ada Penanggulangan Kejahatan, Kencana,
aturan hukum secara tertulis. Walaupun Jakarta
saat ini sudah adanya Pasal dalam
Rancangan Undang-Undang Kitab Ashshafa, Burhan, 2010, Metode Penelitian
Hukum Pidana yang mengatur mengenai Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.
keadaan-keadaan yang dapat membuat
pidana penjara tidak dijatuhkan, salah Effendi, Erdianto, 2011, Hukum Pidana
satu keadaannya yaitu terdakwa berusia Indonesia, PT.Refka Aditama,
diatas 70 tahun, namun masih belum Bandung.
berlaku karena belum disahkan. Peran
hakim sangat dibutuhkan karena dalam Hamzah, Andi, 2009, Asas-Asas Hukum
menghadapi kasus lansia hakim harus Pidana, AS Rineka Cipta, Jakarta.
mempertimbangkan hal-hal yang
meringankan bagi lansia. Hakim juga HS, Salim, 2002. Perkembangan Teori Dalam
harus mempertimbangkan kelayakan dan Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.
kepatutan karena keputusan hakim Hartono, Sunaryati, 1976, Apakah the Rule of
terhadap lansia tersebut haruslah Law itu? Cetakan Ketiga, Alumni,
keputusan yang adil. Bandung
3. Ini semua memerlukan persiapan yang
matang dari awal dari semua faktor yang Lamintang, P.A.F, 1984, Hukum Penitensier
mempengaruhi penegakan hukum mulai Indonesia, Amico, Bandung.
dari hukumnya itu sendiri (peraturan
perundang-undangannya), penegak Marbun, S.F, 1997. Peradilan Administrasi
hukum, budaya serta masyarakat itu Negara, dan Upaya Administrasi di
sendiri. Indonesia, Cet. I, Yogyakarta.
Maryam, Siti dkk, 2008, Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya, Salemba
Medika,Jakarta
M.Wantu, Fence, 2011, Kepastian Hukum,
Keadilan dan Kemanfaatan, Pustaka
Pelajar Yogyakarta

Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana,


Rineka Cipta, Jakarta

Prasetyo, Teguh, 2011, Hukum Pidana, Raja


Grafindo Persada, Jakarta.
Prodjodikoro, Wirjono, 2008, Asas-Asas
Hukum Pidana Indonesia, PT. Refika
Aditama, Bandung.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 14
Soekanto, Soerjono, 2007, Penelitian Hukum Hukum (Studi di LBH Pekanbaru-
Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, PT YLBHI)”, Skripsi, Program
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kekhususan Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Riau, Pekanbaru,
Suadirman, Siti Partini, 2011, Psikologi Usia 2016,hlm.49.
Lanjut,Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta Mahkamah Agung RI, Penemuan hukum dan
Pemecahan Masalah Hukum, Proyek
Soemitro,Rochmat, 1990, Asas dan Dasar Pengembangan Teknis Yustisial
Perpajakan, PT ERESCO, Bandung. Mahkamah Agung RI

Waluyo, Bambang, 2004, Pidana dan C. Kamus


Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta.
H.A, Idrus, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta.
B. Jurnal
D. Peraturan Perundang-Undangan
Erdianto, Pertanggungjawaban Pidana
Presiden Republik Indonesia Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Sistem Ketatanegaraan Indonesia,
Universitas Sriwijaya, Palembang, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
2001, hlm.121. Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Ferawati, “Urgensi Rechtsvinding dan
Rechtsverfijning Sebelum Hakim Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
Menjatuhkan Pidana Dalam Rangka Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Mewujudkan Keadilan Terhadap
Perempuan Pengedar Narkotika” Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Tentang Pemasyarakata
Universitas Riau, Vol.6, No.1, Januari,
2016. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Hannah Henkel, “Let Them Frye: Frye Tentang Hak Asasi Manusia
Hearings for Determination of
“Mental Disorders” In the sexually Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-
Violent Persons Act”, Journal pf Undang Hukum Pidana Tahun2018
Criminal Law and Criminology,
Vol.107, No.1, Januari, 2016. E. Website
Joseph O Ukpata, Anderson A Etika, “Traffic
Congestion in Major Cities of Damang, Definisi Pertimbangan Hukum,
Nigeria” Intertional Journal of dalam http://www.damang.web.id,
Engineering and and Technology, diakses tanggal, 14 Januari 2019
Volume 2, No.8, August, 2012. https://m.kumparan.com, diakses, tanggal 9
J. Djohansjah, “Akses Menuju Keadilan Agustus 2018, Pukul 22.40 WIB.
(Acces to Justice)”, Makalah, Komisi 78https://kepaniteraan.mahkamahagung.co.id/in
Yudisial Republik Indonesia, dex.php/peraturan/6artikel/artikel-
Bandung, 3 Juli 2010, hlm.1. hakim-agung/122-mewujudkan-
putusan-berkualitas-yang mencermin
Kartini Sari Handayani ‘Peranan Lembaga kan- keadilan-prof-dr-paulus-e-
Bantuan Hukum Dalam Upaya lotulung-sh diakses, tanggal, 14
Meningkatkan Akses Terhadap november 2018
Keadilan (Acces To Justice)
Masyarakat Kota Pekanbaru
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2011 Tentang Bantuan

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VI Edisi 1 Januari – Juni 2019 Page 15

You might also like